Laporan 3 Fhut
Laporan 3 Fhut
Laporan 3 Fhut
SAMPUL............................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
I. PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Tujuan dan Kegunaan............................................................................
ii
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benih
Benih adalah salah satu bagian terpenting dlaam budidaya tanaman. Untuk
membedakan suatu benih bermutu atau tidak, secara visual sangat sulit. Apabila
benih ditanam tanpa melalui proses pengujian mutu, maka perbedaan baru akan
terlihat setelah beih tumbuh di lapangan atau setelah tanaman berproduksi,
sehingga konsumen benih akan dirugikan karena kehilangan waktu, biaya dan
kemungkinan harus melakukan penanaman ulang (Kusmawardana dan Hidayati,
2019).
Benih merupakan salah satu input dasar dalam kegiatan produksi tanaman.
Berdasarkan sejarah, penggunaan benih oleh manusia menandai transisi dari
pengumpulan makanan secara nomaden ke sivilisasi berdasar pertanian. Proses ini
terjadi pada bagian dunia yang berbeda. Sivilisasi awalnya didasari atas tanaman
yang berbeda pula, misalnya gandum, barlet, lentil di Timur tengah, dan jagung di
Amerika Tengah. Domestikasi tanaan terjadi melalui proses seleksi, sehingga
berbagao tanaman terlah berkembang menjadi tipe baru, spesiel baru, pemulian
tanaman modern dan supkai benih merupakan tahapan lain dalam evolusi dan
domestikasi yang terus menerus (Fajeriana, 2020).
Biji (grain) dan Benih (seed) memiliki arti dan pengertian yang
bermacammacam, tergantung dari segi mana meninjaunya. Meskipun biji dan
benih memiliki jumlah, bentuk, ukuran, warna, bahan yang dikandungnya dan hal-
hal lainnya berbeda antara satu dengan lainnya, namun sesungguhnya secara
alamiah merupakan alat utama untuk mempertahankan/menjamin kelangsungan
hidup suatu spesies dialam. Secara botanis/struktural, biji dan benih tidak berbeda
antara satu dengan lainnya, keduanya berasal dari zygote, berasal dari ovule, dan
mempunyai struktur yang sama. Secara fungsional biji dengan benih memiliki
pengertian yang berbeda (Ilyas, 2012).
Biji adalah hasil tanaman yang digunakan untuk tujuan komsumsi atau
diolah sebagai bahan baku industri. Sedangkan benih adalah biji dari tanaman
yang diproduksi untuk tujuan ditanam/dibudidayakan kembali. Berdasarkan
pengertian tersebut maka benih memiliki fungsi agronomi atau merupakan
2
komponen agronomi, oleh karena itu benih termasuk kedalam bidang/ruang
lingkup agronomi. Dalam pengembangan usahatani, benih merupakan salah satu
sarana untuk dapat menghasilkan produksi yang setinggitingginya. Karena benih
merupakan sarana produksi, maka benih harus bermutu tinggi (mutu fisiologis,
genetik dan fisik) dari jenis yang unggul. Sebagai komponen agronomi, benih
lebih berorientasi kepada penerapan kaidah-kaidah ilmiah, oleh karena itu lebih
bersifat ilmu dan teknologi. Ilmu benih adalah cabang dari biologi yang
mempelajari tentang biji sebagai bahan tanam dengan segala aspek morfologi dan
fisiologisnya (Widajati,2014).
Benih memiliki pengertian yang berbeda untuk setiap bidang ilmu dan
tergantung sudut pandang peninjauannya. Benih di bidang budidaya
tanaman/agronomi merupakan fase awal dari siklus kehidupan tumbuhan/tanaman
yang digunakan sebagai bahan perbanyakan. Benih mengandung embrio sebagai
calon individu/generasi baru. Benih dapat dihasilkan baik secara seksual maupun
aseksual. Produksi benih secara seksual melalui peleburan/fusi gamet jantan dan
gamet betina. Produksi benih secara seksual diawali dengan proses penyerbukan
hingga pembuahan. Karakter keturunan yang dihasilkan biasanya akan sama
dengan induknya jika perjadi penyerbukan sendiri dan tetua memiliki konstitusi
genetik homozigot. Kemungkinan lain, individu yang dihasilkan memiliki
karakter rekombinasi dari kedua tetua (Widajati, 2014).
Benih yang diunduh adalah yang telah mencapai masak fisiologis yang di
tandai dengan warna buah hijau-kecoklatan dan sebagian buah sudah merekah.
Benih yang sudah diunduh kemudian diekstraksi dengan cara buah dijemur
sampai merekah (2-3 hari). Benih dikeluarkan dari kulit buah dengan cara buah
dimasukkan ke dalam karung kemudian dipukul-pukul atau diinjak-injak,
kemudian benih dipisahkan dari kulit buahnya secara manual.
Ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau
bahan pembungkus benih lainnya. Metode ekstraksi benih dari buah ditentukan
oleh karakteristik dari buah. Proses ekstraksi benih dapat berupa kegiatan-
kegiatan pelunakan dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan,
3
penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari
ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas
maksimum. Metode ekstraksi benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang
dihasilkan.(Yuniarti, 2016).
Ekstraksi benih dilakukan dengan cara dikeringanginkan di udara terbuka
selama 2 (dua) hari dan buah merekah dengan sendirinya dan benih mudah
dikeluarkan. Cara ini disebut dengan ekstraksi kering. Ekstraksi kering umumnya
diterapkan pada buah yang tidak berdaging, berbentuk polong, follicles, kapsul
dan kerucut/bersisik (Ningsih, dkk, 2018).
Ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau
bahan pembungkus benih lainnya. Metode ekstraksi benih dari buah ditentukan
oleh karakteristik dari buah. Proses ekstraksi benih dapat berupa kegiatan-
kegiatan pelunakan dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan,
penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari
ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas
maksimum. Metode ekstraksi benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang
dihasilkan. Ekstraksi benih mangium dapat dikategorikan sebagai cara kering.
Pada cara kering, benih dikeluarkan dengan mengeringkan buah dengan
menggunakan alat pengering (seed drier) atau dengan cara dijemur di bawah sinar
matahari (Husaini, 2017).
Ekstraksi benih dilakukan dengan cara pengeringan, yaitu dengan cara
dijemur di bawah sinar matahari dan dengan menggunakan alat pengering (seed
drier). Pengeringan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari dilakukan
selama 1, 2, 3, 4, dan 5 hari, sedangkan pengeringan dengan menggunakan seed
drier dilakukan selama 1, 2, 3, 4, dan 5 jam. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 4 ulangan masing-
masing 100 butir benih untuk uji perkecambahan, dan 4 ulangan masing-masing 5
gram benih untuk uji kadar air. Adapun parameter yang diamati meliputi produksi
benih dari polong, daya berkecambah, dan kadar air benih (Husaini, 2017).
4
baik, tidak keriput, keras, dan sudah masak, baik secara fisik maupun fisiologis.
Metode sortasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan viabilitas benih.
Salah satu cara untuk mendapatkan benih yang berkualitas baik yaitu dengan cara
menyeleksi benih berdasarkan berat atau ukuran benih. Sortasi benih dapat
dilakukan dengan menggunakan ayakan/mesh dan seed gravity table. Sortasi
benih dilakukan dengan memisahkan antara benih yang baik dengan benih yang
jelek serta dari kotoran lainnya (Yuniarti, 2016).
Tujuan sortasi adalah untuk meningkatkan dan menjaga kemurnian benih.
Sortasi benih dapat dilakukan berdasarkan pada sifat-sifat morfologi atau fisiologi
benih, misalnya dimensi (kecil, sedang, dan besar) atau berat benih. Sortasi benih
meliputi kegiatan pemilahan fraksi berdasarkan karakteristik fisik (kadar air,
bentuk, ukuran, berat, jenis, tekstur, warna, benda asing/kotoran), karakteristik
kimia (komposisi bahan, bau), serta kondisi biologis (jenis kerusakan oleh
serangga, jumlah mikroba, dan daya tumbuh khusus untuk benih). Sortasi secara
umum bertujuan untuk menentukan klasifikasi komoditas tertentu berdasarkan
mutu sejenis yang terdapat dalam komoditas itu sendiri (Yuniarti, 2016).
Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu
jenis atau kelompok benih. Mutu benih dibedakan menjadi tiga yaitu mutu fisik,
mutu fisiologis dan mutu genetis. Mutu fisik dan fisiologis benih-benih tanaman
hutan umumnya lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan mutu genetis.
Mutu fisik dan fisiologis benih menggambarkan kemampuan benih untuk
disimpan dan tumbuh sebagai kecambah normal (Ningsih, dkk, 2018).
Mutu fisik dan fisiologis merupakan cerminan dari rangkaian proses
penanganan benih dari mulai dari proses produksi sampai pengecambahan benih.
Sedangkan mutu genetik menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan
dari kinerja pemuliaan pohon. Mutu genetik juga didefinisikan sebagai tingkat
keterwakilan keragaman genetik suatu sumber benih. Untuk mempertahankan
mutu fisik-fisiologis benih hasil pemuliaan agar terjamin baik, diperlukan
penanganan benih secara tepat. Salah satu tahapan awal dalam kegiatan
penanganan benih yaitu kegiatan ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih
5
dari buah, polong, atau bahan pembungkus benih lainnya. Ekstraksi benih
merupakan proses memisahkan benih dari anggota reproduksi yang lain. Metoda
ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik dari masing-masing buah.
Proses ekstraksi dapat berupa kegiatan-kegiatan pelunakan daging buah dan
pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan,
pembuangan sayap, dan pembersihan (Yuniarti, dkk, 2016).
Pengujian mutu fisik benih sudah dilakukan pada beberapa jenis legum
diantaranya akasia, kaliandra, merbau, lamtoro, kayu kuku, angsana dan johar.
Selain legum, beberapa jenis tanaman seperti kranji, pulai dan mindi juga telah
diteliti. Di Sulawesi Tenggara, studi perbenihan juga telah dilakukan pada benih
tanaman kayu kuku, benatan, eha, Ormosia bancana dan lonkida (Murrinie,dkk.,
2017).
Penelitian penanganan dan pengujian benih penting dilakukan untuk
mengetahui kualitas benih dalam penyediaan benih untuk kebutuhan budidaya
jenis, menyediakan benih yang bermutu baik (fisik, fisiologis dan genetik) serta
menyiapkan kebutuhan benih pada kegiatan penanaman (Murrinie,dkk., 2017).
Penyimpanan bertujuan agar simplisia tetap tersedia setiap saat jika
diperlukan sewaktu-waktu dan juga sebagai stok bila hasil panen melebihi
kebutuhan. Selain itu juga bertujuan untuk mempertahankan kualitas fisik dan
kandungan senyawa bioaktif. Hal-hal yang menyebabkan keruskaan benih
tanaman obat adalah cahaya, reaksi kimiawi, oksidasi, dehindrasi, absorpsi air,
kontaminasi, serangga dan kapang. Cahaya pada anjang gelombang tertentu dapat
memengaruhi mutu baik fisik maupun kimiawi. Reaksi kimia bisa berupa
fermentasi, polimerisasi, atau auto oksidasi. Oksidasi disini maksudnya dapat
mengakibatkan teroksidasinya senyawa aktif sehingga kualitas dari bahan
mengalami penurunan (Wahyuni, dkk, 2021).
6
7
III. METODE PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum “Pengamatan dan Uji Mutu Fisik dan Fisiologis Benih :
Ekstraksi (Basah & Kering), Sortasi, Uji Mutu, dan Penyimpanan Benih” ini
dilakukan pada hari Senin, 30 Oktober 2022 Pukul 15.00-Selesai berlokasi di
Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Wadah, sebagai tempat penyimpanan buah yang akan di ekstraksi.
2. Pisau, sebagai alat untuk mengupas atau memisahkan biji dari daging buah.
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Pada praktikum pengamatan dan uji mutu fisik dan fisiologis benih ini
lanjutan dari praktikum sebelumnya yang mana kami melakukan pengunduhan
benih. Pada praktikum ini terdapat beberapa tahapan atau perlakuan yang
diberikan kepada buah tanaman Mahoni yang telah diunduh. Adapun klasifikasi
mahoni sebagai berikut mahoni (Azzaha, 2018) :
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Sapindales
9
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : Swietenia macrophylla King
Buah sebaiknya dipetik langsung dari pohon sebelum buah merekah atau
dapat juga benihnya dikumpulkan dari bawah tegakan sesaat setelah jaruh, Pada
umumnya buah diunduh dengan cara memanjat pohon mahoni dan mengunduh
benih yang telah masak fisiologis. Ekstraksi benih dilakukan dengan cara kering
yaitu buah diperam (after rifening) kemudian di jemur dibawah sinar matahari
selama 1 - 4 hari hingga merekah atau bisa dilakukan pemecahan secara manual
sampai benih keluar dari buah. Sayap benih dipotong sebagian tetapi tidak
sampaui merusak struktur bagian dalam benih (Hasan, 2017).
Setelah melakukan ekstraksi benih, yang selanjutnya dilakukan adalah
sortasi benih. Dimana sortasi benih ini dilakukan dengan memilih penampilan
benih yang baik, tidak keriput, keras, dan sudah masak, baik secara fisik maupun
fisiologis pada buah jati putih. Metode sortasi juga merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan viabilitas benih. Salah satu cara untuk mendapatkan benih
yang berkualitas baik yaitu dengan cara menyeleksi benih berdasarkan berat atau
ukuran benih.
Keberhasilan tanaman mahoni untuk program rehabilitasi hutan dan lahan
ini membutuhkan benih atau bibit yang bermutu. Mutu benih tersebut dapat
dicerminkan dari tiga aspek, yaitu mutu fisik, fisiologis, dan genetik. Mutu fisik
benih diukur dari kebersihan benih, bentuk, ukuran, dan warna cerah yang
homogeny serta benih tidak mengalami kerusakan secara mekanis atau kerusakan
karena serangan hama dan penyakit. Mutu fisiologis diukur dari viabilitas benih,
kadar air, maupun daya simpan benih. Sedangkan mutu genetik diukur dari
tingkat Kemurniannya (Salam, 2017).
Sebelum dilakukan penyimpanan, kadar air benih harus diturunkan
rerlebuh dahulu benih dijernur selama 1-2 hari lalu kering-anginkan selama l hari
hingga kadar air rnencapai 5%-8%. Kernudian benih dapat disimpan dengan
memasukkan ke dalam wadah kedap udara dan disirnpan di ruang ber AC suhu I
8°C-20°C, kelembaban nisbi 70% atau disimpan di ruang DCS (dryc old storage)
suhu 4°C - 8°C dengan kelembaban nisbi 40%-50%. Pengendalian hama dan
10
penyakit benih saat penyimpanan dapat dilakukan dengan selalu mernpertahankan
kadar air benih mahoni 5-8%. Sedangkan jika timbul cendawanAspergillus sp.,
Botryodoplodia sp., Curvularia sp. dan Fusarium sp. pada benih, pengendaliannya
dapat dilakukan dengan cara pemberian benomil 50% atau 25 gram dari berat total
benih (Hasan, 2017).
11
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari praktikum ini yaitu :
1. Pada praktikum ini diberikan Penanganan benih yang meliputi : Sortasi
buah/polong, ekstrasi benih, pembersihan benih, sortasi benih, pengeringan
benih. Sortasi buah/polong merupakan kegiatan pemisahan buah/polong yang
susah masak dari yang belum/kurang masak, kemudian dimasukkan kedalam
wadah yang terpisah. Ekstrasi benih merupakan proses pengeluaran benih dari
buahnya/polongnya. Cara ekstraksi berbeda-beda tergantung dari jenis pohon,
dapat dilakukan dengan bantuan alat dan harus dilakukan dengan hati-hati
untuk mencegah kerusakan benih.
2. Sortasi benih yaitu pemilahan benih berdasarkan berat dan ukuran benih.
Metode ekstraksi dan sortasi benih akan mempengaruhi mutu fisik dan
fisiologis benih yang dihasilkan. Tujuan sortasi dari sortasi benih itu sendiri
adalah untuk meningkatkan dan menjaga kemurnian benih.
3. Uji mutu Fisik benih merupakan pengujian yang meliputi uji kemurnian, uji
bobot 1000 butir benih. Pengujian kemurnian benih juga merupakan pengujian
yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih
tanaman lain dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari
ketiga komponen benih tersebut.
4. Cara penyimpanan benih yang baik yaitu mempertahankan viabilitas benih
selama periode simpan yang lama, sehingga benih ketika akan dikecambahkan
masih mempunyai viabilitas yang tidak jauh berbeda dengan viabilitas awal
sebelum benih disimpan, menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya
kecambah tetap tinggi), serta melindungi biji dari serangan hama dan jamur.
5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum untuk pengamatan dan uji mutu fisik dan
12
fisiologis benih selanjutnya agar dalam proses ekstraksi benih menyediakan benih
pada setiap tanaman yang digunakan pada praktikum sehingga dapat memudahkan
proses praktikum khususnya dalam proses ekstraksi, sortasi khususnya dalam uji
mutu fisik dan fisologis benih.
13
DAFTAR PUSTAKA
Husaini, A., Widiarti, W. 2017. Respon Umur Panen Dan Jenis Ekstraksi
Terhadap Mutu Benih Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescent
L). Agritop, 15(1)
Ilyas, S. 2012. Ilmu dan teknologi benih: Teori dan hasil penelitian. PT Penerbit
IPB Press.
Wahyuni, A., Simarmata, M. M., Isrianto, P. L., Junairiah, J., Koryati, T., Zakia,
A., ... & Herawati, J. (2021). Teknologi dan Produksi Benih. Yayasan Kita
Menulis.
Widajati, E. 2014. Dasar ilmu dan teknologi benih. PT Penerbit IPB Press.
14