Trematoda

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 66

Trematoda

Disusun oleh :
1. Edy Susilo (1704019020)
2. Rizky Tanzil Liamali (1704019010)
3. Ade Mutiara Dwicahya (1804019017)
4. Hilma Azzahrah (1804019005)
5. Puput Putriyanti (1804019023)
6. Suci Fitriyanti (1804019010)
Trematoda (cacing isap)
• Trematoda berasal dari bahasa yunani Trematodaes yang berarti
punya lobang, bentuk tubuh pipih dorso ventral sperti daun.
Umumnya semua organ tubuh tak punya rongga tubuh dan
mempunyai Sucker atau kait untuk menempel pada parasit ini di luar
atau di organ dalam induk semang.
• Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat
pengisap. Alat penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior. Alat
hisap (Sucker) ini untuk menempel pada tubuh inangnya makanya
disebut pula cacing hisap.
TREMATODA

• Trematoda termasuk dalam filum Platyhelminthes


• Morfologi umum :
• Pipih seperti daun , tidak bersegmen
• Tidak mempunyai rongga badan
• Mempunyai 2 batil isap : mulut dan perut.
• Mempunyai saluran pencernaan yang menye-rupai huruf Y terbalik dan
buntu.
• Hermafrodit, kecuali Schistosoma.
Daur Hidup
• Hospes definitif : hewan dan manusia
• Menurut habitat cacing dewasa, dibagi dalam:
1. Trematoda hati (liver flukes) :
– Clonorchis sinensis
– Opisthorchis felineus
– Opisthorchis viverrini
– Fasciola
2. Trematoda usus (intestinal flukes) :
- Fasciolopsis buski
- HETEROPHYIDAE
- ECHINOSTOMATIDAE
3. TREMATODA Paru (lung flukes)
- Paragonimus westermani
4. Trematoda darah (blood flukes) :
- Schistosoma japonicum
- Schistosoma mansoni
- Schistosoma haematobium
TREMATODA PARU
Paragonimus westermani

• Hospes : Manusia dan binatang spt. kucing,


luak, harimau, anjing, serigala dll.
• Penyebaran geografik : Timur jauh, Asia
Tenggara.
Di Indonesia :- bin.autotokhton
- ma.  impor.
Morfologi dan daur hidup
• Habitat : saluran pernapasan (paru-paru)
• Cacing dewasa :
• Seperti biji kopi, biasanya berpasangan
• Warna coklat tua
• Ukuran 8-12 x 4-6 mm
• Telur :
• Lonjong dgn operkulum agak tertekan ke dlm.
• Ukuran 80-118 μ
• Matang dlm air dlm wkt 16 hari.
Daur hidup P. westermani
Hospes Perantara
• Hospes perantara I : keong air dari jenis
• Melania sp.,
• Semisulcospira, dan
• Thiara sp.
• Perkembangan dalam HP 1 : M-S-R1-R2-Sk
• Hospes Perantara II: ketam air tawar
• Potamon sp.
• Eriocheir sp.
• Cambarus virilis
Hospes Perantara
• Cara infeksi : makan ketam/udang mentah atau
kurang masak yang mengandung metaserkaria.
• Eksistasi terjadi di usus halus menembus dinding
usus masuk rongga abdomen cacing muda 
menembus diafragma  menjadi cacing dewasa di
paru-paru dalam 8-12 minggu.
Patologi dan Gejala Klinik
• Cacing muda tidak menimbulkan gejala klinis
• Cacing dewasa membentuk kista di paru-paru. Di dalam
kista cacing terdapat dalam bentuk diploid (berpasangan)
maupun triploid
• Gejala : batuk dengan sputum bergaris merah (endemic
hemoptysis) disertai nyeri
pleura dan sesak napas(dyspnea).
TREMATODA USUS
1. Fasciolopsis buski
2. ECHINOSTOMATIDA
3. HETEROPHYIDAE
Fasciolopsis buski
 Hospes : Manusia dan babi, juga anjing serta kelinci.
 Penyakit : fasiolopsiasis

 Penyebaran Geografik : RRC, Taiwan, Thailand, Vietnam, India


dan Indonesia.
Morfologi dan Siklus Hidup
• Trematoda terbesar yang didapatkan pada manusia, yaitu 2 - 7,5 cm x
0,8 – 2 ,0 cm.
• Bentuknya seperti daun agak lonjong dan lebar.
• Kutikulum ditutupi duri-duri kecil yang letaknya melintang.
• Batil isap kepala ¼ batil isap perut.
• Testis sepasang, bercabang terletak agak tandem dibgn posterior
• Vitelaria terletak lebih lateral dari sekum
• Ovarium berbentuk agak bulat & uterus berkelok-kelok
• Habitat : melekat pada dinding usus halus
• Telur : berukuran 130-140 µ x 80-85 µ, mirip telur F. hepatica, agak lonjong,
berdinding tipis transparan, dg sebuah operculum.
• Seekor cacing dewasa dpt mengeluarkan telur 15.000-48.000 butir/hari.
• Hospes perantara I : genus Segmentina, Hippeutis, dan Gyraulus.
• Perkembangan dlm keong : M-S-R1-R2-C
• Hospes perantara II : Trapa, Eliocharis, Eichornia , Zizania, Nymphoea dan
Ipomoea.
• Dlm Hospes perantara II, Cerkaria akan menjadi Metaserkaria (bentuk infektif)
>>> siklus lengkap :T-M-S-R(R1-R2)-C-Ms
• Cara infeksi : memakan tumbuhan air yg mengandung metaserkaria tanpa
dimasak dgn sempurna.
• Metaserkaria tumbuh menjadi cacing dewasa dalam waktu 25-30 hari.
• Telur ditemukan dalam tinja setelah 3 bulan.
Patologi & Gejala Klinis
• Cacing melekatkan diri ke mukosa usus halus (duodenum, yeyenum)
melalui batil isap perut.
• Cacing memakan isi usus dan mungkin mukosa superfisial sehingga
terjadi daerah-daerah peradangan, ulserasi dan abses.
• Cacing dlm jml besar (menyebabkan sumbatan sehingga terjd Illeus
akut)
• Gejala nyeri epigastrium, nausea dan diare, terutama waktu pagi.
• Pada infeksi berat terjadi intoksikasi dan sensitisasi  edema pada
muka (halzoun), dinding perut (asistes) dan tungkai bawah
• Kematian terjadi karena merana (exhaustion) atau intoksikasi.
• Gejala klinis dini pada akhir masa inkubasi : diare diselingi konstipasi dan
nyeri ulu hati (epigastrium).
• Diare >>> awalnya diselingi konstipasi >>> persisten >>> warna tinja mjd hijau
kuning (busuk, sisa makanan yg tdk dicerna))

Diagnosis
• Di daerah endemik  gejala klinis
• Telur dalam tinja (diagnosis pasti)

Pengobatan
• Diklorofen
• Niklosamid
• Praziquantel
Prognosis , Epidemiologi
• Prognosis : infeksi berat  kematian, tetapi apabila diobati sedini
mungkin >>> harapan sembuh

• Epidemiologi :
• Kebiasaan makan tumbuhan air mentah (tdk dimasak dgn sempurna)
• Pembudidayaan tumbuhan air di daerah yang tercemar dengan
kotoran manusia/ babi
Gastrodiscoides hominis

• Hospes >>>> manusia & babi


• Penyakit >>> gastrodiscoidiasis

• DISTRIBUSI : Endemik di Assam, Banglades,


Bengal dan Indocina.
Morfologi dan daur hidup
• Telur berukuran 150-152 µ x 60 – 72 µ.
• Telur berbentuk lonjong, berbentuk kumparan dan mempunyai operculum
• Cacing dewasa mempunyai oral sucker, ventral sucker yang berukuran
besar, dua testis berlobus dan ovari berbentuk lobus.
• Vitelaria dibagian posterior sekitar ventral sucker.
• Manusia terinfeksi karena menelan metasercaria pada kulit tumbuhan air
(water caltrop)
• Daur hidup belum diketahui secara lengkap, mungkin hampir sama
dengan F. buski
• Babi merupakan hospes Reservoar di daerah endemik
• Cacing dewasa berhabitat di usus besar
Patologi dan klinik
• Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala
• Infeksi berat terjadi peradangan dalam mukosa usus besar >>>>> diare

Diagnosis : menemukan telur dalam tinja

Pengobatan : Heksilresorsinol, tetrakloroetilen, parazikuantel


(sama dgn F. buski)
HETEROPHYIDAE
• Heterophyes heterophyes
• Metagonimus yokogawai
• Haplorchis yokogawai
• Haplorchis taechui

• Penyakit : Heterophyiasis
• Hospes : Manusia, kucing, anjing, rubah dan berbagai jenis burung.
• Penyebaran geografis: Mesir, Turki, Jepang, Korea, RRC, Taiwan, Filipina
dan Indonesia.
Morfologi dan daur Hidup
• Habitat cacing dewasa bagian tengah usus halus
• Bentuk piriformis, warna keabu-abuan.
• Permukaan ditutupi duri-duri seperti sisik
• Mempunyai 3 batil isap (mulut, perut & kelamin)
• Batil isap perut besar terletak 1/3 anterior.
• Mempunyai batil isap genital pada tepi posterior kiri batil isap perut.
• Dua testis lonjong terletak di lateral 1/5 posterior badan
• Ovarium kecil , uterus berkelok-kelok diantara dua sekum.
• Telur : berwarna coklat muda, mempunyai operkulum, ukuran 26,5-30 x
15-17 µ, berisi mirasidium.
• Mirasidium keluar berenang >> Hp. I (Keong air tawar/payau Pirenella,
Cerithidia,Semisulcospira) >>> di dlm Hp. I berubah mjd sporokista (S)
>>> R (R1-R2) >>> Serkaria >>>> Hp. II (ikan Mugil, Tilapia, Aphanius,
Acanthogobius, Clarias, dll).
• Di dlm Hospes II serkaria berubah menjadi Metaserkaria (bentuk infektif)
(otot-otot ikan)
• Infeksi >>> trjd apabila memakan daging ikan mentah/yg dimasak kurang
matang yg mengandung metaserkaria
• Pd ikan jenis Plectoglossus >> metaserkaria tdk msk ke dlm otot, tetapi
hinggap di sisik & sirip.
Patologi dan klinik
• Biasanya menyebabkan iritasi ringan pada usus halus.
• Pada infeksi berat terjadi diare kronis berlendir disertai nyeri kolik dan
rasa tidak enak pada abdomen dan nyeri tekan.
• Kadang-kadang cacing menembus dinding usus, sehingga telurnya
dapat masuk aliran limfe dan menyangkut di katup-katup jantung
payah jantung.
• Hal ini dilaporkan pada infeksi cacing Metagonimus dan Haplorchis
yokogawai.
• Telur cacing dewasa dpt bersarang di jaringan otak & menyebabkan
kelainan
• Infeksi berat tsb dpt menimbulkan mulas-mulas/kolik, diare berlendir &
nyeri tekan pd perut
Diagnosis : menemukan telur dalam tinja
Pengobatan : Prazikuantel atau tetraklor etilen
Epidemiologi: Yang merupakan sumber infeksi yaitu;
• Manusia, terutama pedagang ikan dan hewan seperti kucing, anjing
bila menderita infeksi.
• Ikan yang diproses kurang sempurna .
ECHINOSTOMATIDAE
• Echinostoma ilocanum
• E. malayanum
• E. revolutum
• E. lindoense (di Palu).
• E. recurvatum

• Penyakit : Ekinostomiasis
• Hospes : Manusia, tikus, anjing, burung, ikan dan lain-lain.
• Penyebaran Geografis : Filipina, Cina, Indonesia dan India.
Morfologi dan Daur Hidup
• Habitat : usus halus (cacing dewasa)
• Ciri-ciri khas :
• Duri-duri leher (collar sines) 37-51 buah letaknya dua baris berupa tapal kuda
melingkari bagian belakang dan samping batil isap mulut.
• Bentuk lonjong dg ukuran 2,5 mm – 15 mm x 0,4 – 3,5 mm.Warna agak merah ke
abu-abuan.
• Testis agak bulat, berlekuk-lekuk tersusun tandem di bagian posterior.
• Vitelaria sebelah lateral, 2/3 bgn hingga bgn posterior.
Echinostoma spp.
• Telur :
• 103-137 x 59-75 µ
• Mempunyai operkulum
• Telur (dlm tinja Manusia, burung, anjing, tikus, & ikan (3 mggu) dlm air
menetas >>> mirasidium >>> berenang bebas >>> Hp.I (keong kecil:
Anisus, Gyraulus, Lymnaea) >>> sporokista >>> Redia (R1, R2) >>>>
serkaria >>> Hp. II (keong besar: Vivipara, Bellamya, Pila, Corbicula)
>>> Metaserkaria (bentuk infektif)
• Siklus lengkap dari Telur :T-M-S-R (R1-R2)-SK-MS
• Infeksi terjadi apabila manusia memakan Hp. II (keong besar/sawah) yg
tidak matang yg mengandung Metaserkaria
Patologi dan Gejala Klinis
• Kerusakan ringan pada mukosa usustidak menimbulkan gejala
• Pada infeksi berat : radang kataral pada dinding usus, atau ulserasi
• Pada anak-anak diare, sakit perut, anemia dan edema
• Diagnosis : menemukan telur dalam tinja.
Pengobatan :
• Tetrakloroetilen
• Prazikuantel
Epidemiologi :
• Keong sawah merupakan sumber infeksi apabila tidak dimasak sampai matang.
• Metasercaria hidup & tumbuh >>> cacing dewasa.
Trematoda Darah
1. Schistosoma joponicum
2. Schistosoma mansoni
3. Schistosoma haematobium
Schistosoma joponicum
Schistosoma joponicum
• Kelas : Trematoda
• Subkelas : Digenea
• Ordo : Strigeidida
• Genus : Schistosoma
• Spesies : Schistosoma joponicum
Hospes :
• Hospesnya adalah manusia dan berbagai macam binatang seperti
anjing, kucing, rusa, tikus sawah (rattus), sapi, babi rusa dan lain-lain.
Parasit ini pada manusia menyebabkan oriental schistosomiasis,
skistomiasis japonika, penyakit Ktayama atau penyakit demam keong.

Morfologi dan Daur Hidup :


• Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5cm dan betina kira-kira
1,9cm, hidupnya di vena mesenterika superior. Telur ditemukan di
dinding usus halus dan juga di alat-alat dalam seperti hati,paru dan
otak.
Morfologi Schistosoma joponicum
Telur Schistosoma joponicum
Patologi
• Setelah parasit memasuki tubuh inang dan memproduksi telur,
parasit menggunakan system kekebalan inang (granuloma) untuk
transportasi telur ke dalam usus. Telur merangsang pembentukan
granuloma disekitar mereka. Granuloma yang terdiri dari sel motil
membawa telur kedalam lumen usus. Ketika didalam lumen, sel
granuloma meninggalkan telur untuk dibuang dalam feses. Sayangnya
sekitar 2/3 dari telur tidak dikeluarkan, sebaliknya mereka
berkembang diusus. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya fibrosis.
Pada kasus yang kronis, Schistosoma joponicum merupakan pathogen
dari sebagian besar spesies schistosoma yang menghasilkan 3000
telur per hari diamana jumlah telur yang dikeluarkan ini sepuluh kali
lebih besar dari schistosoma mansoni.
Pengobatan
• Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan prazikuantel. Selain
itu dapat juga digunakan natrium antimony tartrat. Obat lainnya tidak
memberikan hasil yang memuaskan karena sebenarnya tidak ada
obat khusus untuk parasit ini. Obat-obat tersebut akan menyebabkan
cacing dewasa terlepas dari pembuluh darah, sehingga akan tersapu
kedalam hati oleh sirkulasi portal.
Pencegahan
• Kontrol infeksi Schistosoma joponicum memerlukan beberapa upaya pencegahan
penting yang terdiri dari pendidikan, menghilangkan penyakit dari orang yang terinfeksi,
pengendalian vektor dan memberikan vaksin pelindung.
• Pendidikan dapat menjadi cara yang sangat efektif, tetapi sulit dengan kurangnya sumber
daya. Dilakukan juga untuk meminta orang untuk mengubah kebiasaan, tradisi dan
prilaku dapat menjadi tugas yang sulit.
• Kotoran manusia harus dibuang secara hieginis. Kotoran manusia didalam air bila
dibertemu dengan hospes intermediet berupa siput Oncomelania merupakan penyebab
utama untuk kelangsungan hidup cacing Schistosoma. Maka sisa kotoran manusia tidak
boleh digunakan untuk nightsoiling (pemupukan tanaman dengan kotoran manusia).
Untuk menghindari infeksi, individu harus menghindari kontak dengan air yang
terkontaminasi oleh kotoran manusia maupun hewan.
• Sesaat sebelum masuk kedaerah air yang berpotensi terinfeksi, salep Cercaricial dapat
dioleskan pada kulit. Barrier krim dengan basis dimenthicone disarankan untuk
perlindungan tinggi selama minimal 48 jam.
Schistosoma mansoni
Klasifikasi
• Kingdom : Animalia
• Filum : Platyhelminthes
• Kelas : Trematoda
• Subkelas : Digenea
• Ordo : Strigeidida
• Genus : Schistosoma
• Spesies : Schistosoma mansoni
Hospes :
• Hospes definitif adalh manusi dan kera baboon di Afrika sebagai
hospes reservoar. Pada manusia cacing ini menyebabkan
skistosomiasis usus.

Morfologi dan Daur Hidup :


• Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1cm dan betina kira-kira
1,4cm. Pada badan cacing jantan S. Mansoni terdapat tonjolan lebih
kasar bila dibandingkan dengan S. Haematobium dan S.japonicum.
Badan S.japonicummempunyai tonjolan yang lebih halus. Tempat
hidupnya di vena, kolon dan rectum. Telur juga tersebar ke alat-alat
lain seperti hati, paru dan otak.
Morfologi dan telur Schistosoma mansoni
Patologi
• Patologi yang berhubungan dengan infeksi dengan Schistosma
mansoni dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu
schistosomiasis akut dan kronis. Schistomiasis biasa disebut sebagai
demam katayama. Hal ini terkait dengan timbulnya parasite betina
bertelur (sekitar 5 minggu setelah infeksi), dan pembentukan
granuloma sekitar telur terdapat di hati dan dinding usus ,menyerupai
hepatosplenomegali dan leukositosis dengan eosinofilia, mual, sakit
• kepala, batuk, dalam kasus yang ekstrim diare disertai dengan darah,
lendir dan bahan nekrotik. Gejala kronis akan tampak beberapa tahun
setelah infeksi. Gejalanya seperti peradangan pada hati dan jarang
ditemukan di organ lain (paru-paru).
Pengobatan
• Natrium antimonium tartrat cukup efektif untuk pengobatan penyakit
yang diakibatkan oleh parasit ini. Stiboven dapat diberikan secara
intramuskuler. Nitridiasol juga efektif tetapi bukan sebagai obat pilihan.
Obat lain yang cukup baik diberikan peroral adalah oksamniquin dan
nitrioquinolin.
Pencegahan
• Pengendalian Schistosomiasis, dengan mengontrol setiap organisme
yang memungkinkan untuk menularkan cacing. Hal ini bertujuan
untuk mencegah infeksi baru, biasanya oleh gangguan siklus hidup
parasit. Pencegahan dan pengendalian dapat dicapai dengan
sejumlah metode seperti berusaha untuk menghilangkan hospes
perantara, penghapusan parasit dari hospes definitif, pencegahan
infeksi pada inang definitif dan pencegahan infeksi pada hospes
perantara.
Schistosoma haematobium

Klasifikasi
• Kingdom : Animalia
• Filum : Platyhelminthes
• Kelas : Trematoda
• Subkelas : Digenea
• Ordo : Strigeidida
• Genus : Schistosoma
• Spesies : Schistosoma haematobium
Hospes :
• Hospes definitif adalah manusia. Cacing ini meyebabkan skistomiasis
kandung kemih. Baboon dan kera lain dilaporkan sebagai hospes
reservoar.

Morfologi dan Daur Hidup :


• Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm danyang betina kira-
kira 2,0cm. Hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena kandung
kemih. Telur ditemukan di urin dan alat-alat dalam lainnya, juga di alat
kelamin dan rectum.
Morfologi Schistosoma haemotobium
Patologi dan gejala klinis
• Setelah kontak dengan kulit manusia, serkaria masuk kedalam pembuluh darah kulit.
Lebih kurang 5 hari setelah infeksi, cacing muda mulai menjangkau vena portae dan hati.
Kira-kira tiga minggu setelah infeksi pematangan cacing dimulai sejak keluarnya dari vena
portae. Setelah infeksi 10-12 minggu, cacing betina mulai meletakan telur pada venule.
Efek pathogen terdiri atas:
1. Reaksi lokal dan umum terhadap metabolit cacing yang sedang tumbuh dan matang
2. Trauma dengan perdarahan akibat telur keluar dari venule.
3. Pembentukan pseudoabses dan pseudotuberkel mengelilingi telur terbatas pada
jaringan perivaskuler
• Penyakit ini seringkali tidak memperlihatkan tanda-tanda awal. Di beberapa tempat
tanda-tanda umum yang sering terliha tadalah adanya darah di dalam air kencing atau
kotoran. Pada wanita, tanda ini bisa juga disebabkan oleh adanya luka
• pada alat kelaminnya. Di daerah di mana penyakit ini banyak terjadi, orangyang
memperlihatkan sekedar gejala-gejala yang tidak parah atau hanya sekedar sakit perut
saja, patut diperiksa.
Pengobatan
• Obat yang biasa digunakan adalah Metrifonate, organoposforus cholinesterase inhibitor.
Dosisnya 5-15 mg/ kg berat badan diberikan dengan interval 2 minggu.

Pencegahan
• Penyakit cacing dalam darah tidak ditularkan secara langsung dari satu ke orang lain.
Sebagian hidup cacing harus dihabiskan dengan hidup di dalam keong air jenis tertentu.
Program masyarakat dapat diadakan untuk membasmi keong-keong tersebut pada
lingkungan pemukiman agar mencegah penularan penyakit cacing pada manusia.

• Cara menghindari penyebab penyakit ini antara lain:


• Menghindari kencing atau buang air besar di dalam air atau dekat sumber air.
• Hindari berenang di dalam air kotor.
• Gunakan perlindungan kaki saat memasuki air, misalnya menggunakan seoatu boot
Klasifikasi Trematoda Umum
Phylum Platyhelminthes terdiri atas tiga kelas, yaitu
1. Turrbellaria
2. Trematoda
3. Cestoidea
Kelas Trematoda
• Hanya bersifat parasit; stadium definitif ditutupi dengan integument
tidak bersilia; epitel bersilia terbatas pada larva yang menetas dari
telur biasanya memiliki batil isap; biasanya ditemukan saluran
pencernaan makanan kecuali generasi sporokista Digenea.
• Subkelas Digenea. Hampir semua spesies bersifat endoparasit; alat
untuk melekat terdiri atas satu atau lebih batil isap, salah satunya
sirkumoral; porus eksretorius terbuka ke posterior (tunggal pada
stadium definitif, ganda pada stadium larva); perkembangannya
kompleks, dengan perubahan tiga atau lebih generasi, satu
diantaranya pada tuan rumah yang melahirkan stadium peralihan
pada moluska; telur menetas, keluar larva yang memiliki silia.
Ordo Prostomata
• Mulut pada / dekat ujung anterior badan, dikelilingi sebuah batil isap. Ordo ini
merupakan parasit bagi manusia.
• Subordo Strigeata. Stadium definitif (dewasa) monecious / diecious, hidup
dalam saluran pencernaan makanan atau darah vertebrata; selalu didapat
batil isap anterior; biasanya ditemukan satu atau lebih acetabula ventral;
cercaria dengan ekor bercabang dua; pada mirasidium terdapat dua pasang
“flam cells”.
• Superfamili Schistosomatoidea (Stiles dan Hassall, 1926). Stadium definitif
monecious atau diecious, hidup dalam darah portal dari vertebrata; tidak
memiliki otot pharyng; dengan /tanpa asetabulum ventral; telur tidak
beroperkulum cercaria apharyngeal, batil isap anterior posisinya preoral;tidak
ditemukan stadium metacercaria; cercaria memasuki tubuh tuan rumah
definitif dengan menembus kulit.
Famili Schistosomatidae
• Spesies Schistosoma japonicium, S. mansoni, S. Haematobium dan S.
mekongi.
• Subordo Paramphistomata. Hermafrodit, ventral sucker berkembang
dengan baik, posteroterminal atau subterminal di samping organ
reproduksi.
• Superfamili Paramphistomatoidea. Stiles dan Goldberger, 1910.
Acetabulum caudoterminal atau subterminal; ditemukan oral sucker
dan eosofagus; porus genitalis di daerah pre-equatorial testes satu
atau dua buah umumnya preovarial; vitellaria dilateral; telur
beroperkulum; sepasang “flam cell” pada mirasidium.
Distomata

• Pemberian nama Distomata dipergunakan untuk memberikan


gambaran secara diskritif, tidak sebagai taksonomi.
• Hermafrodit; ditemukan oral sucker dan ventral sucker; organ
reproduksi seluruhnya atau sebagian besar di sebelah posterior dari
ventral sucker.
• Sepasang “Flame Cell” ditemukan pada mirasidium; beribu spesies
dalam kelompok ini yang bertindak sebagai parasit pada hospes
vertebrata; pada manusia terdiri atas tiga superfamili sebagai berikut.
1. Superfamili Echinostamatoidea (Faust, 1929).
• Trematoda dengan ukuran sedang; hidup dalam intestinum, sebagian kecil
pada saluran empedu vertebrata; ventral sucker berkembang baik,
berdekatan dengan oral sucker; telur besar beroperkulum, belum matang
ketika keluar dari parasit; khas (pada famili Echinostomatidae) dengan collar
(seperti kerah baju) dari duri cervikal; mirasidium, memiliki dua bintik mata
yang terletak di tangah-tengah; berkembang menjadi redia; berkembang
cercaria setelah redia dua dengan ekor sederhana atau bergalur; menetas
dalam jaringan molusca, beberapa invertebrate lain,vertebrata atau tanaman.
• Famili Echinostomaatidae.
• Spesies Echinostoma ilocanum, E. Lindoense.
• Famili Fasciolidae.
• Spesies Fasciola hepatica, F. gigantic, Fasciolopsis buski
2. Superfamili Plagiorchioidea (Dolfus, 1930)
• Trematoda dengan ukuran sedang dan kecil; pipih atau silindris; hidup di
dalam saluran biler, saluran pankreas, intestine atau paru-paru vertebrata.
Mengeluarkan telur kecil / sedang, operculum tebal, mengandug mirasidium
sempurna ketika di keluarkan dari tubuh cacing. Miracidia membentuk sporo
kista; cercaria (memiliki / tidak styllet) dihasilkan dalam sporokista generasi II
atau redia, membentuk kista di dalam crustace, insek, moluska atau hospes
perantara lain atau dalam tumbuhan, untuk kemudian ditularkan ke dalam
tuan rumah definitif.
• Famili Dicrocoliidae.
• Spesies Dicrocoelium dendriticum.
• Famili Troglotrematidae.
• Spesies Paragonimus westermani
3. Superfamili Opisthorchioidea (Vogel,1934 Faust,
1949)
• Cacing berukuran kecil / sedang; seringkali spinose, perkembangan muskulatur tidak
sempurna, dengan atau tapa bintik mata pada stadium dewasa. Tidak memiliki kantung
cirrus, testis di belakang ovarium, tidak memiliki reseptakulum seminalis, metraterm dan
duktus ejakolatoris bersatu membentuk duktus genitalis komunis. Telur kecil, dinding
tebal, memiliki operkulum, mengandung mirasidium yang berkembang sempurna ketika
keluar dari cacing, akan tetapi baru menetas jika di telan tuan rumah yang sesuai.
Cercaria berkembang dari redia sederhana, berbintik mata, acetabulum rudimeter, tanpa
stylet tetapi memiliki dua atau tiga baris pendek, duri pengait di atas mulut. Cercaria
ensitasi dalam ikan; dewasa pada saluran pencernaan makanan atau traktus bilaris
mamalia, burung, reptil atau ikan.
• Famili Opisthorchiidae.
• Spesies Opisthorchis felineus, O. viverini, Clonorchis sinensis.
• Famili Heteophydae.
• Spesies Heterophyes heterophyes, metagonimus yokogawi
Siklus Hidup Trematoda

• Telur yang keluar dari tubuh cacing mungkin telah matang terdapat
padaSchistosoma,Chlonorchis,
Metagonimus dan Opisthorchis.Pada Schistosoma telur langsung
menetas di air,sedangkan pada Chlonorchis dan Metagonimus, baru
akan menetas jika masuk kedalam tubuh keong air.Keadaan telur
lainya yang perlu pematangan terlebih dulu di air, misalnya Fasciola,
Fasciolopsis dan Paragonimus.
Siklus Hidup Trematoda
Trematoda darah
• terdiri atas Schistosoma haematobium, S. mansoni, S.
japonicum dan S. mekongi.
Gejala Klinis

• Pada umumnya infeksi oleh trematoda tidak menimbulkan gejala


yang berarti. Adapun gejala klinis ini tergantung pada beberapa hal
yaitu ukuran, jumlah dan stadium cacing, organ atau jaringan yang
terinfeksi, keadaan umum hospes.
• Perubahan yang dapat terjadi pada tuan rumah defitinif berupa
kelainan lokal atau sistemik, tapi kebanyakan terjadi kedua-duanya.
Terdapat tiga tahapan penyakit oleh trematoda, yaitu stadium
prepaten atau masa inkubasi biologis, yaitu waktu sejak masuknya
stadium infektif pada hospes sampai dapat menghasilkan telur atau
sampai timbulknya gejala klinis. Selsnjutnya stadium akut, tahapan ke
tiga yaitu stadium kronis.
Pencegahan
• Pencegahan penyakit oleh trematoda dapat di lakukan beberapa hal
yaitu pengobatan penderita sebagai sumber infeksi, desinfeksi dan
sanitasi pembungan tinja, urine atau sputum, kampanye antimolusca
(pemberantasan keong air tawar). Serta pendidikan terutama
menyangkut mandi serta makan.

Anda mungkin juga menyukai