LP TPB KEL 2-

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH


(TPB)
Disusun Kelompok 2:
Fatimah Nuraini 223010401030

Dosen Pengampu:

Ir. Oesin Oemar, MP


Dr. Ir. Kambang Vetrani Asie, MP
Dr. Ir. Susi Krisnatita, MP
Dr. Lusia Widiastuti, SP., MP
Wahyu Widyawati, SP., M.Si

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Teknologi Produksi Benih
(TPB) ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teknologi Produksi Benih yang diampu oleh
Bapak Ir. Oesin Oemar, MP.
Melalui praktikum ini, kami mendapatkan pengalaman berharga dalam
memahami dan menerapkan berbagai teknik produksi benih yang berkualitas, mulai
dari seleksi benih, teknik pemuliaan, hingga pengelolaan pascapanen. Praktikum ini
juga memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya benih unggul dalam
mendukung keberhasilan budidaya pertanian.
Kami menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari keterbatasan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat terbuka terhadap saran dan kritik konstruktif
dari semua pihak demi penyempurnaan laporan ini di masa mendatang.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Oesin
Oemar, MP, selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing kami
dengan penuh kesabaran dan dedikasi. Asisten dosen dan seluruh pihak yang turut
membantu dalam pelaksanaan praktikum ini. Rekan-rekan mahasiswa yang telah
bekerja sama selama praktikum berlangsung.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan menjadi bahan
pembelajaran yang berguna, baik bagi kami sendiri maupun pembaca pada umumnya.

Palangka Raya, 5 Desember 2024

Kelompok 2

ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
I. STRUKTUR BENIH TANAMAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL . . 1
II. STANDARD GERMINATION TEST (SGT)..................................... 8
III. FRIST COUNT TEST (FCT) ............................................................. 20
IV. INDEX VALUE TEST (IVT)............................................................. 27
V. ROOT AND SHOOT GROW TEST (RSGT) DAN SEEDLING
GROWTH RATE TEST (SGRT)........................................................ 37
VII. SOIL EMERGENCE TEST (SET).................................................... 57
VII. UJI KEKUATAN TUMBUH BENIH DENGAN MEDIA BATU
KORAL ATAU PECAHAN BATA (BRICK GRIT TEST)............. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
MATERI I
STRUKTUR BENIH TANAMAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL
I. PANDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Benih merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan budidaya tanaman,
karena kualitas benih sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
selanjutnya. Pemahaman tentang struktur benih menjadi penting untuk mendukung berbagai
aspek dalam teknologi produksi benih, mulai dari seleksi hingga pengelolaan benih.
Secara umum, struktur benih tanaman dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi botanisnya,
yaitu tanaman monokotil dan dikotil. Kedua kelompok ini memiliki karakteristik morfologi
dan anatomi yang berbeda, baik pada bagian luar maupun bagian dalam benihnya. Pada
tanaman monokotil, struktur utama meliputi aleuron, endosperma, dan embrio dengan satu
daun lembaga. Sedangkan pada tanaman dikotil, benihnya memiliki dua daun lembaga,
hipokotil, epikotil, serta cadangan makanan yang biasanya disimpan dalam kotiledon.
Pemahaman tentang perbedaan struktur benih antara tanaman monokotil dan dikotil
memiliki banyak manfaat praktis, terutama dalam bidang pertanian. Pengetahuan ini
membantu dalam proses identifikasi benih, menentukan perlakuan pratanam, hingga
pengembangan teknik pemuliaan dan perbanyakan tanaman.
iv
1.2. Tujuan
Untuk melihat dan mempelajari struktur benih dan buah tanaman dikotil dan monokotil
secara umum.

v
6

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Bahan dan Alat


Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah Benih Jagung (Zea mays)
Benih Padi (Oryza sativa) Benih Kacang Hijau (Vigna radiata) Benih Kacang
Tanah (Arachis hypogaea), Benih kangkung (Ipomea aquatica) dan Bayam
(Amaranthus spp). Sedangkan alat yang dipakai yaitu Pisau atau silet dan
seperangkat alat tulis dilengkapi dengan pensil warna.

2.2. Pelaksanaan dan Pengamatan


a. Meyiapkan buah dan benih sesuai dengan yang telah ditetapkan
b. Mengamati dan Mengambarkan tampak luar dari masing-masing buah dan benih
yang telah disediakan
c. Mengamati dan Mengambarkan tampak dalam dari masing-masing buah dan benih
yang telah disediakan dengan membuat irisan membujur dan melintang dari benih
dan buah.
d. Menentukan bagian-bagian dari setiap benih dan buah berdasarkan panduan di
bawah ini, kemudian berikan keterangan yang tepat pada gambar saudara.
7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1, Hasil Pengamatan


3.1.1. Jagung (Zea Mays)

Gambar 1. Jagung (Zea Mays) tampak dalam Biji


(Sumber: Dok. Pribadi)

3.1.2. Padi (Oryza Sativa)

Gambar 2. Padi (Oriza Sativa) tampak dalam Biji


Sumber Dok Pribadi

3.1.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)

Gambar 3. Kacang Hijau (Vigna radiata) tampak dalam Biji


Sumber Dok Pribadi
8

3.1.4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

Gambar 4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea) tampak dalam Biji


Sumber Dok Pribadi
3.1.5. Kangkung (Ipomea Aquatica)

Gambar 5. Kangkung (Ipomea Aquatica) tampak dalam Biji


(Sumber: Dok. Pribadi)
3.1.6. Bayam (Amaranthus spp)

Gambar 6. Bayam (Amaranthus spp) tampak dalam Biji


(Sumber: Dok. Pribadi)
9

3.2. Pembahasan
3.2.1. Jagung (Zea Mays)
Jagung termasuk tanaman monokotil dengan struktur benih yang khas. Benih
jagung terdiri dari perikarp (lapisan luar biji), endosperma, dan embrio.
Endosperma mendominasi struktur benih dan berfungsi sebagai cadangan
makanan utama, sedangkan embrio terletak di sisi lateral biji, terdiri atas plumula
(calon tunas) dan radikula (calon akar). Pengamatan irisan melintang
menunjukkan lapisan aleuron yang mengelilingi endosperma.
3.2.2. Padi (Oryza Sativa)
Padi juga merupakan tanaman monokotil dengan struktur benih yang mirip
dengan jagung. Gabah terdiri dari sekam (lapisan pelindung luar), endosperma
yang kaya pati, dan embrio kecil yang berada di bagian dasar biji. Lapisan aleuron
tipis mengelilingi endosperma dan berperan dalam sintesis enzim selama
perkecambahan. Secara anatomi, benih padi dirancang untuk efisiensi cadangan
energi selama proses awal pertumbuhan.
3.2.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)
Kacang hijau termasuk tanaman dikotil dengan biji yang kecil, berbentuk
oval, dan berwarna hijau. Struktur biji terdiri dari kulit biji (testa), dua kotiledon
besar, dan embrio. Kotiledon menyimpan cadangan makanan yang digunakan
selama perkecambahan. Pada irisan membujur, embrio yang terdiri dari radikula
dan plumula terlihat jelas berada di antara kotiledon.
3.2.4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Kacang tanah termasuk tanaman dikotil dengan biji yang terlindung dalam
polong. Setiap biji terdiri dari kulit biji (testa), kotiledon, dan embrio. Kotiledon
berfungsi sebagai penyimpan cadangan energi. Irisan membujur menunjukkan dua
kotiledon besar yang mendominasi struktur biji, sedangkan embrio kecil berada di
antara kedua kotiledon.
3.1.5. Kangkung (Ipomea Aquatica)
Kangkung termasuk tanaman dikotil dengan biji kecil berbentuk bulat. Kulit
biji keras melindungi kotiledon dan embrio di dalamnya. Pada irisan membujur,
kotiledon terlihat mendominasi ruang biji, sedangkan embrio kecil terdapat di
10

salah satu ujung. Irisan melintang menunjukkan struktur kotiledon yang padat dan
penuh.
3.1.6. Bayam (Amaranthus spp)
Bayam termasuk tanaman dikotil dengan biji kecil berwarna hitam dan
mengilap. Struktur benih terdiri dari kulit biji (testa), embrio yang melingkar, dan
endosperma dalam jumlah kecil. Irisan membujur menunjukkan embrio yang
melilit di sekitar endosperma. Ciri khas embrio melingkar ini mempermudah
identifikasi benih bayam.

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
11

MATERI II
STANDARD GERMINATION TEST (SGT) UJI KECAMBAH BAKU
I. PANDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Uji kecambah baku atau Standard Germination Test (SGT) merupakan
salah satu metode yang digunakan untuk menilai kualitas benih, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi hasil dan keberhasilan dalam budidaya tanaman.
Kualitas benih yang baik adalah faktor penting dalam meningkatkan hasil
pertanian dan keberlanjutan produksi tanaman. Oleh karena itu, untuk memastikan
benih yang digunakan memiliki potensi tumbuh yang tinggi, uji kecambah baku
menjadi suatu langkah yang sangat krusial dalam sistem produksi benih.
Secara umum, uji kecambah baku dilakukan untuk mengukur persentase
benih yang dapat berkecambah dengan baik dalam kondisi yang terkendali. Hal
ini melibatkan penentuan kondisi lingkungan yang optimal untuk germinasi,
seperti suhu, kelembapan, dan medium tumbuh yang sesuai. Uji ini juga berfungsi
untuk mengetahui kelayakan benih yang akan digunakan oleh petani atau
produsen dalam kegiatan budidaya mereka. Tanpa adanya uji kecambah yang
terstandarisasi, akan sulit untuk memastikan benih yang digunakan berkualitas
dan dapat memberikan hasil yang maksimal.
Di Indonesia, uji kecambah baku diatur oleh Badan Standardisasi Nasional
(BSN) dan diimplementasikan oleh lembaga-lembaga terkait dalam rangka
memastikan keseragaman dan kualitas benih yang dipasarkan di pasaran. Oleh
karena itu, pelaksanaan uji ini perlu dilakukan dengan standar yang baku agar
dapat memberikan informasi yang akurat mengenai daya kecambah benih. Uji ini
juga menjadi dasar untuk menentukan harga benih di pasar, serta untuk memenuhi
persyaratan dalam perdagangan benih antarnegara yang semakin ketat seiring
dengan meningkatnya permintaan terhadap produk pertanian yang berkualitas.

1.2. Tujuan
a. Menentukan daya berkecambah benih
12

b. Membedakan kecambah normal, abnormal, benih mati dan benih keras


13

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Bahan dan Alat


Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah benih padi, jagung, kacang
hijau, kacang tanah, bayam dan kangkung. Sedangkan alat yang dipakai yaitu
kertas stensil, petridish/potongan plastic botol air mineral, kotak plastik,
(disesuaikan) handsprayer dan alat tulis

2.2. Pelaksanaan dan Pengamatan


a. Siapkan 3 lembar kertas stensil yang telah dilembabkan, letakkan
terhampar di atas meja praktikum (2 lembar untuk alas dan 1 untuk
penutup benihnya)
b. Benih diletakkan di atas kertas yang telah dibasahi terlebih dahulu. Banyak
benih yang dikecambahkan untuk masing-masingnya sebanyak 50 biji,
benih disusun secara teratur sebanyak 5 baris. Ini dilakukan sebanyak 4
kali ulangan (Prosedur ISTA adalah 4 x 100 butir benih).
c. Tutup benih tadi dengan satu lembar kertas stensil yang telah dilembabkan
d. Gulung materi pengujian itu kearah panjang kertas (UKD/Uji Kertas
Digulung), tempatkan gulungan kertas itu dalam kotak/wadah
pengecambahan sebelum ditempatkan pada germinator.
e. Hal yang sama dilakukan untuk perkecambahan pada petridish/piring kecil
(UAK/Uji Antar Kertas). Potong kertas saring/stensil sesuai dengan
diameter lingkaran petridish/piring kecil sebagai alas sebanyak 2 lembar.
Susun sebanyak 50 biji bayam dalam petridis/piring kecil kemudian benih
di tutup selapis dengan kertas stensil, lalu dibasahi hingga lembab.
f. Amati kecambah normal mulai dari penetapan pengamatan pada hitungan
pertama hingga pengamatan pada hitungan kedua (hari terakhir)
pengamatan sebagaimana ketentuan ISTA untuk masing-masing jenis
benih. Sebagai contoh hitungan pertama dan kedua untuk padi adalah hari
ke-5 dan ke-14 (dengan catatan sudah dilakukan pematahan dormansi
sebelumnya), jagung pada hari ke-4 dan ke-7, kacang hijau pada hari ke-5
dan ke-7, kacang tanah pada hari ke-5 dan ke-10, bayam pada hari ke-5
14

dan ke-14 dan kangkung pada hari ke4 dan ke-10.


g. Untuk menghindari kesalahan penghitungan, benih yang telah dihitung
langsung dibuang. Dalam waktu yang sama juga amati bentuk-bentuk
kecambah yang abnormal.
h. Persentase daya berkecambah ditentukan berdasarkan jumlah benih yang
menghasilkan kecambah normal dalam kondisi dan periode waktu tertentu
sesuai dengan jenis benih (ISTA, 1985)
i. Daya berkecambah (%) dapat dihitung dengan rumus:

Jumlah benih yang berkecambah normal


% Daya berkecambah = x
100%
Jumlah benih yang dikecambahkan

j. Selain persentase daya berkecambah, dilakukan juga penghitungan persentase


kecambah abnormal, persentase benih keras dan benih mati dengan rumus sbb:

Jumlah benih yang berkecambah abnormal


% kecambah abnormal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan

Jumlah benih keras


% benih keras = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan

Jumlah benih mati


% benih mati = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
15

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1, Hasil Pengamatan


3.1.1. Jagung (Zea Mays)
3.1.2. Padi
3.1.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)
3.1.4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Jumlah benih berkecambah Jumlah
normal Jumlah kecambah Jumlah
Jenis benih benih
Hitung I Hitung II abnormal benih keras
mati
Kacang tanah
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Ulangan IV
Persentase (%)

3.1.5. Bayam
3.1.6. Kangkung (Ipomoea Aquatica)

3.2. Pembahasan
3.2.1. Jagung (Zea Mays)
3.2.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)
3.2.4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
3.2.5. Bayam (Amaranthus spp)
3.2.6. Kangkung (Ipomoea Aquatica)
16

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
17

MATERI III
FRIST COUNT TEST (FCT)
I. PANDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Benih yang berkualitas memegang peranan penting dalam keberhasilan
budidaya tanaman. Salah satu aspek penting dari kualitas benih adalah kekuatan
tumbuh atau vigor benih, yang mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh
dengan cepat dan sehat dalam kondisi lingkungan yang sesuai. Kekuatan tumbuh
benih tidak hanya bergantung pada faktor genetika, tetapi juga pada perlakuan dan
penanganan benih selama proses produksi dan penyimpanan. Salah satu metode
yang digunakan untuk mengukur vigor benih adalah dengan menguji kecepatan
dan kekuatan berkecambah benih dalam pengamatan awal, yaitu pada hari
pertama pengamatan yang dikenal dengan istilah First Count Test (FCT).
First Count Test (FCT) adalah teknik yang digunakan untuk menilai kemajuan
perkecambahan benih pada hari pertama setelah benih disemai, untuk memberikan
gambaran awal tentang kecepatan berkecambah dan kualitas benih tersebut. Uji
ini memungkinkan para peneliti dan petani untuk mengetahui persentase benih
yang mulai berkecambah, yang berhubungan langsung dengan vigor benih yang
dimiliki.
Kecepatan dan kekuatan berkecambah pada hari pertama memberikan
indikasi penting terkait ketahanan benih terhadap kondisi lingkungan serta
potensinya untuk berkembang secara optimal setelah disemai.
Dengan menggunakan metode FCT, pengamatan yang dilakukan pada tahap
awal perkecambahan dapat membantu dalam memprediksi kemampuan benih
untuk tumbuh secara maksimal di lapangan. Oleh karena itu, penting untuk
melakukan uji vigor ini agar dapat menentukan benih yang berkualitas tinggi dan
siap untuk ditanam, sehingga dapat mendukung keberhasilan dalam produksi
tanaman yang lebih efisien dan berkelanjutan.

1.2. Tujuan
18

Untuk menentukan kekuatan tumbuh benih (vigor) melalui kecepatan dan


kekuatan berkecambah benih pada hari pertama pengamatan.
19

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada praktikum Teknologi Produksi Benih dengan
materi First Count Test (FCT) adalah benih padi (Oryza sativa), jagung (Zea
mays), kacang hijau (Vigna radiata), kacang tanah (Arachis hypogaea), bayam
(Amaranthus spp), dan kangkung (Ipoemea aquatica). Alat yang dipakai berupa
kertas stensil, petrudish/ piring kecil, handsprayer, dan alat tulis.

2.2. Pelaksanaan dan Pengamatan


Pelaksanaan kegiatan pada praktikum Teknologi Produksi Benih dengan
materi First Count Test (FCT) yaitu:
1. Benih dikecambahkan menggunakan uji daya berkecambah
2. Pengamatan dilakukan pada hitungan pertama pengamatan sesuai dengan
jenis benih, seperti hari ke-4 untuk jagung, dan kangkung, hari ke-5 untuk
bayam, kacang hijau, kacang tanah dan padi setelah masing-masing jenis
benih tersebut dikecambahkan dengan menghitung jumlah benih yang
berkecambah normal pada hari tersebut.
3. Perkecambahan pada hitung pertama ditentukan dengan rumus:
jumlah benih yang berkecambah normal
% Hitung pertama = × 100%
jumlah benih yang dikecambahkan
20

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Hasil Pengamatan


Benih berkecambah normal pada hitung Perkecambahan
pertama untuk ulangan Rata-
Jenis benih pada hitung
1 2 3 4 rata
pertama (%)
Padi
Jagung
Kacang tanah
Kacang hijau
Bayam
Kangkung

3.2. Pembahasan
3.2.1. Padi (Oryza sativa)
3.2.2. Jagung (Zea Mays)
3.2.3. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
3.2.4. Kacang Hijau (Vigna Radiata)
3.2.5. Bayam (Amarantthus )
3.2.6. Kangkung (Ipomoea Aquatica)
21

IV. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
22

MATERI IV
INDEX VALUE TEST (IVT)
I. PANDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Tujuan
a. Untuk menentukan nilai indeks dari perkecambahan benih dan kekuatan
tumbuh benih.
b. Mahasiswa memahami relevansi metode uji indeks dengan keragaan
pertumbuhan tanaman di lapangan produksi.
23

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Bahan dan Alat


Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah Benih padi, jagung, kacang
hijau (Vigna radiata), kacang tanah (Arachis hypogaea), bayam dan kangkung
dan alat yang dipakai yaitu kertas stensil, petridish/potongan plastic botol air
mineral, kotak plastik, (disesuaikan) handsprayer dan alat tulis.

2.2. Pelaksanaan dan Pengamatan


Benih dikecambahkan sebanyak 50 biji untuk masing-masing perlakuan
seperti cara uji daya berkecambah dengan memakai gulungan kertas stensil
(UKD), dengan 4 kali ulangan untuk benih jagung, kacang tanah (Arachis
hypogaea) dan kacang hijau, sedangkan untuk benih padi, kangkung dan bayam
diuji menggunakan metode Uji Antar Kertas (UAK) menggunakan petridis atau
bisa diganti dengan piring kecil. Pengamatan dilakukan setiap hari mulai hari
pertama sampai tidak ada lagi benih yang berkecambah.
24

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1, Hasil Pengamatan


3.1.1. Jagung (Zea Mays)
3.1.2. Padi (Oryza sativa)
3.1.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)

3.1.4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)


Benih/ Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari
ulangan ke- Indeks benih
Kacang Tanah 1 2 3 4 5 6
1 0
2 0
3 0
4 0
Rata-rata 0

3.1.5. Bayam
3.1.6. Kangkung (Ipomoea Aquatica)

3.2. Pembahasan
3.2.1. Jagung (Zea Mays)
3.2.2. Padi
3.2.3. Kacang Hijau
3.2.4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
3.2.5. Bayam
3.2.6. Kangkung (Ipomoea Aquitica)
25

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
26

MATERI V
ROOT AND SHOOT GROWTH TEST (RSGT) DAN SEEDLING
GROWTH RATE TEST (SGRT)
I. PANDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benih merupakan komponen utama dalam proses produksi tanaman yang
mempengaruhi keberhasilan pertanian. Kualitas benih yang baik sangat penting
untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal. Salah
satu indikator utama untuk menentukan kualitas benih adalah kekuatan tumbuh
atau vigor benih, yang mencerminkan kemampuan benih untuk berkecambah dan
tumbuh dengan cepat dalam kondisi lingkungan tertentu.
Pada tahap awal pertumbuhan, kecepatan dan kekuatan berkecambah benih
dapat memberikan informasi yang sangat berharga mengenai kualitas benih
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan metode yang dapat mengukur vigor benih
secara akurat, salah satunya adalah melalui tes Root and Shoot Growth Test
(RSGT) dan Seedling Growth Rate Test (SGRT). Tes ini mengukur pertumbuhan
akar dan tunas pada benih dalam periode waktu tertentu, serta laju pertumbuhan
bibit yang dihasilkan. Pengamatan pada hari pertama berkecambah sangat penting,
karena hari pertama merupakan fase kritis di mana benih mulai menunjukkan
potensi pertumbuhannya.

1.2. Tujuan
Untuk mengukur/menentukan kecepatan pertumbuhan dan perpanjangan akar
dan batang kecambah, serta untuk menentukan kekuatan tumbuh benih.
27

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Bahan dan Alat


Bahan dan alat sama dengan uji perkecambahan sebelumnya (hanya untuk
pengujian benih padi, jagung, kacang hijau dan kacang tanah (Arachis
hypogaea)).
2.2. Pelaksanaan dan Pengamatan
Root And Shoot Growth Test (RSGT)
1. Benih dikecambahkan menurut uji daya berkecambah menggunakan
UKDd (Uji Kertas Digulung didirikan) dengan kertas stensil sebagai
media perkecambahan. Bedanya disini hanya digunakan 15 benih/biji.
2. Benih diletakkan menurut garis lurus dari sisi memanjang yang terletak
kira-kira sepertiga dari sisi kertas. Letak masing-masing benih diberi
nomor 1 sampai dengan 15 pada kertas. Ulangan dibuat 4 (empat) kali.
3. Pengamatan pertama dilakukan 4-5 hari sesudah perkecambahan
(tergantung jenis benih). Pengamatan dilakukan setiap dua hari berikutnya.
Panjang akar dan batang tiap kecambah diukur dalam milimeter (mm).
4. Pada akhir pengamatan, masing-masing panjang akar dan batang
kecambah dirata-ratakan. Pertambahan panjang akar dan batang pada
setiap pengamatan diplotkan dalam bentuk grafik untuk melihat laju
pertambahan panjang akar dan batang kecambah.
Seedling Growth Rate Test (SGRT)
1. Benih dikecambahkan sebagaimana prosedur RSGT
2. Pada akhir pengamatan atau hari ke-7 untuk jagung, hari ke-14 untuk padi,
hari ke-7 untuk kacang hijau dan hari ke- 10 kacang tanah (Arachis
hypogaea), seluruh bagian organ penyimpan cadangan makanan
(endosperm dan kotiledon) dibuang menggunakan pinset.
3. Untuk menyamakan pengamatan dengan Root and Shoot Growth Test
(RSGT), maka perkecambahan dapat diakhiri pada hari ke-14 atau ke-15.
(lihat jadwal kecambah)
4. Kecambah kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 800 C selama 24
28

jam.
5. Rata-rata bobot kering kecambah dinyatakan dalam satuan mg
29

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1, Hasil Pengamatan


3.1.1. Jagung (Zea Mays)
Tabel Hasil pengamatan Rata-rata panjang plumula dan radikula kecambah
Jagung (Zea Mays) pada hari terakhir pengamatan

3.1.2. Bobot kering kecambah Jagung (Zea Mays)


Jenis Jumlah kecambah Total bobot Bobot kering
normal kering kecambah normal
kecambah (mg) (mg)
Jagung
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 4

3.1.3. Padi (Oryza sativa)


Tabel Hasil pengamatan Rata-rata panjang plumula dan radikula kecambah Padi
(Oryza sativa) pada hari terakhir pengamatan
30

3.1.4. Bobot kering kecambah Padi (Oryza sativa)


3.1.5. Kacang Hijau (Vigna radiata)
Ulangan 2. (buat daftar table ini sampai ulangan ke 4)

Rata-rata panjang plumula dan radikula kecambah jagung/padi/kedelai/kacang tanah


pada hari terakhir pengamatan.

Kacang Hijau (Vigna radiata)

3.1.6. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)


Ulangan 1 Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Benih Pengamatan Panjang radikula dan plumula (mm) pada
pengamatan ke-
1 2 3 4
1 Plumula
Radikula
2 Plumula
Radikula
3 Plumula
Radikula
4 Plumula
Radikula
5 Plumula
Radikula
6 Plumula
Radikula
7 Plumula
Radikula
8 Plumula
Radikula
9 Plumula
Radikula
10 Plumula
Radikula
11 Plumula
Radikula
12 Plumula
31

Radikula
13 Plumula
Radikula
14 Plumula
Radikula
15 Plumula
Radikula
32

Ulangan 2 Kacang Tanah (Arachis hypogaea)


Panjang radikula dan plumula (mm)
Beni Pengamatan pada pengamatan ke-
h 1 2 3 4
1 Plumula
Radikula
2 Plumula
Radikula
3 Plumula
Radikula
4 Plumula
Radikula
5 Plumula
Radikula
6 Plumula
Radikula
7 Plumula
Radikula
8 Plumula
Radikula
9 Plumula
Radikula
10 Plumula
Radikula
11 Plumula
Radikula
12 Plumula
Radikula
13 Plumula
Radikula
14 Plumula
33

Radikula
15 Plumula
Radikula
34

Ulangan 3 Kacang Tanah (Arachis hypogaea)


Panjang radikula dan plumula (mm) pada
Benih Pengamatan pengamatan ke-
1 2 3 4
Plumula
1
Radikula
Plumula
2
Radikula
Plumula
3
Radikula
Plumula
4
Radikula
Plumula
5
Radikula
Plumula
6
Radikula
Plumula
7
Radikula
Plumula
8
Radikula
Plumula
9
Radikula
Plumula
10
Radikula
Plumula
11
Radikula
Plumula
12
Radikula
Plumula
13
Radikula
14 Plumula
Radikula
15 Plumula
Radikula
Ulangan 4 Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Panjang radikula dan plumula (mm) pada
Benih Pengamatan pengamatan ke-
1 2 3 4
35

Plumula
1
Radikula
Plumula
2
Radikula
Plumula
3
Radikula
Plumula
4
Radikula
Plumula
5
Radikula
Plumula
6
Radikula
Plumula
7
Radikula
Plumula
8
Radikula
Plumula
9
Radikula
Plumula
10
Radikula
Plumula
11
Radikula
Plumula
12
Radikula
Plumula
13
Radikula
14 Plumula
Radikula
15 Plumula
Radikula

Rata-rata akhir Plumula dan Radikula Kacang Tanah (Arachis


hypogaea)
Panjang plumula dan radikula pada ulangan ke-
Pengamatan Rata-rata
1 2 3 4
36

Plumula
Radikula

Hasil pengamatan Bobot kering kecambah Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

Total bobot Bobot kering


Jumlah kering kecambah
Kacang Tanah Kecambah normal kecambah normal (mg)
(mg)
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 4

3.2. Pembahasan
3.2.1. Jagung (Zea Mays)
GRAFIK
3.2.2. Padi
GRAFIK
3.2.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)
GRAFIK
3.2.4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
GRAFIK
37

IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
38

MATERI VI
SOIL EMERGENCE TEST (SET)
I. PANDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Benih yang berkualitas merupakan faktor penting dalam keberhasilan
budidaya tanaman. Salah satu parameter utama dalam penilaian mutu benih adalah
vigor atau kekuatan tumbuh benih. Vigor mencerminkan kemampuan benih untuk
berkecambah dan berkembang menjadi tanaman sehat di bawah kondisi
lingkungan yang beragam. Kekuatan tumbuh ini menjadi indikator penting,
terutama untuk memprediksi kinerja benih di lapangan, yang sering kali
dihadapkan pada kondisi suboptimal seperti cekaman lingkungan dan persaingan
antar tanaman.
Pengujian kekuatan tumbuh benih dapat dilakukan melalui berbagai metode,
salah satunya adalah Rsoil Emergence Test (SET). Metode ini digunakan untuk
menilai kecepatan dan kekuatan benih berkecambah pada hari pertama
pengamatan. Keunggulan dari SET adalah kemampuannya untuk memberikan
informasi awal tentang vigor benih secara cepat, sehingga dapat digunakan untuk
mengambil keputusan terkait penyortiran atau seleksi benih sebelum penanaman.
Kecepatan dan kekuatan berkecambah pada hari pertama menjadi perhatian
utama karena keduanya mencerminkan kemampuan fisiologis benih dalam
mengatasi stres lingkungan. Benih yang memiliki vigor tinggi umumnya
berkecambah lebih cepat, menghasilkan bibit yang seragam, dan memiliki potensi
lebih baik untuk tumbuh optimal di lapangan.

1.2. Tujuan
Untuk menentukan kekuatan tumbuh benih pada media tanah.
39

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Bahan dan Alat


Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Teknologi Produksi Benih
dengan materi Soil Emergence Test (SET), yaitu benih kacang hijau, pasir dan
tanah. Sedangkan alat yang digunakan, yaitu bak perkecambahan (bias
dimodifikasi mengunakan botol air kemasan 1,5 liter dibelah dua), hand sprayer,
dan seperangkat alat tulis.

2.2. Pelaksanaan dan Pengamatan


Cara kerja yang perlu dilakukan pada saat praktikum Teknologi Produksi
Benih dengan materi Soil Emergence Test (SET), yaitu ; Benih dikecambahkan di
dalam bak pengecambahan yang berisi campuran tanah dan pasir dengan
perbandingan 1 : 1. Benih ditanam sedalam 2,5 cm sebanyak 50 biji untuk setiap
bak pengecambahan, dengan membuat 4 (empat) kali ulangan. Pengamatan
pertama dilakukan setelah 4 hari untuk jagung dan ke-5 untuk padi dan kacang
tanah dan kacang hijau. Apabila kecambah sudah mencapai tinggi 2-2,5 cm
kecambah tersebut langsung dicabut. Pada waktu yang sama, kecambah yang
muncul dari permukaan tanah dihitung. Pengamatan selanjutnya dilakukan setiap
hari sampai lima kali pengamatan atau sampai tidak ada lagi benih yang tumbuh.
Persentase muncul tanah dihitung dengan rumus:
Jumlah benih yang berkecambah normal
% muncul pasir atau tanah= x 100 %
Jumlah Benih yang dikecambahkan
40

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1, Hasil Pengamatan


3.1.1. Jagung

3.1.2. Padi

3.1.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)

3.1.3. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)


Jumlah Benih Berkecambah Pada Jumlah
Persentase Uji
Kacang Tanah Pengamatan Ke- Kecambah
Muncul ditanah %
1 2 3 4 5 Normal
U1 18 4 2 1 0 25 50%
U2 16 7 4 0 0 27 54%
U3 13 6 1 2 1 23 46%
U4 19 6 3 3 2 33 66%

3.2. Pembahasan
3.2.1. Jagung (Zea Mays)
3.2.2. Padi (Oryza sativa)
3.2.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)
4.1.4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Pada pengamatan Soil Emergence Test (SET) untuk benih kacang tanah
(Arachis hypogaea), hasil menunjukkan adanya variasi dalam jumlah benih yang
berkecambah dan persentase uji muncul di tanah pada setiap ulangan (U1, U2, U3,
dan U4). Pada pengamatan hari pertama hingga hari kelima, terdapat perbedaan
jumlah benih yang berkecambah di setiap ulangan. Ulangan U4 menunjukkan
jumlah total benih berkecambah tertinggi (33 kecambah), diikuti oleh U2 (27
kecambah), U1 (25 kecambah), dan U3 (23 kecambah). Perbedaan ini
menunjukkan bahwa ulangan U4 memiliki benih dengan tingkat vigor yang lebih
41

baik dibandingkan ulangan lainnya, memungkinkan benih tersebut untuk


berkecambah lebih cepat dan lebih seragam.
Total kecambah normal pada setiap ulangan juga mencerminkan kualitas
benih. Ulangan U4 kembali menunjukkan hasil tertinggi dengan 33 kecambah
normal, sementara U3 memiliki kecambah normal paling sedikit (23 kecambah).
Hal ini menunjukkan bahwa benih pada U4 lebih mampu menghasilkan tanaman
yang sehat dan memiliki potensi untuk tumbuh optimal di lapangan. Persentase uji
muncul di tanah adalah indikator penting untuk menilai keberhasilan benih dalam
berkecambah di bawah kondisi simulasi tanah. Berdasarkan data a). U4 memiliki
persentase tertinggi (66%), b). U2 sebesar 54%, c). U1 sebesar 50%, d). U3
memiliki persentase terendah (46%). Hasil ini menunjukkan bahwa ulangan U4
memiliki vigor terbaik, memungkinkan benihnya untuk lebih mampu menembus
tanah dan menghasilkan kecambah. Sebaliknya, persentase yang lebih rendah
pada U1 dan U3 menunjukkan adanya kemungkinan benih dengan vigor lebih
rendah, yang mungkin disebabkan oleh umur benih, tingkat dormansi, atau
kerusakan fisiologis.
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa pada hari pertama, ulangan U4
memiliki jumlah benih berkecambah tertinggi (19 benih). Hal ini menunjukkan
bahwa benih pada U4 memiliki kecepatan berkecambah yang lebih tinggi
dibandingkan ulangan lainnya. Sebaliknya, ulangan U3 memiliki jumlah benih
berkecambah terendah pada hari pertama (13 benih), menunjukkan kecepatan
berkecambah yang lebih lambat. Faktor yang memengaruhi hasil yaitu mencakup
tingkat kelembapan, aerasi, dan keseragaman media tanah dapat memengaruhi
hasil. Kualitas benih seperti tingkat vigor, kadar air, dan dormansi benih turut
memengaruhi kemampuan benih untuk berkecambah. Perlakuan sebelum tanam
meliputi perbedaan dalam perlakuan pra-tanam, seperti perendaman atau
stratifikasi, dapat memengaruhi kecepatan dan kekuatan tumbuh benih. Dari hasil
pengamatan, benih pada ulangan U4 menunjukkan performa terbaik dalam uji
muncul di tanah dengan persentase sebesar 66%.
42

IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
43

MATERI VII
UJI KEKUATAN TUMBUH BENIH DENGAN MEDIA BATU KORAL
ATAU PECAHAN BATA (BRICK GRIT TEST)
I. PANDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Benih merupakan komponen dasar dalam produksi tanaman yang
menentukan keberhasilan budidaya. Kualitas benih tidak hanya ditentukan oleh
daya berkecambah (germination rate) tetapi juga oleh kekuatan tumbuh (vigor),
yang mencerminkan kemampuan benih untuk berkecambah secara cepat dan
seragam dalam kondisi lingkungan suboptimal. Uji vigor menjadi penting karena
benih dengan vigor tinggi akan lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan yang
kurang ideal dan mampu menghasilkan tanaman yang lebih kuat serta produktif.
Salah satu metode sederhana untuk mengukur vigor adalah dengan
menggunakan brick grit test atau uji kekuatan tumbuh benih menggunakan media
batu koral atau pecahan bata. Media ini memungkinkan penilaian terhadap
kecepatan dan kekuatan berkecambah pada hari-hari awal pengamatan. Media
batu koral atau pecahan bata tidak hanya murah dan mudah diperoleh, tetapi juga
mampu mensimulasikan kondisi fisik yang menantang, sehingga memberikan
hasil pengujian vigor yang representatif.

1.2. Tujuan

Untuk Menguji vigor lot benih secara langsung.


.
44

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Bahan dan Alat


Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Teknologi Produksi Benih
dengan materi Uji Kekuatan Tumbuh Benih Dengan Media Batu Koral atau
Pecahan Bata (Brick Grit Test), yaitu benih kacang hijau dari berbagai lot benih
(beberapa vigor), batu krikil atau pasir, pecahan bata berukuran 2-3 cm.
Sedangkan alat yang digunakan, yaitu bak perkecambahan (bisa dimodifikasi
mengunakan botol air kemasan 1,5 liter dibelah dua), hand sprayer, dan
seperangkat alat tulis.

2.2. Pelaksanaan dan Pengamatan


a. Siapkan 50 benih dari lot benih yang berbeda,
b. Masukkan terlebih dahulu pasir batu kerikil setebal 2 cm atau mencapai
setengah tinggi seed bed. Siram media hingga lembab (60-80% kadar air)
c. di atas pasir disusun benih yang mau diuji kemudian tutup dengan pecahan
bata di atas pasir atau batu kerikil setebal 2 cm.
d. Lembabkan media batu koral atau pecahan bata, selanjutnya tempatkan
seedbed di ruang perkecambahan
e. Setelah 5 hari dihitung jumlah benih yang berkecambah normal.
Pengamatan selanjutnya dilakukan setiap dua hari sekali sampai lima kali
pengamatan atau sampai tidak ada lagi benih yang tumbuh.
f. Hitung daya tumbuh dengan rumus:
Jumlah benih yang berkecambah normal
% Daya Tumbuh= x 100 %
Jumlah Benih yang dikecambahkan
45

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1, Hasil Pengamatan


3.1.1. Jagung (Zea Mays)

3.1.2. Padi

3.1.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)

4.1.5. 3.1.4. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)


Jumlah Benih Berkecambah Pada Jumlah
Persentasi
Kacang Tanah Pengamatan Ke- Kecambah
Perkecambahan
1 2 3 4 Normal
U1 18 11 9 4 42 84%
U2 16 9 5 1 31 62%
U3 13 7 3 0 23 46%
U4 19 10 6 1 36 72%

3.2. Pembahasan
3.2.1. Jagung
3.2.2. Padi
3.2.3. Kacang Hijau (Vigna radiata)
4.1.6. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Pengamatan pada uji kekuatan tumbuh benih kacang tanah (Arachis
hypogaea) menggunakan media batu koral atau pecahan bata (brick grit test)
menunjukkan adanya variasi dalam jumlah benih yang berkecambah dan
persentase perkecambahannya di setiap unit pengamatan (U1, U2, U3, dan U4).
Pada pengamatan keempat hari, jumlah total benih yang berkecambah bervariasi
antara unit pengamatan U1 memiliki jumlah benih berkecambah tertinggi, yaitu
42 benih, yang menunjukkan vigor tertinggi dibandingkan unit lainnya.
Sebaliknya, U3 memiliki jumlah benih berkecambah terendah, yaitu 23 benih,
46

yang mencerminkan vigor paling rendah. Variasi ini dapat terjadi akibat
perbedaan kualitas awal benih atau pengaruh lingkungan pada saat penyimpanan
benih sebelum pengujian. Persentase perkecambahan dihitung berdasarkan jumlah
kecambah normal terhadap total benih yang diuji. Hasil menunjukkan persentase
berikut Persentase tertinggi pada U1 (84%) menunjukkan bahwa benih pada unit
ini memiliki kemampuan vigor yang baik, mampu menghasilkan kecambah
normal dengan cepat dan dalam jumlah signifikan. Sebaliknya, U3 dengan
persentase 46% menunjukkan benih dengan tingkat vigor rendah, yang dapat
mengakibatkan potensi pertumbuhan tanaman yang kurang optimal.
Distribusi benih yang berkecambah pada setiap hari pengamatan
memberikan informasi tambahan tentang kecepatan berkecambah. Berdasarkan
hasil pengamatan, vigor benih kacang tanah pada uji ini berbeda-beda di setiap
unit pengamatan. U1 menunjukkan performa terbaik dengan persentase
perkecambahan 84%, sedangkan U3 memiliki performa terendah dengan 46%.
Media batu koral atau pecahan bata efektif digunakan untuk menguji kekuatan
tumbuh benih, terutama dalam menilai kecepatan dan distribusi perkecambahan di
bawah tekanan fisik media.
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil ini dapat mencakup kualitas benih
awal, kondisi lingkungan uji, dan homogenitas perlakuan. Pada hari pertama, U1
menunjukkan jumlah benih berkecambah tertinggi (18 benih), diikuti oleh U4 (19
benih), yang menunjukkan respons cepat terhadap media dan kondisi uji. Pada
hari keempat, jumlah benih yang masih berkecambah sangat sedikit, terutama
pada U3 (0 benih). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar benih dengan
vigor rendah tidak mampu berkecambah lebih lama.
47

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
48

DAFTAR PUSTAKA

Azmi, S. (2020). Kualitas Benih dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan


Tanaman. Jurnal Pertanian, 12(2), 45-53.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2015). Standar Nasional Indonesia untuk
Uji Kecambah Benih. Jakarta: BSN.
Bewley, J. D., Bradford, K. J., Hilhorst, H. W. M., & Nonogaki, H. (2013). Seeds:
Physiology of Development, Germination and Dormancy. Springer.
Copeland, L.O., & McDonald, M.B. (2012). Principles of Seed Science and
Technology. Springer.
Ellis, R. H., & Roberts, E. H. (2011). Seed and Seedling Vigor in Crop
Production. Oxford University Press.
Finch-Savage, W.E., & Bassel, G.W. (2016). Seed vigour and crop establishment:
extending performance beyond adaptation. Journal of Experimental
Botany, 67(3), 567-591.
Hampton, J.G., & TeKrony, D.M. (2011). Handbook of Seed Testing. Journal of
Seed Technology.
ISTA. (2014). International Rules for Seed Testing. International Seed Testing
Association.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pengujian Benih
Tanaman. Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Susanto, H. (2021). Metode Pengujian Kekuatan Tumbuh Benih dalam Budidaya
Tanaman. Jurnal Agronomi, 14(1), 67-75.
49

LAMPIRAN
Lampiran 1. Tanaman Kacang Hijau
Lampiran 2. Tanaman Bayam
Lampiran 3 Tanaman Jagung
Lampiran 4. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

Lampiran 5. tanaman kangkung


Lampiran 6. Padi

Anda mungkin juga menyukai