Brebes Studies
Brebes Studies
Brebes Studies
ABSTRAK
Adat istiadat yang ada di tengah masyarakat Brebes, tidak lepas dari budaya dan tradisi yang sudah
melekat dalam keseharian masyarakatnya. Adat istiadat itu, selalu dijiwai semangat kegotongroyongan,
kebersamaan dan silaturahmi. Beberapa kegiatan adat istiadat yang ada di masyarakat, hingga kini masih
tetap dilestarikan. Seperti sedekah bumi, sedekah laut, halal bihalal, khaul dan adat-adat lainnya.
Adat istiadat yang ada sekarang ini, perlu dilestarikan agar generasi muda tidak sampai tidak tahu, apa
dan bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungannya. Karena pada dasarnya, adat istiadat itu memiliki
makna dan pelajaran hidup bagi masyarakatnya. Sehingga harapannya, ketika generasi muda mengenal
dan memahami adat istiadatnya, selain tradisi itu tetap lestari, juga yang paling penting adalah nilai dan
ajaran adat istiadat itu mampu diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci: ritual, ritus adat manten tebu, sedekah laut, sedekah bumi
PENDAHULUAN
Budaya, tradisi dan adat istiadat merupakan modal sosial yang dapat dimanfaatkan
dalam rangka pelaksanaan pembangunan. Karenanya, pemerintah perlu melakukan upaya
pelestarian dan pengembangan budaya, tradisi dan adat istiadat budaya yang ada di daerahnya,
sesuai dengan karakteristik masyarakat itu sendiri. Termasuk di Kabupaten Brebes, yang penuh
dengan budaya, tradisi dan adat istiadat yang sangat beragam. Apalagi Kabupaten Brebes
memiliki keberagaman suku bangsa, yang hingga kini terus hidup rukun dan damai
berdampingan.
Sebelum menelah lebih jauh kondisi sosial dan budaya, serta adat dan istiadat yang ada
di Kabupaten Brebes, kiranya perlu dijelaskan terlebih dahulu, apa yang dimaksud budaya dan
adat istiadat. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni.
METODE
Metode yang digunakan penulis adalah metode tinjauan pustaka. dalam jurnal ini
penulis mengambil dari beberapa website. Lebih lanjut berikut hasil dan pembahasan dalam
jurnal Ritual dan Spiritual di Brebes.
1. Manten tebu
Manten Tebu atau Pengantin Tebu bukan berati pesta pernikahan seseorang
dengan latar belakang tebu. Tetapi merupakan upacara atau tradisi yang dilakukan
sebelum penggilingan tebu di pabrik gula ini dimulai. Disebut manteh tebu, lantaran
dalam tradisi itu ada iriang-iringan tebu, yang dirias seperti pengatin, ada yang dirias
seperti pengantin perempuan dan ada yang dirias seperti pengantin laki-laki.
Tradisi pengantin tebu ini hanya ada di daerah yang memiliki pabrik tebu. Di
Kabupaten Brebes, tradisi ini masih berlangsung di Pabrik Gula (PG) Jatibarang.
Sementara PG Banjaratma, yang sudah gulung tikar, otomatis tidak ada lagi tradisi
manten tebu.
Tradisi manten tebu ini, bertujuan agar selama proses penggilingan tebu
menjadi gula, berjalan lancar tanpa kendala. Selain itu, juga diharapkan hasil rendemen
tebunya juga baik, sehingga petani bisa menghasilkan pendapatan yang baik pula.
Prosesi awal sebelum dilakukan Manten Tebu, beberapa hari sebelumnya digelar
acara pesta rakyat yang biasa dikenal didaerah Jatibarang Brebes dengan istilah
"Metikan". Metikan yang berasal dari bahasa Jawa “petik” yang berarti memetik. Dalam
acara metikan yang digelar selama kurang lebih 2 minggu, masyarakat dan para
pedagang berkumpul menjadi satu seperti halnya acara Pasar Malam. Selain para
pedagang, diacara metikan juga tersedia beberapa hiburan seperti panggung dangdut,
komedi putar dan lain-lain.
Selain beberapa acara tersebut, juga diadakan pembacaan Shalawat. Maka,
lantunan shalawat nabi dan rampak rebana terdengar di sela-sela roda baja tua mesin
pemeras pabrik gula. Ratusan karyawan pabrik gula duduk bersila dengan khusyuk
membaca doa demi keselamatan dan keberhasilan musim giling yang akan dijalani.
2. Sedekah bumi
Sedekah bumi, berarti ungkapan rasa syukur akan hasil bumi yang didapatkan
masyarakat. Biasanya dilakukan setelah panen besar. Di desa Cikakak, Kecamatan
Banjarharjo Brebes, setiap tahun dilaksanakan sedekah bumi ini. Sedekah bumi, bukan
berarti bersyukur kepada bumi. Tetapi, bersyukur kepada Tuhan karena telah
melimpahkan rezeki kepada masyarakat dengan bumi yang subur.
Untuk meramaikan acara sedekah bumi ini, biasanya mengundang kiai atau
ustadz untuk memberikan nasehat kepada masyarakat melalui ceramah agama. Di desa
Cikakak, pernah mengundang kesenian tradisional yaitu wayang golek.
Upacara adat ngasa adalah tradisi sedekah bumi versi masyarakat Suku Sunda.
Konsep dari tradisi ini sama, yaitu menaikan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas
berkah yang dilimpahkan melalui hasil pertanian. Dilansir dari kemdikbud.go.id, Rabu
(9/3/2022), dalam upacara adat yang diadakan setiap Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon
yang jatuh pada mangsa kesanga (bulan kesembilan) ini juga dihaturkan untuk
memohon berkah untuk hasil panen di tahun selanjutnya.
3. Sedekah laut
Sedekah laut tidak berbeda jauh dengan sedekah bumi. Pengertian sedekah laut
adalah bersedakah atas hasil laut yang diperoleh para nelayan. Pengertian sedekah laut,
saat ini juga ada kesalahpahaman, di mana sedekah laut sering dianggap bersedekah
kepada laut. Antara lain dengan melarung kepala kerbau, sesaji dan beberapa makanan.
Sedekah laut ini, juga biasanya digelar saat petani menikmati hasil tangkapan
yang bagus. Mereka bergotong royong menyisihkan sebagian hasil dari usahanya di laut
untuk bersedekah bersama-sama. Seperti halnya sedekah bumi, para nelayan itu
membuat ambeng atau tumpeng untuk di makan bersama. Salah satunya dengan
memotong kerbau, dan potongan kepala kerbau tersebut dilarung ke tengah laut.
Sementara daging kerbaunya dimakan bersama-sama.
Dalam perkembangannya, tradisi sedekah laut ini mulai bergeser di beberapa
wilayah pusat nelayan. Yang tadinya merupakan sedekah, ungkapan rasa syukur para
nelayan atas hasil tangkapan lautnya, kini berubah menjadi pesta laut. Di mana nilai-
nilai religius dari pelaksanaan sedekah laut itu mulai hilang. Yang muncul justru
terkesan pesta pora atas apa yang diperoleh selama di laut. Mereka berpesta pora,
bersenang-senang sendiri. Sejumlah hiburan pun menjadi ajang pesta pora tersebut,
seperti hiburan musik dangdut, dan sejenisnya.
Tradisi sekedah laut di Kabupaten Brebes yang masih aktif hingga saat ini antara
lain di Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Desa
Pengaradan dan Desa Krakahan, Kecamatan Tanjung, Desa Prapag, Kecamatan Losari.
Dalam perkembangannya, tradisi sedekah laut ini mulai bergeser di beberapa
wilayah pusat nelayan. Yang tadinya merupakan sedekah, ungkapan rasa syukur para
nelayan atas hasil tangkapan lautnya, kini berubah menjadi pesta laut. Di mana nilai-
nilai religius dari pelaksanaan sedekah laut itu mulai hilang. Yang muncul justru
terkesan pesta pora atas apa yang diperoleh selama di laut. Mereka berpesta pora,
bersenang-senang sendiri. Sejumlah hiburan pun menjadi ajang pesta pora tersebut,
seperti hiburan musik dangdut, dan sejenisnya.
Tradisi sekedah laut di Kabupaten Brebes yang masih aktif hingga saat ini antara
lain di Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Desa
Pengaradan dan Desa Krakahan, Kecamatan Tanjung, Desa Prapag, Kecamatan Losari.
SIMPULAN
Manten Tebu atau Pengantin Tebu bukan berati pesta pernikahan seseorang dengan
latar belakang tebu. Tetapi merupakan upacara atau tradisi yang dilakukan sebelum
penggilingan tebu di pabrik gula ini dimulai. Disebut manteh tebu, lantaran dalam tradisi itu ada
iriang-iringan tebu, yang dirias seperti pengatin, ada yang dirias seperti pengantin perempuan
dan ada yang dirias seperti pengantin laki-laki.
Tradisi pengantin tebu ini hanya ada di daerah yang memiliki pabrik tebu. Di Kabupaten
Brebes, tradisi ini masih berlangsung di Pabrik Gula (PG) Jatibarang. Sementara PG Banjaratma,
yang sudah gulung tikar, otomatis tidak ada lagi tradisi manten tebu.
Upacara adat ngasa adalah tradisi sedekah bumi versi masyarakat Suku Sunda. Konsep
dari tradisi ini sama, yaitu menaikan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah yang
dilimpahkan melalui hasil pertanian. Dilansir dari kemdikbud.go.id, Rabu (9/3/2022), dalam
upacara adat yang diadakan setiap Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon yang jatuh pada mangsa
kesanga (bulan kesembilan) ini juga dihaturkan untuk memohon berkah untuk hasil panen di
tahun selanjutnya.
Sedekah laut tidak berbeda jauh dengan sedekah bumi. Pengertian sedekah laut adalah
bersedakah atas hasil laut yang diperoleh para nelayan. Pengertian sedekah laut, saat ini juga
ada kesalahpahaman, di mana sedekah laut sering dianggap bersedekah kepada laut. Antara lain
dengan melarung kepala kerbau, sesaji dan beberapa makanan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.fesbukerbrebes.com/2022/07/sedekah-laut.html
https://www.fesbukerbrebes.com/2022/07/pengantin-tebu.html
https://jateng.solopos.com/ngasa-tradisi-sedekah-bumi-versi-sunda-di-kampung-
brebes-1269512
https://steemit.com/indonesia/@tusroni/adat-istiadat-masyarakat-brebes-or-culture-
of-the-brebes-society-bilingual-c9a0b7554a1b9
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1193