Dinasti Abbasiyah Tugas Spi
Dinasti Abbasiyah Tugas Spi
Dinasti Abbasiyah Tugas Spi
DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
1
Ngatmin Abbas Wahid Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan lsam, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2017), hal. 95.
2
Ibid,.96.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi
masa pemerintahan Bani Abbas menjadi 5 periode:3
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/1055 M), masa kekukasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani
Saljuk dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 665 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Bagdad.4
(analisis atau komentar) masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah memang cukup lama
sekitar lebih dari 5 abad. Menurut saya untuk dapat berkuasa selama itu dan
menaklukkan Muawiyah tidaklah mudah. Dinasti Abbasiyah ini didirikan oleh
Abdullah al-Saffah, dan menurut pendapat saya Kelompok Abbasiyah lebih pantas
untuk memegang tonggak kekuasaan dibandingkan dinasti Umayyah karena mereka
tadalah keturunan Bani Hasyim yang lebih dekat dengan Nabi Muhammad.
3
Bojena Gajane Stryzewska, Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, (Beirut: Al-Maktab Al-Tijari, Tanpa Tahun), hal. 360.
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 50.
konteks kepemimpinan Islam lebih dari sekadar perubahan dinasti, juga revolusi
besar dalam sejarah Islam menyamai beberapa revolusi didunia, seperti revolusi
Prancis dan revolusi Rusia dalam sejarah Barat.5
Ibnu Jarir at-Thabari berkata, “Awal kekhalifahan bani Abbas adalah Rasulullah
memberi tahu kepada Abbas, pamannya, bahwa khalifah ada di tangan anak cucunya.
Sejak itulah Bani Abbas membayangkan datangnya khilafah tersebut.” 6
(analisis/komentar) menurut saya karena adanya pernyataan dari Ibnu Jarir at-
Thabari yang mengatakan bahwa Rasulullah memberi tahu kepada Abbas bahwa
khalifah adalah berada di tangan cucunya, inilah penyebab bani Abbasiyah sangat
beroposisi untuk menguasai dan merubut kekuasaan islam dari tangan Bani
Umayyah.
Masa pemerintahan Abu Al-Abbas, pendiri dinasti ini, sangat singkat, yaitu dari tahun
750 M sampai 754. Karena itu pembina sebenarnya ari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far
Al- Mansur (754-775 M) Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah,
Khawarij, dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. 8
5
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), hal. 257
6
Ngatmin Abbas Wahid Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan lsam, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2017), hal. 96.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 50.
8
Ibid,. 50.
(analisis/komentar) pelantikan Abu Al-Abbas As-Saffah ini mengingatkan kita pada
sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam musnad-nya. Dari Abu Said Al-
Khudri, Rasulullah Saw bersabda : “akan muncul pada suatu zaman yang carut marut dan
penuh dengan petaka, seorang penguasa yang disebut dengan As-Saffah. Dia suka memberi
harta dengan jumlah yang banyak.” As-Saffah ini menurut sebuah riwayat berarti orang
yang dengan sifat tidak mengenal rasa belas kasian kepada bani Umayyah karena dengan
teganya membunuh keturunan dari Bani Umayyah.
Pada mulanya, ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk
lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, Al-Manshur
memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Bagdad, dekat bekas ibu kota
Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas
berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di kota yang baru ini Al-Mashur melakukan
konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk
menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia
menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebangai koordinator departemen, Wazir
pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga
membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara dan dan kepolisian negara di samping
membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abd Al-Rahman sebagai
hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa Dinasti
Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk
mengantar surat, pada masa Al-Manshur, jawatan pos ditugasakan untuk menghimpun
seluruh informasi di daerah-daerah, sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.
Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada
khalifah.9
9
Ibid,. 51.
Constantine V dan selama genjatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan.
Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut
Kaspia, Turki di bagian lain Oskus dan India.10
(Analisis atau komentar) dari gambaran diatas Bani Abbasiyah pada periode pertama
ini menurut saya lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayah. Disamping itu ciri-ciri dinasti Abbasiyah yang menonjol yang tidak ada
pada zaman dinasti Umayyah adalah;
10
Carl Brockelmann, History of the Islamic Peoples, (London: Routledge & Kegan Paul, 1982), hal. 111.
besar. Pada masa Al-Ma’mum inilah Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. 11
(analisis / komentar) seperti yang telah diuraikan diatas system system pemerintahan
khalifah yang berbeda-beda ini tidaklah semua berjalan ancar tanpa halangan apapun. Disini
terdapat banyak tantangan dan gerakan politik yang sangat mengganggu stabilitas ini semua
berasal dari kalangan Bani Abbas sendiri, adapun yang dari luar. Gerakan itu seperti sisa-sisa
Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi Al-Khawarij di Afika Utara,
gerakan Zindik di Persia, gerakan Syi’ah. Dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran
keagamaan, semua dapat dipadamkan. Sebagaimana dilihat dari uraian diatas bahwa puncak
perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa Bani Abbas.
Kemajuan dinasti Abbasiyah dalam bidang agama, filsafat, dan sains tidak bisa
dilepaskan dari keberadaan kota Baghdad sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Baghdad adalah sebuah kota yang didirikan atas inisiatif al-Mansur yang terletak disebelah
barat sungai Trigis dikerjakan selama empat tahun oleh 100 ribu karyawan dan arsitektur
12
dengan biaya 4000,833 dirham. Selain sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan,
Baghdad juga sebagai pusat perdagangan.
Kemajuan Islam zaman Abbasiyah ini banyak dirintis oleh khalifah Ma’mum (813-
833 H) dengan mendirikan pusat kerajaan ilmu pengetahuandan teknologi dengan nama
“Darul Hikmah” 13 Darul Hikmah ini berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat kerajinan dan
sebagai kantor untuk penterjemahan bahasa non Arab ke dalam bahasa Arab. Dalam
penterjemahan bahasa ini dipimpin oleh Hunain bin Ishaq.
(analisis/komentar) menurut saya karena letak dinasti Abbasiyah yang strategis yaitu
berada di kota Baghdad membuat kekayaan dinasti Abbasiyah itu berlimpah, kekuasaan
Islam pun meluas dan bertambah besar hingga keseluruh penjuru dunia selain itu juga
kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga banyak ilmuan yang
11
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 53.
12
Ah.Zakki Fu’ad, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012), hal.142.
13
Ibid,.142.
berkunjung. Selain itu dengan diterjemahkannya buku non Arab ke dalam bahasa Arab
memudahkan umat Islam untuk memahami dan menyerap isi buku.
Pada zaman dinasti Abbasiyah ini dikenal sebagai zaman keemasan dimana ilmu
pengetahuannya khususnya ilmu agama berkembang sangat pesat dan banyak pula tokoh-tokoh
ilmu agama yang muncul. Ilmu Agama meliputi, ilmu Tafsir, ilmu Hadist, ilmu Kalam/Teologi,
dan ilmu Tasawuf.
(analisi/komentar) kemajuan pada ilmu agama ini memunculkan banyak tokoh-tokoh pada
masing-masing ilmu agama, seperti pada bidang ilmu Tafsir, ahli Tafsir yang terkemuka pada
zaman dinasti Abbasiyah adalah Abu Yunus Abdus Salam Al Qozwani. Pada bidang Hadist,
hadist sebagai sumber hukum hukum setelah Al-Qur’an. Begitupun di dalam ilmu agama yang
lain juga mengalami perkembangan.
Dapat diketahui bahwa pada masa dinasti Abbasiyah ilmu pengetahuan telah banyak
mengalami perkembangan dan kemajuan dengan sangat pesat, hal ini dikarenakan letak ibukota
yang strategis. Selain itu juga dukungan dari para khalifah untuk kemajuan ilmu pengetauan.
Faktor yang paling menonjol dari dari perkembangan ini adalah adalah dengan
dikembangkannya penterjemahan kitab-kitab non Arab ke dalam bahasa Arab yang telah dirintis
oleh khalifah Ja’far Al-Mansur. Dengan memperkerjakan para ahli terjemah, daintaranya Fade
Naubakt, Abdullah bin Muaqaffa’, yang pada akhirnya ilmu-ilmu dari Barat bisa di pahami oleh
masyarakat umum. 14
Pada zaman Dinasti Abbasiyah Filsafat berkembang pesat karena pada zaman Al-Ma’mum
dan Ar-Rasyid kitab filsafat khususnya Yunani telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Yang perlu di garis bawahi adalah, para ilmuwan muslim tiada mengambil filsafat Yunani
secara keseluruhan tetapi mengadakan perubahan dengan disesuaikan ke dalam ajaran Islam,
sehingga menjadi Filsafat Islam. 15
Yang tepenting dalam perkembangan Filsafat ini hanya munculnya golongan rahasia
(Jamiatus Sirriyah)yang bernama “IHWAN AS-SAFA” yang bergerak dalam ilmu pengetahuan
khususnya Filsafat. 16
(analisis/komentar) Orang-orang muslim dalam bidang Filsafat ini masih banyak mengambil
Filsafat dari Filsafat nya orang-orang Yunani. Pengambilan dari Filsafat Yunani ini hanya
digunakan untuk perbandingan dan rujukan para filsuf untuk dapat menciptakan suatu filsafat
Islam.
Dalam bidang sains dan teknologi orang Yunani lebih unggul daripada orang-orang Arab.
Perkembangan Ilmu Prngetahuan dan Sains ini ditandai dengan berdirinya Universitas Islam di
daerah Iraq dan Baghdad.
a. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran telah berkembang pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid yang ditandai dengan
dibangunnya rumah sakit oleh Harun. Dan terus berkembang hingga menjadi 34 rumah sakit.
Selain itu dibentuk juga klinik-klinik berjalan yang melayani pengobatan di penjuru negeri
khususnya untuk orang-orang yang kurang mampu. Ulama yang terkenal pada zaman ini adalah
Ar-Razi dan Ibnu Sina.
14
Ibid,.149.
15
Ibid,.149.
16
Ibid,.150.
b. Ilmu Kimia
Ulama yamg terkenal pada bidang Kimia ini adalah Jabir Ibnu Hayyam yang disebut sebai
Bapa Ilmu KimiaArab. Jabir bin Hayyam merupakan perintis eksperimen pertama dalam dunia
Islam. Diantara eksperimennya yang kemudian menjadi teori adalah : Teori Sublimasi,Teori
Pengasaman, Teori Penyulingan, Teori Penguapan, Teori Pelelehan, dan beliau dikenal dengan
penemu Karbit.17
(analisis/komentar) oleh karena banyaknya penemuan baru yang ditemukan oleh Jabir bin
Hayyam dan para ilmuwan lainnya membuat keadaan Dinasti Abbasiyah ini bertambah sejahtera
dan bertambah baik. Karena eksperimen yang di lakukan Jabir bin Hayyam banyak diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ilmu Astronomi
Ulama yang ahli pada bidang astronomi adalah Al-Khawarizmi (wafat 846) beliau banyak
membuat tabel-tabel tentang letak Negara, peta dunia, penetapan bujur-bujur panjang semua
tempat dimuka bumi ini sekaligus mengukur jarak antara Negara satu dengan Negara yang lain.18
Ilmu Astronomi pada awalnya digunakan untuk menentukan arah kiblat namun, seiring dengan
berjalannya waktu membuat ilmu Astronomi digunakan para pedagang, pelaut dan tentara untuk
menyebarkan agama di luar negeri.
(analisis/komentar) dengan adanya ilmu Astronomi ini para pedagang muslim bisa sampai
negeri Tiongkok dengan melalui jalur laut. Dengan ditemukannya ilmu Astronomi umat islam
bisa menjual hasil pertaniannya hasil kerajinanya sampai ke Tiongok. Ini membuktikanbahwa
ditemukannya ilmu Astronomi juga membawa dampak kemajuan.
Kebijakan politik bano Abbas yang memberikan tempat terhormat kepada Mawali ternyata
tidak diikuti dengan prilaku yang sama kepada bangsa sendiri, keturunan Arab. Sejak dini
khalifah pertama Bani Abbas telah menerapkan politik bumi hangus kepada bani Umayyah dan
meminggirkan kaum alawiyah (keturunan Sayyidina Ali) dari percaturan elit birokrasi.
17
Ibid,.153..
18
Ibid,. 154.
Mengenai sistem suksesi kekhalifahan, Bani Abbas tetap menganut Monarchi. Memang
harus diakui, bahwa pengangkatan Abul Abbas menjadi khalifah pertama adalah atas dasar
Bai’at dan ketetapan pemilihan, tetapi untuk penggantinya mulai dari khalifah kedua dan
seterusnya sudah ditetapkan berdasarkan keputusan keluarga. 19
(analisis/ komentar) bani Abbas menggunakan system pemerintahan monarki adalah untuk
menjaga keutuhannya agar tiak direbut oleh orang lain terutama kaum Alawiyah yang berusaha
untuk mencari kedudukan atau tahta.
Ada tiga sektor yang dikembangkan pada masa dinasti Abbasiyah yaitu pertanian,
industri, dan perdagangan.
a. Sektor Pertanian
Hal ini ditandai dengan adanya suatu gerakan yang disebut dengan Revolusi Hijau
yang dilakukan didaerah-daerah subur di lembah sungai dajlah dan effrat.dimulai dengan
membangun bendungan dank anal. Sedangkan untuk mempermudah angkutan pertanian
maka dibangunlah sarana perhubungan ke seluruh penjuru baik darat maupun sungai.
b. Sektor Industri
19
Ibid,. 158.
20
Ibid,. 160.
pertambangannya, kegiatan pembangunan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat telah
berhasil.
c. Sektor Perdagangan
Posisi kota Baghdad yang berdekatan dengan titik temu sungai Dajlah dan Efrat
mempermudah hubungan antar wilayah bahkan antar Negara melalui jalur pelayaran.
Karena itu, Baghdad merupakan pusat perdagangan yang strategis untuk melakukan
kegiatan ekspor dan impor di zaman itu. 21
1. Faktor Internal
(analisis/komentar) karena pencapaian yang sangat besar dan maju pada dinasti
Abbasiyah menjadikan kekayaan yang berlebih, karena kekayaan yang sangat banyak
itu membuat para penguasa hidup mewah begitupun khalifah-khalifah seterusnya
ingin lebih mewah daripada khalifah sebelumnya.
22
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2008), hal.61.
23
A Latif Osman, Ringkasan Sejarah Islam, ( Jakarta: Widjaya, 2000), hal.128.
keluarga Alawiyin yang tiada sedikit jasanya kepada mereka dalam menjauhkan
kekuasaan Bani Umayyah. 24
(analisis/komentar) kalau kita cermati lagi terlihat bahwa perebutan kekuasaan ini
terjadi pada khalifah Musa al-Hadi yaitu ketika Musa Al-Hadi ingin membatalkan putra
mahkota yang diberikan Khalifah Al-Mahdi kepada Harus Ar-Rasyid dan membaiatnya
putranya sendiri yaitu Jafar. Tetapi ini belum kesampaian dilakukan khalifah Al Mahdi
karena sudah meninggal.
f. Konflik Keagamaan
24
Ibid,.129.
25
Ibid,.123-124.
26
Ibid,.129.
yaitu pengikut Mu’awiyah, syiah, dan khawarij., ketiga kelompok ini senantiasa berebut
pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh baik pada masa bani Umayah atau Abbasiyah. 27
2. Faktor Eksternal
a. Banyaknya pemberontakan
Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah dengan memberikan atau
memilih gubernur dari orang yang telah berjasa kepada khalifah sebagai hadiah dan
29
penghormatan untuknya. Ditambah dengan kebijakan yang lebih menekankan pada
pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam.
27
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Stia, 2008), hal.138.
28
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. Bani Abbasiyah.
29
Umar al-Iskandari dan Al-Miraj Safdaj, At-Tarikh al-Islamiyyi Juz II, (Ponorogo: Darussalam Pers, tt),hal.10.
(analisis/komentar) kelemahan pemerintah pusat di Baghdad ini menjadi peluang
bagi kepala-kepala pemerintah wilayah untuk memutuskan hubungannya dengan khalifah
dan mendirikan kerajaan sendiri dalam daerah mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Wahid Suratno, Ngatmin Abbas. 2017. Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Stryzewska, Bojona Gajana. Tanpa tahun. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah. Beirut: Al-Maktab Al-
Tijari.
Yatim, Badri. 2013. Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Press.
Sulaiman, Rusydi. 2015. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
Rajawali Press.
Brockelmann, Carl. 1982. History of the Islamic Peoples. London: Rotledge & Kegan Paul.
Fu’ad, Ah.Zakki. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: Cv. Indo Pratama.
Al-Iskandari, Umar dkk. Tanpa tahun. At-Tarikh al-Islamiyyi Juz II. Ponorogo: Darusslam Pers.