LP Ca Ovarium Kel Ci
LP Ca Ovarium Kel Ci
LP Ca Ovarium Kel Ci
DISUSUN OLEH :
Kelompok C1
(Ns. Hj. Elvia Metti, M.Kep, Sp. (Dr. Metri Lidya, S. Kep, M. ( )
Kep.Mat) Biomed)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker ginekologi di
Amerika Serikat, dengan puncak insidensi terjadi di awal 1980-an. Meskipun
pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium sering kali sulit
dideteksi karena biasanya terdapat jauh di dalam pelvis. Tumor ovarium terbagi
atas tiga kelompok yaitu tumor jinak, bordeline (kanker diferensiasi sedang), dan
tumor ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30 % terjadi dari seluruh kanker pada
sistem genitalia wanita (Arania & Windarti, 2015).
Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami perubahan
pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena awal perubahannya
di dalam tubuh mengalami keputihan yang dianggap wanita itu hal biasa. Tetapi,
pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV akan mengalami perubahan pada tubuh
karena sudah bermetastase ke jaringan luar pelvis misalnya jaringan hati,
gastrointestinal dan paru-paru sehingga akan menyebabkan anemia, asites, efusi
pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013).
Asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan, dukungan fisik dan emosi
untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan. Selama hospitalisasi, perawat
melakukan pemantauan fisiologis dan prosedur teknis, serta memberikan
tindakan kenyamanan. Perawat memberikan dukungan untuk membantu keluarga
berkoping dan menyesuaikan diri, memberikan kesempatan pada mereka untuk
menceritakan dan mengatasi rasa takut, serta membantu mengkoordinasikan
sumber dukungan bagi keluarga dan proses pemulihan (Reeder, dkk, 2013).
Peran perawat pada kasus kanker ovarium yaitu melakukan asuhan keperawatan
mulai dari: (1) pengkajian keperawatan, data dapat diperoleh dari riwayat
kesehatan, keluhan utama pasien, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang;
(2) diagnosa keperawatan, setelah pengkajian lengkap maka perawat
merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang muncul dari hasil
pengkajian; (3) intervensi keperawatan, perawat menentukan prioritas masalah,
tujuan, kriteria hasil serta merumuskan intervensi; (4) implementasi keperawatan,
perawat melakukan tindakan keperawatan secara mandiri (teknik non
farmakologi untuk mengatasi nyeri) kolaborasi (manajemen mengontrol
kecemasan, menajemen nutrisi untuk menjaga keseimbangan nutrisi); (5)
evaluasi keperawatan, perawat memantau perkembangan kesehatan klien
(Moorhead. S, Dkk. 2016).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kanker ovarium di ruang Onkologi
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien kanker ovarium di
ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien
kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada pasien
kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien kanker
ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien kanker
ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien kanker
ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
f. Mampu mendeskripsikan dokumentasi keperawatan pada pasien kanker
ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Hasil Penelitian studi kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Rumah Sakit
Hasil Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dan bahan bacaan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
3. Institusi Pendidikan
Hasil Penelitian studi kasus ini di harapkan dapat menambah informasi,
perbandingan dan bahan bacaan, khususnya mengenai asuhan keperawatan
pada pasien kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber: https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/kanker-ovarium
1) Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industri
2) Faktor reproduksi
a) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel
ovarium
b) Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat meningkatkan
resiko dua sampai tiga kali
c) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi
resiko terjadinya kanker
d) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika dikonsumsi
selama lima tahun atau lebih
e) Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
3) Faktor genetik
a) 5-10 % adalah herediter
b) Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan meningkat
menjadi 7 % bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.
3. Klasifikasi Histologi Kanker Ovarium
Menurut Price & Wilson (2012), kanker ovarium belum ada keseragamannya,
namun belum ada perbedaan sifat yang begitu berarti. Kanker ovarium dibagi
dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor yaitu sebagai
berikut.
1) Tumor-tumor Epiteliel
Tumor-tumor epiteliel menyebabkan 60 % dari semua neoplasma
ovarium yang diklarifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas,
dan ganas. Keganasan epitel yang paling sering adalah
adenomakarsinoma serosa.
2) Tumor Stroma Gonad
Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan.
3) Tumor-tumor Sel Germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya
tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk
keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus
endodermal.
4. Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium
Menurut Prawirohardjo (2014), Klasifikasi stadium menurut FIGO
(Federation International de Gynecologis Obstetrics) 1988 sebagai berikut.
Tabel 2.1
sumber: https://www.alodokter.com/kanker-ovarium
Menurut ACS 2016 dalam (firmana, 2020) tanda dan gejala kanker ovarium
yaitu :
a. Kembung
b. Nyeri panggul atau abdomen
c. Kesulitan makan atau merasa cepat kenyang
d. Gejala kencing ,seperti ingin selalu ke kamar mandi untuk buang air kecil
(urgensi)
Selain itu beberapa tanda dan gejala umum diatas, kanker ovarium juga dapat
menyebabkan tanda dan gejala lainnya,seperti hal berikut.
a. Kelelahan
b. Sakit punggung
c. Sakit saat berhubungan seks
d. Sembelit
e. Perubahan menstruasi
f. Pembengkakan abdomen dengan penurunan berat badan
Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan gastrointestinal,
seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan
konstipasi.pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan
virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak
bila terdapat perdarahan dalam tumor, ruptur, atau torsi ovarium. Namun,
tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Pada perempuan pramenopause, kebanyakan massa adneksa yang teraba
bukanlah keganasan tetapi merupakan kista korpus luteum atau folikular.
Kista fungsional ini akan hilang dalam satu sampai tiga siklus menstruasi.
Namun pada perempuan menarkhe atau pasca menopause, dengan massa
berukuran berapapun, disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya dan
mungkin juga eksplorasi bedah. Walaupun laparatomi adalaha prosedur
primer yang digunakan untuk menentukan diagnosis, cara-cara kurang
invasif, )misal CT-Scan, sonografi abdomen dan pelvis) sering dapat
membantu menentukan stadium dan luasnya penyebaran.
Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor stroma gonad ; 2
% dari jumlah ini menjadi keganasan ovarium. WHO (World Health
Organization), mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis
dengan subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 %
hingga 33 % tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker ovarium berkembang dari
bagian kista dermoid. Eksisi bedah adalah pengobatan primer untuk semua
tumor ovarium, dengan tindak lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat
ditentukan bila ganas.
WOC CA OVARIUM
Sumber: Prawirohardjo (2014), Williams & Wilkins (2014), dan Prince & Wilson (2012)
7. Respon Tubuh terhadap Fisiologis
1) Sistem gastrointestinal
Pada pasien kanker ovarium untuk stadium lanjut, kanker tersebut
menginvasi ke organ lambung atau pembesaran massa yang disertai asites
akan menekan lambung sehingga menimbulkan gejala gastrointestinal
seperti nyeri ulu hati, kembung, anoreksia, dan intoleransi terhadap
makanan
2) Sistem perkemihan
Pada stadium lanjut, kanker ovarium telah bermetastase ke organ lain
salah satunya ke saluran perkemihan. Pembesaran massa terjadi
penekanan pada pelvis sehingga terjadi gangguan pada perkemihan seperti
susah buang air kecil atau urgensi kemih
3) Sistem endokrin
Pada sistem endokrin salah satu hati akan terjadi penekanan oleh massa
yang semakin membesar. Awalnya terjadi gangguan metabolisme di hati,
netralisir racun di hati terjadi penurunan, terjadi penumpukan toksik atau
racun di tubuh sehingga sistem imun tubuh menurun sehingga
menimbulkan gejala kelelahan.
(Reeder, dkk. 2013)
1. Pembedahan
1) Histerektomi
4) Omentektomi
2. Kemoterapi
3. Terapi target
Terapi target adalah jenis pengobatan yang menggunakan obat atau zat
lain untuk mengidentifikasi dan menyerang sel kanker tertentu tanpa
membahayakan sel normal.
4. Terapi radiasi
5. Imunoterapi
1. Asites
Asites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut, yang dapat terjadi
sebagai komplikasi kanker ovarium. Ini sering disebabkan oleh penyebaran
benih kanker ke rongga peritoneal, di mana sel-sel ganas kanker ovarium
dapat melepaskan cairan peritoneal yang berlebihan. Asites dapat
menyebabkan perut terasa kembung, nyeri, atau pembengkakan.
2. Efusi pleura
Selain itu, kanker ovarium juga dapat menyebar ke organ-organ dan jaringan
lain dalam tubuh, seperti hati, ginjal, dan usus, yang dapat menyebabkan
berbagai komplikasi tergantung pada lokasi dan sejauh mana penyebarannya.
Penting untuk diingat bahwa kanker ovarium adalah penyakit serius, dan
komplikasi-komplikasi ini dapat mempengaruhi prognosis dan kualitas hidup
pasien. Pengobatan yang tepat dan pemantauan teratur oleh tim medis adalah
penting dalam mengelola kanker ovarium dan komplikasi yang mungkin
timbul.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kanker Ovarium
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Keganasan kanker ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarche
atau di atas 45 tahun (Manuaba, 2010).
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada wanita
usia subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk stadium
awal (Hutahaean, 2009). Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran
massa yang disertai asites (Reeder, dkk. 2013).
h) Data psikologis
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas, putus
asa, menarik diri dan gangguan seksualitas (Reeder, dkk. 2013).
i) Data aktivitas/istirahat
Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas dan
istirahat karena mengalami nyeri dan ansietas.
j) Data sirkulasi
Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas.
k) Data eliminasi
Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang
menekan pelvis.
l) Data makanan/cairan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau
dibiarkan maka akan mengalami pembesaran lingkar abdomen sehingga
akan mengalami gangguan gastrointestinal.
m) Data nyeri/kenyamanan
Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis.
n) Pemeriksaan fisik
(1) Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya pasien sadar,
tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan pernafasan dyspnea.
(2) Kepala dan rambut
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada hematom
dan rambut tidak rontok.
(3) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada
lesi.
(4) Wajah
Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil +/+,
pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi
mukosa tidak pucat dan tidak ada sariawan.
(5) Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjer tiroid.
(6) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris.
(7) Paru-paru
(a) Inspeksi
Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.
(b) Palpasi
Fremitus kiri dan kanan sama.
(c) Perkusi
Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada.
(d) Auskultasi
Vesikuler.
8) Jantung
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah
pada saat pemeriksaan di jantung
(a) Inspeksi
Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat.
(b) Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.
(c) Perkusi
Pekak.
(d) Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah
penutupan bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung
S2 adalah penutupan katup aorta dan pulmanalis secara bersamaan.
9) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan.
10) Abdomen
(a) Inspeksi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran
massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat
adanya asites dan perbesaran massa di abdomen
(b) Palpasi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran
massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, di raba akan
terasa seperti karet atau batu massa di abdomen
(c) Perkusi
Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau asites yang
telah bermetastase ke organ lain
(d) Auskultasi
Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
11) Genitalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat
hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada
stasium lanjut akan dijumpai tidak ada haid lagi.
12) Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2 detik. Pada
stadium lanjut akan ditandai dengan kaki edema.
(Reeder, dkk. 2013).
o) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Menurut Ritu Salani (2011) yang harus dilakukan pada pasien kanker
ovarium yaitu :
(a) Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang
abnormal
(b) Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma
ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan
abnormal atau menurun yang mengarah ke komplikasi.
2) Pencitraan
USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor.
Pada stadium awal tumor berada di ovarium, stadium II sudah
menyebar ke rongga panggul, stadium III sudah menyebar ke abdomen,
dan stadium IV sudah menyebar ke organ lain seperti hati, paru-paru,
dan gastrointestinal
3) Prosedur diagnostik
Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak khas. Pada
stadium III kanker ovarium cairan asites positif sel kanker.
4) Pemeriksaan lain
Laparatomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan reseksi
tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium
berapa kanker ovarium tersebut.
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker
ovarium adalah sebagai berikut : (SDKI, 2017)
1) Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
b. Konstipasi berhubungan dengan tumor
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pelvis
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma
e. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot
1) Pre Operasi
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
agen pencedera fisiologis 3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri Observasi:
menurun dengan kriteria hasil :
Defenisi : Pengalaman sensorik atau Identifikasi lokasi, karakteristik,
emosional yang berkaitan dengan 1) Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
kerusakan jaringan actual atau 2) Meringis menurun nyeri
fungsional,dengan onset mendadak 3) Sikap protektif menurun Identifikasi skala nyeri
atau lambat dan berintesitas ringan 4) Gelisah menurun Idenfitikasi respon nyeri non verbal
hingga berat yang berlangsung 5) Kesulitan tidur menurun Identifikasi faktor yang memperberat
kurang dari 3 bulan 6) Frekuensi nadi membaik dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan
Penyebab : keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya
1) Agen pencedera fisiologis (mis: terhadap respon nyeri
inflamasi, iskemia, neoplasma) Identifikasi pengaruh nyeri pada
2) Agen pencedera kimiawi (mis: kualitas hidup
terbakar, bahan kimia iritan) Monitor keberhasilan terapi
3) Agen pencedera fisik (mis: abses, komplementer yang sudah diberikan
amputasi, terbakar, terpotong, Monitor efek samping penggunaan
mengangkat berat, prosedur analgetik
operasi, trauma, Latihan fisik
berlebihan). Terapeutik:
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi
Kolaborasi
Kolaborasi
Defisit nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
Peningkatan kebutuhan 3x24 jam diharapakan status nutrisi Observasi
metabolisme membaik dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi status nutrisi
Definisi: 1. Porsi makan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
meningkat makanan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Berat badan membaik
memenuhi kebutuhan metabolisme 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
jenis nutrien
Penyebab: 5. Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
1. Ketidakmampuan menelan 6. Monitor asupan makanan
makanan 7. Monitor berat badan
2. Ketidakmampuan mencerna 8. Monitor hasil pemeriksaan
makanan laboratorium
3. Ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien Terapeutik
4. Peningkatan kebutuhan
metabolisme 1. Lakukan oral hygiene sebelum
5. Faktor ekonomi (mis: finansial makan, jika perlu
tidak mencukupi) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
6. Faktor psikologis (mis: stres, (mis: piramida makanan)
keengganan untuk makan) 3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
Kolaborasi
Dukungan Mobilisasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Citra Tubuh
berhubungan dengan 3x24 jam, diharapakan citra tubuh
efek tindakan/pengobatan meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi
Terapi Relaksasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yaitu melihat respon pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada pasien kanker ovarium dengan cara melakukan identifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi keperawatan memiliki pengetahuan dan kemampuan
memahami respon pasien serta menggambarkan kesimpulan tujuan yang dicapai
dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Ada 2 jenis evaluasi
yaitu :
a. Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat melakukan tindakan
keperawatan dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif
Merupakan hasil observasi dan analisis status pasien kanker ovarium
berdasarkan tujuan yang direncanakan. Evaluasi juga sebagai alat ukur apakah
tujuan sudah tercapai, tercapai sebagian atau tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Asri, Dkk. 2016. Hubungan antara Menyusui dengan Risiko Kanker
Ovarium. Indonesian Jurnal of Cancer , Volume 10, nomor 3. Diakses dalam
http://indonesianjournalofcancer.or.id/ejournal/index.php/ijoc/article/downloa
d/437/232 diakses tanggal 7 Mei 2024.
Arania, Windarti. 2015. Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2009-2013, Volume 5, nomor 9.
Diakses dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=328303&val=5503&title
=Karakteristik%20Pasien%20Kanker%20Ovarium%20di%20Rumah%20Saki t
%20Dr.%20H.%20Abdul%20Moeloek%20Bandar%20Lampung%20Tahun
%202009-2013 diakses tanggal 7 Mei 2024.
Brunner. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12. Jakarta :
EGC.
Bulechek. G, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) (edisi 6). Mosby :
Lawa City