Farmakoterapi II Asma

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

FARMAKOTERAPI II

ASTHMA
BY :
ADE SAFITRI
NURHIDAYAH HAFID
LISDAYANTI
NINING SETIA R.
IIS FAUZIAH
VIVI E.
SISKA WISYAWATI
AYU WIDYA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
2016
Asthma Facts

Riskesdas tahun 2013 menyebutkan prevalensi asma di


Indonesia mencapai 4,5 persen.
Lancet (Sept 2015) menemukan saat ini sekitar 334
juta penduduk dunia menderita asma.
Berdasarkan gambaran tersebut, terlihat bahwa asma
telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
perlu mendapat perhatian serius
What is Asthma?
WHO medefiniskan Asma sebagai
penyakit yang ditandai dengan
serangan berulang dari sesak napas
dan mengi, yang bervariasi dalam
keparahan dan frekuensi dari orang ke
orang. Pada seorang individu dapat
terjadi dari jam ke jam dan hari ke hari
Pada individu yang rentang peredangan
menyebabkan :
- mengi berulang,
- sesak napas,
- dada sesak, dan
- batuk
PATOFISIOLOGI
Activators/Triggers
Tindakan pencegahan

Menjaga kesehatan
Menjaga kebersihan lingkungan
Menghindarkan faktor pencetus
serangan penyakit asma
Menggunakan obat-obat antipenyakit
asma
Tujuan terapi

Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma, agar


kualitas hidup meningkat
Mencegah eksaserbasi akut
Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
seoptimal mungkin
Mempertahankan aktivitas normal termasuk latihan
jasmani dan aktivitas lainnya
Menghindari efek samping obat
Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara
ireversibel
Penatalaksanaan Terapi
Asma
Terapi Farmakologi Asma
Bronkodilator : obat Xantin (teofilin)
yang melebarkan
saluran nafas. Nama obat :
Terbagi dalam 2 - Aminofilin
golongan:
(Amicam supp)
Simpatomimetik/andr
energik (adrenalin - Aminofilin
dan efedrin) (Euphilin Retard)
Nama obat :
- Teofilin (Amilex)
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Secara mekanisme kerjanya,
penggolongan obat asma dapat terbagi
menjadi :
Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan
penyakit asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk
mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga

Kortikosteroid
Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam
mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara
bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan
terjadinya serangan penyakit asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara
terhadap sejumlah rangsangan

Cromolin dan Nedocromil


Kedua obat tersebut diduga menghalangi pelepasan bahan
peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya
kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk
mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan.
Obat Antikolinergik
Obat ini bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan
pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin.Lebih
jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita
yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta 2-adrenergik

Pengubah Leukotrien
Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan
penyakit asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan
leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan
terjadinya gejala-gejala penyakit asma
Terapi Farmakologi Asma

1. Terapi
akupuntur
Akupuntur dapat
digunakan untuk
pengobatan asma
dengan mengetahui
titik-titik akupuntur yang
menyalurkan energi
untuk memperbaiki
ketidakseimbangan
pada tubuh.
2. Edukasi pasien
Edukasi pasien dan keluarga, untuk
menjadi mitra dokter dalam
penatalaksanaan asma.
Edukasi kepada pasien/keluarga
bertujuan untuk :
Meningkatkan pemahaman (mengenai
penyakit asma secara umum dan pola
penyakit asma sendiri)
Meningkatkan keterampilan
(kemampuan dalam penanganan
asma sendiri/asma mandiri)
Meningkatkan kepatuhan (compliance)
dan penanganan mandiri
Membantu pasien agar dapat
melakukan penatalaksanaan dan
mengontrol asma
3. Pengukuran peak flow meter
4. Identifikasi dan mengendalikan faktor
pencetus
5. Pemberian oksigen
6. Banyak minum untuk menghindari
dehidrasi terutama pada anak-anak
7. Kontrol secara teratur
8. Pola hidup sehat
Studi kasus
Yaya, seorang ibu muda dengan 2 orang
anak bekerja pada sebuah apotik. Minggu
lalu dia membeli seekor kucing cantik.
Beberapa hari ini ia mengeluh nafasnya
berbunyi. Ia menderita asma selama
beberapa tahun, tetapi hampir tidak pernah
mengalami masalah serius karena selalu
menggunakan Inhaler secara teratur. Ia
menyadari kalau asma tidak dikontrol
dengan baik akan menimbulkan masalah
serius pada dirinya. Akan tetapi kali ini ia
dibawa ke bagian emergensi rumah sakit
oleh suaminya karena selama beberapa
jam ini dia mengalami susah bernafas, ia
juga bingung dan disorientasi
Diagnosa: Asma akut karena allergen
Rencana : masuk rumah sakit, terapi
O2 aliran tinggi, salbulamol
nebulizer, oral prednisone
Riwayat obat: salbutamol 1 atau 2
semprotan 3 4 x sehari bila
diperlukan, salmeterol 2 semprotan
2x sehari, Beclometason 2
semprotan 2 x sehari secara teratur.
Pencetus asma pasien : Resiko bagi pasien yang tidak
cepat ditangani: bisa
alergen yaitu bulu kucing. menyebabkan lumpuh atau
Pencetus asma bisa di kematian karena kurangnya
kelompokkan kepada dua asupan O2 yang dibutuhkan
tubuh.
kelompok yaitu Faktor yang memperbesar resiko
penyempitan saluran nafas penyakit
dan inflamasi. Pada pasien 1. Infeksi virus saluran nafas (yang
ini berarti tejadi inflamasi. paling sering adalah rhinovirus,
virus yang lainnya adalah
Dimana pasien yang alergi :syncytial virus, parainfluenza
terhadap bulu kucing akan virus, coronavirus, dan influenza
mengalami reaksi inflamasi virus)
2. Faktor lingkungan dan pekerjaan
(ozone, sulfur dioksid, dan
komponen umum dari polusi
udara)
3. Faktor stress, depresi dan
Rencana terapi :

Terapi O2 aliran tinggi


Salbutamol nebulizer
Oral prednison
Interfensi farmasi
Peranan farmasi pada kasus ini adalah memberikan informasi
kepada pasien dan juga keluarganya a.l:
Menjelaskan kepada pasien tentang sejarah penyakit, gejala-
gejala dan faktor pencetus asma.
Bagaimana mengenal serangan asma dan tingkat keparahannya,
serta hal apa yang harus dilakukan jika serangan terjadi.
Upaya pencegahan asma berbeda pada masing-masing individu.
Yaitu dengan mengenali faktor pencetusnya seperti olahraga,
makanan, merokok, alergi, penggunaan obat tertentu, stres dan
polusi. Pastikan pasien mengerti kenapa harus menghindari
faktor-faktor yang dapat memicu gejala asma.
Menjelaskan kepada pasien bagaimana cara menggunakan obat
kepada pasien dan keluarga pasien.

Anda mungkin juga menyukai