Dinasti Abbasiyah Tugas Spi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Nama : Eka Putri Nur habibah (D01219019)

Prodi : Pendidikan Agama Islam

DINASTI ABBASIYAH

A. Asal Usul Dinasti Abbasiyah

Pasca runtuhnya Dinasti Umayyah, lahirlah Dinasti Abbasiyah yang menggantikan


kekuasaannya. Dinasti Abbasiyah ini adalah penerus dari paman Nabi saw, Abbas bin Abdul
Muttalib. Munculnya Dinasti ini mengingatkan para pengikutnya akan kebesaran nama Nabi
Muhammad saw. yang telah berjuang dan berkorban sepenuh jiwa raga demi tegaknya agama
Islam. 1

Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari Dinasti


Umayyah. Dinasti Umayyah di gulingkan oleh berbagai gerakan oposisi yang mungkin
merasa lebih berhak atas kekhalifahan Islam. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak sebab
mereka merupakan cabang dari Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat
dengan Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah satu seorang dari
paman nabi Muhammad saw. yang bernama Abbas bin Abdul Muttalib bin Hasyim.2

(analisis/komentar) Kekuasaan Dinasti Abbasiyah, sebagaimana disebutkan adalah


melanjutkan pemerintahan Dinasti Umayyah. Karena pada masa Dinasti Umayyah Bani
Abbas sudah mulai melakukan perebutan kekuasaan sebab adanya oposisi bahwa Bani Abbas
merasa lebih berhak atas kekhalifahan Islam. Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini
menurut saya dalam kepemimpinan umat islam lebih dari sekedar penggantian Dinasti. Ia
merupakan refolusi dalam sejarah Islam.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.

1
Ngatmin Abbas Wahid Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan lsam, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2017), hal. 95.
2
Ibid,.96.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi
masa pemerintahan Bani Abbas menjadi 5 periode:3

1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/1055 M), masa kekukasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani
Saljuk dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 665 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Bagdad.4

(analisis atau komentar) masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah memang cukup lama
sekitar lebih dari 5 abad. Menurut saya untuk dapat berkuasa selama itu dan
menaklukkan Muawiyah tidaklah mudah. Dinasti Abbasiyah ini didirikan oleh
Abdullah al-Saffah, dan menurut pendapat saya Kelompok Abbasiyah lebih pantas
untuk memegang tonggak kekuasaan dibandingkan dinasti Umayyah karena mereka
tadalah keturunan Bani Hasyim yang lebih dekat dengan Nabi Muhammad.

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang meewarisi kekuasaan dari Bani


Umayyah setelah 90 tahun kekuasaannya dengan corak Arab-sentris menjadi
pemerintahan yang lebih homogen. Hal ini memungkinkan bagi dinasti baru ini untuk
melakukan trobosan besar karena segalanya telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah
yang besar dan Abbasiyah yang memanfaatkannya. Pergantian tersebut dalam

3
Bojena Gajane Stryzewska, Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, (Beirut: Al-Maktab Al-Tijari, Tanpa Tahun), hal. 360.
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 50.
konteks kepemimpinan Islam lebih dari sekadar perubahan dinasti, juga revolusi
besar dalam sejarah Islam menyamai beberapa revolusi didunia, seperti revolusi
Prancis dan revolusi Rusia dalam sejarah Barat.5

Ibnu Jarir at-Thabari berkata, “Awal kekhalifahan bani Abbas adalah Rasulullah
memberi tahu kepada Abbas, pamannya, bahwa khalifah ada di tangan anak cucunya.
Sejak itulah Bani Abbas membayangkan datangnya khilafah tersebut.” 6

(analisis/komentar) menurut saya karena adanya pernyataan dari Ibnu Jarir at-
Thabari yang mengatakan bahwa Rasulullah memberi tahu kepada Abbas bahwa
khalifah adalah berada di tangan cucunya, inilah penyebab bani Abbasiyah sangat
beroposisi untuk menguasai dan merubut kekuasaan islam dari tangan Bani
Umayyah.

B. Sistem Pemerintahan Dinasti Abbasiyah

Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya.


Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan
politik dan agama sekaligus. Disisi lain, kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat
tertinggi.periode ini juga berhasil menyiapkan landasan landasan bagi perkembangan filsafat
dan ilmu pengetauhan dalam Islam. Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani
Abbas mulai menurun dalam bidang politik., meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus
berkembang. 7

Masa pemerintahan Abu Al-Abbas, pendiri dinasti ini, sangat singkat, yaitu dari tahun
750 M sampai 754. Karena itu pembina sebenarnya ari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far
Al- Mansur (754-775 M) Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah,
Khawarij, dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. 8

5
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), hal. 257
6
Ngatmin Abbas Wahid Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan lsam, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2017), hal. 96.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 50.
8
Ibid,. 50.
(analisis/komentar) pelantikan Abu Al-Abbas As-Saffah ini mengingatkan kita pada
sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam musnad-nya. Dari Abu Said Al-
Khudri, Rasulullah Saw bersabda : “akan muncul pada suatu zaman yang carut marut dan
penuh dengan petaka, seorang penguasa yang disebut dengan As-Saffah. Dia suka memberi
harta dengan jumlah yang banyak.” As-Saffah ini menurut sebuah riwayat berarti orang
yang dengan sifat tidak mengenal rasa belas kasian kepada bani Umayyah karena dengan
teganya membunuh keturunan dari Bani Umayyah.

Pada mulanya, ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk
lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, Al-Manshur
memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Bagdad, dekat bekas ibu kota
Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas
berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di kota yang baru ini Al-Mashur melakukan
konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk
menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia
menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebangai koordinator departemen, Wazir
pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga
membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara dan dan kepolisian negara di samping
membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abd Al-Rahman sebagai
hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa Dinasti
Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk
mengantar surat, pada masa Al-Manshur, jawatan pos ditugasakan untuk menghimpun
seluruh informasi di daerah-daerah, sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.
Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada
khalifah.9

Khalifah Al-Mashur berusaha menaklukan kembali daerah-daerah yang sebelumnya


membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan.
Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia,
wilayah Coppadocia, dan cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara, bala tentaranya melintasi
pegunungan taurus dan mendekati selat Bosporus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar

9
Ibid,. 51.
Constantine V dan selama genjatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan.
Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut
Kaspia, Turki di bagian lain Oskus dan India.10

(Analisis atau komentar) dari gambaran diatas Bani Abbasiyah pada periode pertama
ini menurut saya lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayah. Disamping itu ciri-ciri dinasti Abbasiyah yang menonjol yang tidak ada
pada zaman dinasti Umayyah adalah;

1. Dengan berpindahnya ibukota dari Al-Hasyimiyah ke Bagdad, pemerintahan Bani


Abbas jauh dari pengaruh Arab Islam.
2. Dalam penyelenggara Negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang
membawahi kepala-kepala dapartemen. Jabatan ini tidak ada dalam pemerintahan
Bani Umayyah.

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-


Rasyid (786-809 M) dna puteranya Al-Ma’mum (813-833 M). Kekayaan yang banyak di
manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan
dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang
dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga di bangun. Tingkat kemakmuran
yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudaaan serta kesusasteraan berada pada zaman
keemasannya. Pada masa inilah Negara islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat
dan tak tertandingi. Al- Ma’mum, pengganti Al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat
cinta kepada ilmu,. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan bubuku-buku asing
digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah
dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan
sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah,
pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang

10
Carl Brockelmann, History of the Islamic Peoples, (London: Routledge & Kegan Paul, 1982), hal. 111.
besar. Pada masa Al-Ma’mum inilah Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. 11

(analisis / komentar) seperti yang telah diuraikan diatas system system pemerintahan
khalifah yang berbeda-beda ini tidaklah semua berjalan ancar tanpa halangan apapun. Disini
terdapat banyak tantangan dan gerakan politik yang sangat mengganggu stabilitas ini semua
berasal dari kalangan Bani Abbas sendiri, adapun yang dari luar. Gerakan itu seperti sisa-sisa
Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi Al-Khawarij di Afika Utara,
gerakan Zindik di Persia, gerakan Syi’ah. Dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran
keagamaan, semua dapat dipadamkan. Sebagaimana dilihat dari uraian diatas bahwa puncak
perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa Bani Abbas.

C. Kemajuan Peradaban, Sains, dan Ekspansi

Kemajuan dinasti Abbasiyah dalam bidang agama, filsafat, dan sains tidak bisa
dilepaskan dari keberadaan kota Baghdad sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Baghdad adalah sebuah kota yang didirikan atas inisiatif al-Mansur yang terletak disebelah
barat sungai Trigis dikerjakan selama empat tahun oleh 100 ribu karyawan dan arsitektur
12
dengan biaya 4000,833 dirham. Selain sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan,
Baghdad juga sebagai pusat perdagangan.

Kemajuan Islam zaman Abbasiyah ini banyak dirintis oleh khalifah Ma’mum (813-
833 H) dengan mendirikan pusat kerajaan ilmu pengetahuandan teknologi dengan nama
“Darul Hikmah” 13 Darul Hikmah ini berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat kerajinan dan
sebagai kantor untuk penterjemahan bahasa non Arab ke dalam bahasa Arab. Dalam
penterjemahan bahasa ini dipimpin oleh Hunain bin Ishaq.

(analisis/komentar) menurut saya karena letak dinasti Abbasiyah yang strategis yaitu
berada di kota Baghdad membuat kekayaan dinasti Abbasiyah itu berlimpah, kekuasaan
Islam pun meluas dan bertambah besar hingga keseluruh penjuru dunia selain itu juga
kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga banyak ilmuan yang

11
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 53.
12
Ah.Zakki Fu’ad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal.142.
13
Ibid,.142.
berkunjung. Selain itu dengan diterjemahkannya buku non Arab ke dalam bahasa Arab
memudahkan umat Islam untuk memahami dan menyerap isi buku.

Kemajuan Dinasti Abbasiyah di berbagai bidang adalah sebagai berikut;

1. Kemajuan ilmu-ilmu Agama

Pada zaman dinasti Abbasiyah ini dikenal sebagai zaman keemasan dimana ilmu
pengetahuannya khususnya ilmu agama berkembang sangat pesat dan banyak pula tokoh-tokoh
ilmu agama yang muncul. Ilmu Agama meliputi, ilmu Tafsir, ilmu Hadist, ilmu Kalam/Teologi,
dan ilmu Tasawuf.

(analisi/komentar) kemajuan pada ilmu agama ini memunculkan banyak tokoh-tokoh pada
masing-masing ilmu agama, seperti pada bidang ilmu Tafsir, ahli Tafsir yang terkemuka pada
zaman dinasti Abbasiyah adalah Abu Yunus Abdus Salam Al Qozwani. Pada bidang Hadist,
hadist sebagai sumber hukum hukum setelah Al-Qur’an. Begitupun di dalam ilmu agama yang
lain juga mengalami perkembangan.

2. Kemajuan Filsafat dan Sains

Dapat diketahui bahwa pada masa dinasti Abbasiyah ilmu pengetahuan telah banyak
mengalami perkembangan dan kemajuan dengan sangat pesat, hal ini dikarenakan letak ibukota
yang strategis. Selain itu juga dukungan dari para khalifah untuk kemajuan ilmu pengetauan.

Faktor yang paling menonjol dari dari perkembangan ini adalah adalah dengan
dikembangkannya penterjemahan kitab-kitab non Arab ke dalam bahasa Arab yang telah dirintis
oleh khalifah Ja’far Al-Mansur. Dengan memperkerjakan para ahli terjemah, daintaranya Fade
Naubakt, Abdullah bin Muaqaffa’, yang pada akhirnya ilmu-ilmu dari Barat bisa di pahami oleh
masyarakat umum. 14

Pada zaman Dinasti Abbasiyah Filsafat berkembang pesat karena pada zaman Al-Ma’mum
dan Ar-Rasyid kitab filsafat khususnya Yunani telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Yang perlu di garis bawahi adalah, para ilmuwan muslim tiada mengambil filsafat Yunani
secara keseluruhan tetapi mengadakan perubahan dengan disesuaikan ke dalam ajaran Islam,
sehingga menjadi Filsafat Islam. 15

Yang tepenting dalam perkembangan Filsafat ini hanya munculnya golongan rahasia
(Jamiatus Sirriyah)yang bernama “IHWAN AS-SAFA” yang bergerak dalam ilmu pengetahuan
khususnya Filsafat. 16

(analisis/komentar) Orang-orang muslim dalam bidang Filsafat ini masih banyak mengambil
Filsafat dari Filsafat nya orang-orang Yunani. Pengambilan dari Filsafat Yunani ini hanya
digunakan untuk perbandingan dan rujukan para filsuf untuk dapat menciptakan suatu filsafat
Islam.

3. Kemajuan Sains dan Teknologi

Dalam bidang sains dan teknologi orang Yunani lebih unggul daripada orang-orang Arab.
Perkembangan Ilmu Prngetahuan dan Sains ini ditandai dengan berdirinya Universitas Islam di
daerah Iraq dan Baghdad.

a. Ilmu Kedokteran

Ilmu kedokteran telah berkembang pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid yang ditandai dengan
dibangunnya rumah sakit oleh Harun. Dan terus berkembang hingga menjadi 34 rumah sakit.
Selain itu dibentuk juga klinik-klinik berjalan yang melayani pengobatan di penjuru negeri
khususnya untuk orang-orang yang kurang mampu. Ulama yang terkenal pada zaman ini adalah
Ar-Razi dan Ibnu Sina.

14
Ibid,.149.
15
Ibid,.149.
16
Ibid,.150.
b. Ilmu Kimia

Ulama yamg terkenal pada bidang Kimia ini adalah Jabir Ibnu Hayyam yang disebut sebai
Bapa Ilmu KimiaArab. Jabir bin Hayyam merupakan perintis eksperimen pertama dalam dunia
Islam. Diantara eksperimennya yang kemudian menjadi teori adalah : Teori Sublimasi,Teori
Pengasaman, Teori Penyulingan, Teori Penguapan, Teori Pelelehan, dan beliau dikenal dengan
penemu Karbit.17

(analisis/komentar) oleh karena banyaknya penemuan baru yang ditemukan oleh Jabir bin
Hayyam dan para ilmuwan lainnya membuat keadaan Dinasti Abbasiyah ini bertambah sejahtera
dan bertambah baik. Karena eksperimen yang di lakukan Jabir bin Hayyam banyak diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ilmu Astronomi

Ulama yang ahli pada bidang astronomi adalah Al-Khawarizmi (wafat 846) beliau banyak
membuat tabel-tabel tentang letak Negara, peta dunia, penetapan bujur-bujur panjang semua
tempat dimuka bumi ini sekaligus mengukur jarak antara Negara satu dengan Negara yang lain.18
Ilmu Astronomi pada awalnya digunakan untuk menentukan arah kiblat namun, seiring dengan
berjalannya waktu membuat ilmu Astronomi digunakan para pedagang, pelaut dan tentara untuk
menyebarkan agama di luar negeri.

(analisis/komentar) dengan adanya ilmu Astronomi ini para pedagang muslim bisa sampai
negeri Tiongkok dengan melalui jalur laut. Dengan ditemukannya ilmu Astronomi umat islam
bisa menjual hasil pertaniannya hasil kerajinanya sampai ke Tiongok. Ini membuktikanbahwa
ditemukannya ilmu Astronomi juga membawa dampak kemajuan.

4. Kemajuan Bidang Politik

Kebijakan politik bano Abbas yang memberikan tempat terhormat kepada Mawali ternyata
tidak diikuti dengan prilaku yang sama kepada bangsa sendiri, keturunan Arab. Sejak dini
khalifah pertama Bani Abbas telah menerapkan politik bumi hangus kepada bani Umayyah dan
meminggirkan kaum alawiyah (keturunan Sayyidina Ali) dari percaturan elit birokrasi.

17
Ibid,.153..
18
Ibid,. 154.
Mengenai sistem suksesi kekhalifahan, Bani Abbas tetap menganut Monarchi. Memang
harus diakui, bahwa pengangkatan Abul Abbas menjadi khalifah pertama adalah atas dasar
Bai’at dan ketetapan pemilihan, tetapi untuk penggantinya mulai dari khalifah kedua dan
seterusnya sudah ditetapkan berdasarkan keputusan keluarga. 19

(analisis/ komentar) bani Abbas menggunakan system pemerintahan monarki adalah untuk
menjaga keutuhannya agar tiak direbut oleh orang lain terutama kaum Alawiyah yang berusaha
untuk mencari kedudukan atau tahta.

5. Kemajuan Bidang Ekonomi

Ada tiga sektor yang dikembangkan pada masa dinasti Abbasiyah yaitu pertanian,
industri, dan perdagangan.

a. Sektor Pertanian

Hal ini ditandai dengan adanya suatu gerakan yang disebut dengan Revolusi Hijau
yang dilakukan didaerah-daerah subur di lembah sungai dajlah dan effrat.dimulai dengan
membangun bendungan dank anal. Sedangkan untuk mempermudah angkutan pertanian
maka dibangunlah sarana perhubungan ke seluruh penjuru baik darat maupun sungai.

b. Sektor Industri

Kebijakan Bani Abbas di sektor pembangunan industri pada prinsipnya mengacu


pada penggalian sumber daya alam dengan memanfaatkan tenaga-tenaga insani yang
20
mulai terdidik dibidang penguasaan teknologi padat karya. Sifat industri yang
dikembangkan pada masa ini masih menggunakan bahan baku, atau dikenal dengan
industry hulu, yakni dalam bidang penambangan. Sedangkan dalam industry hilir dalam
pembuatan barang jadi masih terbatas karena masih dengan cara manual.

(analisis/komentar) walaupun kalau dilihat dari perkembangan industrinya yang


tergolong konvensional, namun ini sudah termasuk cukup maju. Dilihat dari sektor

19
Ibid,. 158.
20
Ibid,. 160.
pertambangannya, kegiatan pembangunan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat telah
berhasil.

c. Sektor Perdagangan

Posisi kota Baghdad yang berdekatan dengan titik temu sungai Dajlah dan Efrat
mempermudah hubungan antar wilayah bahkan antar Negara melalui jalur pelayaran.
Karena itu, Baghdad merupakan pusat perdagangan yang strategis untuk melakukan
kegiatan ekspor dan impor di zaman itu. 21

(analisis/komentar) karena letak kota Baghdad yag sangat strategis bisa di


pastikan bahwa kota Baghdad banyak dikunjungi orang-orang, ini menunjukkan bahwa
betapa luasnya hubungan dagang yang di lakukan oleh khalifah-khalifah. Ini juga
menunjukkan bahwa beragamnya sumber kekayaan pemerintah Bani Abbas.

D. Tokoh-Tokoh dalam Ilmu Pengetahuan


1. Ibnu Sina (ahli kedokteran muslim)
2. Abu Yunus Abdus Salam Al Qozwani (ahli tafsir)
3. Abu Huzail al-Allaf (ilmu kalam)
4. Imam Abu Hanifah (ilmu fiqih)
5. Imam Malik (ilmu fiqih)
6. Imam Syafi’I (ilmu fiqih)
7. Imam Ahmad bin Hambal (ilmu fiqih)
8. Al-Qusyairi (ilmu tasawuf)
9. Abu Haffas Umar bin Muhammad Sahabuddin (ilmu tasawuf)
10. Imam al Ghazali (ilmu tasawuf)
E. Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti Abbasiyah diantaranya


adalah dibagi menjadi faktor internal dan eksternal

1. Faktor Internal

Beberapa faktor internal yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah ;


21
Ibid,. 161.
a. Kemewahan hidup di kalangan penguasa

Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai


Bani Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup
mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah
daripada pendahulunya. Kondisi ini memberi peluang pada tentara professional Turki
untuk mengambil alih kendali pemerintahan.22

(analisis/komentar) karena pencapaian yang sangat besar dan maju pada dinasti
Abbasiyah menjadikan kekayaan yang berlebih, karena kekayaan yang sangat banyak
itu membuat para penguasa hidup mewah begitupun khalifah-khalifah seterusnya
ingin lebih mewah daripada khalifah sebelumnya.

b. Melebihkan Bangsa Asing dari Bangsa Arab

Keluarga Abbasiyah memberikan pangkat dan jabatan Negara yang penting-


penting dan tinggi-tinggi, baik sipil atau militer kepada bangsa Persia. Mereka itu
sebagian besar diangkat menjadi wazir, panglima tentara, wali provinsi, hakim-hakim dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, umat Arab benci dan amarah kepada khalifah-khalifah
serta menjauhkan diri dari padanya. Kebengisan keluarga Abbasiyah menindas dan
menganiaya keluarga bani Umayyah dan perbuatan mereka memusuhi kaum Alawiyin,
kian menambah amarah dan sakit hati mereka. 23

(analisis/komentar) karena sikap dari Bani Abbasiyah yang lebih menghormati


dan meninggikan bangsa asing ini mejadikan iri hati atau tidak terima dari bangsa Arab.
Sehingga menimbulkan kebencian dan kemarahan dari bangsa Arab.

c. Angkara Murka terhadap Bani Umayah dan Alawiyin

Keluarga Abbasiyah melakukan siasatnya dengan menindas dan menganiaya Bani


Umayah dan memusuhi kaum Alawiyin yang mengakibatkan kerugian bagi diri
sendirinya. Mereka lupa bahwa berdirinya Bani mereka adalah hasil kerja sama dengan

22
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2008), hal.61.
23
A Latif Osman, Ringkasan Sejarah Islam, ( Jakarta: Widjaya, 2000), hal.128.
keluarga Alawiyin yang tiada sedikit jasanya kepada mereka dalam menjauhkan
kekuasaan Bani Umayyah. 24

(analisis/komentar) akibat penindasan ini menjadi keduanya bermusuhan yaitu


keluarga Abbasiyah dan Alawiyin. Dan terjadilah pepeprangan permusuhan dan
pemberontakan di seluruh negeri-negeri.

d. Perebutan Kekuasan antara Keluarga Bani Abbasiyah

Banyak sajrawan yang menyatakan bahwa perebutan kekuasaan antara keluarga


Bani Abbasiyah ialah ketika terjadinya perang saudara antara al-Amin dan al-Makmum.25

(analisis/komentar) kalau kita cermati lagi terlihat bahwa perebutan kekuasaan ini
terjadi pada khalifah Musa al-Hadi yaitu ketika Musa Al-Hadi ingin membatalkan putra
mahkota yang diberikan Khalifah Al-Mahdi kepada Harus Ar-Rasyid dan membaiatnya
putranya sendiri yaitu Jafar. Tetapi ini belum kesampaian dilakukan khalifah Al Mahdi
karena sudah meninggal.

e. Pengaruh Bid’ah-Bid’ah Agama dan Filsafat

Beberapa orang khalifah Abbasiyah seperti Al-Makmum, Al-Muktasim dan Al-


Wasiq amat terpengaruh oleh bid’ah-bid’ah agama dan pembahasan-pembahasan
filsafat.26

(analisis/komentar) adanya pengaruh bid’ah ini menimbulkan madzhab-madzhab


dan merenggangkan hubungan umat islam sehingga mereka terpecah menjadi beberapa
golongan.

f. Konflik Keagamaan

Timbulnya konflik keagamaan ini dimulai ketika terjadinya konflik antara


Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah yang berakhir lahirnya tiga kelompok umat

24
Ibid,.129.
25
Ibid,.123-124.
26
Ibid,.129.
yaitu pengikut Mu’awiyah, syiah, dan khawarij., ketiga kelompok ini senantiasa berebut
pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh baik pada masa bani Umayah atau Abbasiyah. 27

(analisis/komentar) karena munculnya tiga golongan ini membuat islam menjadi


terpecah belah dan banyak menimbulkan permusuhan diantara ketiganya pendukung
mu’awiyah pendukung Ali dan Khawarij. Karena perbedaan pendapat dan
kesetidaktujuan terhadah Arbitrase yang di lakukan oleh Ali bin abi Thalib.

g. Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah

Luasnya wilayah kekuasaan bani Abbasiyah sementara komunikasi pusat dengan


daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para
penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah. 28

2. Faktor Eksternal
a. Banyaknya pemberontakan

Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah dengan memberikan atau
memilih gubernur dari orang yang telah berjasa kepada khalifah sebagai hadiah dan
29
penghormatan untuknya. Ditambah dengan kebijakan yang lebih menekankan pada
pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam.

(analisis/komentar) akibat kebiijakan itumenjadikan provinsi-provinsi yang


diberikan khalifah-khalifah kepada para gubernur banyak yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaan khalifah Abbasiyah.

b. Bancana Bangsa Turki

Karena bencana dari Turki ini timbullah kekaucauan dimana-mana. Sedamg


khalifah sendiri menjadi permainan dalam tangan panglima-panglima Turki. Perselisihan
antara tentara dan rakyat sering terjadi.

27
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Stia, 2008), hal.138.
28
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. Bani Abbasiyah.
29
Umar al-Iskandari dan Al-Miraj Safdaj, At-Tarikh al-Islamiyyi Juz II, (Ponorogo: Darussalam Pers, tt),hal.10.
(analisis/komentar) kelemahan pemerintah pusat di Baghdad ini menjadi peluang
bagi kepala-kepala pemerintah wilayah untuk memutuskan hubungannya dengan khalifah
dan mendirikan kerajaan sendiri dalam daerah mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Wahid Suratno, Ngatmin Abbas. 2017. Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

Stryzewska, Bojona Gajana. Tanpa tahun. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah. Beirut: Al-Maktab Al-
Tijari.

Yatim, Badri. 2013. Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Press.

Sulaiman, Rusydi. 2015. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
Rajawali Press.

Brockelmann, Carl. 1982. History of the Islamic Peoples. London: Rotledge & Kegan Paul.

Fu’ad, Ah.Zakki. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: Cv. Indo Pratama.

Osman, A Latif. 2000. Ringkasan Sejarah Islam. Jakarta: Widjaya.

Supriadi. Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Stia

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. Bani Abbasiyah.

Al-Iskandari, Umar dkk. Tanpa tahun. At-Tarikh al-Islamiyyi Juz II. Ponorogo: Darusslam Pers.

Anda mungkin juga menyukai