Fts Steril

Anda di halaman 1dari 25

FTS STERIL

Preformulasi pengembangan sediaan berdasarkan sifat fisika


kimia
Kelompok 4
DEFINISI
Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya
sebelum dan formulasi yang artinya perumusan atau
penyusunan. dibidang farmasi preformulasi dapat
diartikan sebagai langkah awal yang dilakukan ketika akan
membuat formula suatu obat. Preformulasi meliputi
pengkajian tentang karakteristik/sifat-sifat dari bahan obat
dan bahan tambahan obat yang akan diformulasi.
TUJUAN PREFORMULASI

Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah


untuk mencapai sebuah respon terapi yang diramalkan
dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat dalam skala
besar dengan menghasilkan produk yang berkualitas,
untuk memastikan kualitas produk, banyak ciri khas yang
diperlukan. Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan
yang sesuai untuk melawan kontaminasi mikroba jika
diperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan
termasuk pembuat resep dan pasien, kemasan yang cocok
dan pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus juga
mandiri dari pasien untuk pasien.
Sifat suatu sediaan dapat mempengaruhi secara bermakna
kecepatan onset efek terapi dari suatu obat, lamanya efek
tersebut, dan bentuk pola absorbsi yang dicapai. Oleh karena itu
pengembangan praformulasi dan formulasi untuk suatu produk
steril harus diintregasikan secara hati – hati dengan pemberian
yang dimaksud pada seorang pasien.
Beberapa alasan mengapa obat dibuat sediaan yaitu :
 Untuk keamanan penggunaan zat aktif yang merangsang
lambung
 Untuk menghilangkan atau mengurangi bau, rasa yang tidak
enak
 Memudahkan penggunaan
 Aksebilitas (dapat diterima) oleh pasien
 Zat aktif dilepas berlahan-lahan (Drug delivery system).
PERTIMBANGAN UMUM PREFORMULASI
Sebelum membuat formula sediaan obat, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu :
1. Bentuk sediaan yang akan dibuat.
Ada beberapa pilihan bentuk sediaan farmasi yaitu bentuk padat
(puyer, tablet, kapsul, suppositoria ), bentuk setengah padat ( salep,
pasta, krim ) dan bentuk cair ( larutan, suspensi, emulsi ).
Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada :
 Sifat-sifat fisika-kimia zat aktif yang digunakan, yakni kelarutan, ukuran
partikel, sifat higroskopis, reaksi-reaksi kimia dll.
 Kerja obat yang diinginkan, secara lokal ataukah sistemik. Untuk kerja lokal
dipilih sediaan salep, krim, lotion, serbuk tabur. Untuk kerja sistemik (
diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah ) dipilih sediaan tablet, kapsul,
pulveres/puyer dan sirup.
 Umur si pemakai. Untuk bayi dan anak-anak lebih disukai bentuk pulveres
dan sirup. Untuk dewasa umumnya dibuat dalam bentuk tablet, kapsul.
2. Bahan tambahan obat yang akan digunakan. Bahan
tambahan yang digunakan dalam formulasi harus
kompatibel (dapat tercampurkan ) dengan bahan obat
utama ( zat aktif ) dan bahan tambahan yang lain.
 Bahan tambahan diperlukan untuk :
 Mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan ( bentuk tablet,
larutan, dll ).
 Menjaga kestabilan sediaan obat (misal : pengawet,
pensuspensi,pengemulsi )
 Menjaga kestabilan zat aktif ( misal : antioksidan )
3. Kenyamanan saat penggunaan
a) Kenyamanan saat digunakan penting untuk diperhatikan karena
akan mempengaruhi kepatuhan si pemakai obat. Jika obat berasa
tidak enak maka orang akan enggan mengkonsumsinya.
b) Rasa yang tidak enak dari obat dapat ditutupi dengan penambahan
corrigens saporis, bau yang tidak enak ditutupi dengan corrigens
odoris, dan warna yang kurang menarik ditutupi dengan corrigens
coloris.
c) Rasa pahit dari obat-obat tertentu misal Ampisilin dan Amoksisilin
dapat diatasi dengan penggunaan bentuk garamnya yaitu Ampisilin
trihidrat dan Amoksisilin trihidrat yang tidak pahit.
d) Sediaan setengah padat harus memenuhi persyaratan yaitu : halus,
mudah dioleskan, tidak terlalu lengket dan tidak meninggalkan
bekas noda pada pakaian.
4. Kestabilan sediaan obat
a) Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam
keadaan yang stabil, tidak menampakkan tanda-tanda
kerusakan. Tanda-tanda kerusakan yang umum ditemui pada
sediaan obat misalnya: terjadi perubahan warna, bau, rasa,
timbulnya kristal pada permukaan tablet/kaplet, memisahnya
air dan minyak pada sediaan krim / emulsi.
b) untuk menjaga kestabilan sediaan obat perlu dilakukan :
 Penambahan bahan tambahan tertentu ( misalnya : pengawet ).
 pengemasan yang tepat.
 pemberian petunjuk tentang cara penyimpanan yang benar.
5. Khasiat obat
Untuk menjaga khasiat obat, perlu diperhatikan :
 Pemilihan bentuk sediaan. Sebagai contoh, jika zat aktif tidak
stabil dalam media air, maka tidak diformulasi dalam bentuk
cair
 Bahan-bahan tambahan yang digunakan tidak boleh mengurangi
khasiat zat aktifnya.
 Pemberian petunjuk cara penggunaan yang benar.
JENIS-JENIS BAHAN OBAT DAN BAHAN
TAMBAHAN OBAT
Formula Beberapa Bentuk Sediaan Obat
 Formula Tablet
Bahan obat aktif : 1% - 50% dan Bahan tambahan obat : 50% - 90%,
terdiri dari :Pengisi, pengikat, penghancur, pelicin, pelumas, pemberi
warna, perasa, penyalut
 Formula Salep
Bahan obat aktif : 1% - 10% dan Bahan tambahan obat : 90% - 99%,
terdiri dari : Dasar salep, pengawet, pewarna.
 Formula Krim
Bahan obat aktif : 1% - 10% Bahan tambahan obat : 90% - 99% terdiri
dari :Dasar krim, pewangi, pengawet, pewarna.
 Formula Suspensi
Bahan obat aktif : 1% - 10% Bahan tambahan obat : 90% - 99% terdiri
dari :Pembawa/pelarut, pensuspensi, perasa, pengawet
 Formula Injeksi
Bahan obat aktif : 1% - 20% Bahan tambahan obat : 80% - 99% terdiri
dari : Pembawa, pengisotoni, pengawet
SIFAT FISIKA KIMIA BAHAN OBAT DAN
BAHAN TAMBAHAN OBAT

Sifat fisika kimia ini juga akan berkaitan erat dalam pengangkutan obat
untuk mencapai reseptor. Sebelum mencapai reseptor, molekul-molekul obat
harus melalui bermacam-macam membran, berinteraksi dengan senyawa-
senyawa dalam cairan luar dan dalam sel serta biopolimer.
Sifat-sifat Fisika-Kimia dari bahan obat dan bahan tambahan obat yang
harus diketahui sebelum formulasi obat adalah :
a. Rasa, bau dan warna zat. Rasa, bau dan warna zat harus diketahui agar bisa
menentukan bahan tambahan obat seperti : corrigens saporis, corrigens
odoris, dan corrigens coloris yang dibutuhkan.
b. Kelarutan.
 Kelarutan bahan obat penting untuk diketahui terutama kelarutan dalam
air.
 Bahan obat yang mudah larut dalam air akan lebih mudah diabsorpsi
sehingga akan lebih cepat memberikan efek terapi. Sehingga untuk zat
aktif yang mudah larut dan stabil dalam air, lebih baik bila dibuat dalam
bentuk cair.
c. Ukuran partikel. Ukuran partikel berpengaruh pada :
 Makin kecil ukuran partikel bahan obat makin mudah
larut sehingga makin mudah diabsorpsi. Keseragaman
isi.
 Makin homogen ukuran partikel maka makin terjamin
keseragaman dosisnya. Laju pengendapan.
 Makin besar ukuran partikel akan makin mudah
mengendap. Pada sediaan suspensi bisa menyebabkan
terjadinya caking. Penambahan bahan pensuspensi
akan menghambat laju pengendapan sehingga akan
mencegah terbentuknya caking / endapan yang keras.
d. Kestabilan bahan obat Reaksi-reaksi kimia yang
mempengaruhi kestabilan bahan obat :
1. Hidrolisa
Reaksi hidrolisa adalah reaksi peruraian suatu
zat oleh air. Contoh bahan obat yang mudah
mengalami hidrolisa adalah Aspirin dan obat-obat
golongan Antibiotika ( misal : Ampisilin, Amoksisilin,
Tetrasiklin, dll ). Terhidrolisanya Aspirin ditandai
dengan timbulnya bau Asam Asetat / cuka.
2. Oksidasi
Pada beberapa bahan obat akan terjadi reaksi oksidasi
bila terpapar cahaya terlalu lama, terkena panas atau bila
bereaksi dengan gas oksigen. Contoh : Iodium, Kalium
Permanganat (PK).
 Hanya obat yang mempunyai struktur dengan kekhasan yang tinggi saja yang
dapat berinteraksi dengan reseptor biologis, sifat kimia fisika harus
menunjang orientasi khas molekul pada permukaan reseptor.
a. Sifat Fisika
Uraian fisik dari suatu obat sebelum pengembangan bentuk sediaan
penting untuk dipahami, kebanyakan zat obat yang digunakan sekarang
adalah bahan padat.
b. Pengujian Mikroskopik
Pengujian mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan suatu
tahap penting dalam kerja (penelitian) praformulasi. Ia memberikan indikasi
(petunjuk ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal.
c. Ukuran Partikel
Sifat-sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh
distribusi ukuran partikel, termasuk laju disolusi obat, bioavailabilitas,
keseragaman isi, rasa, tekstur, warna dan kestabilan.
d. Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi
Untuk memproduksi suatu respon biologis molekul obat pertama-tama
harus menyeberangi sutau membrane biologis yang bertindak sebagai
pembatas lemak.
e. Polimerfisme
Suatu formulasi yang penting adalah bentuk kristal atau bentuk
amorf dari zat obat tersebut. Bentuk-bentuk polimorfismebiasanya
menunjukkan sifat fisika kimia yang berbeda termasuk titik leleh dan
kelarutan. Bentuk polimorfisme ditunjukkan oleh paling sedikit
sepertiga dari senua senyawa-senyawa organic.
f. Kelarutan
Suatu sifat kimia fisika yang penting dari suatu zat obat adalah
kelarutan, terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus
memiliki kelarutan dalam air agar manjur dalam terapi.
g. Disolusi
Perbedaan aktivitas biologis dari suatu zat obat mungkin
diakibatkan oleh laju disolusi.
h. Kestabilan
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam praformulasi
adalah evaluasi kestabilan fisika dari zat obat murni. Pengkajian awal
dimulai dengan menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang
diketahui.
Sifat Kimia
Penentuan stabilitas obat penting dilakukan sedini mungkin.
Studi stabilitas preformulasi meliputi bentuk larutan dan keadaan
padat pada beberapa kondisi penanganan: formulasi, penyimpanan,
dan pemberian in vivo.
Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan kelarutan
senyawa dalam media yang berbeda dan bervariasi diantara dua hal
yang ekstrem, yaitu pelarut polar, seperrti air, dan pelarut nonpolar
seperti lemak.
Pengkajian praformulasi yang dihubungkan dengan fase
praformulasi termasuk kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan
padat, kestabilan fase larutan dan kestabilan dengan adanya bahan
penambah.
Penyelidikan awal dimulai dengan pengetahuan tentang struktur
kimia obat yang mengizikan mengantisipasi reaksi degradasi yang
mungkin terjadi.
SECARA KIMIA PROSES KERUSAKAN
YANG PALING SERING MELIPUTI
HIDROLISIS DAN OKSIDASI
 Konstanta disosiasi
Konstanta disosiasi digunakan untuk mengetahui Ph dalam
proses pembuatan sediaan steril. Saat suatu asam HA larut dalam air,
sebagian asam tersebut terurai (terdisosiasi)
membentuk ion hidronium dan basa konjugasinya.
 Kelarutan
Semua sifat fisika atau kimia bahan aktif langsung atau tidak
langsung akan dipengaruhi oleh kelarutan. Dalam larutan ideal,
kelarutan bergantung pada suhu lebur.
 Disolusi
Disolusi merupakan tahap pembatas laju absorbsi suatu obat
menuju sirkulasi sistemik.
 Stabilitas
Stabilitas fisika dan kimia dari bahan aktif murni sangat perlu
untuk dievaluasi karena jika terdapat keberadaan pengotor dapat
menyebabkan kesimpulan yang salah
F. CARA PENCAMPURAN BAHAN OBAT DAN BAHAN
TAMBAHAN OBAT DARI BERBAGAI BENTUK SEDIAAN
Apabila dalam sediaan obat terdapat lebih dari dua bahan, maka
pencampuran harus dilakukan sebaik mungkin supaya didapatkan campuran
yang homogen. Ada beberapa metode pencampuran, yaitu :
 Spatula
Bahan digerus di atas kertas dengan memakai spatula. Metode ini
hasilnya kurang maksimal, terlebih bila serbuk yang dicampur jumlahnya
banyak.
 Triturasi.
Bahan digerus di dalam lumpang porselen atau lumpang kayu, bisa
juga lumpang dari kaca. Lebih disukai lumpang porselen yang permukaan
dalamnya kasar. Hasil yang diperoleh cukup bagus.
 Ayakan
Bahan dicampur dengan cara melewatkannya melalui ayakan. Hasil
campuran yang diperoleh biasanya agak halus. Cara ini kurang diyakini
homogenitasnya.
 Tumbling
Bahan diguling-gulingkan supaya tercampur merata. Metode ini
digunakan untuk mencampur serbuk dalam jumlah besar, dengan
menggunakan mesin penggiling serbuk yang dirancang khusus.
Beberapa bahan obat akan menampakkan reaksi yang
tidak diinginkan bila dicampur, misalnya terjadi
penggumpalan, perubahan warna atau reaksi lain yang
akan menyebabkan menurun atau hilangnya khasiat dari
bahan obat tersebut.
 Berikut ini pedoman cara mencampur bahan-bahan obat :
 Bentuk sediaan padat.
 Bentuk sediaan setengah padat.
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KHASIAT
OBAT
Khasiat obat atau efek terapi obat adalah respon
yang dialami oleh tubuh setelah penggunaan obat.
Hal-hal yang mempengaruhi khasiat obat :
 Dosis obat yang digunakan

Dosis obat ( zat aktif ) yang digunakan harus mampu


menimbulkan efek terapi bagi si pemakai. Dosis tersebut
disebut dosis terapi.
 Absorpsi obat

Agar suatu obat dapat menghasilkan efek terapi /


khasiat, obat tersebut harus larut, kemudian
diasbsorpsi/menembus membran biologis dan dibawa
oleh darah ke seluruh jaringan dan organ-organ tubuh.
 Cara pemberian obat
Cara pemberian obat akan berpengaruh pada kecepatan
absorpsi zat aktif.
 Bentuk sedian

Untuk mengetahui pengaruh bentuk sediaan obat


terhadap khasiat obat telah dilakukan penelitian uji klinis
berupa pengukuran kadar obat dalam darah setelah
pemberian obat .Penelitian tersebut digunakan untuk
membandingkan absorpsi obat dari berbagai bentuk
sediaan, khususnya sediaan obat untuk pemakaian oral.
H. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMAKAIAN
OBAT DARI BERBAGAI SEDIAAN
3. Kelebihan dan kekurangan sediaan bentuk cair.
Kelebihan :
 Penyerapan/absorbsi obat lebih cepat dibanding sediaan padat.
 Keseragaman dosis lebih terjamin dibanding sediaan padat karena dalam
bentuk larutan bahan obat terdispersi secara molekuler.
 Bila akan diencerkan atau dicampur dengan bahan obat lain keseragaman
obat tetap terjaga.
 Lebih disukai oleh penderita yang tidak bisa menelan tablet atau kapsul.
 Dapat diberi perasa atau pewarna yang menarik sehingga bisa menimbulkan
kepatuhan minum obat pada penderita, terutama anak-anak.
Kekurangan :
 Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil/mudah rusak dalam air.
 Tidak praktis untuk dibawa kemana-mana.
 Lebih mudah ditumbuhi jamur atau mikroba lain dibandingkan bentuk
padat.

Anda mungkin juga menyukai