706-Full_Text

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 120

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP

PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK


(Studi Komunikasi Dalam Keluarga
Pada Lingkungan Caile
Kabupaten Sinjai)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

A.AHMAD ZULFIKAR
10538261713

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
2017
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Tidak ada kata terlambat untuk menjadi orang sukses

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, dan saudaraku atas

keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.


ABSTRAK

A.Ahmad Zulfikar. 2017. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap


Pembentukan Kepribadian Anak (Studi Komunikasi Dalam Keluarga Pada
Lingkungan Caile Kabupaten Sinjai) Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing Muhammad Nawir, dan Risfaisal.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh tingkat
pendidikan orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak dalam keluarga dan
apa perbedaan pola komunikasi orang tua bependidikan tinggi dengan orang tua
berpendidikan rendah dalam membentuk kepribadian anak dalam lingkungan
keluarga.
Tujuan penelitian ini adalah (i) untuk mengetahui pengaruh tingkat
pendidikan orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak dalam keluarga.(ii)
untuk mengetahui perbedaan pola komunikasi orang tua berpendidikan tinggi
dengan orang tua berpendidikan rendah dalam membentuk kepribadian anak
dalam lingkungan keluarga. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Di mana penelitian bermaksud untuk memenuhi fenomena tentang yang
dialami subjek peneliti mengenai Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua
Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak di Lingkunga Caile. Informan
ditentukan mengunakan purposive sampling memilih subjek berdasarkan
kriteria spesifik yang telah ditentukan, yaitu masyarakat lingkungan caile yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah.
Teknik pengumpulan data yaitu, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisis data melalui berbagai tahapan yaitu, pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, verifikasi data dan kesimpulan.sedangkan teknik keabsahan data
menggunakan, perpanjangan pengamatan. Meningkatkan ketekunan, dan member
check.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (i) tingkat pendidikan orang tua
sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak dalam keluarga
maupun didalam lingkungan sosialnya di Lingkunga Caile,(ii) pola komunikasi
orang tua berpendidikan tinggi dengan orang tua berpendidikan rendah memiliki
pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak didalam lingkungan keluarga
maupun di lingkungan sosialnya.

Kata Kunci: Pendidikan, Kepribadian


KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat,

dan karunianyalah sehingga penyusunan skripsi ini selesai sesuai dengan waktu

yang diperlukan. Salam dan shalawat senantiasa dikirimkan kepada junjungan kita

nabiullah Muhammad SAW. Salam dan shalawat senantiasa dikirimkan kepada

junjungan kita nabiullah Muhammad SAW, yang merupakan panutan dan contoh

kita sampai akhir saman.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada

keluarga serta teman-teman yang telah memberikan kontribusinya dalam

menyelesaikan skripsi ini. Demikian pula. penulis mengucapkan kepada

Dr. Muhammad Nawir, M.Pd dan Risfaisal, S.Pd., M.Pd, sebagai pembimbing I

dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi

sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada;

Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE,. MM., Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar, Erwin Akib,M.Pd.,Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan Dan Illmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr. H. Nursalam, M.Si,

ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi serta seluruh dosen dan para staf
pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian

ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Akhirnya, segala kerendahan hati penulis merasa skripsi ini jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama

sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagipara

pembaca,terutama bagi diri pribadi penulis. amin

Makassar, Desember 2017

penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN.........................................................................................v

SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii

ABSTARAK ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................x

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................8

C. Tujuan Penelitian .........................................................................................8

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................9


BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ...............................................................................................10

1. Hasil Penelitian Relefan .......................................................................10

2. Konsep Pendidikan ..............................................................................11

3. Pendidikan Keluarga ...........................................................................16

4. Pembentukan Kepribadian ...................................................................21

5. Komunikasi ..........................................................................................31

B. Kerangka Konsep .......................................................................................39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...........................................................................................42

B. Lokasi Penelitian ........................................................................................42

C. Informan Penelitian ....................................................................................43

D. Fokus Penelitian .........................................................................................43

E. Instrumen Penelitian...................................................................................43

F. Jenis dan Sumber Data ...............................................................................44

G. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................44

H. Teknik Analisis Data ..................................................................................46

I. Teknik Keabsahan Data .............................................................................48

J.

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN


GAMBARAN KHUSUS LATAR PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Sinjai Sebagai Daerah Latar Penelitian

1. Sejarah Singkat Kabupaten Sinjai ........................................................49


2. Kondisi Geografis Dan Iklim ...............................................................54

3. Destinasi Wisata Di Sinjai ...................................................................55

4. Keadaan Pertanian Kabupaten Sinjai ...................................................59

5. Makanan Dan Minuman Khas Sinjai ...................................................61

B. Gambaran Khusus Lingkungan Caile

1. Sejarah Singkat Lingkungan Caile .......................................................65

2. Tingkat Pendidikan Dilingkungan Caile ..............................................65

3. Mata Pencaharian .................................................................................66

4. Kehidupan Sosial Budaya ....................................................................66

5. Kehidupan Keberagaman .....................................................................66

BAB V PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA


TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
DIDALAM LINGKUNGAN SOSIAL

BAB VI PERBEDAAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA


BERPENDIDIKAN TINGGI DENGAN ORANG TUA
BERPENDIDIKAN RENDAH DALAM MEMBENTUK
KEPRIBADIAN ANAK DALAM LINGKUNGAN SOSIAL

BAB VII PENGARUH PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP


PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK SEBUAH
PEMBAHASAN TEORETIS.
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan..........................................................................................97

2. Saran ....................................................................................................97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Desa/Kecamatan .............................................................................. 62

Tabel 4.2 Perbatasan wilayah .......................................................................... 63

Tabel 4.3 Perbatasan wilayah lingkungan Caile .............................................. 64

Tabel 5.1 Data orang tua responden ................................................................. 67

Tabel 5.2 Data anak yang menjadi objek penelitian ........................................ 68

Tabel 7.1 Table data anak yang bermasalah .................................................... 90


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah paedagogie yang berarti

“pendidikan” serta paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak” konsep

pendidikan tersebut kemudian dapat dimaknai sebagai usaha yang dilakukan oleh

orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing atau

memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

Pendidikan dalam arti luas merupakan proses interaksi antara manusia sebagai

individu dalam lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan

sosial-budaya. Pendidikan dapat di tempuh baik pendidikan formal, non formal

maupun informal.

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang

pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai

pendidikan tinggi. Pendidikan formal telah menjadi bagian dari kehidupan anak-

anak. Mereka di sekolah bukan hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti

berbagai kegiatan yang telah dirancang dan diprogram sedemikian rupa. Oleh

karena itu selain keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi

perkembangan anak. Guru adalah orang-orang yang sudah dididik dan

dipersiapkan secara khusus dalam bidang pendidikan. Mereka menguasai

sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi stimulus bagi


perkembangan anak-anak lengkap dengan penguasaan metodologi

pembelajarannya. Dalam konteks perkembangan anak, hal tersebut merupakan

salah satu sisi keunggulan guru dari pada orang-orang dewasa lain pada

umumnya. Karena lazimnya pengalaman interaksi guru dan anak di sekolah akan

lebih bermakna bagi anak dari pada pengalaman interaksi dengan orang dewasa

lainnya di dalam lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, interaksi pendidikan

di sekolah sangat berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek pribadi anak.

Dapat dikatakan bahwa dari sisi perkembangan anak, sekolah berfungsi

dan bertujuan untuk memfasilitasi proses perkembangan anak, secara menyeluruh

sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan

norma-norma yang berlaku di masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu

sangat dominan dalam perkembangan aspek intelektual dan kognisi anak, namun

sebenarnya sekolah berfungsi dan berperan dalam mengembangkan segenap aspek

perilaku termasuk perkembangan aspek-aspek sosial moral dan emosi.

Pendidikan non formal merupakan jalur pendidikan paling banyak terdapat

pada usia dini, serta pendidikan dasar, pendidikan ini diselenggarakan sebagai

pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan dalam rangka mendukung

pendidikan formal. Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi

anak dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

fungsional serta pengembangan sikap kepribadian professional.

Keluarga sebagai lembaga pendidik informal merupakan tempat

pertamakali anak melakukan pembelajaran melalui pergaulan dan proses

komunikasi antara dirinya dengan orang tuanya selaku pendidik. Proses belajar

anak melalui lingkungannya ini akan memberikan corak mental bagi dirinya.
Proses yang demikian merupakan kegiatan manusia di dalam keluarga dan

masyarakat yang berlangsung dinamis, dimana hubungan timbal balik antara

anggota yang satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi secra interaktif.

Setiap anak pada dasarnya dilahirkan dengan membawa sejumlah potensi

yang diwarisi dari kedua orang tua biologisnya, potensi bawaan adalah berbagai

kemampuan yang dimiliki anak, potensi tersebut dapat berkembang secara

alamiah (by natural) bila diberikan rangsangan melalui stimulus orang tua sejak

dini secara tepat sehingga potensi fisik, meliputi kekuatan, ketahanan, daya ledak,

kecepatan, kordinasi, kelenturan, keseimbangan, ketepatan, kelincahan dan

potensi fisik meliputi berbagai aspek kecerdasan intelektual, emosional, mental,

sosial, moral dan spirtual yang berkembang terhadap pembentukan kepribadian

anak dimasa mendatang (Sujiono, 2004:32).

Dalam memberikan pembelajaran tentang semua potensi yang dimiliki

anak tidak lepas hubungannya dengan faktor pola asuh orang tua. Pengasuhan

yang diberikan orang tua sangat menjadi dasar bagi perkembangan anak yang

akan menjadikannya kelak sebagai pribadi yang berkarakter baik bagi dirinya dan

bagi lingkungan sosialnya. Pengasuhan yang diberikan orang tua pada anaknya

sangat berbeda cara dan metodenya, sehingga kualitas pengasuhannya pun akan

berpengaruh pada anak secara berbeda pula. Hal ini berhubungan dengan

bagaimana kedekatan anak dan orang tuanya dalam keseharian dan faktor latar

belakang yang mewarnai kehidupan orang tua itu sendiri, baik yang berhubungan

dengan lingkungan keluarga, agama, kebudayaan, ekonomi maupun latar belakang

pendidikan orang tua itu sendiri.


Dalam kehidupan keluarga orang tua lah yang berperan sebagai pendidik

yang pertama dan yang utama. Walau pada dasarnya orang tua mempunyai

kemampuan yang berbeda-beda, hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya pendidikan

yang dicapai orang tua yang memiliki pendidikan tinggi dan orang tua yang

memiliki pendidikan rendah, memiliki pola komunikasi terhadap anak berbeda.

Sehingga tingkat pendidikan yang berbeda juga menunjukkan perbedaan

kemampuan orang tua berkomunikasi terhadap anak. Tingkat pendidikan orang

tua yang berbeda jelas dapat mempengaruhi pengasuhan dan pola komunikasi

pada anaknya.

Dengan tingkat pendidikan orang tua yang berbeda-beda akan

mempengaruhi kegiatan orang tua dalam melaksanakan pengasuhan dengan anak-

anaknya. Masing-masing orang tua tentu saja memiliki cara berkomunikasi

tersendiri dalam mengarahkan perilaku anak. Selain factor tingkat pendidikan

orang tua, dengan tingkat pendidikan yang telah dilaluinya dapat merupakan

barometer terhadap kemampuan berfikir maupun kemampuan bertindak orang tua

selaku orang yang memberikan pengasuhan terhadap anaknya.

Dengan demikian cara berkomunikasi orang tua petani tidak sama dengan

cara berkomunikasi pedagang ataupun cara berkomunikasi dengan orang tua

berpendidikan rendah akan berbeda dengan cara berkomunikasi orang tua yang

berpendidikan tinggi. Bagi orang tua yang tingkat pendidikannya rendah dalam

memberikan pengasuhan pada anaknya dapat dikatakan hanya sekedarnya saja,

menurut pengetahuan yang dimiliki tanpa memikirkan kebutuhan anak lebih

lanjut.
Adapun bagi mereka yang berpendidikan lebih tinggi dalam memberikan

pengasuhan pada anaknya sedikit banyak berbeda dengan motivasi yang diberikan

oleh orang tua berpendidikan rendah. Mereka tidak hanya memberikan

pengetahuan secara sederhana tetapi juga memberikan perhatian penuh terhadap

segala kebutuhan anaknya secara khusus sampai pada fasilitas yang dibutuhkan

anaknya, hal ini disebabkan kesadaran mereka bahwa untuk menunjang

keberhasilan perkembangan anaknya secara maksimal, tidak cukup hanya dengan

memberikan pengasuhan dengan memenuhi salah satu kebutuhannya saja.

Hal ini tentunya akan memberikan gambaran jika orang tua berpendidikan

rendah tentunya memberikan efek bagi anak-anaknya mengenai logika hidup

yang normative, hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan mengenai hidup itu

sendiri kurang maksimal, namun semua itu kembali pada persoalan individu dari

orang tua tersebut. Sedangkan untuk orang tua yang memiliki pendidikan tinggi,

tentunya memiliki pemikiran tentang kehidupan yang lebih baik, hal ini akan

terkait pula dengan cara berkomunikasi dan orientasi masa depan bagi anak-

anaknya dalam memberikan gambaran tantang masa depan. Dengan orang tua

berpendidikan tinggi minimal orientasi yang diberikan ke anak-anaknya juga

berpendidikan sama dengannya atau lebih tinggi dari orang tuanya.

Selanjutnya jika orang tua berpendidikan tinggi, tentu lebih memberikan

efek positif pada pola asuh yang diberikan bagi anak-anaknya, hal ini di latar

belakangi oleh hasil keilmuan yang telah diperolah oleh orang tuanya semasa

studi di perguruan tinggi, banyak persoalan kehidupan yang dikaitkan dengan

teori yang selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua

dengan pendidikan tinggi akan lebih berhati-hati dan selektif dalam memberikan
berbagai kebutuhan baik psikis maupun psikologis bagi tumbuh kembang anak-

anak di kemudian hari. Orang tua dapat memilih pola asuh dan cara komunikasi

yang tepat dan ideal bagi anaknya. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh

dan berkomunikasi terhadap anak akan membawa akibat buruk bagi

perkembangan jiwa anak. Tentu saja penerapan orang tua diharapkan dapat

menerapkan pola asuh yang bijaksana atau menerapkan pola asuh yang setidaknya

tidak membawa kehancuran atau merusak jiwa dan watak seorang anak.

Dengan demikian, perbedaan antara orang tua yang tingkat pendidikannya

rendah dengan orang tua yang tingkat pendidikannya menengah dan mereka yang

baik dalam hal pengetahuan pengasuhan maupun langsung pemberian proses

pengasuhan dapat mempengaruhi hasil pengasuhan, meskipun dalam hal ini tidak

luput dari faktor lain. Orang tua yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi

yang dapat memberikan pengasuhan lebih baik secara penguasaan teori dan

prakteknya dalam pengasuhan, sehingga mereka diharapkan menjadi anak yang

dapat bersosialisasi dengan baik di rumah maupun di lingkungannya dimasa yang

akan datang.

Setelah memahami betapa pentingnya peran orang tua dalam usaha

pemberian pengasuhan dalam upaya pencapaian perkembangan secara maksimal

yang berujung pada pembinaan pribadi anak yang unggul, diharapkan semakin

tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin luas dalam memberikan motivasi dan

stimulus, bimbingan, perhatian dan pembinaannnya, tentunya hal ini

dibandingkan dengan orang tua yang berpendidikan rendah.

Pendidikan orang tua merupakan pondasi bagi pendidikan anak di

kemudian hari, semakin baik pendidikan orang tua maka dimungkinkan akan lebih
memberikan peluang pendidikan, peluang orientasi, peluang ketahanan dan

kekebalan hidup. Selanjutnya Tingkat pendidikan orang tua akan saling

melengkapi dalam menata kehidupan di keluarganya, asumsi kemanusiaan

seorang yang berpendidikan tinggi maka akan mencari pasangan yang minimal

pendidikanya setara atau satu tingkat diatas atau dibawahnya, walaupun masih

bisa ditemukan tingkat pendidikan yang jauh tetapi dalam presentase sedikit.

Selanjutnya bahwa tingkat pendidikan tetap saja memberikan pengaruh yang besar

terhadap pola asuh yang dilakukan dan diberikan kepada anak di keluarganya.

Adapun alasan peneliti sehingga mengangkat judul penelitian ini adalah

untuk lebih mendalami pengaruh tingkat pendidikan orang tua dalam

pembentukan kepribadian anak di lingkungan Caile kabupaten sinjai, kenyataan

saat ini anak-anak di lingkungan Caile kabupaten sinjai banyak diantara mereka

tingkat kesopanan dan tutur kata anak tersebut kurang bagus dalam berkomunikasi

baik bersama rekan sejawat maupun dengan orang yang lebih tua dari usianya,

serta kenakalan-kenakalan remaja lainnya.

Contoh kenakalan remaja di lingkungan caile, baru-baru ini terjadi

segerombolan anak remaja dipergok warga minum-minuman keras di sebuah

rumah kosong sebelum memasuki bulan Ramadan. Tidak hanya itu sebelum kasus

minum-minuman kerjas masih banyak lagi kenakalan-kenakalan remaja yang

sering terjadi di lingkungan caile seperti balapan liar, dan pertengkaran antar

remaja. Dari banyak kasus-kasus yang terjadi Sehingga peneliti ingin lebih

mendalami latar belakan dari anak-anak tersebut, apa ada pengaruh tingkat

pendidikan orang tua dalam hal pembentukan kepribadian anak di lingkungannya.


Uraian di atas fokusnya ada pada orang tua sebagai sentral dalam keluarga,

hal ini yang menjadikan rujukan dari beberapa pemikiran sehingga peneliti

mengangkat judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap

Pembentukan Kepribadian Anak” ( studi komunikasi dalam keluarga pada

ling. Caile kab Sinjai)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan, sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap pembentukan

kepribadian anak dalam keluarga?

2. Apa perbedaan pola komunikasi orang tua berpendidikan tinggi dengan orang

tua berpendidikan rendah dalam membentuk kepribadian anak dalam

lingkungan keluarga?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini jika dikaitkan dengan masalah tersebut di atas

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap

pembentukan kepribadian anak dalam keluarga.

2. Untuk mengetahui perbedaan polah kominikasi orang tua berpendidikan

tinggi dengan orang tua berpendidikan rendah dalam membentuk kepribadian

anak dalam lingkungan keluarga?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:


1. Manfaat Teoretis

Untuk menambah pengetahuan mengenai cara berkomunikasi yang tepat

terhadap pembentukan kepribadian anak dalam lingkungan keluarga maupun

di lingkungan sosial. Serta untuk pengembangan ilmu sosial keluarga dan

ilmu sosiolaogi terutama yang terkait sosiologi keluarga.

2. Manfaat praktis

a. Bagi orang tua

Dapat digunakan sebagai patokan dalam mendidik anak baik orang tua

yang berpendidikan tinggi maupun orang tua yang berpendidikan rendah.

b. Bagi sekolah

Dapat digunakan sebagai masukan atau acuan dalam mendidik anak

disekolah secara menyeluruh agar dapat berkembang secara optimal sesuai

dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

c. Bagi peneliti

Dapat menerapkan polah komunikasi yang baik dan benar kususnya bagi

anak sendiri suatu saat nanti dan dapat menerapka polah komunikasi yang

baik di lingkungan masyarakat pada umumnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan yang dapat dijadikan sebagai

pembanding dalam melakukan penelitian ini, agar penelitian ini dapat mencapai

target yang maksimal dengan menghindari adanya kesamaan objek dalam

penelitian ini.

Hilmi Mufidah (2007) Komunikasi antar orang tua dengan anak dan

pengaruhnya terhadap perilaku anak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa komunikasi antara orang tua dengan anak berjalan dan terlaksana cukup

baik, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang penulis lakukan. Sebagian

besar siswa-siswi memiliki perilaku cukup baik. Dapat dilihat dari hasil

pengamatan peneliti mengenai perilaku mereka sehari-hari terhadap sang khalik

dan terhadap sesama, seperti sikap atau tindakan mereka terhadap orang tua, guru,

dan teman dalam kehidupan sehari-hari yang tergolong cukup baik.

Ninik Kharmina ( 2011) Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang tua

dengan Orientasi polah asu anak usia dini. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa ada pengaruh positif yang signifikan. Tingkat Pendidikan orang tua

terhadap pola asuh sebesar 19,1%, pengaruh positif itu jika tingkat Pendidikan

orang tua semakin baik maka pola asuh semakin baik, Sedangkan faktor-faktor

lain yang mendukung meningkatnya Pola Asuh sebesar 80.9% diantaranya

lingkungan, sosial budaya, supervise serta lainya terkait peningkatan Pola Asuh.
Hegar aditya ladzuar (2015) Pengaruh Komunikasi orang tua terhadap pola

perilaku remaja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa komunikasi orang

tua memiliki nilai presentase yang besar, artinya komunikasi orang tua di

lingkungannya dikategorikan baik, sedangkan pola prilaku ramaja didalam

lingkungan masyarakat masuk kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh

komunikasi orang tua terhadap pola prilaku remaja didalam lingkungan

masyarakat dikategorikan baik dan sisanya dipengaruhi factor lain.

2. Konsep Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan menurut pengertian yunani adalah paedagogie yang berarti

“pendidikan”, serta paedagogie yang berarti “pergaula dengan anak”. konsep

pendidikan tersebut kemudian dapat dimaknai sebagai usaha yang dilakukan

orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing atau

memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan (armai

2005). Orang romawi melihat pendidikan sebagai educare yang berarti

“mengeluarkan dan menuntun”, tindakan yang merealisasikan potensi anak yang

dibawa sejak ia dilahirkan di dunia. Bangsa jerman melihat pendidikan sebagai

erziehung yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam

atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak.

Secara terminology definisi pendidikan yang dikemukakan para ahli

pendidikan, seperti menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya

untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan bathin), pikiran (intelek)

dan jasmani anak-anak. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan

proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada


generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi

juga dengan maksud mengembangkan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan

menurut Ki Hajar Dewantara dapat berlangsung dalam berbagai tempat yang oleh

beliau diberi nama Tri Sentra Pendidikan yaitu: 1) Keluarga, 2)Perguruan,

3)Pergerakan pemudan dan 3)Bidan pengajaran. pengajaran disini merupakan

salah satu jalan pendidikan yaitu usaha memberikan ilmu pengetahuan dengan

latihan yang perlu dengan maksud memajukan kecerdasan fikiran. Seperti yang di

kemukakan Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan

secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut Grenn, pendidikan dengan usaha manusia untuk menyiapkan

dirinya menuju sebuah kehidupan yang bermakna. Secara singkat, dari berbagai

definisi tersebut, pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan

manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam

interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya. Nanang Martono (2014 :

267).

Dari penjelasan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

pada hakikatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi

penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus

untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan,

manusia sekarang tidak berbeda dengan manusia generasi manusia masa lampau,

yang dibandingkan dengan manusia sekarang. Pendidikan pada hakekatnya juga

dapat didifinisikan sebagi sebua proses mengubah perilaku individu, tentu saja

dalam hal ini adalah perubahan menuju kearah yang lebih baik. Dapat di katakana
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia atau

upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat

kemanusiannya. Sebagai Humanisasi pendidikan adalah upaya pengembangan

potensi manusia (sudut pandang Psikologi) baik kecerdasan spiritual ( supaya

tindakannya dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa)

kecerdasan emosi kecerdasan intelegensi ataupun kecerdasan social sehingga

menjadi pribadi individu yang mantap. Pendidikan bisaanya berawal pada saat

bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal

dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan

memainkan music, dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan

ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang

pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti dari pada pendidikan formal.

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam

sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran

anggota keluarga berjalan secara tidak resmi. Pendidikan sebagai hak setiap warga

yang tertuang dalam pasal 31 UUD RI 1945 yang berbunyi :

1) Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pendidikan

2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dan pemerintah wajib

membiayainya.
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hidup dan

kehidupan. Dalam pengertian yang sederhana, Pendidikan ialah suatu usaha atau

tuntunan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka pemberian bantuan yang

diberikan kepada individu dalam mengarahkan hidupnya agar dapat menggunakan

kemampuannya atau dapat mengembangkan pandangan secara maksimal pada

suatu kenyataan. Hidup yang terjadi sekarang, dan yang akan datang diharapkan

untuk dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan

masyarakat merupakan konsekuensi dari keputusannya itu dalam rangka mencapai

tujuan. Oleh karena itu, dapatlah dipahami bahwa pendidikan merupakan tempat

yang sangat dibutuhkan oleh anak didik dalam menghadapi tantangan masa

depanya. Dalam hal ini yang bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, sekolah, tetapi tanggung jawab

seluruh masyarakat, terutama orang tua. Dengan demikian upaya pencapaian

sukses belajar anak di sekolah bagaimana pun tidak terlepas dari peranan dan

pengaruh orang tua dalam memberikan motivasi dan bimbingan ke arah

tercapainya tujuan yang diinginkan anaknya.

Dalam pencapaian tujuan yang diinginkan, setiap orang tua dapat

memberikan teladan yang baik. Dengan memberikan teladan yang baik

merupakan penopang dalam upaya meluruskan anak ke jalan yang baik pula,

tanpa memberikan teladan yang baik, pendidikan anak tidak akan berhasil. Bagi

orang tua mendidik anak adalah tanggung jawab yang diberikan atas pundak

orang tua. Sedangkan pendidikan untuk orang tua sendiri lebih ke arah bagaimana

orang tua sebagai payung keluarga bisa menjadi sang pendidik bagi anak-anaknya
yang secara natural melalui kasih sayangnya mampu membawa satu perubahan

kearah lebih baik dan lebih siap dalam menghadapi masa depan anak-anaknya.

b. Jenjang Pendidikan

1) Pendidikan dasar, merupakan jenjang pendidikan awal selama 9

(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang

pendidikan menengah.

2) Pendidikan menengah, pendidikan menengah merupakan jenjang

pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

3) Pendidikan tinggi, pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor,

dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

c. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah mencerdaskandan mengembangkan manusia

yang beriman bertakqwa memiliki pengetahuan dan keterampilan kepribadian

yang baik serta rasa tanggung jawab terhadap masyarakat. Dengan adanya

pendidikanakan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan

memotivasi diri untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pada intinya

pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter seorang yang beriman dan

bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.

Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003

pasal 3 menyebutkan, ”pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didikagar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap , kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

3. Pendidikan Keluarga

a. Pengertian Pendidikan Keluarga

Istilah keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisah

dipisahkan. Sebab, dimana ada keluarga disitu ada pendidikan. Pendidikan

keluarga adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan

oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawab dalam mendidik anak dalam

keluarga. Dengan demikian, pendidikan keluarga adalah usaha sadar yang

dilakukan orang tua, karena mereka pada umumnya merasa terpanggil untuk

membimbing dan mengarahkan, pengendali dan pembimbing bagi puta putrid

mereka sehingga mampu menghadapi tantangan hidup di masa dating.

Selain itu keluarga juga di harapkan dapat mencetak anak agar mempunyai

kepribadian yang nantinya dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga

berikutnya.

b. Proses Pendidikan Keluarga

1. Hubungan orang tua dan anak dalam keluarga

Orang tua merupakan orang yang pertama kali dikenal oleh anak, karena

keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dalam pengalaman

hidupnya. Di dalam keluarganya terjadi interkasi sosial antar angota keluarga.

Interaksi ini menyebabkan timbulnya pemahaman bahwa anak merupakan

mahluk sosial dan memahami norma sosial yang berlaku dalam keluarga.
2. Proses sosialisasi dalam keluarga

Proses sosialisasi dalam keluarga diartikan suatu proses yang terjadi dalam

kelompok dimana setiap individu melakukan interaksi sosial yang

menimbulkan pengaruh antar individu denagn individu, individu dengan

kelompok dan kelompok dengan kelompok. Interkasi sosial di artikan sebagai

hubungan satu sama lain terutama mengetengahkan kelompok serta lapisan

sosial unsur pokok struktur sosial.

c. Karakter Pendidikan Keluarga

Pendidikan keluarga merupakan pondasi bagi tumbuh kembangnya

seorang anak, berikut 4 karakteristik keluarga yaitu :

1) Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan

perkawinan darah atau adopsi

2) Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang diperoleh

hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang

kompleks yang masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berbeda

berbedanya kebudayaan diperoleh dari komunikasi anggota anggota keluarga

yang dibawa dari pola-pola tingkah laku individu perkawinan merupakan

pernyataan 2 orang yang masing-masing mempunyai sejarah sendiri-sendiri.

3) Keluarga adalah: kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan

berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si keluarga

ayah dan ibu putra-putri dan saudara laki-laki dan perempuan peranan-

peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat tetapi masing-masing keluarga

diperkuat oleh kekutan melalui sentimen yang sebagian merupakan tradisi

dan sebagian lagi emosional yang mengahsilkan pengalaman.


d. Pendidikan Yang Di Peroleh Dalam Keluarga

1) Pendidikan jasmani dan kesehatan

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan fungsi fisiknya. Peranan keluarga dalam menjaga

kesehatan anak dapat dilakukan sebelum bayi lahir, yaitu pemeliharaan terhadap

kesehatan ibu dan memberinya asupan makanan yang bergizi selama

mengandung. Apabila bayi telah lahir maka tanggung jawab keluarga terhadap

kesehatan anak harus dipersiapkan lebih matang. Langkah-langkah yang dapat

dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani antara lain: 1) Memberi

ASI yang cukup hingga anak berusia dua tahun. 2) Menjaga kebersihan dan

kesehatan jasmani,pakaian,serta melakukan imunisasi.

2) Pendidikan akal (Intelektual)

Walaupun pendidikan akal telah dikelola oleh institusi khusus,tetapi

peranan keluarga masih tetap penting terutama orang tua mempunyai tanggung

jawab sebelum anak masuk sekolah.Tugas keluarga dalam pendidikan intelektual

adalah untuk menolong anaknya menemukan bakat-bakat dan minat serta potensi.

Cara yang dapat dilakukan adalah: 1) Mempersiapkan alat perangsang intelektual

seperti alat permainan,gambar,buku,majalah,dan sumber lain yang menyebabkan

anak gemar menelaah kandungan buku. 2) Membiasakan anak berpikir logis

dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi dengan cara

memberikan contoh-contoh yang baik dan praktikal dalam pemikiran.

3) Pendidikan psikologi dan emosi

Melalui pendidikan psikologi dan emosi,keluarga dapat mendidik anak

dan anggota keluarga yang lain untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang
sehat, menciptakan kematangan emosi yang sesuai dengan akidah-akidah umum,

menumbuhkan emosi kemanusiaan yang mulia seperti cinta kepada orang

lain,mengasihi orang lemah,menyayangi fakir miskin dan menjaln kerukunan

dengan orang lain.Untuk mencapai tujuan ini orang tua dapat menempuh cara:

1)Mengetahui segala keperluan psikologis dan sosialnya. 2) jangan menggunakan

cara-cara ancaman,kekejaman,dan siksaan badan. 3) Jangan melukai perasaan

anak dengan kritikan tajam, ejekan, cemoohan, menganggap enteng pendapat dan

membandingkan anak dengan keluarga dan kerabat yang lain.

4) Pendidikan agama dan spiritual

Pendidikan agama tumbuh dan berkembang dari keluarga, sehingga

peran orang tua sangat penting. Pendidikan agama dan spiritual berarti

membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri pada diri

anak yang disertai kegiatan upacara keagamaan. Memberikan bekal anak-anak

dengan pengetahuan agama dan kebudayaan Islam sesuai dengan umur anak

dalam bidang akidah, ibadah muamalat, dan sejarah disertai dengan cara

pengamalan keagamaan.Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh orang tua

adalah : 1)Memberi tauladan yang baik kepada anak tentang kekuatan iman

kepada Allah. 2)Membiasakan anak menunaikan syariat-syariat agama sejak kecil,

sehingga amalan agama menjadi mendarah daging. Anak akan melakukan sendiri

tanpa paksaan orang tua. 3)Membimbing mereka membaca bacaan, agama,

mengaji serta menggerakkan mereka untuk turut serta dalam aktvitas keagamaan.

5) Pendidikan akhlak

Akhlak adalah tata cara berperilaku sesuai dengan norma dan aturan,

baik yang bersumber dari adat, Negara, dan agama. Akhlak agama adalah perilaku
dengan ukuran nilai-nilai dan aturan agama yang dianggap baik menurut agama

dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama.Keluarga

berkewajiban mengajarkan akhlak kepada anak mereka, seperti kejujuran,

keikhlasan, kesabaran, kasih sayang, pemurah, pemaaf, penolong, bersahaja dan

sebagainya. Cara-cara yang dapat ditempuh adalah : 1)Memberikan contoh yang

baik kepada anak dengan berpegang teguh kepada akhlak mulia.2)Memberikan

tanggung jawab kepada anak sesuai dengan kemampuannya 3)Melakukan

pengawasan terhadap pergaulan anak tersebut.

6) Pendidikan sosial anak

Pendidikan sosial anak melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku

sosial, ekonomi, dan politik dalam rangka meningkatkan akidah iman dan taqwa

kepada Allah SWT. Islam selalu mengajarkan untuk selalu berbuat adil kepada

sesama, memberi kasih sayang dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain.

Islam juga mengajarkan untuk saling tolong-menolong, setia kawan, cinta tanah

air, sopan santun, tidak sombong, rendah diri dan sebagainya. Cara-cara yang

dapat ditempuh adalah: 1)Memberikan contoh yang baik kepada anak dalam

tingkah laku sosial berdasarkan prinsip-prinsip agama. 2)Menjadikan rumah

sebagai tempat interaksi sosial. 3)Membiasakan hidup sederhana. 4)Mebiasakan

anak dengan cara yang islam dalam kegiatan sehari-hari seperti makan, tidur,

duduk, memberi salam dan lainnya.

4. Pembentukan Kepribadian

a. Pengertian Kepribadian

Pribadi adalah seorang diri yang memiliki sifat atau kepribadian,

sedangkan kepribadian itu adalah sifat dari seorang pribadi itu sendiri.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, temparmen, ciri khas

dan juga prilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi & tempramen tersebut akan

terwujud dalam tindakan seseorang kalau di hadapkan kepada situasi tertentu.

Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yang baku/berlaku terus menerus

secara konsisten dalam menghadapai situasi yang sedang di hadapi, sehingga jadi

ciri khas pribadinya.

“Gordon W Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri


individu yang terdiri dari sistem-sistem psiko-fisik yang menentukan
cara penyesuaian diri yang unik dari individu terhadap lingkungannya”

Kepribadian menurut ahli kepribadian adalah segalah corak kebiasaan

manusia yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi serta

menyesuaikan diri dengan segalah rangsangan baik yang timbul dari

lingkungannya maupun yang datang dari dirinya sendiri sehingga corak dan

kebiasaan merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk individu

tersebut.

Jhon Lock mengemukakan “anak itu dilahirkan dalam keadaan suci

bagai kertas putih tanpa noda”. Keluarga adalah orang pertama yang hendak

mewarnai dan menetukan kearah mana anak itu akan di bawah. Oleh karena itu

keluarga merupakan latar belakang sosial yang utama bagi anak dan secara

kodratik memegang tugas untuk mendidik mereka, maka mampuh mengisihjiwa

anak dengan menciptakan suasana keluarga yang harmonis, memberikan contoh

sikap, perilaku serta kebiasaan-kebiasaan yang baik.

b. Aspek-Aspek Kepribadian

Telah di uraikan sebelumnya bahwa kepribadian mengandung pengertian

yang kompleks. Kepribadian terdiri dari berbagai macam aspek, baik aspek fisik
maupun psikis. Aspek yang memiliki peran dalam rangka pembentuka

kepribadian adalah sebagai berikut:

1. Sifat-sifat kepribadian

Yang dimaksud dengan sifat-sifat kepribadian adalah sifat yang ada pada

individu, seperti penakut, pemarah, suka menyendiri, sombong, dan

sebagainya. Sifat tersebut merupakan kecenderungan umum pada seorang

individu untuk menilai situasi dengan cara tertentu dan bertindak dengan

penilaian itu.

2. Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak

secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.

3. Pernyatssn diri dan cara menerima kesan-kesan.

Termasuk dalam aspek ini kejujuran, berterus terang, menyelimuti diri,

pendendam, tidak dapat menyimoang rahasia, mudah melupakan kesan-

kesan dll.

4. Pengetahuan

Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang dan jenis

pengetahuan apa yang lebih di kuasainya semua itu turut menentukan

kepribadian seseorang. Pengetahuan yang dimiliki seseorang memainkan

peran penting di dalam pekerjaan, cara-cara penerimaan dan penyesuaian

sosialnya dan pergaulannya.


5. Keterampilan

Keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu, sangat

mempengaruhi bagaiman cara orang itu bereaksi terhadap situasi-situasi

tertentu.

c. Unsur-Unsur Kepribadian

Kepribadian seseoran bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsure-unsur

kepribadian yang mempengaruhi kepribadian seseorang yaitu:

1. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang

berisi fantasi, pemahaman dan pengalaman mengenai bermacam-macam

hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Semua di

rekam dalam otak dan sedikit demi sedikit di ungkap dalam bentuk

perilaku.

2. Perasaan

Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang

menghasilkan penilaian positif atau negative terhadap sesuatu atau

peristiwa tertentu. Perasaan selalu bersifat subyektif, sehingga penilaian

seorang terhadap suatu hal ataukejadian akan berbeda dengan penilaian

orang lain.

3. Dorongan naluri

Dorongan naluri merupakan kemanusiaan yang sudah menjadi naluri

setiap manusia. Hal itu dimkasudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan

hidup manusia, baik yang bersifat rohaniyah maupun jasmaniah.


d. Factor Yang Membentuk Kepribadian

Secara umum, perkembangan kepribadian depengaruhi oleh 5 faktor yaitu:

1. Warisan biologis

Warisan biologis mempengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia

mempunyai warisan biologis yang unik, berebeda dari yang lain. Artinya

tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai karakter fisik yang

sama persis dengan orang lain bahkan anak kembar sekalipun.

2. Warisan lingkungan alam

Perbedaan iklim, topografi dan sumber daya alam menyebabkan manusia

harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu,

dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun di

pengaruhi oleh alam.

3. Warisan sosial

Kita tahu bahwa antara manusia, alam dan kebudayaan mempunyai

hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Manusia berusaha

untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi

kebutuhan hidup.

4. Pengalaman kelompok manusia

Kehidupan manusiah di pengaruhi oleh kelopoknya. Kelopok manusia,

sadar atau tidak telah mempengaruhi angota-angotanya.

5. Pengalaman unik

Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda dengan orang

lain, walupun mereka berasal dari keluarga yang sama, walaupun mereka

pernah mendapatkan pengalaman yang sama. Mengingat pengaalam setiap


orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secarah

sempurnah sama.

e. Peran Keluarga Dalam Pembentukan Kepribadian Anak

Keluarga selalu menyiapkan sarana pertumbuhna dan perkembangan

untuk kepribadian anak sejak dini. Istilah kata kepribadian anak tergantung pada

pemikiran dan perlakuan orang tua terhadap didikan untuk anak serta lingkungan.

Ayah dan ibu merupakan suatu tiang untuk mengajarkan bagaimana sikap yang

harus dimiliki masing-masing anak untuk orang lain terhadap sekitar

lingkungannya. Seorang ibu akan mengayumi anaknya demi membentuk suatu

karakter yang diterima masyarakat dalam arti memiliki sikap yang baik agar dapat

diterima masyarakat umumnya.

Peran dan tanggung jawab orang tua sangat dibutuhkan dalam memberikan

pendidikan disiplin dalam keluarga. Harapan setiap orang tua adalah

menginginkan anaknya menjadi manusia yang berguna bagi agama, keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi yang

tepat dari orang tua dalam meningkatkan disiplin anak supaya anak tidak

terjerumus oleh arus globalisasi yang berdampak negatif.

Adapun peran keluarga dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:

1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyanyangi anaknya

Ketika seorang anak mendapatkan kasih saying dari kedua orang

tuanya, maka saat kita berada di luar rumah dan menghadapi beberapa

masalah, dia akan bias menyelesaikan masalah itu dengan baik. Dan jika

kedua orang tua terlalu mengeklang atau terlalu memaksa kehendak untuk
ikut campur urusan mereka, maka hal ini akan menjadi penghalang

kesempurnaan pribadi mereka.

2. Kedua orang tua harus mampu menjaga ketenangan lingkungan rumah dan

keharmonisan rumah.

Jika seorang anak sedang ada masalah di luar, dan keadaan rumah

baik, tentram, damai, maka masalah yang ia miliki akan terasa tidak sangat

membebani pikiran mereka, tapi sebaliknya, jika kita sedang ada masalah

di luar, dan suasana dirumah sedang tidak karuan, itulah yang membuat

seorang anak tidak betah dirumah.

3. Saling menghormati antar kedua orang tua juga anak.

Orang tua akan merasa bangga terhadap terhadap anaknya jika ia mampu

menghormati juga menghargainya. Mereka akan lebih sayang kepada kita

dan kita pun akan sangat menyayang mereka.

4. Mewujudkan kepercayaan

Orang tua akan percaya sepenuhnya kepada diri kita, jika kita tidak

menyalahgunakan kepercayaan itu. Rasa kepercayaan ini, akan

membantukita untuk mau menerima kekurangan dan kesalahn pada diri.

5. Mengadakan perkumpulan keluarga (kedua orang tua dan anak)

Dengan ini kita dapat berbagi tentang apa yang telah terjadi hari ini

mengenai diri kita, saling bertukar pikiran, berbagai cerita. Hal ini akan

membentuk seorang anak jika memiliki masalah diluar.

Permasalahan yang harus diperhatikan adalah bagaimana komunikasi

orang tua di landasi oleh tingkat pendidikan orang tua, Pada situasi dan kondisi

tertentu orang tua juga bersikap otoriter dalam meningkatkan disiplin anak.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh para orang tua dalam menanamkan atau

memasukkan nilai-nilai, norma-norma kedalam diri anak sehingga anak memiliki

disiplin diri, yaitu adanya keteladanan diri dari orang tua kepada anak-anaknya,

pendidikan Agama sebagai dasar pendidikan anak, mengajarkan nilai moral pada

anak dan melatih tanggung jawab anak.

f. Penerapan komunikasi yang baik bagi Pembentukan Kepribadian Anak.

Anak adalah buah hati orang tua yang merupakan harapan masa depan.

Oleh karena itu, anak harus dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya

manusia yang berkualitas, sehat, bermoral dan berkepribadian yang baik berguna

bagi masyarakat. Untuk itu, perlu dipersiapkan sejak dini. Anak sangat sensitive

terhadap sikap lingkungannya dan orang-orang terdekatnya. Pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena

itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang

baik terhadap anak sehingga terbentuklah kepribadian yang baik pula.

Kepribadian anak terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang

disekitar anak. Keluarga adalah orang yang terdekat bagi anak dan mempunyai

pengaruh yang sangat besar. Segala perilaku orang tua yang baik dan buruk akan

ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku

yang baik demi pembentukan kepribadian anak yang baik. Komunikasi yang baik

untuk pembentukan kepribadian anak yang baik adalah komunikasi orang tua

yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang tua juga

mengendalikan anak. Sehingga anak yang juga hidup dalam mansyarakat, bergaul

dengan lingkungan dan tentunya anak mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar

yang mungkin dapat merusak kepribadian anak, akan dapat dikendalikan oleh
orang tua dengan menerapkan sikap-sikap yang baik dalam keluarga serta contoh

atau tauladan dari orang tua.

Orang tua yang bisa dianggap teman oleh anak akan menjadikan

kehidupan yang hangat dalam keluarga. Sehingga antara orang tua dan anak

mempunyai keterbukaan dan saling memberi. Anak diberi kebebasan untuk

mengemukakan pendapat, gagasan, keinginan, perasaan, serta kebebasan untuk

menanggapi pendapat orang lain. Anak-anak yang hidup dengan pola asuh yang

demikian akan menghasilkan karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, anak

yang mandiri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi

stress dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru. Pengasuhan anak perlu

disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Perkembangan anak dipengaruhi

faktor bawaan dan pengaruh lingkungan.

g. Sikap Orang Tua

Sikap orang tua terhadap anak sangat mempengaruhi kepribadian anak.

Sikap yang baik yang dapat mendukung pembentukan kepribadian anak antara

lain:

1) Penanaman Pekerti Sejak Dini


Orang tua dan keluarga adalah penanggung jawab pertama dan utama

penanaman sopan santun dan budi pekerti bagi anak. Baru kemudian, proses

penanaman akan dilanjutkan oleh guru dan masyarakat. Sopan santun harus

ditanamkan pada anak sedini mungkin. Sebab sopan santun dan tata karma adalah

perwujudan dari jiwa yang berisi nilai moral. Untuk selanjutnya moral akan turut

berkembang dengan yang lain dan akan dijadikan nilai sebagai pedoman dalam

perilaku keseharian.
2) Mendisiplinkan Anak
Dengan penerapan disiplin pada anak sejak dini, akan menumbuhkan

pribadi anak yang mandiri. Seorang anak akan belajar berperilaku dengan cara

yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya anak dapat diterima oleh anggota

kelompok sosial mereka. Menekankan prinsip disiplin harus dibuat sangat

individual, sesuai kebutuhan masing-masing anak dan keluarga.

3) Menyayangi anak secara wajar


Proses menjaga, merawat, dan mendidik orang tua mempunyai rasa

tanggung jawab yang terlalu besar sehingga terlalu menyanyani anak secara

berlebuhan, sehingga anak merasa terlayani sehingga sulit lepas dari baying-

banyang orang tuanya. Anak menjadi kurang mandiri dan terus bergantung kepada

orang tuanya.

4) Menghindari pemberian label “malas” pada anak


Banyak orang tua yang acapkali memberi cap atau label “malas” kepada

anaknya. Sebutan ini dapat merugikan anak sebab membuat anak kurang berusaha

karena merasa upaya yang dilakukannya tidak akan diperhatikan. Bahkan anak

akan berlaku sebagaimana diharapkan melalui label yang disandangnya itu. Label

tersebut akan merusak pembangunan konsep diri anak yang dibentuk sejak masa

kecil. Oleh karenanya, para orang tua hendaknya menghindari pemberian label

“malas” kepada anaknya.

5) Menghukum anak
Hukuman yang diberikan orang tua kepada anak adalah hukuman yang

dapat mendidik anak, bukan hukuman yang dapat membuat anak menjadi trauma.

Asumsi bahwa tiap perilaku salah itu disengaja adalah tidak benar. Anakterkadang

tidak mengerti apa yang telah dilakukannya itu perilaku yang benar atau salah.
Hukuman juga perlu diberikan kepada anak, sehingga anak akan mengetahui

perilaku yang telah dilakukannya itu benar atau salah.

5. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis atau menurut asal katanya istilah komunikasi berasal

dari bahasa latin, yaitu comunication, yang akar katanya adalah communis, dalam

arti kata sama makna yaitu sama makna antara pemberi pesan dan penerima

pesan. Secara terminologis komunikasi proses penyampaian suatu pernyataan oleh

seseorang pada orang lain. Dalam terminologi yang lain komunikasi dapat

dipandang sebagai proses penyampaian informasi dalam pengertian ini.

Hakikat komunikasi merupakan proses pernyataan antar manusia, yang

berhubungan dengan pikiran, atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Ada beberapa pengertian

komunikasi menurut para ahli seperti menurut Lewis Carol, komunikasi

merupakan suatu proses memindahkan, mengoperkan atau menyampaikan sesuatu

secara teliti dari jiwa yang satu kepada jiwa yang lain, dan hal itu adalah tepat

seperti pekerjaan yang harus kita ulangi dan ulangi lagi. Peraktikto (1983 : 10)

Selain itu Prof. Dr. Alo Liliweri, memaparkan komunikasi merupakan pengalihan

suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami.Untuk

mencapai komunikasi yang efektif dan efisien tidak semudah seperti yang

dibayangkan orang. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan agar pesan atau

pernyataan yang disampaikan kepada orang lain bisa dimengerti serta dipahami.

Salah satunya berkomunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam rangka pola

pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orangtua.
Barnlund memaparkan bahwa komunikasi timbul didorong oleh

kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara

efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Dalam lingkungan keluarga

orangtua berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak cukup dengan

komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan,

sosial, dan perlindungan yang dilakukan orangtua terhadap anak – anaknya.

Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang merupakan faktor yang kondusif

untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi yang baik dalam lingkungan

sosialnya.kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orangtua

dalam menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

merupakan suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, atau kelompok,

menciptakan hubungan agara dapat terhubung dengan lingkungannya.

Komunikasi pada dasarnya dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat

dimenegrti oleh kedua belah pihak. Selain secara lisan komunikasi juga bias

dilakukan dengan mengunakan gerak gerik badan atau menunjukan sikap tertentu

seperti senyum atau mengelengkan kepala. Komunikasi juga merupakan faktor

yang penting bagi perkembangan diri, karena ketika tidak ada komunikasi di

dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya prilaku nakal pada

anak. Berbagai permasalahan yang dihadapi anak, menyebabkan sebagian anak

mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk


b. Bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Komunikasi vertikal

Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas kebawah dan dari bawah

keatas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke

pimpinan secara timbal balik

2) Komunikasi horizontal

Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya

komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi ini sering

berlangsung tidak formal yang berlainan dengan komunikasi vertical yang

terjadi secara formal.

Selain dari bentuk-bentuk komunikasi tersebut terdapat beberapa bentuk

pengasuhan orang tua menurut Baumrind (1971), dapat diidentifikasikan menjadi

3, yaitu:

1. Pengasuhan anak dengan cara Otoriter

Bentuk komunikasi otoriter ditandai dengan orangtua yang melarang

anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Bentuk komunikasi otoriter

mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orangtua. Dalam komunikasi ini sikap

penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum, bersikap

mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi,

bersikap kaku atau keran, cendenrung emosinal dan bersikap menolak. Biasanya

anak akan merasa mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak

bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas

serta tidak bersahabat.


2. Pengasuhan dngan cara Demokratis atau Otoritatif.

Komunikasi orangtua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan

adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak. Memberikan pertimbangan dan

penjelasan yang rasional tentang kebijakan yang akan di laksanakan, orang tua

memberikan otonomi kepada anak tetapi juga dengan disiplin. Orang tua member

kebebasan tetapi juga mengontrol, saling member dan menerima antara anak dan

orang tua, orang tua menunjukkan kehangatan dan komunikasi yang baik. Namun

tetap konsistena dalam peryataan dantindakan. Model pengasuhan ini berorientasi

pada control positif, disiplin positif, konsisten dan sikap tegas dalam batas-batas

tertentu.

Pengasuhan demokratis memberikan dorongan, membantu anak dalam


membuat keputusan dan memecahkan masalahnya sendiri, ada kesempatan
utuk mengembangkan pemikiran,kreatifitas, tanggung jawab, percaya diri,
kontol diri yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain. ( Jhonson,
2002; Lerner et al 1992;) Bachri Thalib (2010 : 72)

3. Pengasuhan dengan cara membebaskan ( Permissive )

Bentuk komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa

batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.

Bentuk komunikasi permisif atau dikenal pula dengan bentuk komunikasi serba

membiarkan adalah orangtua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan,

melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan

anak secaram berlebihan.

Begitu pentingnya faktor Komunikasi dalam keluarga ini sehingga,

mengatakan bahwa salah satu cara terpenting untuk membantu anak-anak menjadi

orang dewasa yang berarti adalah dengan belajar berkomunikasi pada mereka

secara positif. Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh


urutan kelahiran dalam keluarga, struktur syaraf dan lain sebagainya, dan

hubungan orang tua dan anggota keluarga menjadi peran penting pembentukan

kepribadian dan tingkah laku anak.

4. Proses komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan

kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan maka antara

komunikasi dengan komunikatornya. Proses komunikasi dapat terjadi apabilaada

interaksi antara manusia dan ada penyampaian pesan mewujudkan motif

komunikasi.

Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Penginterprestasian
2. Penyandian
3. Pengiriman
4. Perjalanan
5. Penerimaan
6. Penyandian balik
7. Penginterpretasian
5. Tujuan Komunikasi

Setiap melakukan komunikasi atau kegiatan berkomunikasi hal itu

memiliki tujuan dan menurut devito (1997 : 30), ada empat tujuan komunikasi

yang perlu dikemukakan yakni :

1) Menemukan

Salah satu tujuan utama komunikasi adalah penemuan diri ( personal

discovery), bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar

mengenali diri sendiri selain juga tentang orang lain, dengan adanya tujuan

komunikasi yang “menemukan” orangtua dapat dengan mud mengetahui jati


diri remaja dan meminimalisir terjadinya penyimpangan komunikasi karena

orangtua sudah mengetahui diri siremaja tersebut.

2) Untuk berhubungan

Salah satu motifasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang

lain-membina dan memelihara dengan orang lain. Kita ingin merasa dicintai,

disukai, dan kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita

menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi antara orangtua dan

remaja harus diawali dengan adanya jalinan hubungan yang baik, maka akan

tercipta keharmonisan satu sama lain.

3) Untuk meyakinkan

Kita menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antar pribadi,

baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antar

pribadi sehari-hari kita berusaha untuk merubah sikap dan prilaku orang lain,

berusaha untuk mengajak mereka untuk melakukan sesuatu. Dalam

komunikasi orang tua dan remaja, tujuan komunikasi untuk meyakinkan ini

sangat penting, karena orang tua harus meyakinkan remaja agar berbuat

sesuai dengan kainginan orang tua.

4) Untuk bermain

Kita menggunakan banyak prilaku komunikasi kita untuk bermain dan

menghibur diri. Demikian pula banyak dari prilaku komunikasi kita dirancang

untuk memberikan hiburan pada orang lain. Adakalanya hiburan ini

merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan untuk mengikat

perhatian orang lain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.


6. Komunikasi Keluarga

Keluarga merupakan konsep pertama yang tentu telah kita kenal sejak kita

kecil. Setiap individu pasti akan terlahit ditengah-tengah lingkungan keluarga.

Untuk itulah, kita semua sudah akrab dengan konsep keluarga ini.

Secara seosiologis keluarga didefenisikan sebagai sebuah kelompok sosial


yang terdiri atas seorang laki-laki yan disebut ayah, dan seorang
perempuan yang disebut ibu, serta sejumlah individu lain, laki-laki
maupun perempuan yang disebut anak. Idealnya sbuah keluarga akan
memiliki tiga unsure ayah, ibu, dan anak. Martono (2014 : 235)
Menurut Murdock (Haralambost and holborn, 2004) keluarga merupakan
sebuah kelompok sosial yang dicirikan dengan tinggal bersama melakukan
aktifitas reproduksi dan ekonomi. Martono (2014 : 235).

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia

di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi

dengan kelompoknya. Komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina,

sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling

membutuhkan. Komunikasi dalam keluarga dapat diartikan sebagai kesiapan

membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang

menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan

pembicara yang dijalani.

Bentuk komunikasi keluarga sama halnya dengan bentuk interaksi sosial

yang berada dalam keluarga.

a) Komunikasi orang tua yaitu suami-istri

Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran

penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga

dengan anggota keluraga (ayah, ibu, anak )

b) Komunikasi orang tua dan anak


Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan

keluarga dimana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya.

Hubungan yang terjalin antara disini bersifat dua arah, disertai dengan

pemahaman bersama terhadap sesuatu hal dimana antara orang tua dan anak

berhak menyampaikan pendapat,pikiran, informasi tau nasehat. hubungan

komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan,

empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antar orang tua dan anak.

c) Komunikasi ayah dan anak

Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran

ayah dalam member informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan

keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan

menerima.

d) Komunikasi anak dan anak yang lainnya

Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana nak

yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih

muda. Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau factor kelahiran.

Komunikasi keluarga penting dalam membentuk suatu keluarga yang

harmonis,dimana untuk mencapai keluarga yang harmonis, semua anggota

keluarga harus didorong untuk mengemukakan pendapat,gagasan, serta

menceritakan pengalaman-pengalaman.

B. Kerangka Konsep

Keluarga adalah lembaga pertama di mana manusia hidup, belajar dan

berlatih, sebelum ia memasuki komunitas yang lebih besar, yaitu

masyarakat. Keluarga merupakan actor utama yang berpengaruh besar dalam


menentukan masa depan anak. Pendidikan keluarga dan atau masyarakat

dikatagorikan dalam wilayah pendidikan informal, yaitu pendidikan yang

dilakukan dengan atau tanpa sengaja melalui lingkunagan keluarga masyarakat.

Pendidikan semacam ini disebut dengan pendidikan warisan yang lebih banyak

dipengaruhi oleh factor imitasi, identifikasi dan sugesti baik dari orang tua atau

masyarakat.

Selain dari cara orang tua berkomunikasi yang baik untuk membentuk

karakter seorang anak. Tingkat pendidikan orang tua yang berbeda-beda juga akan

mempengaruhi kegiatan orang tua dalam melaksanakan pengasuhan dengan anak-

anaknya. Masing-masing orang tua tentu saja memiliki cara berkomunikasi

tersendiri dalam mengarahkan perilaku anak. Selain factor tingkat pendidikan

orang tua, dengan tingkat pendidikan yang telah dilaluinya dapat merupakan

barometer terhadap kemampuan berfikir maupun kemampuan bertindak orang tua

selaku orang yang memberikan pengasuhan terhadap anaknya.

Bagi orang tua yang tingkat pendidikannya rendah dalam memberikan

pengasuhan pada anaknya dapat dikatakan hanya sekedarnya saja, menurut

pengetahuan yang dimiliki tanpa memikirkan kebutuhan anak lebih lanjut.

Adapun bagi mereka yang berpendidikan lebih tinggi dalam memberikan

pengasuhan pada anaknya sedikit banyak berbeda dengan motivasi yang diberikan

oleh orang tua berpendidikan rendah.

Mereka tidak hanya memberikan pengetahuan secara sederhana tetapi juga

memberikan perhatian penuh terhadap segala kebutuhan anaknya secara khusus

sampai pada fasilitas yang dibutuhkan anaknya, hal ini disebabkan kesadaran

mereka bahwa untuk menunjang keberhasilan perkembangan anaknya secara


maksimal, tidak cukup hanya dengan memberikan pengasuhan dengan memenuhi

salah satu kebutuhannya saja.

Hal ini tentunya akan memberikan gambaran jika orang tua berpendidikan

rendah tentunya memberikan efek bagi anak-anaknya mengenai logika hidup

yang normative, hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan mengenai hidup itu

sendiri kurang maksimal, namun semua itu kembali pada persoalan individu dari

orang tua tersebut. Sedangkan untuk orang tua yang memiliki pendidikan tinggi,

tentunya memiliki pemikiran tentang kehidupan yang lebih baik, hal ini akan

terkait pula dengan cara berkomunikasi dan orientasi masa depan bagi anak-

anaknya dalam memberikan gambaran tantang masa depan. Dengan orang tua

berpendidikan tinggi minimal orientasi yang diberikan ke anak-anaknya juga

berpendidikan sama dengannya atau lebih tinggi dari orang tuanya. Tetetapi perlu

juga bimbingan dan pengasuhan yang lain.


Bagan Kerangka Konsep

KELUARGA

Pendidikan Orang Tua

Tingkat Pendidikan Orang Tua Pola Komunikasi Orang Tua

Orang Tua Orang Tua Berpendidikan


Berpendidikan Tinggi Rendah

Pembentukan kepribadian anak

Gambar 2:1 Kerangka konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif

kualitatif. Deskriktif adalah berupa kata-kata, dan gambar. Kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memenuhi fenomena tentang yang dialami

subjek peneliti. Penelitian deskriptif kualitatif yang menguraikan fakta mengenai

Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian

Anak di Lingkunga Caile. Keadaan dan situasi yang akan digambarkan dalam

penelitian ini adalah bagaiman pengaruh tingkat pendidkan oaring tua terhadap

pembentukan kepribadian anak di lingkungannya.

Metode deskriptif ini ialah metode yang menuturkan dan menafsirkan data

yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, suatu hubungan, suatu proses

yang sedang berlangsung, kelainan yang sedang muncul, kecendrungan yang

nampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya. Tujuan utama penelitian

kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial yang terjadi di

masyarakat.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Caile Kelurahan Sangiaseri

kecamatan Sinjai Selatan. Peneliti mengumpulkan data-data dengan medatangi

rumah penduduk yang ada di Lingkungan Caile Kelurahan Sangiaseri kecamatan


Sinjai Selatan yang diperlukan sebagai bahan analisis, data tersebut diperoleh

dengan mengumpulkan dokumen-dokumen.

C. Informan Penelitian

Untuk mengumpulkan data, peneliti mengunakan purposive sampling

memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang telah ditentukan. Penentuan

informan dilakukan secara sengaja yaitu:

1. Menentukan informan yang menjadi focus penelitian ini. Informan yang

merupakan masyarakat di Lingkungan Caile Kelurahan Sangiasseri

kecamatan Sinjai Selatan.

2. Informan yang merupakan masyarakat asli di Lingkungan Caile Kelurahan

Sangiasseri kecamatan Sinjai Selatan.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan

penelitian yang sedang dilakukan. yaitu sebagai berikut:

1. Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap pembentukan kepribadian

anak dalam keluarga.

2. Perbedaan pola komunikasi orang tua berpendidikan tinggi dengan orang tua

berpendidikan rendah dalam membentuk kepribadian anak dalam lingkungan

keluarga.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi, instrument utama adalah peneliti

sendiri. Setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka instrumen penelitian

dikembangkan secara sederhana yang dapat dipertajam serta dapat melengkapi

data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Bentuk instrumen tersebut


dikembangkan melalui fokus penelitian agar semua informasi yang diperoleh

menjadi data yang akurat yang dibutuhkan dalam penelitian ini

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui

wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan dalam

penelitian ini. Sumber data primer di peroleh melalui orang tua yang berada

di lingkungan Caile kab Sinjai.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui hasil penelusuran

penelahaan studi kepustakaan yang relevan serta data-data dari orang tua

yang ada di Lingkungan Caile, Kelurahan Sanggiaseri , Kecamatan Sinjai

Selatan. Sumber data sekunder berasal dari tulisan atau makalah-makalah,

buku-buku, dan dokumen atau arsip serta bahan lain yang berhubungan

dengan tingkat pendidikan orang tua terhadap kepribadian anak dan

komunikasi orang tua.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, sumber dan

pengaturan dalam penelitian perolehan data sangat luas serta mendalam, maka

perlu diklasifikasikan upaya yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain

sebagai berikut:
1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di lapangan

untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan masalah penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui objektifitas yang akan diteliti. Pengunaan teknik

penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap fenomena yang tidak di peroleh

melalu teknik wawancara. Dan disini Peneliti akan turung langsung kelokasi

penelitian untuk mengambil data mengenai Komunikasi Keluarga Berpendidikan

Tinggi Dengan Keluarga Berpendidikan Rendah yang berpengaruh terhadap

Kepribadian Anak di Dalam Lingkungan Sosial di Ling. Caile Kel. Sanggiasseri

Kab.Sinjai.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini salah

satunya dengan wawancara mendalam dengan informan yang dipilih berdasarkan

pertimbangan bahwa informan tersebut mengetahui dan dapat memberikan

penjelasan tentang permasalahan yang dikaji oleh peneliti. Wawancara dilakukan

dengan mengikuti petunjuk pedoman wawancara yang sebelumnya telah dibuat

oleh peneliti.

Ada beberapa langkah yangdilakuan dalam wawancara dilokasi peneliti,

seperti yang dilakuakn oleh Linclon dan Guba dalam sanapiah faisal adalah:

a. Menetapkan informan

b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang dibicarakan

c. Membuka dan menutup alur wawancara

d. Mengkonfirmasi ikhtiar hasil wawancara dengan menghadirinya

e. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan


f. Mengidentifikasikan tindak lanjut wawancara.

3. Dokumentasi

Mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan kajian serta

mengambil data-data yang terkait Komunikasi Keluarga Berpendidikan Tinggi

Dengan Keluarga Berpendidikan Rendah Terhadap Kepribadian Anak di Dalam

Lingkungan Sosial di Ling. Caile Kel. Sangiasseri Kab.Sinjai

H. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh baik secara data primer maupun data sekunder

dianalisis dengan teknik diskriptif kualitatif. Analisis kualitatif adalah

memberikan gambaran informasi masalah secara jelas dan mendalam untuk

menghasilkan data kualitatif yang baru. Hasil dari gambaran informasi akan

diinterpretasikan sesuai dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan

dukungan teori yang berkaitan dengan objek penelitian, adapun tahap-tahap yang

digunakan adalah sebagai berikut.

1. Pengumpulan Data

Semua data yang diperoleh dikumpulkan dan dicatat secara objektif

kemudian diperiksa, diatur diurutkan secara sistematis. Penelitian akan

mengumpulkan data baik dari observasi, wawancara mengenai imigran ilegal

maupun dokumentasi dijadikan satu sehingga memudahkan untuk pengelolaan

data ketahap selanjutnya.

2. Reduksi Data
Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhana, pengabstrakan

dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul

dilapangan, setelah peneliti mengumpulkan data maka peneliti akan melakukan


pemilihan data mana yang cocok dengan fokus penelitian yang peneliti akan teliti

melalui penyederhanaan sehingga memudahkan peneliti dalam penyajian data.

3. Penyajian data
Dilakukan dengan mendeskripsikan sekumpulan informasi secara teratur

dan sistematis yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan berdasarkan atas pemahaman yang di dapat. Setelah

peneliti mereduksi data maka peneliti akan mendeskripsikin hasil penelitian baik

dalam observasi, wawancara mzupun dokumentasi untuk memudahkan didalam

menarik kesimpulan pada hasil penelitian.

4. Verifikasi Data dan kesimpulan

Upaya mendapatkan kepastian akan keabsahan dari data yang telah

diperoleh, dengan memperhatikan kejelasan dari setiap sumber data yang ada.

Dengan demikian maka peneliti dapat menarik kesimpulan berdasarkan data dari

keseluruhan proses yang telah dilaksanakan. Setelah penelitian menyajikan data

dengan mendeskripsikan hasil dari penelitian maka penelitian akan menarik suatu

kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat dilapangan.

I. Teknik Keabsahan Data

Merupakan teknik yang digunakan untuk meyakinkan

publik/masyarakat/audiens mengenai data yang didapatkan dapat dipercaya atau

dipertangguangjawabkan kebenarannya. Sehingga peneliti dapat berhati-hati

dalam memasukkan data hasil penelitian, data yang dimsukkan adalah data yang

sudah melalui berbagaia tahapan keabsahan data.


Pemeriksaan keabsahan data sangat penting dalam penelitian kualitatif,

karena sangat menentukan tingkat kepercayaan terhadap hasil penelitian yang

telah dilakukan yakni;

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dilakukan apabila data yang ditemukan

sebelumnya belum lengkap. Selain itu, perpanjangan pengamatan juga dapat

dilakukan untuk mengecek kembali kebenaran data yang didapatkan sebelumnya.

2. Meningkatkan Ketekunan

Teknik ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud mengadakan

pengamatan dengan teliti, rinci, dan mendalam serta berkesinambungan terhadap

fenomena dan peristiwa yang terjadi pada latar penelitian, sehingga ditemukan

hal-hal yang relevan dengan kepentingan penelitian

3. Member Cheeck

Pada tahap ini peneliti kembali kelapangan untuk mengecek kembali

semua data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi

dengan informan.
BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN GAMBARAN


KHUSUS LATAR PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Sinjai Sebagai Daerah Penelitian

Kabupaten Sinjai adalah salah satu daerah tingkat II di provinsi Sulawesi

Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Balangnipa. Balangnipa atau

Kota Sinjai berjarak sekitar ±220 km dari Kota Makassar. Kabupaten ini memiliki

luas wilayah 819,96 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 228.879 jiwa.

1. Sejarah Singkat Kabupaten Sinjai

Kabupaten Sinjai mempunyai nilai historis tersendiri, dibanding dengan

kabupaten-kabupaten yang di Provinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari

beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu

Limpoe dan Kerajaan–kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe. Tellu

limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai yakni

Kerajaan Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, serta Pitu Limpoe adalah kerajaan-

kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni Kerajaan Turungen, Manimpahoi,

Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka.

Watak dan karakter masyarakat tercermin dari system pemerintahan

demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara kerajaan-

kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan yakni Sipakatau yaitu

Saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui Menre’


Tessirui No’ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah,

mallilu sipakainge yang bermakna bila khilaf saling mengingatkan.

Sekalipun dari ketiga kerajaan tersebut tergabung ke dalam Persekutuan

Kerajaan Tellu Limpo’E namun pelaksanana roda pemerintahan tetap berjalan

pada wilayahnya masing-masing tanpa ada pertentangan dan peperangan yang

terjadi di antara mereka. Bila di telusuri hubungan antara kerajaan-kerajaan yang

ada di kabupaten Sinjai pada masa lalu, maka nampaklah dengan jelas bahwa ia

terjalin dengan erat oleh tali kekeluargaan yang dalam Bahasa Bugis disebut Sijai

artinya sama jahitannya.

Hal ini diperjelas dengan adanya gagasan dari Lamasiajeng Raja Lamatti

X untuk memperkukuh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan

ungkapannya "Pasija Singkerungnna Lamati Bulo-Bulo” artinya satukan

keyakinan Lamatti dengan Bulo-Bulo, sehingga setelah meninggal dunia dia

digelar dengan puanta matinroe risijaina. Eksistensi dan identitas kerajaan-

kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai pada masa lalu semakin jelas dengan

didirikannya Benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng

Balangnipa, sebab didirikan di Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota

Kabupaten Sinjai. Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama Benteng

Tellulimpoe, karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni

Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda melalui perang

Manggarabombang.

Agresi Belanda tahun 1559 – 1561 terjadi pertempuran yang hebat

sehingga dalam sejarah dikenal nama Rumpa’na Manggarabombang atau perang

Mangarabombang, dan tahun 1559 Benteng Balangnipa jatuh ke tangan belanda.


Tahun 1636 orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-

kerajaan di Sinjai menentang keras upaya Belanda untuk mengadu domba

memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan. Hal ini

mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap orang-

orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-Bulo untuk melakukan

perang terhadap kerajaan Gowa. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1639. Hal ini

disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap berpegang teguh Pada Perjanjian

Topengkkong. Tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Der Capellan

datang dari Batavia untuk membujuk I Cella Arung ( Puang Cella Mata) Bulo-

Bulo XXI agar menerima perjanjian Bongaya dan mengizinkan Belanda

Mendirikan Loji atau Kantor Dagang di Lappa tetapi ditolak dengan tegas. Tahun

1861 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, takluknya

wilayah Tellulimpoe. Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan dengan sebutan

Goster Districten. Tanggal 24 Februari 1940, Gubernur Grote Gost menetapkan

pembagian administratif untuk daerah timur termasuk residensi Celebes, di mana

Sinjai bersama-sama beberapa kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther

Afdeling Sinjai terdiri dari beberapa adats Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo,

Tondong, Manimpahoi, Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng.

Pada masa pendudukan Jepang, struktur pemerintahan dan namanya

ditatah sesuai dengaan kebutuhan bala tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 yakni tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai

resmi menjadi sebuah kabupaten berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 29

Tahun 1959. Dan pada tanggal 17 Februari 1960 Abdul Lathief dilantik menjadi
kepala daerah tingkat II Sinjai yang Pertama. Hingga saat ini Kabupaten Sinjai

telah dinahkodai oleh 8 (delapan) orang putra terbaik yaitu:

1. Mayor abdul Lathif tahun 1960-1963

2. Andi Azikin tahun 1963-1967

3. Drs. H. Muh Nur Tahir tahun 1967-1971

4. Drs H. Andi Bintang tahun 1971-1983 ( 2 priode)

5. H. A. Arifudding Mottotorang tahun 1983- 1993 ( 2 priode)

6. H. Muh Roem, Sh. M.Si tahun 1993- 2003 (2 prode)

7. Andi Rudiato AsapaSH, LLM tahun 2003- 2013 (2 Priode)

8. H. Sabirin Yahya, S.Sostahun 2014 - sekarang

Hasil Sensus Penduduk 2010, penduduk Kabupaten Sinjai berjumlah

228.879 jiwa. Dengan Kepadatan penduduk 286 jiwa/km² dan laju pertumbuhan

penduduk dari tahun ke tahun 0,79 %/tahun. 99% penduduk Kabupaten Sinjai

memeluk agama Islam. Berikut adalah penduduk Kabupaten Sinjai, per

Kecamatan Tahun 2010 :

1) Kecamatan Sinjai Barat : 22.985 jiwa

2) Kecamatan Sinjai Borong : 15.901 jiwa

3) Kecamatan Sinjai Selatan : 37.055 jiwa

4) Kecamatan Tellu Limpoe : 31.448 jiwa

5) Kecamatan Sinjai Timur : 28.971 jiwa

6) Kecamatan Sinjai Tengah : 25.966 jiwa

7) Kecamatan Sinjai Utara : 43.467 jiwa

8) Kecamatan Bulupoddo : 15.681 jiwa


9) Kecamatan Pulau Sembilan : 7.405 jiwa

2. Kondisi Geografis dan Iklim

Sinjai secara geografis terdiri atas daratan rendah di Kecamatan Sinjai

Utara, Tellu Limpoe dan Sinjai Timur. Selanjutnya daerah dataran tinggi di mulai

dari Sinjai Barat, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan dan Sinjai Borong. Sedangkan

kecamtan terunik adalah kecamtan pulau Sembilan berupa hamparan 9 pulau yang

berderet sampai mendekati pulau buton.

Kabupaten sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi Sulawesi Selatan

yang berjarak sekitar 223 km dari Kota Makassar. Posisi wilayahnya berbatasan

dengan kabupaten Bone (bagian utara), Teluk Bone (bagian Timur), kabupaten

Bulukumba (bagian Selatan), dan Kabupaten Gowa (dibagian Barat).

Berdasarkan situasi Geografis, daerah Kabupaten Sinjai beriklim Sub

Tropis. Curah hujan rata-rata 2.772 sampai 4.847 milimeter dengan 120 Deep rain

pertahun. Musim Hujan dimulai Februari s/d Juli dan musim panas mulai

Agusutus s/d Oktober serta kelembaban mulai November s/d Januari. Sinjai

berada pada ketinggian antara 25 sampai 1.000 meter diatas permukaan laut. Luas

daerah 8.1996 Ha, dengan 4,62 persen berada pada ketinggian 25 m diatas

permukaan laut, 9,74 persen berada pada ketinggian 100 m diatas permukaan laut,

55,35 persen berada pada ketinggian 100 – 500 m dari permukaan laut, 21,18

persen berada pada ketinggian 500 – 1000 m dari permukaan laut dan 21,18

persen berada pada ketinggian diatas 1000 m dari permukaan laut.


3. Destinasi Wisata di Sinjai

1. Benteng Balan Nipa

Lokasi benteng ini berjarak 220,5 km dari kota Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan. Benteng ini didirikan oleh salah satu aliansi kerajaan

Lamatti, Bulo-Bulo dan Tondong yang lazim disebut kerajaan Tellu

Limpoe. Benteng ini untuk melindungi kerajaan Tellu Limpoe yang rapu

pada saat itu karena pertarungan yang sangat hebat antara kerajaan Gowa

yang dimulai pada masa pemerintahan raja Gowa ke 9 Daeng Matanre

Karaeng Manguntungi Tumapparisi Kallongna dengan kerajaan-kerajaan

sekitarnya. Fungsi benteng ini dulunya sebagai pusat penumpasan dan

penahanan perampok yang berhasil ditangkap atas permintaan kerajaan

Bone. Bangunan benteng dengan arsitektur khas Eropa awal abad 19 ini

masih berdiri kokoh, dan dimanfaatkan sebagai kantor dinas parawisata.

Benteng ini berdinding tebal dan memiliki ruang-ruang tahanan.

2. Taman hutan rakyat (taharu)

Taharu merupakan salah satu dataran tinggi terbaik di Sinjai.

Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan. Saat matahari cerah,

keindahannya sangat memukau. Dataran tinggi ini menjadi favorit untuk

spoot foto diketinggian, sekadar relaksasi, hinggah berkemah. Negeri

diatas awan ini berlokasi di Desa Belerang, kec, Sinjai Borong.

3. Taman purbakala batu gojeng

Berada dipuncak bulupoddo, karampuang.di dalam kawasan wisata

itu terdapat kuburan batu serta ditemukan berbagai jenis benda cagar alam
budaya seperti, fosil kayu dan peti mayat serta keramik yang diperkirakan

berasal dari Zaman Dinasti Ming.

4. Rumah adat karangpuang

Berada ditengah-tengah perkampungan tradisional tua di desa

Tompobulu. Di tempat ini masyarakat setempat meyakini sebagai tempat

pertemuan bangsawan Suku Bugis (Puang) dan Suku Makassar (Karaeng),

sehingga dinamakan Rumah Adat Karampuang Pemukiman ini merupakan

kawasan adat yang terletak di kampong tradisional karangpuang. Berada di

desa tompobulu, kec. Bulupoddo.

5. Hutan Bakau (Mangrove)

Terletak di desa Tongke-Tongke Kec. Sinjai Timur sekitar 7 km

dari pusat kota Sinjai. Hutan bakau (mangrove) di Tongke-Tongke dalam

perkembangannya telah menjadi obyek wisata yang ramai dan diminati,

baik oleh wisatawan nusantara mauoun mencanegara, terutama sekali oleh

para ilmuan yang gemar melakukan penelitian. Desa Tongke-Tongke

dengan kekayaan hutan bakaunya dijuluki sebagai laboratorium bakau

Sulawesi Selata. Pengembangan hutan bakau yang berlokasi pada pesisir

sebelah timur kota Sinjaitersebut memiliki luas kurang lebih 786 ha, yang

dikembangkan melalui swadaya masyarakat murni. Berkunjung du hutan

bakau Tongke-Tongke berarti juga akan dihibur oleh aneka jenis

bebunyian dan pekikan satwa dipagihari dan kepakan sayap ribuan

kalelawar, yang bergantungan di atas pepohonan bakau pada siang hari.


6. Pulau-Pulau Sembilan / Pulau-pulau kecil (sembilan island/small island)

Terletak di Kecamatan Pulau Sembilan sekitar 3 mil dari pusat kota

Sinjai. Obyek wisata tersebut dapat ditempuh sekitar 15 hingga 20 menit

perjalanan laut dengan menggunakan perahu motor.

Pulau-Pulau Sembilan merupakan deretan pulau-pulau kecil, yang oleh

Pemda Sinjai dijadikan sebagai kawasan wisata bahari, terutama dengan

adanya terumbu karang dan aneka jenis ikan hias yang indah, yang hidup

pada perairan laut disekitarnya.

Dikatakan Pulau Sembilan, karena kawasan tersebut terdiri dari

sembilan pulau, yaitu ; Kambuno, Liang-Liang, Burunglo’e, Kodingere,

Batanglampe, Katindoang, Kanalo I, Kanalo II, dan Lare-rea. Diantara

sembilan pulau kecil tersebut satu diantaranya adalah pulau Larea-rea yg

tidak berpenghuni. Kawasan wisata bahari tersebut juga didukung dengan

adanya satu pulau kecil yang baru muncul yaitu pulau pasir (pulau yang

terbentuk dari pasir yang halus berbentuk kristal), yang cukup terkenal

dengan keindahannya.

Di sepanjang pantai Pulau-Pulau Sembilan anda dapat menikmati

indahnya kemilauan pasir putih dan bonsai-bonsai laut yang tumbuh secara

alami. Selain itu, kawasan Pulau-Pulau Sembilan yang didukung dengan

gulungan arus gelombang yang amat kecil dan tenang, bahkan hampir-

hampir tidak pernah dijumpai adanya ombak yang besar, sehingga sangat

cocok untuk dijadikan sebagai arena olahraga air, seperti ; menyelam, ski

air, dayung dan mancing.


7. Pantai Ujung Kupang

Terletak di Kecamatan Sinjai Timur sekitar 15 Km dari pusat kota

Sinjai. Ujung kupang merupakan salah satu objek wisata yang berpantai

pasir putih selain yang anda dapat jumpai di gugusan pulau sembilan. Objek

ini juga bersebelahan langsung dengan gugusan pulau-pulau sembilan dan

hutan bakau Tongke-Tongke.

Pada setiap tahunnya anda dapat menyaksikan atraksi lomba perahu

tradisional dan atraksi budaya Ma’rimpa Salo, yaitu sebuah kegiatan ritual

yang bermakna kesyukuran atas keberhasilan panen, baik di darat (petani)

dan dilaut (nelayan), yang diwujudkan dalam suatu bentuk penangkapan

ikan dengan cara menghalaunya ke muara sungai dengan menggunakan

ratusan perahu tradisional, yang dilengkapai dengan peralatan jaring

tradisionalnya.

Masih bertempat di atas ratusan perahu-perahu tersebut dilakukan pula

atraksi seni tradisional, seperti : pergelaran musik dan pencak silat yang

diiringi dengan tabuhan genderang yang bertaluh-taluh dan alat musik

lainnya sambil menghalau ikan menuju ke muara, yang sebelumnya telah

dipasangi Belle (perangkap yang terbuat dari bambu). Selain ikan-ikan

tersebut masuk ke dalam perangkap, penagkapan pun dengan serta merta

dilakukan secara beramai-ramai. Ikan hasil tangkapan mereka tersebut

dibawa ke darat kemudian dibakar secara tradisional dan dinikmati oleh

seluruh pengunjung yang ada. Kegiatan ini telah berkalender pada setiap

bulan Agustus ( Tanggal 15 Agustus tahun berjalan ).


8. Air Panas Tondong

Terletak di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur lebih kurang 9

km dari pusat kota Sinjai. Air panas tondong mempunyai TMP 55 derajat

celciu. Sejak dahulu kala tempat tersebut banyak dikunjungi, baik oleh

masyarakat (wisatawan lokal) maupun domestik (mancanegara). Mandi

dengan menggunakan sumber air panas Tondong dapat menyembuhkan

berbagai penyakit, terutama penyakit kulit dan gatal-gatal

4. Keadaan Pertanian Kabupaten Sinjai

Pertanian yang menonjol dari kabupaten Sinjai

adalah lada dan coklat. Lada tumbuh hampir di semua kecamatan kecuali

di kecamatan Pulau Sembilan. Luas areal tanamnya mencapai 3.249

hektare dengan jumlah produksi 2.380 per tahun. Sedangkan coklat atau

kakao tumbuh hampir di semua kecamatan dengan luas area tanam 4.178

hektare dan hasil panen per tahun mencapai 2.129 ton.

1. Jagung

Potensi Jagung di Kabupaten Sinjai tersebar di Kecamatan antara

lain Kecamatan Sinjai Utara, Bulupoddo, Kecamatan Sinjai Timur dan

Tellulimpoe. Luas Area : 24.00 Ha, Luas Panen : 27.202 Ha.

2. Cabe Merah

Tanaman ini cukup menggembirakan karena didukung oleh iklim

yang cocok untuk pengembangannya sehingga mudah tumbuh. luas panen

97 Ha.
3. Padi

Mata pencaharian penduduk di Kab. Sinjai sebagian besar adalah

petani dimana areal persawahannya meliputi Kecamatan Sinjai Barat,

Kecamatan Sinjai Selatan, Kecamatan Sinjai Tengah, Kecamatan Sinjai

Borong dan Kecamatan Bulupoddo. Potensi Lahan : 18.906 Ha, Luas area

tanam : 22.298 Ha.

4. Wijen

Wijen merupakan tanaman sela, tanaman ini kebanyakan

didapatkan pada lahan teerbuka. Selain dimanfaatkan sebagai tambahan

pada makanan, biji wijen yang mengandung minyak juga digunakan

sebagai bahan obat-obatan. Adapun tanaman ini bisa ditemukan di daerah

Kecamatan Sinjai Timur, Kecamatan Sinjai Utara, Kecamatan Sinjai

Selatan, Kecamatan Bulupoddo dan Kecamatan Tellulimpoe. Potensi

Lahan : 1.000 Ha, Luas Area Tanam : 504 Ha.

5. Labu Siam

Tanaman ini banyak dijumpai di Kecamatan Sinjai Borong dan

Sinjai Barat. Labu siam adalah sayuran yang mengandung zat protein,

lemak, fosfor, besi dan kalsium. Rata-rata Produksi : 300 Kw/Ha, Luas

Panen : 10 Ha.

5. Makanan dan Minuman Khas Sinjai

Membahas kuliner seakan tak ada habisnya. Kuliner adalah salah

satu magnet yang menarik seseorang untuk mengunjungi suatu daerah.

Rasanya kurang afdol jika tidak mencoba makanan khasnya. Kalaupun

tidak dapat mencicipi semuanya, paling tidak mencoba satu atau dua yang
berhasil memuaskan rasa penasaran. Adapun beberapa makanan khas

Kabupaten Sinjai yaitu:

1. Minas

Minas namanya merupakan minuman khas Sinjai yang mempunyai

keunikan tersendiri. Sejarah tentang keberadaan Minas ini diperuntukkan

sebagai minuman penyegar dan penghangat tubuh bagi nelayan yang turun

melaut. Minuman dengan rasa yang unik terbuat dari tape singkong, susu,

madu, telur, air kelapa dan beberapa racikan lainnya. Untuk yang pertama

kali mencoba minuman ini mungkin akan merasa aneh dengan rasanya.

Tapi percayalah, setelah mencoba akan menjadi ketagihan. Ada sensasi

tersendiri ketika meminumnya. Karena minas ini mempunyai efek yang

luar biasa sehingga dipercaya sebagai minuman penambah stamina. Saya

selalu merekomendasikan minuman ini setiap ada teman atau kerabat yang

berkunjung pertama kali ke Sinjai. Rerata mereka merasa puas dan suka

dengan rasanya yang aneh.

2. Laha’ Racci

Yang terkenal selama ini akan kuliner khas Sinjai adalah aneka

ikan bakar beserta cumi dan udangnya. Namun masih ada cita rasa kuliner

khas yang unik dan rasanya juara. Adalah racci, atau lebih dikenal dengan

kerang laut. Daging dari kerang laut inilah yang menjadi bahan baku racci

dan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Racci ini merupakan makanan khas

warga Pulau Sembilan. Namun makanan ini agak gampang-gampang


susah ditemukan. Bahan makanan ini tak selalu tersedia karena bermusim

kemunculannya.

Kerang laut tersebut diolah menjadi laha’ racci. Laha’ racci

memiliki cita rasa pedas dan kecut. Dijamin mampu menggoyang lidah

para penikmatnya. Di daerah lain laha’ dikenal dengan nama lawa. Kata

laha’ hanya ada di Sinjai. Jadi makanan ini tidak akan bisa kita temukan di

daerah lain tapi mungkin dengan nama yang berbeda seperti lawa’ bale

(ikan) atau lawa’ mairo. Namun laha’ racci hanya ada di Pulau Sembilan.

Dahulu, jika ingin mencicipi laha’ racci hanya bisa mendapatinya di Pulau

Sembilan, namun kini sudah ada warung makan Nainra di Lappa yang

menyediakan menu laha’ Racci.

3. Nasu’ Cukka

Makanan yang satu ini bahan dasarnya adalah ayam kampung dan

cuka tuak aren. Ayam kampungnya dimasak bersama dengan cuka tuak

aren dan bumbu-bumbu lainnya. Konon katanya masakan ini biasa

dikomsumsi oleh para penikmat minuman alkohol tradisional sebagai

pendamping di saat mereka berpesta tuak. Tetapi makin ke sini, makanan

ini menjadi kuliner unik yang ada di Sinjai. Rasanya kecut dan pedas.

Sensasi rasanya lain dari yang lain. Pun aromanya membuat selera makan

bertambah. Paling nikmat disajikan dengan nasi hangat. Ajip pokoke!

Tidak susah untuk menemukan kuliner unik yang satu ini. Kita sudah

dapat menemukannya disetiap acara pernikahan maupun acara-acara

lainnya.
6. Sinjai Selatan

1. Gambaran Kec. Sinjai Selatan

Sinjai selatan adalah sebuah kecamatan di kabupaten sinjai, Sulawesi

Selatan, Indonesia. Kec. Sinjai Selatan merupakan pintu gerbang kabupaten sinjai

di bagian selatan yang berbatasan dengan kabupaten Bulukumba. Luas wilayah

Kec. Sinjai selatan adalah 131.99 km2. jumlah penduduk 37.055 Jiwa. Kepadatan

273 Jiwa/km2. Dari kota Makassar, Ibu kota provinsi, kec. Sinjai selatan berjarak

195 km dengan jarak tempuh kendaraan kurang lebih 4 jam.

2. Desa/Kecamatan

Table 4.1
Desa/Kelurahan Luas (km2)

1. Palangka 9,2 km2

2. Sanggiaserri 16,72 km2

3. Puncak 9,02 km2

4. Polewali 8,63 km2

5. Songing 9,25 km2

6. Aska 8,03 km2

7. Palae 17,00 km2

8. Talle 18,19 km2

9. Bulu Kamase 19,23 km2


10. Alenangka 8,70 km2

11. Gareccing 8,02 km2

3. Perbatasan Wilayah

Table 4.2 Perbatasan wilayah

Utara Kecamatan Sinjai Tengah

Selatan Kecamatan Tellu limpoe dan Kabupaten Bulukumba

Barat Kecamatan Sinjai Borong dan Sinjai Tengah

Timur Kecamatan Sinjai Timur

Sumber : Data kepala Lingkunga Caile

B. Gambaran khusus Lingkungan Caile sebagai Latar Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di Kabupaten Sinjai,

Kecamatan Sinjai Selatan, Kelurahan Sanggiaseri tepatnya di Lingkungan Caile.

Caile adalah sebuah lingkungan di kelurahan Sanggiaseri yang berpenduduk

sekitar 1.789 jiwa dan 440 jiwa kepala keluarga.

1. Sejarah Singkat Lingkungan Caile

Lingkungan caile juga dikenal dengan tempat pemakaman umun karena

terdapat dua tempat pemakaman umum, bagi orang yang baru pertama kali

menginjakkan kaki di lingkungan caile mungkin menganggap bahwa tempat

tersebut menyeramkan dan penuh cerita mesteri disetiap tempat pemakaman

tersebut, akan tetapi bagi masyarakat sekitar yang tinggal di lingkungan caile
hanya menganggap biasa hal tersebut mungkin karena sudah sering melewati atau

karena mereka memang tinggal disekitar tempat pemakaman umum tersebut.

Table 4.3 Perbatasan wilayah Lingkungan Caile

Utara Lingkungan Samaenre

Selatan Lingkungan Babara

Barat Desa puncak

Timur Kecamatan tellu limpoe

Sumber : Data kepala Lingkungan Caile

2. Tingkat Pendidikan Di Lingkungan Caile

Tingkat pendidikan masyarakat lingkungan caile rata-rata tingkat sekolah

dasar (SD) dan tingkat menengah, sekolah menengah atas (SMA), meskipun

terdapat pula masyarakat yang masuk kategori tingkat pendidikan yang tinggi

seperti sarjana atau insinyur. Bagi sebagian masyarakat beranggapan bahwa

meskipun sekolah tinggi akan tetap kembali ke pekerjaan awal sebagai petani bagi

laki-laki,dan bagi wanita akan kembali kedapur. Akan tetapi saat ini masyarakat

mulai menyadari akan pentingnya sebua pendidikan dalam kehidupan sehari-hari,

dan anggapan yang mereka yakini bahwa laki-laki akan kembali kesawah dan

wanita akan kembali kedapur, kini mulai berubah, bahkan mereka berusaha

memotifasi anak mereka untuk melanjutkan pendidikan agar bermanfaat bagi

orang banyak dan mengangkat martabat keluarga.


3. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat lingkungan caile Sebagian besar sebagai

petani dan peternak. yang menjadi komoditas utama para petani adalah padi,

jagung, kacang tanah. Jagung dan kacang tanah menjadi tanaman selingan saat

para petani tidak menanam padi, dan terdapat pula msyarakat yang beternak dan

berkebun. Hal ini ditunjang oleh kondisi wilayah yang merupakan dataran tinggi

dimana potensi untuk pengembangan sector pertanian sangat besar.

4. Kehidupan Sosial Budaya

Masyarakat lingkungan caile masih kental dengan adat istiadat dalam

setiap kegiatan sehari-hari, seperti kegiatan pembacaan bara sanji dan ammateang,

pembacaan barasanji ini dilakukan di saat ada acara khitanan,atau perkawinan dan

acara-acara besar lainnya, sedangkan ammateang atau upacara adat kematian yang

dalam adat bugis merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat bugis saat

seseorang dalam suatu kampung meninggal dunia. Keluarga, kerabat dekat

maupun kerabat jauh, juga msyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang

meninggal itu berbondong-bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya

membawa sidekka (sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang

atau kebutuhan untuk mengurus mayat, selain itu ada jg yang membawa passolo

(amplop berisi uang sebagai tanda turut berduka cita). Setelah semua keluarga

terdekatnya hadir, mayat mulai dimandikan, yang umumnya dilakukan oleh orang

tertentu yang biasa memandikan mayat atau anggota keluarganya sendiri.

5. Kehidupan Keberagaman
Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat

banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan tersebut terutama dalam hal,

ras, agama, keyakinan, ideologi politik, sosial budaya, ekonomi, dan jenis

kelamin. Setiap masyarakat mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam

aspek sosial budaya. Terdapat pula masyarakat yang tidak menerapkan adat

istiadat dalam kehidupan sehari-hari didalam lingkungannya, dan hal ini tidak

menjadi permasalahan bagi masyarakat yang melaksanakan adat-istiadat dalam

kehidupannya. Masyarakat lingkungan caile memiliki sikap toleransi yang tinggi

terhadap sesama masyarakat.


BAB V

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP


PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DALAM
LINGKUNGAN SOSIAL

Penelitian dilaksanakan bulan Agustus 2017 di Lingkungan Caile,

Kecamatan Sinjai Selatan, kabupaten Sinjai. Responden yang berhasil di

wawancarai yaitu para orang tua yang memiliki anak yang berusia 10-15 tahun

dan peneliti juga melakukan observasi langsung terhadap 10 anak di lingkungan

SD Negeri 43 Bontopedda.

Table 5.1 Data orang tua responden

Jumlah Pendidikan
No Nama Umur Pekerjaan
Anak Terakhir

1. Erniati, S.pd 54 Tahun 5 Guru SD Sarjana

2. Ufe 42 Tahun 2 IRT SMP

3. Hamsiah IRT Tdk Tamat


47 Tahun 2
SD

4. Masniati 36 Tahun 2 IRT SMP

5. Andi Musdalifa 49 Tahun 3 IRT SMA

6. Andi Megawati 50 Tahun 2 IRT SMA

7. Nurlaila, S.Pd 35 Tahun 3 Guru SMP Sarjana

8. Ahmad 43 Tahun 2 Pengusaha SMP

9. Erni 42 Tahun 3 IRT SMP


10. Hartati 37 Tahun 2 Pengusaha SMA

11. Andi umi Naslika, Guru SD Sarjana


36 Tahun 2
S.Pd

12. Ati 39 Tahun 2 Pengusaha SMP

13. Ella 45 Tahun 4 Guru SMP Sarjana

14 Kurni. AMd. Keb 40 Tahun 2 Bidan Diploma

15. Warnidah. AMd.Keb 41 Tahun 2 Bidan Diploma

16. Aminah 45 tahun 5 IRT SMP

17. Muhammad Ishak Kepala Diploma


55 Tahun 2 Lingkungan
Caile

Sumber : data hasil observasi peneliti

Table diatas merupakan data-data responden yamg memiliki anak rentang

usia 10-15 tahun di Lingkungaan Caile.

Table 5.2 Data anak yang menjadi objek penelitian


No Nama Usia Nama orang tua

1 Aldi 10 tahun Nurlaila, S.Pd

2 Ichwal 13 Tahun Erniati, S.Pd

3 Risky 10 Tahun Warnidah Amd.keb

4 Aidil 10 Tahun Hartati

5 Rahmat 12 tahun Aminah

6 Wawan 12 tahun Ufe

7 Izza 10 tahun Ufe


8 Fitri 13 tahun Erni

9 Agri 13 tahun Masniati

10 Athar 12 tahun Andi umi naslika S.Pd

Sumber: Data hasil observasi peneliti


Tabel diatas merupakan 10 anak yamg memiliki usia 10-15 tahun yang

meimiliki latar pendidikan orang tua yang berbeda. 5 (lima) anak pendidikan

orang tua tinggi dan 5 (lima) anak yang meimiliki orang tua berpendidikan

rendah. Penelitian dikumpulkan melalui Wawancara, Observasi dan Dokumentasi.

Di lengkapi dengan data hasil observasi langsung secara partisipatif yang

dilakukan rentang waktu satu bulan . untuk meperkuat substansi data hasil

wawancara dan observasi, maka dilakukan penelusuran terhadap pemerintah

setempat seperti kepala Lingkungan Caile dan Sekolah-Sekolah anak yang

menjadi objek penelitian. Semua data hasil penelitian diuraikan berdasarkan pada

focus penelitian yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan hasil peneliti yang dilakukan melalui wawancara, observasi

dan dokumentasi maka hasil dari penelitian bahwa pengaruh tingkat pendidikan

orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak dalam lingkungan sosial.

Dalam Undang-undang RI. No. 2 tahun 1989 pasal 10 ayat 4 dinyatakan

bahwa: “Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah

yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama,

nilai budaya, nilai moral dan keterampilan”. Orang tua merupakan orang pertama

dan terakhir bertanggung jawab mendidik anak dengan keimanan dan akhlak,
membentuknya dengan kematangan fisik dan psikisnya serta menyerahkannya

kepada pemikiran ilmu yang bermanfaat dan bermacam-macam kebudayaannya.

Seperti yang di kemukakan Jhon Lock mengemukakan “anak itu

dilahirkan dalam keadaan suci bagai kertas putih tanpa noda”. Keluarga adalah

orang pertama yang hendak mewarnai dan menetukan kearah mana anak itu akan

di bawah. Oleh karena itu keluarga merupakan latar belakang sosial yang utama

bagi anak dan secara kodratik memegang tugas untuk mendidik mereka, maka

mampuh mengisih jiwa anak dengan menciptakan suasana keluarga yang

harmonis, memberikan contoh sikap, perilaku serta kebiasaan-kebiasaan yang

baik. Hal ini mengingat daya tangkap anak akan meniru apa yang dilakukan oleh

kedua orang tuanya.

Setiap anak pada dasarnya dilahirkan dengan membawa sejumlah potensi

yang diwarisi dari kedua orang tua biologisnya, potensi bawaan adalah berbagai

kemampuan yang dimiliki anak, potensi tersebut dapat berkembang secara

alamiah (by natural) bila diberikan rangsangan melalui stimulus orang tua sejak

dini secara tepat sehingga potensi fisik, meliputi kekuatan, ketahanan, daya ledak,

kecepatan, kordinasi, kelenturan, keseimbangan, ketepatan, kelincahan dan

potensi fisik meliputi berbagai aspek kecerdasan intelektual, emosional, mental,

sosial, moral dan spirtual yang berkembang terhadap pembentukan kepribadian

anak dimasa mendatang (Sujiono, 2004:32).

Pendidikan orang tua merupakan pondasi bagi pendidikan anak di

kemudian hari, semakin baik pendidikan orang tua maka dimungkinkan akan lebih

memberikan peluang pendidikan, peluang orientasi, peluang ketahanan dan

kekebalan hidup. Selanjutnya Tingkat pendidikan orang tua akan saling


melengkapi dalam menata kehidupan di keluarganya, asumsi kemanusiaan

seorang yang berpendidikan tinggi maka akan mencari pasangan yang minimal

pendidikanya setara atau satu tingkat diatas atau dibawahnya, walaupun masih

bisa ditemukan tingkat pendidikan yang jauh tetapi dalam presentase sedikit.

Selanjutnya bahwa tingkat pendidikan tetap saja memberikan pengaruh

yang besar terhadap pola asuh yang dilakukan dan diberikan kepada anak di

keluarganya. Seperti yang di samapikan Ibu EA :

“Peran tau matoanna maloppo pengaruhna terhadap pembentukan


kepribadian anak di lingkunganna. Ia sebagai seorang guru biasa iwita
siswa siswiu kedo-kedona esso-esso dan toneng-toneng aro’o sikola tau
matoanna oaro iya usedding mappangaruh loppo terhadap anak-anakna
iya biasa kufaue pakkarodo nasaba kebetulan engka tau matoanna siswa
kubali sisseng. Dampakna lao rigau-gauna anakna fadaro komaccaritai
lao risilonna matempo na nafuji maganggu”

Terjemahan: “Peran orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap


pembentukan kepribadian anak di lingkungannya. Saya sebagai seorang
guru kadang mengamati siswa-siswa saya dalam berperilaku sehari-hari,
dan benar saja pendidikan orang tuanya itu saya rasa sangat berpengaruh
terhadap anak-anaknya. saya bisa mengatakan demikian karna kebetualan
ada beberapa orang tua siswa yang saya kenal. ini berdampak pada
perilaku anak seperti komininikasi terhadap teman yang kurang sopan dan
suka mengganggu”(hasil wawancara 18-08-2017).

Dari hasil wawancara dengan ibu EA mengatakan bahwa pendidikan

orang tua berperan besar dalam pembentuka kepribadian anak ibu Erniati sebagai

seorang guru sering mengamati karakter peserta didiknya dalam berperilaku

sehari-hari dan menyimpulkan bahwa benar adanya pendidikan orang tua

memiliki andil yang cuku besar terhadap pembentukan kepribadian anak di

lingkungan sosialnya. Terutama cara anak berkomunikasi entah dengan teman

sejawatnya maupun orang yang lebih tua. Anak yang memiliki orang tau

pendidikan tinggi cara berkomunikainya denga teman sejawat lebih baik dan lebih
sopan di banding anak yang memiliki orang tua berpendidkan rendah agak

sembrono dan seenaknya tanpa memperhatikan tutur kata yang baik.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Ibu EA, Ibu NA (Guru SMP)

menyatakan bahwa:

“Menurukku sikola tau matoa mappangaruh loppo rilaleng mabentuk


kepribadian anak, Tania kada ia mappunai sikola tanre tapi maraga ia
makkedda pakkarodo iya uwalae conto ple risiaga siswa iya anak malessia
bermasalah risikolae, tau matoanna siswae ro’o mappunai sikola
marendah iya maneng taue dena najampaiki gau-gauna anakna, iya biasa
to kamase mitai. Iya kale missengi ko siswae rodo bermasalah maka
diolliki tau matoanna, fole karodo kuelle mitai bahwa sikola tau
matoanna maloppo pengaruhna rilaleng membentuk kepribadian anakna.
Diitai pole carana maccarita ri lingkunganna. Iya sebagai tau matoa
sibawa anak seddi iya kokkoro fede lao malopponi idi sebagai tau matoa
harus diisseng nafugau ke gau-gau malessie najama dan aga gau-gau iya
nafugau’e makessing untuk perkembanganna”

Terjemahan: “Menurutku pendidikan orang tua berperan besar dalam


pembentukan kepribadian anak, bukan karna saya memiliki pendidikan
tinggi tapi kenapa saya mengatakan demikian saya bisa ambil contoh dari
beberapa siswa saya anak yang sering bermasalah di sekolah orang tua
siswa tersebut memiliki latar belakan pendidikan yang kurang mereka
sangat acuh terhadap perilaku anak mereka, saya terkadang perihatian.
Saya bisa tau ketika siswa tersebut bermasalah kita akan panggil orang tua
siswa tersebut, dan dari situ saya bias amati bahwa pendidikan orang tua
sangat berpengaruh dengan pembentukan kepribadian anak, terutama cara
anak berkomunikasi dengan lingkungannya. Saya juga sebagai orang tua
dengan anak 1 yang sekarang beranjak dewasa komunikasi dan kontrol
terhadap anak itu sangat penting dan kita sebagai orang tua harus mencari
tau kegiatan apa saja yang anak kita sering lakukan dan apakah kegiatan
yang dia lakukan baik utuk perkembangannya” (hasil wawancara 18-08-
2017).

Dari hasil wawancara ibu NA juga mengatakan bahwa pendidikan orang

tua sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian anak di

lingkungan sosial. Ibu NA mengatakan bahwa cara komunikasi orang tua yang

berpendidikan rendah seolah acuh dengan perilaku anak mereka. Dalam

lingkungan keluarga komunikasi suatu hal yang penting dimana komunikasi

berfungsi sebagai media penjembatan dalam hubungan antar keluarga.


Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam interaksi keluarga,

seorang anak akan memperoleh latihan dasar mengembangkan sikap sosial dengan

baik dan kebisaan berprilaku. Manfaat yang dapat diambil dari seringnya bertatap

muka dan berinteraksi yaitu disamping dapat mengakrabkan sesama anggota

keluarga. Anak–anak juga terlatih untuk peka terhadap lingkungannya.

Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena komunikasi

yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap

hubungan yang makin baik antar anggota keluarga.

Hal yang sama juga di kemukakan Ibu AU (guru SD) menyatakan bahwa:

“Ia tau matoa mappunai dua anak dan Alhamdulillah selama eddi uita
anakku pergaulanna silong sahaba singumuruna makessing mua,
komunikasi selama eddi silong keluaraga kujaga matterru, ia tulu
berusaha missengi gau-gau iya nafugau’e disaliheng bola. Ko soal sikola
tau matoakku sebagai guru iya meto’o iya moto’o mancaji tau matoa fole
dua anak, kurasa sikola tau matoa engka memeng engka pengaruhna
terhadap tabentukna kepribadianna anake.”

Terjemahan: “Saya seorang Ibu yang memiliki dua anak, dan alhamdulilah
sejauh dari pantauan saya anak saya dalam bergaul dengan teman sebaya
cukup baik, komunikasi selama ini dengan keluarga saya selalu jaga, saya
selalu berusaha mencari tau apa saja kegiatan yang dilakukan anak saya di
luar rumah. Kalau soal pendidikan orang tua saya sebagai guru dan juga
seorang ibu dari 2 anak, saya rasa pendidikan orang tua memang cukup
berpengaruh terhadap pembentukan keprindaian anak” (hasil wawancara
18-08-2017).

Seperti yang di kemukakan Ibu AM (IRT, pendidikan terakhir SMA)

menyatakan bahwa:

“iya dena kuissengi sikolau eddi mattama rilaleng kategori sikola ia


matanre, tapi menurukku ia ro’o komunikasie farellu ladde bagi
perkembanagan diri anak nasaba kodena gaga komunikasi dilaleng
keluarga biasa berakibat fatal mappada nafaompokke gau-gau maja’e lao
rianak. Iya mappunnai dua anak, iya matterru makkebbu carita iya
makessingede lao rianakku, usappakki aga nafugau selama disaliheng
bolai, ia dena kuangka matteangi gau-gau ia elokke nafugau selama
nafugau’e makessing na dapat mabbere manfaat untuk alena. Tau matoe
tulu elo mabbere iya kaminang makessinge untuk anak-anakna.”

Terjemahan: “Saya tidak tau apakah pendidikan saya ini masuk dalam
kategori pendidikan yang sudah tinggi, tapi menurut saya komunikasi
sangat penting bagi perkembangan diri anak karena ketika tidak ada
komunikasi di dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya
prilaku nakal pada anak. Saya memiliki 2 anak, saya terus membangun
komunkai yang baik terhadap anak-anak saya, mencari tau apa saja
kegiatan selama dia berada di luar rumah, saya tidak pernah membatasi
setiap kegiatan yang dia ingin lakukan selama itu kegiatan positif dan
dapat memberikan manfaat untuk dirinya. Orang tua selalu ingin
meberikan yang terbaik untuk anak-anaknya (hasil wawancara 18-08-
2017).

Dari hasil wawancara dengan Ibu AM komunikasi sangat penting bagi

perkembangan diri anak karena ketika tidak ada komunikasi di dalam suatu

keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya perilaku nakal pada anak. Sebuah

keluarga akan berfungsi dengan optimal apabila didalamnya terdapat pola

komunikasi yang terbuka, ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima,

mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang

terjaga.

Seperti halnya yang disampaikan Ibu UF (IRT, Pendidikan Terakhir SMP)

menyatakan bahwa:

“menurutku, iya tau matoa mappunai dua anak hurane na makkunrai


ko’soal sikola tau matoa untuk membentuk kepribadian anakku enna
kuissengi engka pengaruhna atau dena, maragai kuakkada pakkarodo,
iya sebagai tau matoa temme SMP dan komunikasi lao di anak-anakku
makessing mua esso-esso tapi menurukku pergaulan ia maladdeke
mappangaruh lao di kepribadianna anak dan idi taisseng mua itu ko
anak hurane, taisseng mua pergaulanna disaliheng, padahal mahe esso-
esso di pauang tapi dena gaga perubahan. Tapi napuji muto maccoe
mabala silongi silonna, furani kualaianang motorona tapi dena muto ha
nacau.”

Terjemahan: “Menurutku, saya seorang ibu yang punya 2 orang anak


laki-laki dan perempuan kalau soal pengaruh pendidikan Orang tua untuk
membentuk kepribadian anak saya tidak tau ada pengaruhnya tau tidak,
kenapa saya bilang begitu, saya sebagai orang tua yang tamatan SMP dan
komunikasiku sama anak-anakku lancar setiap hari, tapi munurutku
pergaulan yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak dan kita
tau jie pasti anak laki-laki ku bagaimana pergaulannya diluar. Padahal
hampir setiap hari saya kasitau saya nasehati tapi tidak ada perubahan
tetap dia suka ikut balap-balap liar sama teman-temannya, saya sudah
sita motornya tapi tetap tidak kapok”( hasil wawancara 18-08-2017).

Dari wawancara di atas menegaskan bahwa kepribadian anak tidak hanya

di bentuk dari keluarga melainkan pergaulan anak juga sangat berperan besar

menpengaruhi kepribadian anak. Pola komunikasi orangtua terhadap anak sangat

bervariasi. Ada yang pola komunikasinya menurut apa yang dianggap terbaik oleh

dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh

tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola

komunikasi orangtua seperti itu dapat berpengaruh terhadap perbedaan

perkembangan emosi anak.

Ibu HS (IRT, Tidak tamat SD) mengemukakan bahwa.

“Ko iya endik dena gaga pengaruhna sikolana tau matoanna lao rigauna
anakna. Ia dena kutemme SD dan Alhamdulillah gau-gauna anakku di
bolae makassing mua , tapi dena kuissengi ko disalihengni, tapi
kusedding dena gaga to kuangkalina anakku mappunnai masalah
disaliheng.”

Terjemahan: “kalu saya dek tidak ada jie pengaruhnya pendidikan orang
tua terhadap perilakunya anak, saya tidak tamat k SD dan alhmdulilah
menurut saya perilakunya anak-anaku selama di rumah baik jie, tidak tau
kalau diluar, tapi saya rasa tidak ada jie pernah ada saya dengar anakku
punya masalah diluar” ( hasil wawancara 21-08-2017).

Dengan pendapat yang hampir sama AM (IRT Pendidikan terakhir SMA)

menyatakan bahwa.

“sikola tau matoa ko iya dena mua pengaruhna lao di kepribadianna


anakku. Maragai kuakkada pakkaro’o, ia tamme mikka SMA, tafi lakkaiku
temmemi SD dan Alhamdulillah anakku hedding mua difau gau-gauna,
adanna, na sifana usedding makessing mua. Anakku engkana dua sarjana
seddi mani massikola dan semoga maccoemutoi pada daenna. Menurukku
kekua syarana idi marengi motivasi lao di anakke, marengi contoh ia
makessinge nasaba anakke rwo mita contoh ditau matoanna”

Terjemahan: “Pendidikan orang tua kalau saya tidak ada jie pengaruhnya
sama kepribadian anak, kenap saya bilang begitu saya memang tamat
SMA tapi suami ku Tamat SD dan alhamdulilah anak-anaku bisa
dibilang perilakunya, tuturkata, dan sikapnya saya rasa baik. Dan anakku
sudah 2 yang Sarjana sisa 1 ini yang masih sekolah dan semoga bias
mengikuti jejaknya kakanya. Menurutku bagaimana kita saja memotivasi
anak, memberikan contoh-contoh yang baik. Karena anak itu biasanya
mencontoh perilaku orang tuanya” ( hasil wawancara 21-08-2017)

Ada beberapa orang tua yang berependapat bahwa pendidikan orang tua

tidak ada pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian. Kepribadian anak

dibentuk melalui motivasi orang tua dan bagaimana orang tua memberikan contoh

yang baik terhadap anak-anaknya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti beberapa responden dapat

ditarik kesimpulan bahwa pendidikan orang tua memiliki peran besar dalam

pembentukan kepribadian anak. Adapun bagi mereka yang berpendidikan lebih

tinggi dalam memberikan pengasuhan pada anaknya sedikit banyak berbeda

dengan motivasi yang diberikan oleh orang tua berpendidikan rendah. Anak yang

meimiliki orang tua berpendidikan tinggi cara berkomunikasi dengan lingkungan

sosialnnya entah dengan teman sejawatnya maupun orang yang lebih tua lebih

baik dan sopan, dibandingkan dengan anak yang meimiliki orang tua

berpendidikan rendah, meskipun ada beberapa anak yang orang tuanya

berpendidikan rendah cara komunikasi di lingkungan sosialnya baik namun hanya

sedikit.

Hal ini tentunya akan memberikan gambaran jika orang tua berpendidikan

rendah tentunya memberikan efek bagi anak-anaknya mengenai logika hidup

yang normative, hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan mengenai hidup itu
sendiri kurang maksimal, namun semua itu kembali pada persoalan individu dari

orang tua tersebut. Sedangkan untuk orang tua yang memiliki pendidikan tinggi,

tentunya memiliki pemikiran tentang kehidupan yang lebih baik, hal ini akan

terkait pula dengan cara berkomunikasi dan orientasi masa depan bagi anak-

anaknya dalam memberikan gambaran tantang masa depan. Dengan orang tua

berpendidikan tinggi minimal orientasi yang diberikan ke anak-anaknya juga

berpendidikan sama dengannya atau lebih tinggi dari orang tuanya.

Selanjutnya jika orang tua berpendidikan tinggi, tentu lebih memberikan

efek positif pada pola asuh yang diberikan bagi anak-anaknya, hal ini di latar

belakangi oleh hasil keilmuan yang telah diperoleh orang tuanya semasa studi di

perguruan tinggi, banyak persoalan kehidupan yang dikaitkan dengan teori yang

selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dengan

pendidikan tinggi akan lebih berhati-hati dan selektif dalam memberikan berbagai

kebutuhan baik psikis maupun psikologis bagi tumbuh kembang anak-anak di

kemudian hari. Orang tua dapat memilih pola asuh dan cara komunikasi yang

tepat dan ideal bagi anaknya. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh dan

berkomunikasi terhadap anak akan membawa akibat buruk bagi perkembangan

jiwa anak. Tentu saja penerapan orang tua diharapkan dapat menerapkan pola

asuh yang bijaksana atau menerapkan pola asuh yang setidaknya tidak membawa

kehancuran atau merusak jiwa dan watak seorang anak.

Dengan demikian, perbedaan antara orang tua yang tingkat pendidikannya

rendah dengan orang tua yang tingkat pendidikannya menengah dan mereka yang

baik dalam hal pengetahuan pengasuhan maupun langsung pemberian proses

pengasuhan dapat mempengaruhi hasil pengasuhan, meskipun dalam hal ini tidak
luput dari faktor lain. Orang tua yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi

yang dapat memberikan pengasuhan lebih baik secara penguasaan teori dan

prakteknya dalam pengasuhan, sehingga mereka diharapkan menjadi anak yang

dapat bersosialisasi dengan baik di rumah maupun di lingkungannya dimasa yang

akan datang.
BAB VI

PERBEDAAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA BERPENDIDIKAN


TINGGI DENGAN ORANG TUA BERPENDIDIKAN RENDAH
DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK
DALAM LINGKUNGAN SOSIAL

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia

di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi

dengan kelompoknya. Komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina,

sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling

membutuhkan. Komunikasi dalam keluarga dapat diartikan sebagai kesiapan

membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang

menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan

pembicaraan yang dijalani.

Peneliti melakukan observasi langsung terhadap beberapa anak yang

menjadi responden, rentang usia 10-15 tahun di lingkungan caile untuk lebih

memperdalam hasil penelitian terhadap pangaruh tingkat pendidikan orang tua

terhadap pembentuka kepribadian anak di lingkungan caile. Hasil dari observasi

langsung yang di lakukan di SD Negeri 43 Bontopedda yang bertempat di

lingkungan Caile terhadap beberapa anak usia 10-15 tahun. Dengan berpatokan

pada 10 (sepuluh) indikator, yaitu;

1. Datang kesekolah tepat waktu

Dari data hasil observasi langsung yang di lakukan rentang waktu 1 bulan

mengenai indikator siswa datang kesekolah tepat waktu menunjukkan ada

beberapa siswa yang datang kesekolah masih lewat dari jadwal yang sudah di

tentukan yaitu pukul 07:15 WITA, anak tersebut datang 10 menit setelah bel
berbunyi namun ada juga beberapa siswa yang datang sebelum bel berbunyi, dari

data yang di peroleh peneliti anak yang datang terlambat kesekolah sebagian besar

latar pendidikan orang tua mereka rendah.

Salah satu anak yang diwawancarai oleh penelitiyaitu AL (13)

“Terlambatkan na’antar bapakku, jadi terlambat ma kesekolah, na habiskan


bede dulu kopinya baru na antar k, k masih lama bede waktu masuk jadi na
habiskan dulu kopi na. Pas sampai k sekolah ternayat masuk mie oaring”
( hasil wawancara 21-08-2017)

Dari hasil wawancara dengan salah seoarang anak menunjukkan bahwa

peran orang tua sangan besar dalam mengarahkan anak untuk berperilaku disiplin,

salah satunya usaha orang tua mengingatkan dan mengarahkan anak untuk datang

kesekolah tepat waktu.

2. Mencium tangan orang tua sebelum masuk sekolah

Tradisi cium tangan orang tua memang sudah mengakar dalam

keseharian masyarakat. Sebuah mebntuk penghormatan dan gambaran budi luhur

yang diwariskan secara turun temurun dari generasi-kegeneras.

Dari hasil wawancara dengan AD (13) mengatakan:

“Sejak kecil saya sudah di ajari sama mamaku untuk mencium tangan orang
yang lebih tua. Saat pamit atau berangkat sekolah. setiap hari sebelum
berangkat sekolah pasti saya cium tangan orang tua ku. Kalau ketemu juga
guruku saya biasanya cium tangannya” ( hasil wawancara 21-08-2017)

Dari data yang di peroleh mengenai indikator anak mencium tangan

orang tua sebelum masuk sekolah tergolong sudah baik meskipun masih ada

beberapa anak yang terkadang tidak mencium tangan orang tua sebelum masuk

sekolah.
3. Menolong teman yang tertimpah musibah

Dari hasil observasi yang diperoleh mengenai indikator menolong

teman yang tertimpah musibah sudah baik. Karena dari hasil observasi langsung

yang dilakukan peneliti bahwa 10 anak yang menjadi responden, memiliki respon

baik ketika guru mengajak menjenguk teman yang sedang sakit.

4. Bicara yang sopan terhadap teman

Dari data yang diperoleh peneliti terhadap 10 responden mengenai

indicator bicara yang sopan terhadap teman menunjukkan bahwa masih banyak

anak saat berkomunikasi dengan teman sejawat bahasa yang digunakan kurang

sopan dan ada beberapa anak yang kadang mengeluarkan kata-kata kasar.

5. Memberi salam kepada guru saat bertemu.

Wawancara dengan IH(14) di salah satu taman di SD Neg 43

Bontopedda, mengatakan bahwa:

“iye, kalau ketemuka guru pasti saya cium tangannya, karena na bilang
mamaku kalau di sekolah yang menjadi pengganti orang tua adalah guru, jadi
harus selalu sopan sama guru“( hasil wawancara 21-08-2017).

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai indikator memberi

salam kepada guru saat bertemu bisa dikategorikan sangat baik, dari jumlah objek

penelitian yang telah ditentukan hanya terdapat beberapa anak saja yang masih

kategori cukup.

6. Memberi salam saat memasuki ruangan

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai indicator memberi

salam saat memasuki ruangan bisa dikategorikan baik.


7. Mencium tangan guru di sekolah setelah pelajaran selesai

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai indicator mencium

tangan guru di sekolah setelah pelajaran selesai bisa dikategorikan sangat

baik,karena hal tersebut sudah menjadi kegiatan rutin anak-anak setelah pelajaran

selesai.

8. Meminta maaf kepada teman saat melakukan kesalahan

Dari hasil observasi yang diperoleh mengenai indicator Meminta maaf

kepada teman saat melakukan kesalahan dikategorikan cukup baik, karena anak-

anak yang biasa melakukan kesalahan hanya menganggap kesalahan yang

dilakukan tidak disengaja jadi terkadang mereka tidak mau meminta maaf kepada

temannya.

9. Menegur teman yang berperilaku kurang baik

Dari hasil observasi yang diperoleh mengenai indicator menegur teman

yang berperilaku kurang baik dikategorikan kurang baik, terkadang justru anak

hanya bersikap acuh terhadap siswa yang berperilaku kurang baik, atau justru

menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang hebat menurut mereka.

10. Mengajak teman soholat berjamaah bersama guru

Dari hasil observasi yang diperoleh mengenai indicator mengajak teman

sholat berjamaah bersama guru bisa dikategorikan baik meskipun terkadang ada

beberapa siswa yang ketika diajak sholat oleh temannya bersikap acuh.

Dari 10 indikator dari hasil observasi langsung yang dilakukan peneliti

dengan 10 anak yang menjadi fokus observasi langsung 5 (lima) anak yang

memiliki orang tua yang berpendidikan tinggi dan 5 (lima) anak yang memiliki

orang tua berpendidikan rendah. Dari observasi tersebut menunjukan bahwa cara
komunikasi anak di lingkungannya, dalam hal ini jelas awalnya jalan sosial

diperoleh dalam lingkungan keluarga anak belajar dari orang tua, saudara kandung

dan anggota keluarga yang lain apa yang dianggap benar dan salah dalam

hubungan bagi perilaku yang salah dan dari penerimaan sosial atau penghargaan

bagi perilaku yang benar, seorang anak akan memperoleh motivasi yang

diperlukan untuk mengikuti standar perilaku yang diterapkan anggota keluarga.

Dari table observasi langsung beberapa perilaku anak di kehidupan sosial

anak menunjukkan bahwa benar saja pendidikan orang tua turut serta dalam

membentuk perilaku anak di lingkungannya. Latar belakang pendidikan orang tua

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua

yang mempunyai latar belakan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan

segalah perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua

berpendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan

anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan

perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian anak. Umumnya

orang tua yang berpendidikan tinggi dapat mengajarkan sopan santun kepada

orang lain, baik berbicara ataupun dalam hal lain.

Pendidikan adalah upaya untuk membrikan pengetahuan bahwa terjadi

perubahan perilaku positif. Orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi akan

mudah menerima informasi, mudah merubah perilaku serta memberikan

keputusan dalam memberikan pendidikan kepada anaknya.

Berbeda dengan orang tua yang memiliki latar belakan pendidikan rendah.

Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat

perkembangan anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak
mengetahui tingkat perkembangan anak. Orang tua biasa mengasuh dengan gaya

dan caranya sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya.

Hal tersebut biasa dilihat dari beberapa hasil observasi langsung yang

dilakukan terhadap 10 anak di lingkungan Caile dari usia 10-15 tahun, peneliti

mengambil sampel 5 (lima) anak yang memiliki orang tua berpendidikan tinggi

dan 5 (lima) anak yang berpendidikan rendah. Anak yang memiliki orang tua yang

berpendidikan tinggi interval penilaian yang di peroleh hampir semuah baik. Di

bandingkan dengan anak yang memiliki orang tua yang memiliki pendidikan

rendah interval penilaian cukup bahkan ada beberapa anak yang memperoleh

interval penilaian kurang.

Kriteria untuk berperan sebagai orang tua ideal memang tidak sederhana

baik bagi mereka yang berpendidikan rendah ataupun yang berpendidikan tinggi

orang tua yang berperan ganda seperti ibu misalnya, tentu saja memiliki

keterbatasan waktu dan tenaga untuk memberikan sentuhan fisik maupun

psikologis bagi anak-anaknya sekalipun demikian ibu yang ideal untuk mencapai

kriteria ideal, paling tidak, orang tua menunjukan semangat dan upaya untuk

berusaha lebih baik dalam memenuhi kebutuhan anaknya di berbagai sisi, baik

fisik, psikologis maupun sosial anak.

Dalam lingkungan keluarga komunikasi suatu hal yang penting dimana

komunikasi berfungsi sebagai media penjembatan dalam hubungan antar keluarga.

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam interaksi keluarga,

seorang anak akan memperoleh latihan dasar mengembangkan sikap sosial dengan

baik dan kebisaan berprilaku. Manfaat yang dapat diambil dari seringnya bertatap

muka dan berinteraksi yaitu disamping dapat mengakrabkan sesama anggota


keluarga. Anak–anak juga terlatih untuk peka terhadap lingkungannya.

Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena komunikasi

yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap

hubungan yang makin baik dari tindakan.

Komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam rangka pola pikir anak

dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orang tua. Dalam

lingkungan keluarga orang tua berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak

cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam

bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang dilakukan orang tua terhadap

anak–anaknya. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor

yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dalam anggota

masyarakat yang sehat.

Terdapat dua faktor yang dapat membentuk kepribadian anak, yaitu faktor

internal yang berasal dari lingkungan keluarganya sendiri dan faktor eksternal

yang berasal dari lingkungan luar rumah yaitu masyarakat. Koherensi diantara

keduanya tidak dapat dipisahkan secara absolute karena sifat alami dimana tidak

mungkin seorang anak dapat dipisahkan sama sekali dari lingkungan keluarganya

dan terbebas sama sekali dari pengaruh – pengaruh dalam lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk budi pekerti dan

watak seorang anak. Hal ini disebabkan karena lingkungan merupakan satu

komponen dalam sistem pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan proses

pendidikan.
Dengan memahami hal tersebut, sebaiknya orang tua memberikan

pendidikan terbaik kepada anak tanamkanlah nilai-nilai kehidupan yang baik,

perilaku, sikap dan komitmen orang tua akan menjadi teladan dan sumber yang

akan ditiru anak. Kriteri untuk berperan sebagai orang tua ideal memang tidak

sederhana baik mereka yang berpendidikan rendah maupun yang berpendidikan

tinggi. Orang tua untuk mencapai kriteria ideal, paling tidak, orang tua

menunjukan semangat dan upaya untuk berusaha lebih baik dalam memenuhi

kebutuhan anak di berbagai sisi, baik fisik maupun sosial anak.


BAB VII

PENGARUH PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN


KEPRIBADIAN ANAK SEBUAH PEMBAHASAN TEORETIS

Pada hakekatnya semua orang tua menginginkan putra putri mereka hidup

lebih baik dari dirinya, tak terkecuali mereka yang tidak mampu maupun tidak

berpendidikan sekalipun. Mereka berusaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga

dan menjadikan anaknya berpendidikan tinggi dan berkepribadian baik. Orang tua

berperan penting dalam pembentukan kepribadian anaknya, memiliki tanggung

jawab besar terhadap kelangsungan hidup anaknya. Orang tua memelihara,

membesarkan, melindungi dan mendidik anaknya.

“Tabulah rasa” Teori Jhon Lock merupakan teori yang membahas,

mengenai pembentukan kepribadian seorang anak, seperti yang di kemukakan

bahwa, “anak itu dilahirkan dalam keadaan suci bagai kertas putih tanpa noda”.

Dalam hal ini menurut Jhon lock keluarga adalah orang pertama yang hendak

mewarnai dan menentukan ke arah mana anak itu akan di bawah. Oleh karena itu

keluarga merupakan latar belakang sosial yang utama bagi anak dan secara

kodratik memegang tugas untuk mendidik mereka, maka mampuh mengisih jiwa

anak dengan menciptakan suasana keluarga yang harmonis, memberikan contoh

sikap, perilaku serta kebiasaan-kebiasaan yang baik. Hal ini mengingat daya

tangkap anak akan meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.

Kriteria untuk berperan sebagai orang tua ideal memang tidak sederhana

baik bagi mereka yang berpendidikan rendah ataupun yang berpendidikan tinggi

orang tua yang berperan ganda seperti ibu misalnya, tentu saja memiliki
keterbatasan waktu dan tenaga untuk memberikan sentuhan fisik maupun

psikologis bagi anak-anaknya sekalipun demikian ibu yang ideal untuk mencapai

kriteria ideal, paling tidak, orang tua menunjukan semangat dan upaya untuk

berusaha lebih baik dalam memenuhi kebutuhan anaknya di berbagai sisi, baik

fisik, psikologis maupun sosial anak. Selain itu komunikasi dalam keluarga perlu

dibangun dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai

dengan harapan orang tua. Dalam lingkungan keluarga orang tua berperan sebagai

institusi pendidikan, artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi

didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan

yang dilakukan orang tua terhadap anak–anaknya. Perawatan orang tua yang

penuh kasih sayang merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak

menjadi pribadi dalam anggota masyarakat yang sehat.

Selain itu sikap orang tua terhadap anak harus bijaksana seiring sejalan,

seia sekata tanpa membedakan yang satu dengan yang lain dan tidak terjadi

pandangan berbeda antara kedua oarang tuanya. Namun demikian, tiap keluarga

mempunyai suasana yang khas. Khususnya suasana itu terjadi karena beberapa

factor yaitu factor sosial ekonomi, factor agama dan factor pendidikan orang tua.

Hal demikian akan mengakibatkan perbedaan dalam mendidik anak. Selain

keluarga, lingkungan pun memiliki peran besar terhadap pembentukan

kepribadian anak. Lingkungan yang baik akan membawa dampak positif untuk

karakter anak. Begitu juga sebaliknya, lingkungan yang kurang baik akan

membawa dampak negatif bagi seorang anak. Oleh karena itu keluarga dan

lingkungan menjadi peran utama dalam membentuk kepribadian anak.

Lingkungan keluarga adalah sebuah basis bagi kehidupan manusia.


Dari hasil wawancara dengan beberapa responden salah satunya ibu EA

mengatakan bahwa pendidikan orang tua berperan besar dalam pembentukan

kepribadian anak ibu EA sebagai seorang guru sering mengamati karakter peserta

didiknya dan menyimpulkan bahwa benar adanya pendidikan orang tua sangat

berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Terutama cara anak

berkomunikasi entah dengan teman sejawatnya maupun orang yang lebih tua.

Anak yang memiliki orang tau pendidikan tinggi cara berkomunikasinya lebih

baik dan lebih sopan di banding anak yang memiliki orang tua berpendidikan

rendah. Di dukung pernyataan Ibu NA juga mengatakan bahwa pendidikan orang

tua sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian anak di

lingkungan sosial. Ibu NA mengatakan bahwa cara komunikasi orang tua yang

berpendidikan rendah seolah acuh dengan perilaku anak mereka. Dalam

lingkungan keluarga komunikasi suatu hal yang penting dimana komunikasi

berfungsi sebagai media penjembatan dalam hubungan antar keluarga.

Ada beberap kasus yang sering terjadi di Lingkungan Caile seperti anak

yang masih usia 15 tahun ke bawah main balap liar dan minum-minuman keras,

tidak hanya itu beberapa anak sering terlibat perkelahian. Seperti kasus yang baru-

baru ini terjadi di lingkungan Caile. “pada sabtu malam 11/9/17 seorang warga

lingkungan caile terlibat perkelahian usai menonton music elekton. Seorang

warga bernama Kama (15), menikam temannya ikbal (17) aksi tersebut

mengakibatkan ikbal harus di larikan kepuskesmas untuk menjalani perawatan. Di

tahun 2016 terjadi kecelakaan Awal (14) dan Iful (14) saling bertabrakan saat

melakukan balapan, yang mengakibatkan awal dan iful meniggal dunia. Pada

Tahun baru 2017 terjadi perkelahian yang berujunag penikaman akibat minum-
minuman keras pemudah di lingkungan caile dengan pemudah Dusun palangka,

Firman (15) dan ato (16) harus dilarikan ke rumah sakit akibat dadanya tertusuk

badik dan ato meninggal dunia akibat tancapan badik menembus paru-parunya.

Dari penelusuran peneliti mengenai kasus di atas bahwa latar belakan

pendidikan masing-masing orang tua anak tersebut tergolong memiliki tingkat

pendidikan rendah.

Table 7.1

Nama anak Tingkat pendidikan


Nama Orang tua
No yang Usia orang tua
bermasalah Bapak Ibu Bapak Ibu
1. Kama 15 tahun Ambo Ida SD SMP
2. Ikbal 17 tahun Erni Basir SMP SMA
3. Awal 14 tahun Aco Hume SD SD
4. Iful 14 tahun Emmang Rabia SD SMP
5. Firman 15 tahun Ansar Rajek SD SD
6. Ato 16 tahun P’lego Ume Tidak SD
sekolah
Sumber : Hasil observasi langsung di Lingkungan Caile

Table di atas adalah hasil penelusuran peneliti terhadap orang tua anak

yang bermasalah, dari 6 anak yang bermasalah ternyata orang tua anak tersebut

memiliki tingkat pendidikan dalam kategori yang rendah. Ini membuktikan bahwa

pendidikan orang tua memiliki peran besar dalam pembentukan kepribadian anak

di lingkungan sosialnya. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam

memberikan pemahaman terhadap anak mereka mengenai sikap dan perilaku yang

baik di lingkungannya serta melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat yang

tidak merugikan diri mereka sendiri. Agar kasus seperti diatas tidak terulang

kembali orang tua di harapkan lebih sering berkomunikasi terhadap anaknya


mengenai setiap kegiatan yang di lakukan terutama kegiatan di luar rumah untuk

menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

Seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden AM, mengemukan

bahwa komunikasi sangat penting bagi perkembangan diri anak karena ketika

tidak ada komunikasi di dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti

timbulnya perilaku nakal pada anak. Sebuah keluarga akan berfungsi dengan

optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap

saling terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan nyaman

serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga.

Dalam hal ini terdapat cara yang paling mendasar dalam membina

keakraban dengan anak demi tercapaniya komunikasi yang efektif, yaitu:

a. Orang tua harus mencintai anak dengan sepenuh hati,

b. Orang tua harus memahami perkembangan sikap dan perkembangan anak

dan mau mendengarkan anak.

c. Orang tua dapat berlaku kreatif dan menciptakan suasan yang

menyenangkan.

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam interaksi

keluarga, seorang anak akan memperoleh latihan dasar mengembangkan sikap

sosial dengan baik dan kebisaan berperilaku. Manfaat yang dapat diambil dari

seringnya bertatap muka dan berinteraksi yaitu disamping dapat mengakrabkan

sesama anggota keluarga. Anak–anak juga terlatih untuk peka terhadap

lingkungannya. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif,

karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan,

pengaruh pada sikap hubungan yang makin baik antar anggota keluarga.
Berdasarkan hasil dari observasi langsung yang dilakukan peneliti yang

menunjukkan kedisiplinan, rasa tanggung jawab, dan jujur di uraikan ke dalam 10

(sepuluh) indikator:

1. Datang kesekolah tepat waktu

2. Mencium tangan orang tua sebelum masuk sekolah

3. Menolong teman yang tertimpah musibah

4. Bicara yang sopan terhadap teman

5. Memberi salam kepada guru saat bertemu.

6. Memberi salam saat memasuki ruangan

7. Mencium tangan guru di sekolah setelah pelajaran selesai

8. Meminta maaf kepada teman saat melakukan kesalahan

9. Menegur teman yang berperilaku kurang baik

10. Mengajak teman sholat berjamaah bersama guru

Dari 10 indikator dari hasil observasi langsung yang dilakukan peneliti

dengan 10 anak yang menjadi fokus observasi langsung 5 (lima) anak yang

memiliki orang tua yang berpendidikan tinggi dan 5 (lima) anak yang memiliki

orang tua berpendidikan rendah. Anak yang memiliki orang tua yang

berpendidikan tinggi interval penilaian yang di peroleh hampir semuah Baik. Di

bandingkan dengan anak yang memiliki orang tua yang memiliki pendidikan

rendah interval penilaian cukup bahkan ada beberapa anak yang memperoleh

interval penilaian kurang.

Hal ini menunjukkan bahwa di lingkungan Caile dari hasil penelitian dari

beberapa responden menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki pendidikan

tinggi, perilaku anak mereka di lingkungan sosial lebih baik dibandingkan anak
yang meimiliki orang tua yang berependidikan rendah hal ini bisa di lihat dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lingkungan Caile, dan beberapa

kasus-kasus yang di temukan oleh peneliti mengenai tingkah laku anak di

lingkungan sosialnya.

Pada umumnya jelas bisa di lihat bagaimana peran orang tua yang

berpendidikan lebih tinggi, mereka lebih tertata dalam penanaman polah asuh

pada anaknya baik dari segi bahasa ataupun teladan atau pengasuhan berwawasan

lebih luas dan terarah, mereka yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih sadar

akan pentingnya komunikasi terhadap anaknya dalam membentuk kepribadian

anaknya.

Hal di atas menunjukkan tingkat pendidikan orang tua merupakan

barometer terhadap kemampuan berfikir maupun kemampuan bertindak orang tua

dalam membentuk kepribadian anaknya. Orang tua yang memiliki pendidikan

tinggi berbedah cara mereka berkomunikasi terhadap anaknya di bandingkan

dengan orang tua berpendidikan rendah. Anak yang memiliki orang tua

berpendidikan tinggi cara berkomunikasi dengan lingkungan sosialnnya entah

dengan teman sejawatnya maupun orang yang lebih tua lebih baik dan sopan, di

bandingkan dengan anak yang meimiliki orang tua berpendidikan rendah,

meskipun ada beberapa anak yang orang tuanya berpendidikan rendah cara

komunikasi di lingkungan sosial baik namun hanya sedikit.

Hal ini tentunya akan memberikan gambaran jika orang tua berpendidikan

rendah tentunya memberikan efek bagi anak-anaknya mengenai logika hidup

yang normative, hal ini disebabkan tingkat pengetahuan mengenai hidup itu

sendiri kurang maksimal, namun semua itu kembali pada persoalan individu dari
orang tua tersebut. Sedangkan untuk orang tua yang memiliki pendidikan tinggi,

tentunya memiliki pemikiran tentang kehidupan yang lebih baik, hal ini akan

terkait pula dengan cara berkomunikasi dan orientasi masa depan bagi anak-

anaknya dalam memberikan gambaran tantang masa depan. Dengan orang tua

berpendidikan tinggi minimal orientasi yang diberikan ke anak-anaknya juga

berpendidikan sama dengannya atau lebih tinggi dari orang tuanya.

Selanjutnya jika orang tua berpendidikan tinggi, tentu lebih memberikan

efek positif pada pola asuh yang diberikan bagi anak-anaknya, hal ini di latar

belakangi oleh hasil keilmuan yang telah diperolah oleh orang tuanya semasa

studi di perguruan tinggi, banyak persoalan kehidupan yang dikaitkan dengan

teori yang selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua

dengan pendidikan tinggi akan lebih berhati-hati dan selektif dalam memberikan

berbagai kebutuhan baik psikis maupun psikologis bagi tumbuh kembang anak-

anak di kemudian hari. Orang tua dapat memilih pola asuh dan cara komunikasi

yang tepat dan ideal bagi anaknya. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh

dan berkomunikasi terhadap anak akan membawa akibat buruk bagi

perkembangan jiwa anak. Tentu saja penerapan orang tua diharapkan dapat

menerapkan pola asuh yang bijaksana atau menerapkan pola asuh yang setidaknya

tidak membawa kehancuran atau merusak jiwa dan watak seorang anak.

Tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam

lingkungan keuarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang

berpribadi dan berguna bagi masyarakat. Tentang pentingnya pendidikan itu

dalam lingkungan keluarga telah dinyatakan oleh banyak ahli didik seperti J.J
Rosseu (1712-1778) sebagai salah seorang pelopor ilmu jiwa anak, menuturkan

pula betapa pentingnya pendidikan keluarga itu.

Dengan demikian kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk budi pekerti dan

watak seorang anak. Hal ini disebabkan karena lingkungan merupakan satu

komponen dalam sistem pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan proses

pendidikan. Dengan memahami hal tersebut, sebaiknya orang tua memberikan

pendidikan terbaik kepada anak tanamkanlah nilai-nilai kehidupan yang baik,

perilaku, sikap dan komitmen orang tua akan menjadi teladan dan sumber yang

akan ditiru anak. Kriteri untuk berperan sebagai orang tua ideal memang tidak

sederhana baik mereka yang berpendidikan rendah maupun yang berpendidikan

tinggi. Orang tua untuk mencapai kriteria ideal, paling tidak, orang tua

menunjukan semangat dan upaya untuk berusaha lebih baik dalam memenuhi

kebutuhan anak di berbagai sisi, baik fisik maupun sosial anak.

Pada umumnya jelas bisa dilihat bagaimana peran orang tua yang

berpendidikan lebih tinggi, mereka lebih tertata dalam penanaman polah asuh

pada anaknya baik dari segi bahasa ataupun teladan atau pengasuhan berwawasan

lebih luas dan terarah, mereka yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih sadar

akan pentingnya komunikasi terhadap anaknya dalam membentuk kepribadian

anaknya. Latar belakang pendidikan orang tua sangat berpengaruh dalam

memberikan pengasuhan terhadap anak mereka. Dimana orang tua memberikan

pengasuhan terhadap pendidikan, sopan santun, membentuk latihan-latihan

tanggung jawab, yang semua penerapannya pun pasti dari pengalamannya dalm

lingkungan pendidikannya maupun lingkungan budayanya.


BAB VIII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul

penelitian “pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap pembentukan

kepribadian anak dalam lingkungan sosial’ peneliti dapat menyimpulkan hasil dari

penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh pendidikan orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak di

lingkungan caile ditentukan oleh anak yang meimiliki orang tua berpendidikan

tinggi cara berkomunikasi dengan lingkungan sosialnnya, teman sejawatnya

maupun orang yang lebih tua tampak lebih baik dan sopan, dibandingkan

dengan anak yang memiliki orang tua berpendidikan rendah, meskipun ada

beberapa anak yang orang tuanya berpendidikan rendah cara komunikasi di

lingkungan sosial baik namun hanya sedikit.

2. Anak yang memiliki orang tua berpendidikan tinggi perilaku di lingkungan

sosialnya jauh lebih baik dibanding anak yang memiliki orang tua

berpendidikan rendah. Dapat dilihat dari hasil penelitian dengan mengacuh

pada 10 Indikator yaitu;

a. Datang kesekolah tepat waktu


b. Mencium tangan orang tua sebelum masuk sekolah
c. Menolong teman yang tertimpah musibah
d. Bicara yang sopan terhadap teman
e. Memberi salam kepada guru saat bertemu.
f. Memberi salam saat memasuki ruangan
g. Mencium tangan guru di sekolah settelah pelajaran selesai
h. Meminta maaf kepada teman saat melakukan kesalahan
i. Menegur teman yang berperilaku kurang baik
j. Mengajak teman soholat berjamaah bersama guru
Dari 10 indikator di atas, dari hasil observasi langsung yang dilakukan

terhadap 10 anak di lingkungan Caile dari usia 10-15 tahun, yaitu 5

(lima) anak yang memiliki orang tua berpendidikan tinggi dan 5 (lima)

anak yang berpendidikan rendah. Anak yang memiliki orang tua yang

berpendidikan tinggi interval penilaian yang di peroleh hampir semua

Baik. Di bandingkan dengan anak yang memiliki orang tua yang memiliki

pendidikan rendah interval penilaian cukup bahkan ada beberapa anak

yang memperoleh interval penilaian kurang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran peneliti sampaikan

pada pihak orang tua dalam berkomunikasi terhadap anak:

1. Meskipun orang tua tidak memiliki pendidikan tinggi, orang tua harus tau

bagaimana berkomunikasi yang baik terhadap anak untuk membentuk

karakter yang baik terhadap anak di lingkungan sosial, orang tua harus terus

memantau tingkah laku anak di lingkungan sosialnya, seperti bagaimana anak

bergaul dengan teman di sekitarnya.

2. Orang tua harus mengetahui bahwa sangat penting menjaga komunikasi

terhadap anak untuk mempererat hubungan dengan keluarga dan mencegah

terjadinya miscommunication di dalam keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


Jakarta: Rineka Cipta

Bachri thalib, Syamsul, 2010, Psikologi Pendidikan Berbasis analis Empiris


Aplikatif, Jakarta : Kencana

Balson, Maurice, 1996. Bagaimana menjadi orang tua yang baik, Jakarta: Bumi
Askara,

Cangara, Hafid, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,

Djamarah, S.B. 2004. Pola Komunikasi orang tua dan anak dalam keluarga :
sebuah perspektif pendidikan islam. Jakarta : rineka cipta

Hurlock B. Elizabeth, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga jilid 2

Mulyana, Deddy, 2001. Ilmu Komunikasi suatu Pengantar, Bandung: Remaja


Rosda Karya,

Martono, Nanang, 2014, Sosiologi Perubahan sosial, Jakarta : Rajawali Pers

Margono S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT.Raneka Cipta. 2005

Prayitno dan erman anti, 1995. Dasar-dasar bimbingan dan konseling, Jakarta:
P2LPTK Depdikbud

Sauri, Sofyan, 2006, membangun komunikasi dalam keluarga, Bandung : PT


Genosido.

Widjaja, h.a.w. 2000, Pengantar Studi Ilmu komunikasi, Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Wahlroos, Sven, 1999 Komunikasi Keluarga, Yokyakarta: PT BPK Gunung


Mulia.

Wirawan. I.B, 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta. Kencana
2012
Yusuf. S. 2004. Psikologi perkembangan Anak dan remaja. Cet. Ke 4 Band: PT.
Remaja Rosda Karya

Internet dan sumber lain

https://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/pentingna-komunikasi-dengan-
anak/amp/

http://www.pendidikankarakter.com/peran-pola-asuh-dalam-membentuk-karakter-
anak/
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Orang Tua Responden

Jumlah Pendidikan
No Nama Umur Pekerjaan
Anak Terakhir

1. Erniati, S.pd 54 Tahun 5 Guru SD Sarjana

2. Ufe 42 Tahun 2 IRT SMP

3. Hamsiah IRT Tdk Tamat


47 Tahun 2
SD

4. Masniati 36 Tahun 2 IRT SMP

5. Andi Musdalifa 49 Tahun 3 IRT SMA

6. Andi Megawati 50 Tahun 2 IRT SMA

7. Nurlaila, S.Pd 35 Tahun 3 Guru SMP Sarjana

8. Ahmad 43 Tahun 2 Pengusaha SMP

9. Erni 42 Tahun 3 IRT SMP

10. Hartati 37 Tahun 2 Pengusaha SMA

11. Andi umi Naslika, Guru SD Sarjana


36 Tahun 2
S.Pd

12. Ati 39 Tahun 2 Pengusaha SMP

13. Ella 45 Tahun 4 Guru SMP Sarjana

14 Kurni. AMd. Keb 40 Tahun 2 Bidan Diploma

15. Warnidah. AMd.Keb 41 Tahun 2 Bidan Diploma

16. Aminah 45 tahun 5 IRT SMP

17. Muhammad Ishak 55 Tahun 2 Kepala Diploma


Lingkungan
Caile

Sumber : data hasil observasi peneliti

Lampiran 2 Data Anak Yang Menjadi Objek Penelitian

No Nama Usia Nama orang tua

1 Aldi 10 tahun Nurlaila, S.Pd

2 Ichwal 13 Tahun Erniati, S.Pd

3 Risky 10 Tahun Warnidah Amd.keb

4 Aidil 10 Tahun Hartati

5 Rahmat 12 tahun Aminah

6 Wawan 12 tahun Ufe

7 Izza 10 tahun Ufe

8 Fitri 13 tahun Erni

9 Agri 13 tahun Masniati

10 Athar 12 tahun Andi umi naslika S.Pd

Sumber: Data hasil observasi peneliti


Lampiran 3 Pertanyaan Wawancara

1. Menurut anda apakah ada pengaruhnya pendidikan orang tua terhadap


kepribadian anak?
2. Apa menurut anda peran orang tua bepengaruh terhadap pembentukan
kepribadian anak?
3. Bagaimana komunikasi anda terhadap anak anda setiap hari?
4. Bagaimana perilaku anak anda ketika di rumah,ataupun ketika bersama
teman sejawatnya?

Table Hasil Wawancara


No Nama Hasil Wawancara
Informan
1 Erniati, S.pd Peran orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
pembentukan kepribadian anak di lingkungannya. Saya
sebagai seorang guru kadang mengamati siswa-siswa
saya dalam berperilaku sehari-hari, dan benar saja
pendidikan orang tuanya itu saya rasa sangat
berpengaruh terhadap anak-anaknya. saya bisa
mengatakan demikian karna kebetualan ada beberapa
orang tua siswa yang saya kenal. ini berdampak pada
perilaku anak seperti komininikasi terhadap teman yang
kurang sopan dan suka mengganggu.

2 Nurlaila, S.Pd Menurutku pendidikan orang tua berperan besar dalam


pembentukan kepribadian anak, bukan karna saya
memiliki pendidikan tinggi tapi kenapa saya
mengatakan demikian saya bisa ambil contoh dari
beberapa siswa saya anak yang sering bermasalah di
sekolah orang tua siswa tersebut memiliki latar belakan
pendidikan yang kurang mereka sangat acuh terhadap
perilaku anak mereka, saya terkadang perihatian. Saya
bisa tau ketika siswa tersebut bermasalah kita akan
panggil orang tua siswa tersebut, dan dari situ saya bias
amati bahwa pendidikan orang tua sangat berpengaruh
dengan pembentukan kepribadian anak, terutama cara
anak berkomunikasi dengan lingkungannya. Saya juga
sebagai orang tua dengan anak 1 yang sekarang
beranjak dewasa komunikasi dan kontrol terhadap anak
itu sangat penting dan kita sebagai orang tua harus
mencari tau kegiatan apa saja yang anak kita sering
lakukan dan apakah kegiatan yang dia lakukan baik utuk
perkembangannya.
3 Andi umi Saya seorang Ibu yang memiliki dua anak, dan
Naslika, S.Pd alhamdulilah sejauh dari pantauan saya anak saya dalam
bergaul dengan teman sebaya cukup baik, komunikasi
selama ini dengan keluarga saya selalu jaga, saya selalu
berusaha mencari tau apa saja kegiatan yang dilakukan
anak saya di luar rumah. Kalau soal pendidikan orang
tua saya sebagai guru dan juga seorang ibu dari 2 anak,
saya rasa pendidikan orang tua memang cukup
berpengaruh terhadap pembentukan keprindaian anak.

4 Ufe Menurutku, saya seorang ibu yang punya 2 orang anak


laki-laki dan perempuan kalau soal pengaruh pendidikan
Orang tua untuk membentuk kepribadian anak saya
tidak tau ada pengaruhnya tau tidak, kenapa saya bilang
begitu, saya sebagai orang tua yang tamatan SMP dan
komunikasiku sama anak-anakku lancar setiap hari, tapi
munurutku pergaulan yang sangat berpengaruh
terhadap kepribadian anak dan kita tau jie pasti anak
laki-laki ku bagaimana pergaulannya diluar. Padahal
hampir setiap hari saya kasitau saya nasehati tapi tidak
ada perubahan tetap dia suka ikut balap-balap liar sama
teman-temannya, saya sudah sita motornya tapi tetap
tidak kapok.

5 Hamsiah kalu saya dek tidak ada jie pengaruhnya pendidikan


orang tua terhadap perilakunya anak, saya tidak tamat k
SD dan alhmdulilah menurut saya perilakunya anak-
anakku selama di rumah baik jie, tidak tau kalau diluar,
tapi saya rasa tidak ada jie pernah ada saya dengar
anakku punya masalah diluar

6 Andi Pendidikan orang tua kalau saya tidak ada jie


Musdalifa pengaruhnya sama kepribadian anak, kenap saya bilang
begitu saya memang tamat SMA tapi suami ku Tamat
SD dan alhamdulilah anak-anaku bisa dibilang
perilakunya, tuturkata, dan sikapnya saya rasa baik. Dan
anakku sudah 2 yang Sarjana sisa 1 ini yang masih
sekolah dan semoga bias mengikuti jejaknya kakanya.
Menurutku bagaimana kita saja memotivasi anak,
memberikan contoh-contoh yang baik. Karena anak itu
biasanya mencontoh perilaku orang tuanya
DOKUMENTASI

Wawancara dengan Ibu Erniati (guru SD)


Wawancara dengan Ibu Ufe dan Ibu Hamsia
Wawancara dengan Ibu Ramlah (guru SMP)

Wawancara dengan Ibu Masniati


Wawancara dengan Ibu Hartati

Wawancara dengan ibu Fitri (guru SD)


Wawancara dengan Ibu Hariati
Wawancara dengan bapak Ahmad
RIWAYAT HIDUP

A.Ahmad Zulfikar. Lahir di Sinjai. Pada tanggal 31


Oktober 1996. Anak kedua dari dua bersaudara dan
merupakan buah kasih sayang dari pasangan A. Megawati
dan Muh. Ishar. Penulis menempuh pendidikan sekolah
dasar di SD Negeri 43 Bontopedda mulai tahun 2001
sampai tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sinjai Selatan
dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Sinjai Selatan
dan tamat tahun 2013. Kemudian pada tahun 2013 penulis berhasil lulus pada
jurusan pendidikan Sosiologi. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas
muhammadiyah Makassar program strata 1 (S1) kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai