Laporan Toksikologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

DOSEN PEMBIMBING:

NAMA PENYUSUN : SEFTY FATIMAH

DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

2016
1. Identifikasi asetosal dalam urine

Tujuan: Untuk mengetahui adanya senyawa asetosal dalam urine seseorang.

Prinsip: Asetosal setelah di ekstraksi dengan eter pada Ph 3-4 (HCL 2N), bereaksi dengan
CuSO4 dalam suasana asam (asetat 10 %) dengan katalisator panas membentuk larutan
yang berwarna merah ceri.

Alat dan bahan: Eter, HCL 2N, CuSO4 0,5 % dalam suasana asam asetat 10 % , aseton, NaNO2
(natrium nitrit).
Tabung plastik bertutup, strip Ph, rotator, waterbath, pipet tetes, pipet volume, spatel, cawan
gerus.

Prosedur kerja:
1. Teteskan HCL 2N pada sampel urine sampai Ph 3-4, cek dengan strip pengecek
keasaman Ph.
2. Pipet 2 ml urine ke dalam tabung lalu tambahkan 5 ml eter di lemari asam dan di rotator
selama 15 menit agar senyawa asetosal larut pada pelarut organik.
3. Pindahkan larutan eter yang terpisah di bagian atas larutan ke cawan penggerus lalu
keringkan di atas penangas air.
4. Tambahkan lagi eter sebanyak 5 ml dan lakukan ulang tahap 3 dan 4.
5. Jika ekstrak sudah mengering teteskan 5 tetes aseton, 5 tetes pereksi, aduk dengan batang
pengaduk dan masukkan kedalam tabung reaksi, tambahkan natrium nitrit seujung spatel.
6. Lalu panaskan pada waterbath selama 5 menit.
7. Jika sampel mengandung senyawa asetosal dalam beberapa menit akan membentuk
warna merah ceri.

Kontrol (+) : 5 tts larutan asetosal + 5 tts aseton + CuSO4 (asetat 10%) + nitrit, panaskan 5
menit.
Kontrol (-) : 5 tts aquades + 5 tts aseton + CuSO4 (asetat 10%) + nitrit, panaskan 5 menit.

Hasil Praktikum:

Kesimpulan: Sampel urine positif mengandung senyawa asetosal.

2. Identifikasi parasetamol dalam urine

Tujuan: Untuk mengetahui adanya senyawa parasetamol dalam urine seseorang.

Prinsip: Parasetamol setelah di ekstraksi dengan eter pada Ph 3-4 (HCL 2N), bereaksi dengan
NaNO2 dalam suasana H2SO4 pekat membentuk senyawa berwarna ungu.

Alat dan bahan: HCL 2N, pereaksi liebermann ( 1 gram NaNO2/ 10 ml H2SO4 pekat).
Tabung plastik bertutup, strip Ph, rotator, waterbath, pipet tetes, pipet volume,
spatel, cawan gerus.

Prosedur kerja:
1. Teteskan HCL 2N pada sampel urine sampai Ph 3-4, cek dengan strip pengecek
keasaman Ph.
2. Pipet 2 ml urine ke dalam tabung lalu tambahkan 5 ml eter di lemari asam dan di rotator
selama 15 menit agar senyawa parasetamol larut pada pelarut organik.
3. Pindahkan larutan eter yang terpisah di bagian atas larutan ke cawan penggerus lalu
keringkan di atas penangas air.
4. Tambahkan lagi eter sebanyak 5 ml dan lakukan ulang tahap 3 dan 4.
5. Jika ekstrak sudah mengering teteskan 1 tetes pereaksi liebermann.
6. Jika sampel mengandung senyawa parasetamol akan terbentuk warna ungu violet pada
ekstrak.

K (+) : larutan parasetamol 1 tts + 1 tts pereaksi liebermann.


K (-) : aquades 1 tts + 1 tts pereaksi liebermann.

Hasil Praktikum:

Kesimpulan: Sampel urine positif mengandung senyawa parasetamol.

3. Analisa kualitatif arsen dalam urine.

Tujuan: Untuk mengetahui adanya senyawa arsen dalam urine seseorang.

Alat dan bahan: Tabung reaksi, pipet tetes, pipet volume,waterbath, kertas saring, kapas Pb
(Ac)2, kawat Cu, karet, AgNO3/ HgCl2 (5-10 %), H2SO4/ HCL encer (6 M), logam Zn, air suling,
HCL pekat, KCN 10 %

1. Metode Gutzeit

Prosedur kerja:
1. Masukan sampel sebanyak 1 ml + H2SO4/ HCL encer (6 M) 5-7 ml + logam Zn 500 mg.
2. Lalu masukan kapas yang mengandung Pb (Ac) 2 yang telah dikeringkan pada atas tabung
dengan tidak terlalu padat (untuk mencegah terjadinya (+) palsu).
3. Lalu tutup tabung dengan kertas saring lalu teteskan dengan AgNO3 (5-10 %) sebanyak
2-3 tetes sebagai penampak noda.
4. Panaskan selama 5 menit pada waterbath.
5. Jika sampel mengandung arsen maka pada kertas saring akan terdapat noda berwarna
hitam.
Catatan : Untuk membuat kontrol positif dan negatif perlakuan nya sama hanya saja untuk
kontrol (+) sampel diganti dengan larutan arsen, sedangkan untuk kontrol (-) sampel
diganti dengan aquades.

Hasil Praktikum:

Kesimpulan:

2. Metode Sanger black

Prosedur kerja:
1. Masukan sampel sebanyak 1 ml + H2SO4/ HCL encer (6 M) 5-7 ml + logam Zn 500 mg.
2. Lalu masukan kapas yang mengandung Pb (Ac) 2 yang telah dikeringkan pada atas tabung
dengan tidak terlalu padat (untuk mencegah terjadinya (+) palsu).
3. Lalu tutup tabung dengan kertas saring lalu teteskan dengan HgCl 2 (5-10 %) sebanyak 2-
3 tetes sebagai penampak noda.
4. Jika sampel mengandung arsen maka pada kertas saring akan terdapat noda berwarna
kuning.

Catatan : Untuk membuat kontrol positif dan negatif perlakuan nya sama hanya saja untuk
kontrol (+) sampel diganti dengan larutan arsen, sedangkan untuk kontrol (-) sampel
diganti dengan aquades.

Hasil Praktikum:

Kesimpulan:

3. Metode Ronsch test

Prosedur kerja:
1. Pada tabung reaksi berukuran besar masukkan 5 ml air suling + 1 ml HCL pekat + 1 ml
sampel.
2. Masukkan kawat Cu yang berukuran lebih panjang dari panjang tabung.
3. Panaskan selama 1 jam pada waterbath.
4. Amati lapisan hitam dan jika larut dalam KCN 10 % menandakan sampel mengandung
senyawa arsen.

Catatan : Untuk membuat kontrol positif dan negatif perlakuan nya sama hanya saja untuk
kontrol (+) sampel diganti dengan larutan arsen, sedangkan untuk kontrol (-) sampel
diganti dengan aquades.

Hasil Praktikum:
Terdapat lapisan hitam pada kawat Cu yang larut pada KCN

Kesimpulan:

Sampel urine positif mengandung senyawa arsen.

4. Analisa kualitatif formalin dalam urine.

Tujuan: Untuk mengetahui adanya senyawa formalin dalam urine seseorang.

Alat dan bahan: Larutan formalin, fenilhidiazin HCL 1 %, K3[Fe(CN)6]4, HCL pekat, asam
kromatopat, asam sulfat 72 %, aquades, tabung reaksi, pipet tetes, pipet
volume, waterbath.

1. Metode Schryver

Prosedur kerja:
1. Masukkan kedalam tabung reaksi 5 ml sampel + 1 ml fenilhidiazin HCL 1 % + 0,5 ml
K3[Fe(CN)6]4 + 2 ml HCL pekat.
2. Jika sampel mengandung formalin maka akan terbentuk warna merah pada larutan.

Catatan : Untuk membuat kontrol positif dan negatif perlakuan nya sama hanya saja untuk
kontrol (+) sampel diganti dengan larutan formalin, sedangkan untuk kontrol (-)
sampel diganti dengan aquades.

Hasil Praktikum:
Kesimpulan: Sampel urine tidak mengandung senyawa formalin.

2. Metode Asam kromatopat

Prosedur kerja:
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml sampel + 5 ml asam kromatopat ( 500 mg asam
kromatopat + 100 ml asam sulfat 72 %).
2. Panaskan pada waterbath selama 5 menit.
3. Jika sampel mengandung formalin maka akan terbentuk warna ungu pada larutan.

Catatan : Untuk membuat kontrol positif dan negatif perlakuan nya sama hanya saja untuk
kontrol (+) sampel diganti dengan larutan formalin, sedangkan untuk kontrol (-)
sampel diganti dengan aquades.

Hasil Praktikum:

Kesimpulan: Sampel urine mengandung senyawa formalin.

5. Identifikasi sianida dalam urine

Tujuan: Untuk menetahui adanya senyawa sianida dalam urine seseorang.


Alat dan bahan: Na2CO3 10 %, larutan KCN 0,5 % , asam tartrat 10 % , aquades, tabung
reaksi, kertas saring, pipet tetes, waterbath.

Prosedur kerja:
1. Masukkan kedalam tabung reaksi larutan sampel 1 ml, ditambah asam tartrat 10
% 5 ml, lalu tutup tabung dengan kertas saring dan teteskan 1 tetes Na2CO3 10 %
pada kertas saring.
2. Panaskan pada waterbath selama 5 menit.
3. Jika sampel positif mengandung sianida maka akan muncul warna bercak merah
pada kertas saring.

Catatan : Untuk membuat kontrol positif dan negatif perlakuan nya sama hanya saja untuk
kontrol (+) sampel diganti dengan larutan sianida (KCN), sedangkan untuk kontrol (-)
sampel diganti dengan aquades.

Hasil Praktikum :

Kesimpulan : Sampel urine positif mengandung sianida.

6. Identifikasi Pb dalam urine

Tujuan: Untuk menetahui adanya senyawa Pb dalam urine seseorang.

Alat dan bahan: larutan Pb, pereaksi KI, asam sulfat, HCL, kalium kromat, aquades, tabung
reaksi kecil, pipet tetes.

Prosedur kerja:
1. Masukkan kedalam tabung reaksi sampel 2-3 tetes pada 4 tabung.
2. Lalu pada keempat tabung tersebut diisi dengan pereaksi yang berbeda (KI, asam
sulfat, kalium kromat, HCL) 2-3 tetes.
3. Perhatikan perubahan yang terjadi dan bandingkan dengan kontrol positif dan
negatif.
Catatan : Untuk membuat kontrol positif dan negatif perlakuan nya sama hanya saja untuk
kontrol (+) sampel diganti dengan larutan Pb, sedangkan untuk kontrol (-) sampel
diganti dengan aquades.

Hasil Praktikum :
Pereaksi KI : (+) Endapan kuning

Pereaksi Kalium kromat : (+) Endapan kuning

Pereaksi HCL : (+) Endapan putih

Pereaksi H2SO4 : (+) Endapan putih

(-) : Tidak ada endapan

Kesimpulan: Sampel positif mengandung senyawa timbal.

7. Identifikasi Hg dalam urine

Tujuan: Untuk menetahui adanya senyawa Hg dalam urine seseorang.

Alat dan bahan: larutan Hg, pereaksi KI, asam sulfat, HCL, kalium kromat, aquades, tabung
reaksi kecil, pipet tetes.

Prosedur kerja:
1. Masukkan kedalam tabung reaksi sampel 2-3 tetes pada 4 tabung.
2. Lalu pada keempat tabung tersebut diisi dengan pereaksi yang berbeda (KI, asam
sulfat, kalium kromat, HCL) 2-3 tetes.
3. Perhatikan perubahan yang terjadi dan bandingkan dengan kontrol positif dan
negatif.

Catatan : Untuk membuat kontrol positif dan negatif perlakuan nya sama hanya saja untuk
kontrol (+) sampel diganti dengan larutan Hg, sedangkan untuk kontrol (-) sampel
diganti dengan aquades.

Hasil Praktikum :
Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen Pembimbing

(Sefty Fatimah) ( )

Anda mungkin juga menyukai