LP Ca Ovarium Kel Ci

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA OVARIUM
DI RUANG ONKOLOGI IRNA KEBIDANAN DAN ANAK
RSUP DR. M.DJAMIL PADANG

DISUSUN OLEH :
Kelompok C1

1. RAHMA DYNDA OKTAVIANA 223110266


2. RANI PUTRI APRILYA 223110267
3. REFI ANANDA PUTRI 223110268
4. RESTI FUTRI ZULARMI 223110269
5. SALSA BILLA MUHARAMMAH 223110270

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Hj. Elvia Metti, M.Kep, Sp. (Dr. Metri Lidya, S. Kep, M. ( )
Kep.Mat) Biomed)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


KEMENKES POLTEKKES PADANG
TA 2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker ginekologi di
Amerika Serikat, dengan puncak insidensi terjadi di awal 1980-an. Meskipun
pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium sering kali sulit
dideteksi karena biasanya terdapat jauh di dalam pelvis. Tumor ovarium terbagi
atas tiga kelompok yaitu tumor jinak, bordeline (kanker diferensiasi sedang), dan
tumor ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30 % terjadi dari seluruh kanker pada
sistem genitalia wanita (Arania & Windarti, 2015).

Menurut American Cancer Society tahun 2016, kanker ovarium menduduki


peringkat kelima dari seluruh kanker yang ditemukan pada wanita. Sekitar
22.280 kasus baru kanker ovarium terdiagnosis dan 14.240 wanita meninggal
karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kelangsungan hidup 5 tahun
hanya sekitar 46,2 %. Berdasarkan laporan International Agency for Research on
Cancer ( IARC ) tahun 2012, angka kejadian kanker ovarium pada tingkat global
adalah 3,6/100.000 penduduk. Kelangsungan hidup diperkirakan dalam 5 tahun
pada stadium I, II, III, dan IV yaitu masing-masingnya sekitar 90 %, 70 %, 39 %,
dan 17 %.

Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami perubahan
pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena awal perubahannya
di dalam tubuh mengalami keputihan yang dianggap wanita itu hal biasa. Tetapi,
pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV akan mengalami perubahan pada tubuh
karena sudah bermetastase ke jaringan luar pelvis misalnya jaringan hati,
gastrointestinal dan paru-paru sehingga akan menyebabkan anemia, asites, efusi
pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013).
Asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan, dukungan fisik dan emosi
untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan. Selama hospitalisasi, perawat
melakukan pemantauan fisiologis dan prosedur teknis, serta memberikan
tindakan kenyamanan. Perawat memberikan dukungan untuk membantu keluarga
berkoping dan menyesuaikan diri, memberikan kesempatan pada mereka untuk
menceritakan dan mengatasi rasa takut, serta membantu mengkoordinasikan
sumber dukungan bagi keluarga dan proses pemulihan (Reeder, dkk, 2013).
Peran perawat pada kasus kanker ovarium yaitu melakukan asuhan keperawatan
mulai dari: (1) pengkajian keperawatan, data dapat diperoleh dari riwayat
kesehatan, keluhan utama pasien, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang;
(2) diagnosa keperawatan, setelah pengkajian lengkap maka perawat
merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang muncul dari hasil
pengkajian; (3) intervensi keperawatan, perawat menentukan prioritas masalah,
tujuan, kriteria hasil serta merumuskan intervensi; (4) implementasi keperawatan,
perawat melakukan tindakan keperawatan secara mandiri (teknik non
farmakologi untuk mengatasi nyeri) kolaborasi (manajemen mengontrol
kecemasan, menajemen nutrisi untuk menjaga keseimbangan nutrisi); (5)
evaluasi keperawatan, perawat memantau perkembangan kesehatan klien
(Moorhead. S, Dkk. 2016).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kanker ovarium di ruang Onkologi
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien kanker ovarium di
ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien
kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada pasien
kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien kanker
ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien kanker
ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien kanker
ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
f. Mampu mendeskripsikan dokumentasi keperawatan pada pasien kanker
ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Hasil Penelitian studi kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Rumah Sakit
Hasil Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dan bahan bacaan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
3. Institusi Pendidikan
Hasil Penelitian studi kasus ini di harapkan dapat menambah informasi,
perbandingan dan bahan bacaan, khususnya mengenai asuhan keperawatan
pada pasien kanker ovarium di ruang Onkologi IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kanker Ovarium


1. Pengertian Kanker Ovarium
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari yang terletak di kiri dan
kanan rahim di bawah saluran tuba uterine dan diposterior dihubungkan oleh
ligament luas rahim. Setiap bulan folikel berkembang dan sel telur dilepaskan
selama siklus menstruasi (hari ke-14). Saat lahir wanita memiliki cadangan 100.000
telur di ovariumnya, kanker ovarium memiliki peringkat ketiga setelah kanker
uterus dan kanker serviks. Kanker ovarium adalah keganasan yang ditemukan pada
(indung telur) ovarium paling banyak ditemukan pada wanita antara usia 50 sampai
70 tahun. (Diah Novita, 2021)

Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab


pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening
awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang pasti.
Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak
(Digiulio,2014).
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan
berbagai histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel germinal lebih
banyak dijumpai pada penderita berusia < 20 tahun, sedangkan tumor sel epitel
lebih banyak pada wanita usia > 50 tahun (Manuaba, 2013).
Ovarium Kanker

Sumber: https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/kanker-ovarium

Gambar 2.1 Kanker Ovarium


(Sumber : http://kankerovarium.org/ )
2. Penyebab Kanker Ovarium
Kanker ovarium dapat disebabkan oleh gangguan produksi hormon di hipotalamus,
kelenjar hipofisis atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium terjadi ketika folikel tidak
berfungsi dengan baik selama siklus menstruasi (Nurmansyah et al., 2019).
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor resiko
terjadinya kanker ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai berikut.

1) Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industri
2) Faktor reproduksi
a) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel
ovarium
b) Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat meningkatkan
resiko dua sampai tiga kali
c) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi
resiko terjadinya kanker
d) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika dikonsumsi
selama lima tahun atau lebih
e) Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
3) Faktor genetik
a) 5-10 % adalah herediter
b) Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan meningkat
menjadi 7 % bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.
3. Klasifikasi Histologi Kanker Ovarium
Menurut Price & Wilson (2012), kanker ovarium belum ada keseragamannya,
namun belum ada perbedaan sifat yang begitu berarti. Kanker ovarium dibagi
dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor yaitu sebagai
berikut.
1) Tumor-tumor Epiteliel
Tumor-tumor epiteliel menyebabkan 60 % dari semua neoplasma
ovarium yang diklarifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas,
dan ganas. Keganasan epitel yang paling sering adalah
adenomakarsinoma serosa.
2) Tumor Stroma Gonad
Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan.
3) Tumor-tumor Sel Germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya
tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk
keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus
endodermal.
4. Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium
Menurut Prawirohardjo (2014), Klasifikasi stadium menurut FIGO
(Federation International de Gynecologis Obstetrics) 1988 sebagai berikut.

Tabel 2.1

Klasifikasi stadium kanker ovarium

Stadium FIGO Kategori

Stadium I Tumor terbatas pada ovarium


Ia Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak
ada tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel
kanker pada cairan asites atau pada bilasan peritoneum

Ib Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak


terdapat tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel
kanker pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Ic Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu
dari tanda-tanda sebagai berikut : kapsul pecah, tumor
pada permukaan luar kapsul, sel kanker positif pada
cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke pelvis

Iia Perluasan dan implan ke uterus atau tuba fallopii. Tidak


ada sel kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum
Iib Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker
di cairan asites atau bilasan peritoneum

Iic Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker positif


pada cairan asites atau bilasan peritoneum
III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara
mikroskopik di luar pelvis atau metastasis ke kelenjer
getah bening regional
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis
IIIb Metastasis peritoneum makroskopik di luar pelvis
dengan diameter terbesar 2 cm atau kurang

IIIc Metastasis peritoneum di luar pelvis dengan diameter


terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis kelenjer getah
bening regional
IV Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila
terdapat efusi pleura, maka cairan pleura mengandung
sel kanker positif. Termasuk metastasis pada parenkim
hati

sumber: https://www.alodokter.com/kanker-ovarium

5. Tanda dan Gejala Kanker Ovarium


Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium
sebagai berikut.

1) Perut membesar/merasa adanya tekanan


2) Dispareunia
3) Berat badan meningkat karena adanya massa/asites
Menurut Brunner (2015), tanda dan gejala kanker ovarium yaitu :
1) Peningkatan lingkar abdomen
2) Tekanan panggul
3) Kembung
4) Nyeri punggung
5) Konstipasi
6) Nyeri abdomen
7) Urgensi kemih
8) Dispepsia
9) Perdarahan abnormal
10) Flatulens
11) Peningkatan ukuran pinggang
12) Nyeri tungkai
13) Nyeri panggul

Menurut ACS 2016 dalam (firmana, 2020) tanda dan gejala kanker ovarium
yaitu :
a. Kembung
b. Nyeri panggul atau abdomen
c. Kesulitan makan atau merasa cepat kenyang
d. Gejala kencing ,seperti ingin selalu ke kamar mandi untuk buang air kecil
(urgensi)
Selain itu beberapa tanda dan gejala umum diatas, kanker ovarium juga dapat
menyebabkan tanda dan gejala lainnya,seperti hal berikut.
a. Kelelahan
b. Sakit punggung
c. Sakit saat berhubungan seks
d. Sembelit
e. Perubahan menstruasi
f. Pembengkakan abdomen dengan penurunan berat badan

6. Patofisiologi Kanker Ovarium


Penyebab pasti kanker ovarium tidak ketahui namun multifaktoral. Resiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan faktor lingkungan,
reproduksi dan genetik. Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan
kanker ovarium epiteliel terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian.
Insiden tertinggi terjadi di industri barat. Kebiasaan makan, kopi dan merokok,
adanya asbestos dalam lingkungan, tidak hamil dan penggunaan bedak talek
pada daerah vagina, semua itu di anggap mungkin menyebabkan kanker.

Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat


mencegah. Terapi penggantian estrogen pascamenopause untuk 10 tahun atau
lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gen-gen
supresor tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan
penting pada beberapa keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan
autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang
terdapat penderita kanker ovarium. Bila yang menderita kanker ovarium,
seorang perempuan memiliki 50 % kesempatan untuk menderita kanker
ovarium.

Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker ovarium


dikelompokkan dalam tiga kategori besar ; (1) tumor-tumor epiteliel ;(2)
tumor stroma gonad ;dan (3) tumor-tumor sel germinal. Keganasan epiteliel
yang paling sering adalah adenomakarsinoma serosa. Kebanyakan neoplasma
epiteliel mulai berkembang dari permukaan epitelium, atau serosa ovarium.

Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang


berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami
cairan peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan. Keganasan
selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfasik
yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel
ganas. Semua kelenjer pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan
terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan
limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.

Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan gastrointestinal,
seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan
konstipasi.pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan
virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak
bila terdapat perdarahan dalam tumor, ruptur, atau torsi ovarium. Namun,
tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Pada perempuan pramenopause, kebanyakan massa adneksa yang teraba
bukanlah keganasan tetapi merupakan kista korpus luteum atau folikular.
Kista fungsional ini akan hilang dalam satu sampai tiga siklus menstruasi.
Namun pada perempuan menarkhe atau pasca menopause, dengan massa
berukuran berapapun, disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya dan
mungkin juga eksplorasi bedah. Walaupun laparatomi adalaha prosedur
primer yang digunakan untuk menentukan diagnosis, cara-cara kurang
invasif, )misal CT-Scan, sonografi abdomen dan pelvis) sering dapat
membantu menentukan stadium dan luasnya penyebaran.

Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor stroma gonad ; 2
% dari jumlah ini menjadi keganasan ovarium. WHO (World Health
Organization), mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis
dengan subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 %
hingga 33 % tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker ovarium berkembang dari
bagian kista dermoid. Eksisi bedah adalah pengobatan primer untuk semua
tumor ovarium, dengan tindak lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat
ditentukan bila ganas.
WOC CA OVARIUM
Sumber: Prawirohardjo (2014), Williams & Wilkins (2014), dan Prince & Wilson (2012)
7. Respon Tubuh terhadap Fisiologis
1) Sistem gastrointestinal
Pada pasien kanker ovarium untuk stadium lanjut, kanker tersebut
menginvasi ke organ lambung atau pembesaran massa yang disertai asites
akan menekan lambung sehingga menimbulkan gejala gastrointestinal
seperti nyeri ulu hati, kembung, anoreksia, dan intoleransi terhadap
makanan
2) Sistem perkemihan
Pada stadium lanjut, kanker ovarium telah bermetastase ke organ lain
salah satunya ke saluran perkemihan. Pembesaran massa terjadi
penekanan pada pelvis sehingga terjadi gangguan pada perkemihan seperti
susah buang air kecil atau urgensi kemih
3) Sistem endokrin
Pada sistem endokrin salah satu hati akan terjadi penekanan oleh massa
yang semakin membesar. Awalnya terjadi gangguan metabolisme di hati,
netralisir racun di hati terjadi penurunan, terjadi penumpukan toksik atau
racun di tubuh sehingga sistem imun tubuh menurun sehingga
menimbulkan gejala kelelahan.
(Reeder, dkk. 2013)

8. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Ovarium


Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat
jinak atau ganas (kanker ovarium). Pemeriksaan diagnostik menurut Brunner
(2015), sebagai berikut.

1) Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125 sangat


bermanfaat untuk wanita yang beresiko tinggi
2) Pemeriksaan praoperasi dapat mencakup enema barium atau kolonoskopi,
serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen dada, urografi IV, dan
pemindaian CT.Scan.

9. Penatalaksanaan Kanker Ovarium


Menurut Reeder, dkk (2014), asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan
kesehatan, dukungan fisik dan emosi selama prosedur tindakan, dan dukungan
emosi untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan. Selama hospitalisasi,
perawat melakukan pemantauan fisiologis dan prosedur teknis, serta
memberikan tindakan kenyamanan. Perawat memberikan dukungan untuk
membantu keluarga berkoping dan menyesuaikan diri, memberi kesempatan
untuk menceritakan dan mengatasi rasa takut, serta membantu
mengoordinasikan sumber dukungan bagi keluarga dan proses pemulihan.
Selama memberi perawatan, perawat membantu klien dan keluarga untuk
mengklarifikasi nilai dan dukungan spritual serta menemukan kekuatan
pribadi untuk digunakan sebagai koping. Wanita dan keluarga diharapkan
mampu melalui fase berduka dan kehilangan saat menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa.

Apabila pasien menderita penyakit terminal, alternatif asuhan, seperti hospice


care, perawatan di rumah, dan fasilitas asuhan multilevel yang dapat
mendukung kualitas kehidupan dan kematian yang damai mulai digali.
Alternatif ini meningkatkan fungsi selama mungkin, meredakan nyeri,
mendorong interaksi dengan orang yang dcintai, dan memberikan dukungan
emosional dan spritual.

Beberapa jenis pengobatan untuk pasien dengan kanker epitel ovarium,yaitu


sebagai berikut (firmana,2020).

1. Pembedahan

Sebagian besar pasien dengan kanker ovarium,mengalami pembedahan


(operasi) untuk mengeluarkan jaringan tumor. Terdapat beberapa jenis
pembedahan yang umumnya dilakukan sebagai berikut.

1) Histerektomi

Adalah jenis pembedahan untuk mengankat rahim dan leher rahim


dengan atau organ atau jaringan lain.

2) Salpingo- ooforektomi unilateral

Salpingo ooforektomi adalah jenis prosedur operasi yang digunakan


untuk menghilangkan satu ovarium dan satu tubafallopi

3) Salpingo- ooforektomi bilateral

Adalah jenis prosedur pembedahan yang digunakan mengangkkat


kedua indung telur dan kedua saluran tuba fallopi.

4) Omentektomi

Adalah jenis prosedur pembedahan yang digunakan untuk


mengangkat omentum (jaringan di perotonium yang mengandung
pembuluh darah, saraf, pembuluh getah bening, dan kelenjar getah
bening)

2. Kemoterapi

Kemoterapi untuk kanker epitel ovarium diberikan selam tiga sampai


enam siklus secara teratur dan diikuti dengan priode istirahat.

3. Terapi target

Terapi target adalah jenis pengobatan yang menggunakan obat atau zat
lain untuk mengidentifikasi dan menyerang sel kanker tertentu tanpa
membahayakan sel normal.

4. Terapi radiasi

Terapi radiasi adalah pengobatan kanker yang menggunakan sinar X


berenergi tinggi atau jenis radiasi lainnya untuk membunuh sel kanker
atau mencegahnya.

5. Imunoterapi

Adalah pengobatan yang menggunakan sistem kekebalan tubuh pasien


untuk melawan kanker. Zat yang dibuat oleh tubuh atau dibuat
dilaboratorium ini digunakan untuk meningkatkan, mengarahkan, atau
mengembalikan pertahanan alami tubuh terhadap kanker.

6. Pengobatan kanker epitel ovarium berdasarkan stadium

1) Kanker epitel ovarium stadium awal

Jenis pengobatan untuk kanker epitel ovarium stadium awal, seperti


histerektomi, salpingo epitel ovarium. kemoterapi bisa diberikan pada
pasien kanker epitel ovarium yang telah menjalani tindakan operasi.
Salpingo- ooforektomi unilateral dapat dilakukan pada perempuan
tertentu yang ingin memiliki anak.

2) Kanker epitel ovarium stadium lanjut

Pengobatan kanker ovarium stadium lanjut ini dapat meliputi :


histerektomi, salpingo ooforektomi bilateral, dan omentektomi.

7. Pengobatan kanker epitel ovarium berulang (persisten)

1) Kemoterapi menggunakan satu atau lebih obat anti kanker


2) Terapi target (bevacizumab) dengan atau tanpa kemoterapi
3) Uji klinis operasi
4) Uji coba klinis untuk pengobatan baru
10. Komplikasi

Komplikasi kanker ovarium dapat mencakup berbagai masalah kesehatan,


berikut komplikasi kanker ovarium menurut Nabelatul 2022, yaitu:

1. Asites

Asites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut, yang dapat terjadi
sebagai komplikasi kanker ovarium. Ini sering disebabkan oleh penyebaran
benih kanker ke rongga peritoneal, di mana sel-sel ganas kanker ovarium
dapat melepaskan cairan peritoneal yang berlebihan. Asites dapat
menyebabkan perut terasa kembung, nyeri, atau pembengkakan.

2. Efusi pleura

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di antara lapisan pleura, yang


merupakan selaput yang melapisi paru-paru dan dinding dada. Cairan ini dapat
mengakibatkan kesulitan bernapas, nyeri dada, atau batuk. Dalam kasus
kanker ovarium, cairan yang mengandung sel-sel ganas dapat menyebar ke
pleura melalui saluran limfe, menyebabkan efusi pleura.

Selain itu, kanker ovarium juga dapat menyebar ke organ-organ dan jaringan
lain dalam tubuh, seperti hati, ginjal, dan usus, yang dapat menyebabkan
berbagai komplikasi tergantung pada lokasi dan sejauh mana penyebarannya.
Penting untuk diingat bahwa kanker ovarium adalah penyakit serius, dan
komplikasi-komplikasi ini dapat mempengaruhi prognosis dan kualitas hidup
pasien. Pengobatan yang tepat dan pemantauan teratur oleh tim medis adalah
penting dalam mengelola kanker ovarium dan komplikasi yang mungkin
timbul.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kanker Ovarium
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Keganasan kanker ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarche
atau di atas 45 tahun (Manuaba, 2010).

2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada wanita
usia subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk stadium
awal (Hutahaean, 2009). Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran
massa yang disertai asites (Reeder, dkk. 2013).

b) Riwayat kesehatan sekarang menurut Williams (2011) yaitu :


(1) Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau
merasa cepat kenyang dan gejala perkemihan kemungkinan menetap
(2) Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis,
distensi abdomen, penurunan berat badan dan nyeri pada abdomen.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara
dan kanker endometrium (Reeder, dkk. 2013).

d) Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan
kanker ovarium yang beresiko 50 % (Reeder, dkk. 2013).

e) Riwayat haid/status ginekologi


Biasanya akan mengalami nyeri hebat pada saat menstruasi dan terjadi
gangguan siklus menstruasi (Hutahaean, 2009).
f) Riwayat obstetri
Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena ketidakseimbangan
sistem hormonal dan wanita yang melahirkan anak pertama di usia > 35
tahun (Padila, 2015).

g) Data keluarga berencana


Biasanya wanita tersebut tidak menggunakan kontrasepsi oral sementara
karena kontrasepsi oral bisa menurunkan risiko ke kanker ovarium yang
ganas (Reeder, dkk. 2013).

h) Data psikologis
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas, putus
asa, menarik diri dan gangguan seksualitas (Reeder, dkk. 2013).
i) Data aktivitas/istirahat
Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas dan
istirahat karena mengalami nyeri dan ansietas.
j) Data sirkulasi
Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas.
k) Data eliminasi
Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang
menekan pelvis.
l) Data makanan/cairan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau
dibiarkan maka akan mengalami pembesaran lingkar abdomen sehingga
akan mengalami gangguan gastrointestinal.
m) Data nyeri/kenyamanan
Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis.
n) Pemeriksaan fisik
(1) Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya pasien sadar,
tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan pernafasan dyspnea.
(2) Kepala dan rambut
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada hematom
dan rambut tidak rontok.
(3) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada
lesi.
(4) Wajah
Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil +/+,
pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi
mukosa tidak pucat dan tidak ada sariawan.

(5) Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjer tiroid.
(6) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris.
(7) Paru-paru
(a) Inspeksi
Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.
(b) Palpasi
Fremitus kiri dan kanan sama.
(c) Perkusi
Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada.

(d) Auskultasi
Vesikuler.
8) Jantung
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah
pada saat pemeriksaan di jantung
(a) Inspeksi
Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat.
(b) Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.
(c) Perkusi
Pekak.
(d) Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah
penutupan bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung
S2 adalah penutupan katup aorta dan pulmanalis secara bersamaan.

9) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan.

10) Abdomen
(a) Inspeksi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran
massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat
adanya asites dan perbesaran massa di abdomen
(b) Palpasi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran
massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, di raba akan
terasa seperti karet atau batu massa di abdomen
(c) Perkusi
Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau asites yang
telah bermetastase ke organ lain
(d) Auskultasi
Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
11) Genitalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat
hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada
stasium lanjut akan dijumpai tidak ada haid lagi.
12) Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2 detik. Pada
stadium lanjut akan ditandai dengan kaki edema.
(Reeder, dkk. 2013).
o) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Menurut Ritu Salani (2011) yang harus dilakukan pada pasien kanker
ovarium yaitu :
(a) Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang
abnormal
(b) Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma
ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan
abnormal atau menurun yang mengarah ke komplikasi.
2) Pencitraan
USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor.
Pada stadium awal tumor berada di ovarium, stadium II sudah
menyebar ke rongga panggul, stadium III sudah menyebar ke abdomen,
dan stadium IV sudah menyebar ke organ lain seperti hati, paru-paru,
dan gastrointestinal
3) Prosedur diagnostik
Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak khas. Pada
stadium III kanker ovarium cairan asites positif sel kanker.
4) Pemeriksaan lain
Laparatomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan reseksi
tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium
berapa kanker ovarium tersebut.
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker
ovarium adalah sebagai berikut : (SDKI, 2017)

1) Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
b. Konstipasi berhubungan dengan tumor
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pelvis
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma
e. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot

g. Kesiapan meningkatkan koping keluarga berhubungan dengan


kesembuhan
h. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
i. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
2) Post operasi :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan cedera kulit
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan dan
pengobatan
f. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
3. Rencana Keperawatan

1) Pre Operasi

Diagnosa keperawatan SLKI SIKI

Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
agen pencedera fisiologis 3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri Observasi:
menurun dengan kriteria hasil :
Defenisi : Pengalaman sensorik atau  Identifikasi lokasi, karakteristik,
emosional yang berkaitan dengan 1) Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
kerusakan jaringan actual atau 2) Meringis menurun nyeri
fungsional,dengan onset mendadak 3) Sikap protektif menurun  Identifikasi skala nyeri
atau lambat dan berintesitas ringan 4) Gelisah menurun  Idenfitikasi respon nyeri non verbal
hingga berat yang berlangsung 5) Kesulitan tidur menurun  Identifikasi faktor yang memperberat
kurang dari 3 bulan 6) Frekuensi nadi membaik dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
Penyebab : keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
1) Agen pencedera fisiologis (mis: terhadap respon nyeri
inflamasi, iskemia, neoplasma)  Identifikasi pengaruh nyeri pada
2) Agen pencedera kimiawi (mis: kualitas hidup
terbakar, bahan kimia iritan)  Monitor keberhasilan terapi
3) Agen pencedera fisik (mis: abses, komplementer yang sudah diberikan
amputasi, terbakar, terpotong,  Monitor efek samping penggunaan
mengangkat berat, prosedur analgetik
operasi, trauma, Latihan fisik
berlebihan). Terapeutik:

 Berikan Teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik
secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
Konstipasi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Eliminasi Fekal
tumor 3x24 jam, diharapkan eliminasi fekal
membaik dengan kriteria hasil : Observasi
Defenisi : penurunan frekuensi
normal defekasi yang disertai 1) Kontrol pengeluaran feses meningkat 1. Identifikasi masalah usus dan
kesulitan atau pengeluaran feses 2) Keluhan defekasi lama dan sulit penggunaan obat pencahar
tidak tuntas atau feses yang keras, menurun 2. Identifikasi pengobatan yang berefek
kering, dan banyak. 3) Mengejan saat defekasi menurun pada kondisi gastrointestinal
Penyebab : 4) Konsistensi feses membaik 3. Monitor buang air besar (mis: warna,
5) Frekuensi BAB membaik frekuensi, konsistensi, volume)
1) Penurunan motilitas 6) Peristaltik usus membaik 4. Monitor tanda dan gejala diare,
gastrointestinal konstipasi, atau impaksi
2) Ketidakadekuatan pertumbuhan
gigi Terapeutik
3) Ketidakcukupan diet
4) Ketidakcukupan asupan serat 1. Berikan air hangat setelah makan
5) Ketidakcukupan asupan cairan 2. Jadwalkan waktu defekasi Bersama
6) Aganglionik (mis: penyakit pasien
hircsprung) 3. Sediakan makanan tinggi serat
7) Kelemahan otot abdomen
Edukasi

1. Jelaskan jenis makanan yang


membantu meningkatkan keteraturan
peristaltik usus
2. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
konsistensi, volume feses
3. Anjurkan meningkatkan aktivitas
fisik, sesuai toleransi
4. Anjurkan pengurangan asupan
makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
5. Anjurkan mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi serat
6. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan, jika tidak ada kontraindikasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat


supositoria anal, jika perlu
Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen eliminasi urine
berhubungan dengan penekanan 3x24 jam, diharapkan eliminasi urine
pelvis membaik dengan kriteria hasil : Observasi
Defenisi : disfungsi eliminasi urin 1) Sensasi berkemih meningkat 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
Penyebab : 2) Desakan berkemih (urgensi) menurun atau inkontinensia urin
3) Distensi kandung kemih menurun 2. Identifikasi faktor yang
4) Berkemih tidak tuntas (hesistancy) menyebabkan retensi atau
1) Penurunan kapasitas kandung
menurun inkontinensia urin
kemih
5) Volume residu urin menurun 3. Monitor eliminasi urin (mis.
2) Iritasi kandung kemih
6) Urin menetes (dribbling) menurun frekuensi, konsistensi, aroma,
3) Penurunan kemampuan
7) Nokturia menurun volume, dan warna)
menyadari tanda-tanda gangguan
8) Mengompol menurun
kandung kemih
9) Enuresis menurun Terapeutik
4) Efek tindakan medis dan
diagnostik (mis. operasi ginjal,
operasi saluran kemih, anestesi, 1. Catat waktu-waktu dan haluaran
dan obat-obatan) berkemih
5) Kelemahan otot pelvis 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
6) Ketidakmampuan mengakses 3. Ambil sampel urin tengah
toilet (mis. imobilisasi) (midstream) atau kultur
7) Hambatan lingkungan
8) Ketidakmampuan Edukasi
mengkomunikasikan kebutuhan
eliminasi 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
9) Outlet kandung kemih tidak saluran berkemih
lengkap (mis. anomali saluran 2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan
kemih kongenital) haluaran urin
10) Imaturitas (pada anak usia < 3 3. Ajarkan mengambil spesimen urin
tahun) midstream
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penguatan
otot-otot panggul/berkemihan
6. Anjurkan minum yang cukup, jika
tidak ada kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat


supositoria uretra, jika perlu
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas
berhubungan dengan penekanan 3x24 jam diharapkan pola napas
diafragma membaik dengan kriteria hasil : Observasi
Defenisi : inspirasi dan atau 1) Dispnea menurun 1. Monitor pola napas (frekuensi,
ekspirasi yang tidak memberi 2) Penggunaan otot bantu napas menurun kedalaman, usaha napas)
ventilasi adekuat 3) Pemanjangan fase ekspirasi menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan
Penyebab : 4) Frekuensi napas membaik (misalnya: gurgling, mengi,
5) Kedalaman napas membaik wheezing, ronchi kering)
1) Depresi pusat pernapasan 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
2) Hambatan upaya napas (mis. aroma)
nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan) Terapeutik
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
5) Gangguan neuromuskular dengan head-tilt dan chin-lift (jaw
6) Gangguan neurologis (mis. thrust jika curiga trauma fraktur
elektroensefalogram [EEG] servikal)
positif, cidera kepala, gangguan 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
kejang) 3. Berikan minum hangat
7) Imaturitas neurologis 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8) Penurunan energi 5. Lakukan penghisapan lendir kurang
9) Obesitas dari 15 detik
10) Posisi tubuh yang menghambat 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
ekspansi paru penghisapan endotrakeal
11) Sindrom hipoventilasi 7. Keluarkan sumbatan benda padat
12) Kerusakan inervasi diafragma dengan forsep McGill
(kerusakan saraf C5 keatas) 8. Berikan oksigen, jika perlu
13) Cidera pada medula spinalis
14) Efek agen farmakologis Edukasi
15) Kecemasan
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak ada kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

Defisit nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
Peningkatan kebutuhan 3x24 jam diharapakan status nutrisi Observasi
metabolisme membaik dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi status nutrisi
Definisi: 1. Porsi makan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
meningkat makanan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Berat badan membaik
memenuhi kebutuhan metabolisme 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
jenis nutrien
Penyebab: 5. Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
1. Ketidakmampuan menelan 6. Monitor asupan makanan
makanan 7. Monitor berat badan
2. Ketidakmampuan mencerna 8. Monitor hasil pemeriksaan
makanan laboratorium
3. Ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien Terapeutik
4. Peningkatan kebutuhan
metabolisme 1. Lakukan oral hygiene sebelum
5. Faktor ekonomi (mis: finansial makan, jika perlu
tidak mencukupi) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
6. Faktor psikologis (mis: stres, (mis: piramida makanan)
keengganan untuk makan) 3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastik jika asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi

1. Ajarkan posisi duduk, jika mampu


2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan (mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Ambulasi
berhubungan dengan penurunan 3x24 jam, diharapkan mobilitas fisik
kekuatan otot meningkat dengan kriteria hasil : Observasi

1. Pergerakan ekstremitas meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau


Defenisi: keluhan fisik lainnya
keterbatasan dalam gerakan fisik dari 2. Kekuatan otot meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
satu atau lebih ekstremitas secara 3. Rentang gerak (ROM) meningkat ambulasi
mandiri. 3. Monitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai
Penyebab : ambulasi
4. Monitor kondisi umum selama
1) Kerusakan integritas struktur melakukan ambulasi
tulang
2) Perubahan metabolisme Terapeutik
3) Ketidakbugaran fisik
4) Penurunan kendali otot 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
5) Penurunan massa otot alat bantu (mis: tongkat, kruk)
6) Penurunan kekuatan otot 2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
7) Kekakuan sendi jika perlu
8) Kontraktur 3. Libatkan keluarga untuk membantu
9) Efek agen farmakologis pasien dalam meningkatkan ambulasi
10) Nyeri
11) Kecemasan Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur


ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis: berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)

Dukungan Mobilisasi

Observasi

1. Identifikasi adanya nyeri atau


keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi

Terapeutik

1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan


alat bantu (mis: pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis: duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas


status kesehatan menurun 3x24 jam, diharapkan tingkat ansietas
menurun dengan kriteria hasil : Observasi
Defenisi :
 Identifikasi saat tingkat ansietas
Kondisi emosi dan pengalaman 1. Verbalisasi kebingungan menurun
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)
subyektif individu terhadap objek  Identifikasi kemampuan mengambil
yang dihadapi menurun
yang tidak jelas dan spesifik akibat 3. Perilaku gelisah menurun keputusan
antisipasi bahaya yang 4. Perilaku tegang menurun  Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
5. Konsentrasi membaik dan nonverbal)
memungkinkan individu melakukan
Tindakan untuk menghadapi 6. Pola tidur membaik
Terapeutik
ancaman.
 Ciptakan suasana terapeutik untuk
Penyebab: menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi
1. Krisis situasional kecemasan, jika memungkinkan
2. Kebutuhan tidak terpenuhi  Pahami situasi yang membuat
3. Krisis maturasional ansietas
4. Ancaman terhadap konsep diri  Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Ancaman terhadap kematian  Gunakan pendekatan yang tenang
6. Kekhawatiran mengalami dan meyakinkan
kegagalan  Tempatkan barang pribadi yang
7. Disfungsi sistem keluarga memberikan kenyamanan
8. Hubungan orang tua-anak tidak  Motivasi mengidentifikasi situasi
memuaskan yang memicu kecemasan
9. Faktor keturunan (temperamen  Diskusikan perencanaan realistis
mudah teragitasi sejak lahir) tentang peristiwa yang akan datang
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan
(mis: toksin, polutan, dan lain-
lain) Edukasi
12. Kurang terpapar informasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
Bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
 Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat


antiansietas, jika perlu

Defisit pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi kesehatan


dengan 3x24 jam, diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat dengan kriteria Observasi
Defenisi: hasil:
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Ketiadaan atau kurangnya informasi menerima informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
tertentu. 2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkatkan dan menurunkan
meningkat
3. Kemampuan menjelaskan motivasi perilaku hidup bersih dan
Penyebab: pengetahuan tentang suatu topik sehat
meningkat
1. Keterbatasan kognitif 4. Kemampuan menggambarkan Terapeutik
2. Gangguan fungsi kognitif pengalaman sebelumnya yang
3. Kekeliruan mengikuti anjuran sesuai dengan topik meningkat  Sediakan materi dan media
4. Kurang terpapar informasi 5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan Pendidikan Kesehatan
5. Kurang minat dalam belajar meningkat  Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
6. Kurang mampu mengingat 6. Pertanyaan tentang masalah yang sesuai kesepakatan
7. Ketidaktahuan menemukan dihadapi menurun  Berikan kesempatan untuk bertanya
sumber informasi 7. Persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun Edukasi

 Jelaskan faktor risiko yang dapat


mempengaruhi Kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
Kesiapan meningkatkan koping Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Koping Keluarga
keluarga berhubungan dengan 3x24 jam, diharapkan status koping
penanganan keluarga terhadap keluarga membaik dengan kriteria hasil : Observasi
pengobatan
 Identifikasi respons emosional
1. Perilaku bertujuan membaik
terhadap kondisi saat ini
Defenisi: 2. Perilaku sehat membaik
 Identifikasi beban prognosis secara
Pola adaptasi anggota keluarga 3. Komitmen pada
psikologis
perawatan/pengobatan meningkat
dalam mengatasi situasi yang  Identifikasi pemahaman tentang
4. Komunikasi antara anggota
dialami klien secara efektif dan keputusan perawatan setelah pulang
keluarga meningkat
menunjukkan keinginan serta  Identifikasi kesesuaian antara
harapan pasien, keluarga, dan tenaga
kesiapan untuk meningkatkan
kesehatan
Kesehatan keluarga dan klien.
Terapeutik

 Dengarkan masalah, perasaan, dan


pertanyaan keluarga
 Terima nilai-nilai keluarga dengan
cara yang tidak menghakimi
 Diskusikan rencana medis dan
perawatan
 Fasilitasi pengungkapan perasaan
antara pasien dan keluarga atau antar
anggota keluarga
 Fasilitasi pengambilan keputusan
dalam merencanakan perawatan
jangka Panjang, jika perlu
 Fasilitasi anggota keluarga dalam
mengidentifikasi dan menyelesaikan
konflik nilai
 Fasilitasi pemenuhan kebutuhan
dasar keluarga (mis: tempat tinggal,
makanan, pakaian)
 Fasilitasi anggota keluarga melalui
proses kematian dan berduka, jika
perlu
 Fasilitasi memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan peralatan yang
diperlukan untuk mempertahankan
keputusan perawatan pasien
 Bersikap sebagai pengganti keluarga
untuk menenangkan pasien dan/atau
jika keluarga tidak dapat memberikan
perawatan
 Hargai dan dukung mekanisme
koping adaptif yang digunakan
 Berikan kesempatan berkunjung bagi
anggota keluarga

Edukasi

 Informasikan kemajuan pasien secara


berkala
 Informasikan fasilitas perawatan
Kesehatan yang tersedia

Kolaborasi

 Rujuk untuk terapi keluarga, jika


perlu
2) Post Operasi

Diagosa Keperawatan SLKI SIKI

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera fisik 3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri Observasi:
menurun dengan kriteria hasil :
Defenisi : Pengalaman  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
sensorik atau emosional yang 1) Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
berkaitan dengan kerusakan 2) Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
jaringan actual atau 3) Sikap protektif menurun  Idenfitikasi respon nyeri non verbal
fungsional,dengan onset 4) Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan
mendadak atau lambat dan 5) Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
berintesitas ringan hingga berat 6) Frekuensi nadi membaik  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
yang berlangsung kurang dari 3 tentang nyeri
bulan  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
Penyebab :  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
1) Agen pencedera fisiologis  Monitor keberhasilan terapi
(mis: inflamasi, iskemia, komplementer yang sudah diberikan
neoplasma)  Monitor efek samping penggunaan
2) Agen pencedera kimiawi analgetik
(mis: terbakar, bahan kimia
iritan) Terapeutik:
3) Agen pencedera fisik (mis:
abses, amputasi, terbakar,  Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
terpotong, mengangkat berat, mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
prosedur operasi, trauma, akupresur, terapi music, biofeedback,
Latihan fisik berlebihan). terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu


nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu

Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi


dengan tindakan 3x24 jam, diharapkan tingka infeksi
pembedahan menurun dengan kriteria hasil : Observasi
Defenisi : 1. Demam menurun  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
Berisiko mengalami 2. Kemerahan menurun dan sistemik
peningkatan terserang 3. Nyeri menurun
organisme patogenik. 4. Bengkak menurun Terapeutik
5. Kadar sel darah putih membaik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi


 Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika


perlu
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Integritas Kulit
berhubungan dengan cedera 3x24 jam, diharapkan integritas
kulit kulit/jaringan meningkat dengan kriteria Observasi
hasil :
Defenisi :  Identifikasi penyebab gangguan integritas
Kerusakan kulit (dermis 1) Kerusakan jaringan menurun kulit (mis: perubahan sirkulasi, perubahan
dan/atau epidermis) atau 2) Kerusakan lapisan kulit menurun status nutrisi, penurunan kelembaban,
jaringan (membran mukosa, suhu lingkungan ekstrim, penurunan
kornea, fasia, otot, tendon, mobilitas)
tulang, kartilago, kapsul sendi,
dan/atau ligamen). Terapeutik

Penyebab :  Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring


 Lakukan pemijatan pada area penonjolan
1. Perubahan sirkulasi tulang, jika perlu
2. Perubahan status nutrisi  Bersihkan perineal dengan air hangat,
(kelebihan atau terutama selama periode diare
kekurangan)  Gunakan produk berbahan petroleum atau
3. Kekurangan/kelebihan minyak pada kulit kering
volume cairan  Gunakan produk berbahan ringan/alami
4. Penurunan mobilitas dan hipoalergik pada kulit sensitive
5. Bahan kimia iritatif  Hindari produk berbahan dasar alkohol
6. Suhu lingkungan yang pada kulit kering
ekstrim
7. Faktor mekanis (mis: Edukasi
penekanan pada tonjolan
tulang, gesekan) atau  Anjurkan menggunakan pelembab (mis:
faktor elektris lotion, serum)
(elektrodiatermi, energi  Anjurkan minum air yang cukup
listrik bertegangan tinggi)  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
8. Efek samping terapi  Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
radiasi sayur
9. Kelembaban  Anjurkan menghindari terpapar suhu
10. Proses penuaan ekstrim
11. Neuropati perifer  Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
12. Perubahan pigmentasi minimal 30 saat berada diluar rumah
13. Perubahan hormonal  Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
14. Kurang terpapar secukupnya
informasi tentang upaya
mempertahankan/melindu
ngi integritas jaringan
Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Seksualitas
berhubungan dengan 3x24 jam, diharapkan fungsi seksual
perubahan struktur tubuh membaik dengan kriteria hasil : Observasi
Defenisi : 1) Kepuasan hubungan seksual meningkat  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Perubahan fungsi seksual 2) Verbalisasi aktivitas seksual berubah menerima informasi
selama fase respon seksual menurun
berupa hasrat, terangsang, 3) Verbalisasi eksitasi seksual berubah Terapeutik
orgasme, dan/atau relaksasi menurun
yang dirasa tidak memuaskan, 4) Verbalisasi peran seksual berubah  Sediakan materi dan media Pendidikan
tidak bermakna, atau tidak menurun Kesehatan
adekuat. 5) Verbalisasi fungsi seksual berubah  Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
menurun kesepakatan
Penyebab : 6) Keluhan nyeri saat berhubungan seksual  Berikan kesempatan untuk bertanya
(dispareunia) menurun  Fasilitasi kesadaran keluarga terhadap
1. Perubahan fungsi/struktur 7) Hasrat seksual membaik anak dan remaja serta pengaruh media
tubuh (mis: kehamilan, 8) Orientasi seksual membaik
baru melahirkan, obat- Edukasi
obatan, pembedahan,
anomali, proses penyakit,  Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem
trauma, radiasi) reproduksi laki-laki dan perempuan
2. Perubahan biopsikososial  Jelaskan perkembangan seksualitas
seksualitas sepanjang siklus kehidupan
3. Ketiadaan model peran  Jelaskan perkembangan emosi masa anak
4. Model peran tidak dapat dan remaja
mempengaruhi  Jelaskan pengaruh tekanan kelompok dan
5. Kurang privasi sosial terhadap aktivitas seksual
6. Ketiadaan pasangan  Jelaskan konsekuensi negatif mengasuh
7. Kesalahan informasi anak pada usia dini (mis: kemiskinan,
8. Kelainan seksual (mis: kehilangan karir dan Pendidikan)
hubungan penuh  Jelaskan risiko tertular penyakit menular
kekerasan) seksual dan AIDS akibat seks bebas
9. Konflik nilai  Anjurkan orang tua menjadi educator
10. Penganiayaan fisik (mis: seksualitas bagi anak-anaknya
kekerasan dalam rumah  Anjurkan anak/remaja tidak melakukan
tangga) aktivitas seksual di luar nikah
11. Kurang terpapar  Ajarkan keterampilan komunikasi asertif
informasi untuk menolak tekanan teman sebaya dan
sosial dalam aktivitas seksual

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Citra Tubuh
berhubungan dengan 3x24 jam, diharapakan citra tubuh
efek tindakan/pengobatan meningkat dengan kriteria hasil: Observasi

Defenisi: 1. Melihat bagian tubuh membaik  Identifikasi harapan citra tubuh


Perubahan persepsi tentang 2. Menyentuh bagian tubuh membaik berdasarkan tahap perkembangan
penampilan, struktur, dan 3. Verbalisasi kecacatan bagian tubuh  Identifikasi budaya, agama, jenis
fungsi fisik individu. membaik kelamin, dan umur terkait citra tubuh
4. Verbalisasi kehilangan bagian tubuh  Identifikasi perubahan citra tubuh yang
Penyebab: membaik mengakibatkan isolasi sosial
 Monitor frekuensi pernyataan kritik
1. Perubahan terhadap diri sendiri
struktur/bentuk tubuh  Monitor apakah pasien bisa melihat
(mis: amputasi, trauma, bagian tubuh yang berubah
luka bakar, obesitas,
jerawat) Terapeutik
2. Perubahan fungsi tubuh
(mis: proses penyakit,  Diskusikan perubahan tubuh dan
kehamilan, kelumpuhan) fungsinya
3. Perubahan fungsi kognitif  Diskusikan perbedaan penampilan fisik
4. Ketidaksesuaian budaya, terhadap harga diri
keyakinan, atau sistem  Diskusikan perubahan akibat pubertas,
nilai kehamilan, dan penuaan
5. Transisi perkembangan  Diskusikan kondisi stress yang
6. Gangguan psikososial mempengaruhi citra tubuh (mis: luka,
7. Efek penyakit, pembedahan)
Tindakan/pengobatan  Diskusikan cara mengembangkan
(mis: pembedahan, harapan citra tubuh secara realistis
kemoterapi, terapi  Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
radiasi) tentang perubahan citra tubuh

Edukasi

 Jelaskan kepada keluarga tentang


perawatan perubahan citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
sendiri terhadap citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu (mis:
pakaian, wig, kosmetik)
 Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung (mis: kelompok sebaya)
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan diri (mis:
berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain maupun kelompok
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan gejala 3x24 jam, diharapakan status kenyamanan
terkait penyakit meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
Defenisi : 1) Keluhan tidak nyaman menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Perasaan kurang senang, 2) Gelisah menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
lega,dan sempurna dalam  Identifikasi skala nyeri
dimensi fisik, psikospiritual,  Idenfitikasi respon nyeri non verbal
lingkungan, dan sosial.  Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Penyebab:  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
1. Gejala penyakit  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
2. Kurang pengendalian respon nyeri
situasional/lingkungan  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
3. Ketidakadekuatan sumber hidup
daya (mis: dukungan  Monitor keberhasilan terapi
finansial, sosial, dan komplementer yang sudah diberikan
pengetahuan)  Monitor efek samping penggunaan
4. Kurangnya privasi analgetik
5. Gangguan stimulus
lingkungan Terapeutik
6. Efek samping terapi (mis:
medikasi, radiasi,  Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
kemoterapi) mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
7. Gangguan adaptasi akupresur, terapi music, biofeedback,
kehamilan terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu


nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu

Terapi Relaksasi

Observasi

 Identifikasi penurunan tingkat energi,


ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
 Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan Teknik sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah Latihan
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Terapeutik

 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa


gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
Tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan


jenis relaksasi yang tersedia (mis: musik,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi atau melatih
Teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih Teknik
relaksasi (mis: napas dalam, peregangan,
atau imajinasi terbimbing)
psikospritual, lingkungan 4) Baju yang nyaman yang bisa membantu klien
budaya, dan atau sosial 5) Tingkat energi Teknik Relaksasi
Batasan Karakteristik : 1) Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
relaksasi
1) Ansietas 2) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Berkeluh kesah 3) Tunjuk dan praktikkan teknik relaksasi
3) Gangguan pola tidur pada klien
4) Gatal 4) Dorong pengulangan teknik praktik-
5) Gejala distress praktik tertentu secra berkala
6) Gelisah 5) Dorong kontrol sendiri ketika relaksasi
7) Ketidakmampuan untuk dilakukan
rileks 6) Evaluasi dan dokumentasikan respon
8) Kurang puas dengan terhadap terapi relaksasi
keadaan
9) Menangis
10) Merasa dingin
11) Merasa kurang senang
dengan situasi
12) Merasa lapar
13) Merasa tidak nyaman
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan pada pasien kanker
ovarium. Tindakan keperawatan tersebut melipu tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan berdasarkan kesimpulan perawat
sendiri. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang bekerjasama dengan dokter, ahli
gizi, dan lain-lain. Bekerjasama dengan dokter misalnya tindakan medis apa yang
akan dilakukan pada pasien kanker ovarium, seperti pemberian obat dan tindakan
pembedahan. Bekerjasama dengan ahli gizi misalnya menentukan diet pasien kanker
ovarium.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yaitu melihat respon pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada pasien kanker ovarium dengan cara melakukan identifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi keperawatan memiliki pengetahuan dan kemampuan
memahami respon pasien serta menggambarkan kesimpulan tujuan yang dicapai
dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Ada 2 jenis evaluasi
yaitu :
a. Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat melakukan tindakan
keperawatan dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif
Merupakan hasil observasi dan analisis status pasien kanker ovarium
berdasarkan tujuan yang direncanakan. Evaluasi juga sebagai alat ukur apakah
tujuan sudah tercapai, tercapai sebagian atau tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Asri, Dkk. 2016. Hubungan antara Menyusui dengan Risiko Kanker
Ovarium. Indonesian Jurnal of Cancer , Volume 10, nomor 3. Diakses dalam
http://indonesianjournalofcancer.or.id/ejournal/index.php/ijoc/article/downloa
d/437/232 diakses tanggal 7 Mei 2024.
Arania, Windarti. 2015. Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2009-2013, Volume 5, nomor 9.
Diakses dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=328303&val=5503&title
=Karakteristik%20Pasien%20Kanker%20Ovarium%20di%20Rumah%20Saki t
%20Dr.%20H.%20Abdul%20Moeloek%20Bandar%20Lampung%20Tahun
%202009-2013 diakses tanggal 7 Mei 2024.

Brunner. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12. Jakarta :
EGC.

Bulechek. G, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) (edisi 6). Mosby :
Lawa City

Diah Novita, N. H. A. (2021). Penatalaksaan Radioterapi Kanker Ovarium


Dengan Teknik Imrt Di Rumah Sakit. 11(2), 6.

Firmana, Dikcy. 2020.Keperawatan Onkologi Penyakit Kanker pada Perempuan.


Jakarta: Salemba Medika.

Nabelatul, L. F. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Ny. P dengan diagnosa CA


Ovarium Stadium IV Post Kemoterapi Ke-6 Dengan Acites Permagna Di
Ruang E2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. STIKES
HANG TUAH SURABAYA.

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika.


Reeder, Martin & Koniak-Griffin. 2013. Keperawatan Maternitas Vol edisi 18.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai