Kelompok 1
Kelompok 1
Kelompok 1
OLEH
KELAS A
2020
i
KATA PENGANTAR
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Studi Al-qur’an, Pak Syarifuddin,M.Ag., yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, agar makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik dan benar. Akhir kata, penulis berharap
semoga makalah tentang “Pengertian, ruang lingkup, dan sejarah perkembangan
ilmu (u’lum) Al-qur’an) ” dapat memberi manfaat kepada pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
3.1 Simpulan.......................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an sebagai kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, melalui malaikat Jibril, merupakan kitab suci umat Islam yang akan tetap
terpelihara sepanjang masa.
Salah satu ayat di dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa al-Qur’an benar-
benar dijamin dan tetap terpelihara dan sebagai petunjuk, sebagaimana dalam
firman Allah SWT, yang berbunyi :
Disamping itu al-Qur’an juga sebagai mukjizat Islam yang abadi dimana
semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya.
Allah SWT menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, demi
membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan
membimbing mereka kejalan yang lurus. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas
bagi para sahabat tentang ayat-ayat al-Qur’an yang mereka terima, mereka
langsung menanyakannya kepada Rasulullah saw.
Demikianlah cara para sahabat memahami ayat-ayat al-Qur’an dimana
mereka langsung menanyakannya kepada Rasulullah saw. dan langsung
menjelaskannya kepada para sahabat. Setelah Rasulullah saw. meninggal, para
sahabat meneruskan tradisi memahami makna-makna al-Qur’an dan tafsirnya
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Kemudian dilanjutkan oleh
murid-murid para sahabat dari kalangan tabi’in.
Al-Qur’an yang di dalamnya banyak mengandung ayat-ayat yang bersifat
Global. Mutlak dan Am, memberi peluang dan dorongan para ulama terdahulu
1
sampai sekarang untuk mempelajari dan terus menggali ilmu-ilmu dan
pemahaman terhadap al-Qur’an.
Untuk memahami, menerjemahkan dan menafsirkan al-Qur’an tidak
cukup dengan penguasaan bahasa Arab saja, tetapi lebih dari itu harus pula
menguasai ilmu-ilmu penunjang lainnya. Hasbi Ash-Shiddieqy menekankan untuk
dapat memahami al-Qur’an dengan sempurna diperlukan benar-benar adanya
ilmu-ilmu al-Qur’an”. Itulah sebabnya diperlukan penyelam yang terjun ke
dalamnya untuk mempelajari al-Qur’an agar dapat mengambil mutiara permata al-
Qur’an dari dasarnya.
Jika telah jelas bahwa Alquran dan hadis Rasul adalah pedoman hidup
yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan
sumber akhlaqul karimah dalam ajaran Islam. Alquran dan sunnah Rasul adalah
ajaran yang paling muliah dari segala ajaran manapun hasil renungan dan ciptaan
manusia. Sehinga telah menjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan naluri
manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan pengarahan Alquran dan As-
Sunnah. Dari pedoman itulah diketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan
mana yang buruk.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adapun perumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa Pengertian ’Ulum al-Qur’an ?
2. Bagaimana perkembangan ’Ulum al-Qur’an?
3. Apa Ruang lingkup pembahasan’Ulum al-Qur’an?
4. Bagaimana Urgensi ‘Ulumul Alquran dalam menafsirkan Alquran
Islam ?
1.3 Tujuan
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Untuk Pengertian ’ulum al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui perkembangan ’Ulum al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup pembahasan ’Ulum al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui urgensi Ulumul Alquran dalam menafsirkan
Alquran Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang
diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-
Fatihah sampai surat an-Nas, dengan demikian, secara bahasa, ’ulum al-Qur’an
adalah ilmu-ilmu (pembahasan-pembahasan) yang berkaitan dengan al-Qur’an.
5
Para Mutakallimin menetapkan, bahwa hakikat Al-Qur-an ialah : ”makna
yang berarti pada zat Allah”.
Ulama-ulama Mu’tazilah berpendapat, bahwa hakikat Al-Qur’an
ialah ;huruf-huruf dan suara yang dijadikan Allah yang setelah berwujud lalu
hilang dan lenyap.
6
membahasnya pada bagian-bagian yang dianggap terkait langsung dengan
perkembangan ulumul Qur’an.
Al-Qura’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizat selalu
diperkkuat oleh kemajuan ilmu pengetahun. Ia ditirunkan Allah kepada
Rasulullah, Muhammad s.a.w untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang
gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan lurus. Rasulullah
s.a.w. menyampaikan Quran kepada para sahabatnya- orang-orang Arab asli
sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka. Apabila mereke
mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka menanyakannya
kepada Rasulullah s.a.w.
Nabi saw. Bagi para sahabat adalah sebagai mahaguru dan sumber ilmu.
Hanya kepada Nabi, mereka menanyakan segala sesuatu yang tidak mereka
pahami termasuk makna atau pengertian ayat-ayat Alquran. Sebagai ilustrasi,
berikut ini dikemuakakan beberapa contoh :
b) Setelah turun Surah Al-An’am ayat 82; al-ladziina aamanu walam yalbisu
imaahum bidzulmin ula’ika lahumul amnu walahum muhtadin. Para sahabat
bertanya kepada Nabi: ”Ya Rasul, siapa di anata kami yang tidak menzalimi
(adz-dzulm) dirinya?” Maka Rasul menjawab dengan menafsirkan kata adz-
dzulm dalam ayat itu kepada Asy syirik, Nabi menunjuk kepada ayat yang
terdapat dalam surah Luqman, yaitu ”inna Asy-Syirika ladzulmun ’adzim.”
c) Abdullah bin Umar mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi
saw kemudian bertanya tentang makna as-sabil yang terdapat QS. Ali Imran
7
(3) : 93). Maka Rasulullah saw. Menjawab, as-sabil artinya bekal (az-zad) dan
kedatangan (ar-rihlah).
Nabi mengetahui dan memahami semua ayat Alquran, karena Allah telah
mengajarkan kepadanya. Allah swt. berfirman :
ك َو َرحْ َمتُ ۥهُ لَهَ َّمت َ َولَ ْواَل فَضْ ُل ٱهَّلل ِ َعلَ ْي
ك ِمن َ َون ِإٓاَّل َأنفُ َسهُ ْم ۖ َو َما يَضُرُّ ون َ ض ُّل ِ ُوك َو َما ي َ ض ُّل ِ ُطَّٓاِئفَةٌ ِّم ْنهُ ْم َأن ي
َ ب َو ْٱل ِح ْك َمةَ َو َعلَّ َم
َ ك َما لَ ْم تَ ُكن تَ ْعلَ ُم ۚ َو َك
ان َ َْك ْٱل ِك ٰت
َ نز َل ٱهَّلل ُ َعلَي َ َش ْى ٍء ۚ َوَأ
َ فَضْ ُل ٱهَّلل ِ َعلَ ْي
ك َع ِظي ًما
8
Terjemahannya :Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya
kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk
menyesatkanmu. tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan
mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. dan (juga karena)
Allah telah menurunkan kitab dan Hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan
kepadamu apa yang belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar
atasmu.(QS. An-Nisa’ (4) : 113).
Tercatat dalam sejarah bahwa ternyata Ulumul Quran telah ada pada masa
Nabi Muhammad saw. namun ketika itu belum ditulis seperti sekarang ini, karena
dikhawatirkan bercampur baur dengan hadis. Lagi pula ketika itu komunikasi dan
koordinasi dengan Nabi saw. berjalan secara efektif serta terorganisir dengan baik
di bawah bimbingan langsung oleh Rasulullah saw.
Pada masa khalifa Usman bin Affan wilayah Islam sudah semakin luas,
banyak non Arab memeluk Islam. Terjadi interaksi dan asimilasi antara orang-
9
orang arab dengan orang ajam. Mereka yang telah memeluk Islam, ingin
mempelajari Alquran sebagai sumber utama ajaran Islam. Padahal Alquran pada
masa itu ditulis dalam berbagai naskah yang berbeda penulisan dan bacaannya
antara yang satu dengan yang lain. Maka untuk menghindari perbedaan itu dan
menjaga agar Alquran tetap utuh serta bisa dipelajari, Usman memerintahkan
agar Alquran ditulis dalam suatu mushaf dan selainnya harus dimusnahkan.
Pekerjaan ini melahirkan suatu ilmu yang dikenal dengan ilmu rasm al-qur’an
atau ilmu rasmi al-usmani, yang selanjutnya menjadi salah satu kajian dalam
ulumul quran.
Pada masa usman atau abad pertama hijiriyah ulmul quran belum
dibukukan, baru diajarkan secara lisan atau dari mulut ke mulut para sahabat.Pada
abad ketiga mulailah ditulis kajian khusus ulumul quran yang terasing dari buku
hadis. Di antara tokoh dan karya yang dihasilkan pada abad III adalah sebagai
berikut :
a) Ali bin Madini (234 H) guru Al-Bukhari denga karyanya ilmu Asbab An-
Nuzul.
b) Abi Ubaidillah bin Al-Qasim bin Salam dengan karyanya An-Nasikh wa
Al-Mansukh dan Al-Qiraa’at wa Fadha’il Qur’an.
c) Al-Haris bin Asad Al-Muhasabi (165-243 H) dengan karyanya Fahm Al-
Qur’an wa Ma’anihi. Buku ini memperbicangkan An-Nasikh wa Al-
Mansukh, Uslub Al-Qur’an, Al-Muhkam wa Al-Mutasyabih dan Fadha’il
Al- Qur’an.
d) Muhammad bin Ayyub (294 H). Karyanya ialah Maa Nuzila bi Makkah
wa Maa Nuzila bi Al-Madinah.
e) Muhammad bin Khalaf bin Al-Marzaban (309 H) Al-Hawi fi Ulumul Al-
Qur’an.
Dalam bidang tafsir ditulis pula buku Al-Jami’ Al-Bayan, yang dianggap buku
tafsir menumental (Ajjal At-Tafsir). Buku ini dikarang oleh Ibnu Jarir Ath-
Thabari (310 H).[
Pada abad ke-4 kajian ulumul quran semakin pesat. Pada abad ini ditulis
pula buku Ajaa’ib ’Ulumul Qur’an oleh Al-Anbari (328 H), yang berisi tentang
10
keutamaan Al-Qur’an, turunya Alquran dengan tujuh huruf, penulisan mushaf dan
bilangan surah, ayat dan kalimat Alquran. Pada abad ini juga ditulis buku tentang
gharib al-qur’an oleh As-Jastani (330 H).
Kenyataan di atas mengundang ulama membahas aspek metode yang terbaik
guna memahami atau menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Salah satu jawaban yang
disepakati adalah perlunya disusun ilmu-ilmu pengetahuan yang dengannya dapat
ditafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan baik, serta dapat mengeksplorasi
kandungannya yang berfungsi sebagai petunjuk dalam kehidupan umat manusia.
Ilmu yang demikian ini disebut ilmu tafsir atau ’Ulumul al-Qur’an.
11
2.3 Ruang Lingkup Pembahasan ”Ulumul Qur’an.
Kitab suci Alquran memuat dua hal yang berbeda ; pertama, memuat keaslian
pernyataan yang tertuju pada waktu tertentu (karakter bumi), kedua, memuat
penjelasan tentang tawaran informasi yang bersifat transenden dan bernilai abadi
bagi para pemeluknya kapanpun waktunya (aspek/karakter surga).
Konsekuensinya di satu sisi, manakala seseorang mufassir berbicara mengenai
paradigma penafsiran Alquran, maka secara inheren ia tidak dapat melepaskan diri
dari status Alquran yang merupakan ungkapan-ungkapan wahyu Tuhan yang
memiliki kemampuan serba Maha (transenden). Walaupun di sisi lain, para pakar
tafsir sepakat untuk menjadikan setiap hasil penafsiran bersifat zhanni ad-dilalah.
Yakni, penafsiran memiliki kekuatan kebenaran yang relatif lebih besar dengan
tetap memegang asumsi tentang masih adanya kekeliruan yang mungkin saja
terjadi akibat keterbatasan wawasan sang mufassir. Itu mengindikasikan setiap
hasil penafsiran bisa saja memenrima autokritik sepanjang didasari atas frame-
frame penafsiran Alquran yang kuat.
12
patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat al-Qur’an,baik dari ilmu-
ilmu bantu, seperti bahasa dan ushul fiqhi, maupun yang ditarik langsung dari
penggunaan al-Qur,an. Sebagai contoh, dapat dikemukakan kaidah-kaidah berikut
: (a) kaidah ism dan fi’il, (b) kaidah ta’rif dan tankir, (c) kaidah istifham dan
macam-macamnya, (d) ma’aniy al-huruf seperti : asa; la’alla, in, iza; dan lain-
lain, (e) kaidah su’al dan jawab, (f) kaidah pengulangan, (g) kaidah perintah
sesudah larangan, (h) kaidah penyebutan nama dalam kishah, (j) kaidah
penggunaan kata dan uslub al-Qur’an, dan lain-lain.
Komponen keempat (kitab tafsir dan para mufassir) mencakup
pembahasan tentang kitab-kitab tafsir baik yang lama maupun yang baru, yang
berbahasa arab, inggeris, atau indonesia, dengan mempelajari biografi, latar
belakang dan kecenderungan pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip yang
digunakan, srta keistimewaan dan kelemahannya.
13
ulumul quran mencakup 77.450 ilmu sesuai dengan bilangan kata-katanya. Hal itu
sesuai dengan pendapat sebagian kaum salaf, yang melihat bahwa setiap kata
dalam al-Quran mempunyai makna lahir dan bathin, selain itu terdapat pula
hubungan-hubungan dan susunan-susunannya. Maka dengan demikian, ilmu ini
tidak terkira banyaknya dan Allah sajalah yang mengetahuinya secara pasti.
Dari sekian banyak cakupan ulumul quran, maka yang menjadi induk atau
focus utamanya adalah tauhid, tadzkir (peringatan), dan hokum. Tauhid mencakup
banyak hal, antara lain pengetahuan tentang mahluk, sang pencipta, dan segala
sesuatu yang berkaitan dengannya. Yang termasuk dalam tadzkir adalah al-wa’d
(janji balasan kebajikan), al-wa’id (janji ancaman),surge dan neraka serta
penyucian lahir dan bathin. Sedangkan hukum mencakup beban (takalif) berupa
perintah, larangan, hal yang bermanfaat, dan hal-hal yang dapat mendatangkan
kemudharatan.
Secara garis besar ulumul quran itu dapat dikategorikan menjadi dua
macam, yaitu ilmu-ilmu yang yang diistimbatkan dari al-Quran, yang kemudian
dapat dipedomani oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini. Termasuk dalam
kategori ini, misalnya ilmu fiqh, ushul, tafsir, balaghah, kaidah-kaidah bahasa,
akidah, akhlak, dan sejarah. Dan yang kedua, ilmu-ilmu yang menjadi syarat atau
alat untuk memahami al-quran. Yang dimaksud dengan istilah ulumul Quran
dalam kajian ini adalah yang terakhir ini. Hal tersebut mencakup antara lain
sebagai berikut :
a) Ilmu Nuzul al-Qur’an” Kajian ini mencakup penyampaian quran dari Allah
kepada Nabi Muhammad, Al-makki wa Al- madani, ayat paling awal dan
paling akhir diturunkan, ayat yang turun dimalam hari (al-layliyah),
yang turun diwaktu siang (al-nahariyah), ayat yang turun dalam perjalanan,
ayat yang turun ketika Nabi berada ditempat tinggalnya, ayat yang turun
ketika Nabi berada dalam perjalanan dan ayat yang berulang kali turunnya.
14
b) Ilmu Qira’ah, Hal ini mencakup cara memulai bacaan, membaca wakaf, mad,
idgam, dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam kajian ini perbedaan para
ulama dalam membacanya, ada bacaan mutawatir, ahad, masyhur, dan syazz
c) Kajian tentang makna alquran yang berhubungan dengan hukum, seperti lafal
‘am yang tetap dalam keumumannya, ‘am yang telah ditakhsiskan, Manthiq,
mafkhum, muthlaq, muqayyad, dan lain sebagainya.
d) Kajian tentang makna alquran yang berkaitan dengan lafal, seperti ijaz, ithnab,
musawa, qashar, dan lain-lain.”
Dengan demikian, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Ulumul
quran itu mencakup ilmu-ilmu bahasa arab dan segala kajian. Yang berkaitan
dengan ajaran islam. Bahwa As-Sayuti berpendapat,bahwa ilmu jiwa, ilmu falaq,
ilmu astronomi, dan lain sebagainya juga termasuk ulumul quran. Hal itu
didasarkan pada firman Allah swt :
Žك Žِ Žُ فŽ َأ ْنŽنŽْ Ž ِمŽ ْمŽ ِهŽ ْيŽَ لŽ َعŽ اŽ ًدŽ يŽ ِهŽ ش
َ Ž Žِ بŽ اŽ Žَ ْئ نŽجŽِ Ž َوŽۖ Ž ْمŽ ِهŽ سŽ Žَ Ž ٍةŽ ُأ َّمŽ ِّلŽ ُكŽ يŽِ فŽث Žُ Ž َعŽ ْبŽَ نŽ َمŽوŽْ Žَ يŽوŽَ
Ž ٍءŽي
Žْ Ž شŽَ Ž ِّلŽŽ ُكŽِ لŽاŽŽًنŽ اŽَ يŽ ْبŽِ تŽب Žَ ŽاŽŽَ تŽ ِكŽ ْلŽ اŽك Žَ Ž ْيŽَ لŽ َعŽ اŽَ نŽ ْلŽ َّزŽَ نŽ َوŽۚ Ž ُؤ اَل ِءŽَهŽٰ ŽىŽٰ Žَ لŽ َعŽ اŽ ًدŽ يŽ ِهŽَش
Žَ Ž يŽ ِمŽِ لŽ ْسŽ ُمŽ ْلŽِ لŽىŽٰ Ž َرŽ ْشŽُ بŽ َوŽً ةŽ َمŽحŽْ ŽرŽَ ŽوŽَ Ž ىŽ ًدŽُ هŽوŽَ
Žن
Terjemahannya : (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap
umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.(QS. An-Nahl
(16) : 89.
Ulumul qur’an mempunyai erat kaitannya erat dengan tafsir, di mana tafsir
merupakan salah satu kajian dalam ulumul quran. Dan dalam menafsir Alquran,
ulumul quran lainnya sangat diperlukan oleh seorang mufassir. Dengan
15
menguasainya, mufassir terbantu dalam memahami ayat-ayat tersebut. Maka
urgensi ulumul quran dalam memahami ayat-ayat Alquran sama dengan urgensi
ulumul hadis dalam memahami hadis; sebagaimana hadis tidak akan dapat
dikuasai dan dipahami tanpa menguasai ilmu hadis terlebih dahulu, seperti itu
pulalah Alquran tidak akan dapat dipahami tanpa mengetahui ulumul quran.
Urgensi ulumul quran dalam penafsirannya secara lebih jelas terlihat pada
ilmu asbab an nuzul dan an-nasikh wa mansukh, tanpa menguasai ilmu ini, orang
bisa salah dalam memahami ayat-ayat Alquran, terutama ayat-ayat yang khusus
diturunkan untuk menjawab kasus-kasus tertentu yang tidak boleh dihukum yang
16
kandungannya digeneralisasi untuk semua kasus, seperti firman Allah dalam
Surah Al-Ma’idah (5) ayat 93 dan juga firman Allah swt. berikut :
Žَ هَّللاŽ ِإ َّنŽۚ Žِ هَّللاŽُ هŽجŽْ ŽوŽَ Ž َّمŽَثŽَ فŽاŽ وŽُّ لŽوŽَ Žُ تŽ اŽ َمŽَ نŽ َأ ْيŽَ فŽۚ Žب
Žُ Ž ِرŽ ْغŽ َمŽ ْلŽ اŽوŽَ Žق
ُ Ž ِرŽ ْشŽ َمŽ ْلŽ اŽِ هَّلِلŽوŽَ
Ž ٌمŽ يŽِ لŽ َعŽ ٌعŽسŽِ Ž اŽوŽَ
Terjemahannya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun
kamu menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.(QS. Al-Baqarah (2) ayat 115.
Ayat ini, secara umum tanpa melihat asbab an-nuzul-nya, berarti “bahwa
seseorang, dalam shalatnya, boleh dan sah menghadap kemana saja, karena semua
yang ada ini kepunyaan Allah”. Jika ayat ini dipahami seperti iu, maka ia terlihat
kontradiktif dengan Surah Al-Baqarah (2) ayat 143-144, yang memerintahkan
umat Islam agar dalam shalat menghadap kiblat, yaitu Ka’bah. Sebenarnya ayat di
atas hanya berlaku pada kasus tertentu yang sama dengan asbab an-nuzul-nya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dalam
makalah ini dapat disimpulkan:
1. Ulum Al-Qur’an adalah ilmu yang membahas masalah-masalah yang
berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi asbab an-nuzul (sebab-sebab
turunnya Al-Qur’an), pengumpulan dan penerbitan Alquran, pengetahuan
tentang surat-surat Makkiyyah dan dan Madaniyyah, an-nasikh wal mansukh
dan sebagainya.
2. Ulumul quran mulai tumbuh semenjak masa Nabi. Rasul adalah mufasir
awwal. Akan tetapi, penafsiran Nabi terhadap ayar-ayat tersebut tidak ditulis
secara resmi oleh para sahabat. Penafsiran Nabi hanya disampaikan kepada
sahabat yang lain dan tabi’in dengan periwayatan dari mulut ke mulut.
3. Karena begitu luasnya pembahasan tentang ’ulum al-Qur’an, maka Dr. M.
Quraisy Shihab membagi kedalam empat komponen, (1) Pengenalan terhadap
al-Qur’an, (2) kaidah-kaidah tafsir, (3) metode-metode tafsir, (4) kitab-kitab
tafsir dan para mufassir.
3.2 Saran
1. Kepada para pembaca disetiap jenjang pendidikan dan dari segala status
sosial lainnya agar kiranya banyak membaca al-Qur’an yang dapat bernilai
ganda baik kehidupan dunia maupun akhirat.
2. Karena al-Qur’an merupakan pedoman hidup, sudah seharusnya kepada
pemerintah melalui kantor, dinas dan badan penyelenggara pendidikan
formal dan informal agar kiranya pendidikan al-Qur’an dimasukkan dalam
kurikulum pendidikan dasar, menengah dan atas serta perguruan tinggi
sehingga suasana kehidupan qur’ani dapat menyeluruh dan menyentuh
lapisan bawah.
3. Perlu pemerataan pembangunan dan pengelolaan pusat studi al-Qur’an
sehingga kajian studi al-qur’an lebih merata kesetiap daerah.
18
DAFTAR PUSTAKA
As-Shalih, Subhi. 1985. Mabahits fi ’Ulumil Qur’an. Terj. Tim Pustaka Firdaus,
Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an. Cet. XVI; Jakarta: Pustaka Firdaus
Departemen Agama RI. 1990. Tafsir Ilmu Tafsir. Cet. II; Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Ibrahim. 1985. al-Mu’jamul Wasith Jilid II. Cet. III; Kairo: Darul Handasiah
Rosadisastra Andi. 2007. Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial. Cet. I;
Jakarta: Amzah
Syauqi Nawawi, Rif’at. 1992. Pengantar Ilmu Tafsir. Cet.II; Jakarta: Bulan
Bintang.
19