kliping PAI
kliping PAI
kliping PAI
‘’
sejarah
daulah
abbasiya
h ‘’
Oleh :
Qurrotul a’yun
Al-Mahdi (775-785 M)
Muhammad Al-Mahdi bin Al-Manshur. Ibunya bernama
Arwa binti Manshur Al-Himyariyah. Lahir pada 126 H
(744 M) di Hamimah.
Al-Hadi (775- 786 M)
Abu Muhammad, Musa bin al-Mahdi al-Hadi adalah
Khalifah Bani Abbasiyah yang menggantikan ayahnya
Al-Mahdi dan memerintah antara tahun 785 sampai
kematiannya pada 786 M.
Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24
Maret 809, di Thus, Khurasan. Penerus Muhammad harun
al amin. Ayahnya bernama Muhammad mansur al mahdi,
dan Ibunya bernama Al-khayzuran.
Al-Ma'mun (813-833 M)
Abū al-ʿAbbās ʿAbd Allāh bin Hārūn ar-Rašīd lahir14
September 786 – 9 Agustus 833, lebih dikenal dengan
gelarnya, al-Ma'mun. Ayahnya adalah Harun Ar-Rasyid
dan Ibunya Umm Abdullah Marajil.
Al-Mu'tashim (833-842 M)
bergelar Abu Ahmad dan bernama lengkap Abdullah
bin al-Mustanshir Billah (lahir 1213 - 20 Februari 1258)
adalah khalifah terakhir Bani Abbasiyah di Baghdad;
dia berkuasa dari 1242 hingga 1258. Lalu kekuasaaan
pindah dari Baghdad ke Kairo Mesir 1261, estafet.
Al-Watsiq (842-847 M)
menjabat antara 842 sampai 847. Ia menggantikan
ayahnya al-Mu'tasim Billah, dan meninggal pada 10
Agustus 847 M.
Al-Mutawakkil (847-861 M)
Ja'far al-Mutawakkil adalah putra al-Mu'tasim Billah
dan seorang wanita Persia. Ia menggantikan
saudaranya al-Watsiq.lahir 31 Maret 822 M,dibunuh 11
Desember 861 M.
Masa keemasan Daulah Abbasiyah :
Masa keemasan Daulah Abbasiyah terjadi pada masa tujuh
khalifah setelah al-Mansur, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi
(775-786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma’mun (813-833
M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-
Mutawakkil (847-861 M). Pada masa-masa itu, sejarah Islam
mencapai puncak kejayaan. Beragam ilmu pengetahuan tumbuh
dan berkembang pesat dan menjadi pondasi utama
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa-masa sesudahnya.
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu dapat
dipetakan menjadi dua, yakni disiplin ilmu keislaman dan ilmu
umum. Disiplin ilmu keislaman terdiri dari ilmu kalam, fikih,
tasawuf, dan hadis. Sementara ilmu umum yang berkembang
pada saat itu sangat luas seperti astronomi, kedokteran,
matematika, dan ilmu-ilmu sosial.
Para sejarawan mencatat bahwa masa-masa awal Daulah
Abbasiyah, khususnya di masa Khalifah Harun al-Rasyid dan al-
Makmun, merupakan masa keemasan Islam. Masa itu ditandai
dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan
di dunia Islam. Pusat-pusat intelektual seperti madrasah,
perpustakaan, observatorium, halaqah tumbuh di seantero
negeri.
Karya-karya tulis di berbagai bidang ilmu terus bermunculan.
Perkembangan ilmu pengetahuan ini berdampak pada kemajuan
peradaban Islam pada saat itu. Ketika jalan-jalan di Eropa masih
gelap dan becek akibat gerimis, Baghdad dan kota-kota besar
Islam lainnya sudah terang benderang dan tertata rapi. Saat para
pengeran Eropa masih belajar menulis namanya, ilmuwan-
ilmuwan muslim sudah menghasilkan ribuan karya di berbagai
bidang ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Abbasiyah :
1. Mendirikan Bait al-Hikmah (perpustakaan) sebagai pusat
perkembangan ilmu pengetahuan. Di sini terjadi aktivitas
membaca, berdiskusi, dan menulis dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan .
2. Memberikan gaji yang besar kepada para ilmuwan untuk
mengembangkan karya ilmu pengetahuan.
3. Membiayai kegiatan penerjemahan buku-buku ilmu
pengetahuan dari berbagai peradaban lain, seperti Yunani,
Mesir, dan Persia.
4. Menciptakaan keterbukaan dan memberikan kebebasan
akademik kepada para ilmuwan. Mereka bebas
mengeksplorasi nalar kritis dan kreativitasnya dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini mengakibatkan
budaya debat, tukar pikiran, dan kritik, tumbuh subur serta
berdampak positif bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan.
5. Daulah Abbasiyah membuka kesempatan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan secara luas. Tidak ada
pembatasan sumber ilmu. Ilmu pengetahuan bisa
dikembangkan dari mana saja, termauk dari Yunani dan
India yang memiliki agama kebudayaan yang berbeda. Tidak
ada juga pembatasan penggunaan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan digunakan ke manapun tanpa ada sekat
agama maupun suku bangsa.
6. dimulainya sistematisasi beberapa cabang keilmuan seperti
Tafsir, Hadits dan Fiqh.
7. Pendidikan dan pengajaran Islam sangat berkembang pesat
di seluruh negara Islam.
8. Berkembangnya baragam ilmu pengetahuan.
9. Menjadi tempat rujukan studi bagi masyarakat internasional.
Tepat di tengan kota bundar itu dibangun Istana Emas (al-Qasr al-
zzahabi). Sementara itu, di tepi timur sungai Tigris, dibangun
Istana Al-Rusafah untuk putra Al-Mansur, yaitu putra mahkota
Muhammad al-mahdi. Disekitar istana pun segera tumbuh
kawasan baru yang dikenel dengan nama Al-Khuld (rumah surga).
Kawasan in dibatasi oleh taman-taman luas yang terletak di
sepenjang teri barat. Belakangan, juga tumbuh atraksi kota
seperti pacuan kuda dan polo (permainan persia). Disekitar kota,
dibangun pohon perak yang kokoh dengan burung-burung
mekanis yang beryanyi. Selain itu dibangun pula kebun binatang
buas, dengan taman berpagar untuk singa, gajah, burung merak,
macan tutul, dan jerapah.
Bagdad benar-benar tumbuh menjadi kota Metropolitan. Tak ada
satupun kota di dunia pada saat itu yang mampu menandingi
Bagdad. Sebagai kota Metropolitan tempat berkumpulnya
masyarakat internasional, banyak seni ynag bekembang di
Bagdad. Namun sayangnya tidak banyak artefak seni yang dapat
ditemukan. Sebagian besar rusak karena perang saudara antar
Al-Amin dengan Al-Makmum. Dan sebagian lainya dihancurkan
oleh tentara Mongol yang meyerbu dan menguasai Bagdad pada
tahun 1258 M.
3. Seni industri
Seni industri yang berkembang pada masa itu di
antaranya permadani dan keramik. Permadani Bagdad
terkenal sangat indah, bahkan sampai sekarang. Salah
satu produk yang sangat disukai pada saat itu adalah
permadani dengan gambar pemandangan berburu dan
taman. Industri permadani ini menunjukkan
berkembangnya industri terkait, seperti kain tenun,
pewarna, dan tekstil. Demikian pula dengan industri
keramik, termasuk piring, cangkir, vas, guci, dan lampu
hias yang banyak digunakan di rumah-rumah maupun
masjid. Seni permadani dan keramik banyak dipengaruhi
oleh budaya persia.
4. Seni kaligrafi
Seni kaligrafi mulai berkembang sejak abad ke-2 dan ke-3
hijriyah. Seni kaligrafi murni berkembang dari tradisi
islam, yakni bersumber dari ayat-ayat Al-Qur’an. Sejak
kemunculannya, seni kaligrafi menjadi sangat diminati .
Kemunculan seni kaligrafi pun menyebabkan pamor seni
patung dan lukis menurun. Melalui seni kaligrafi, umat
islam mencapai saluran bagi sifat seninya. Para seniman
muslim meyakini bahwa mereka tidak boleh
mengekspresikan jiwa seninya melalui representasi
benda-benda yang bernyawa. Karenanya seni kaligrafi
pun berkembang sangat pesat. Kaligrafer memengang
posisi martabat dan kehormatan di mata para penguasa.
Para penguasa meyakini bahwa dengan seni kaligrafi itu
mereka akan mendapatkan pahala agama dengan
menyalin Al-Qur’an.
5. Seni musik
Seni musik juga berkembang pada masa Daulah
Abbasiyah. Khalifah Harun ar-rasyid selain menggaji para
penerjamah juga menggaji para musisi untuk bermain
musik di istananya. Philip K.hitti mencatat bahwa khalifah
Harun ar-rasyid pernah menyelenggarakan suatu festival
di Bagdad yang yang dimeriahkan oleh dua ribu penyanyi.
Khalifah Al-amin yang pernah menyelenggarakan festival
yang sama. Khalifah Al-makmum pun dikabarkan suka
mendengarkan musik di istana. Alat musik yang sering
sering digunakan adalag kecapi dan biola. Sementara lagu
dinyanyikan oleh seorang penyanyi perempuan di balik
tirai.