Nur Asizah d061221066 Proposal Tpi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI PENGEBORAN DEEP WELL MENGGUNAKAN INTERPRETASI


DATA 2D GEOLISTRIK DAN MESIN BOR SISTEM HIDROLIK DALAM
MENENTUKAN KUANTITAS SERTA KUALITAS AIR
DAERAH X

Disusun Oleh:

NUR ASIZAH
D061221066

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2024

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

hidup dibumi. Pertumbuhan penduduk, perkembangan infrastruktur, dan

meningkatnya standar kehidupan yang menyebabkan kebutuhan akan air bersih

terus meningkat hingga saat ini.

Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan semua makhluk.

Ketersediaan air juga menjadi prasyarat bagi kelangsungan peradaban suatu

bangsa. Keberadaan air di bumi dan di atmosfer mengikuti siklus hidrologi yang

sangat dinamis. Dinamika perubahan kondisi air di atmosfer, pada permukaan dan

di dalam bumi wajib diamati, dicatat, dihimpun, serta diolah menjadi data dan

informasi mengenai kondisi Hidrologi, Hidrometerologi, dan Hidrogeologi (H3),

diarsipkan secara tertib dan sistematis, serta diintegrasikan dengan pengelolaan

jaringan data spasial nasional. (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88

Tahun 2012).

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini

adalah dengan melakukan pengeboran air bersih. Pengeboran air tanah adalah

kegiatan membuat sumur bor air tanah yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman

teknis sebagai sarana eksplorasi, pengambilan, pemakaian dan pengusahaan,

pemantauan, atau imbuhan air tanah. (PP 43 TAHUN 2008 Pasal 1 ayat 12)

Oleh karena itu perlunya ada penilitian yang dilakukan dalam hal penyediaan

air bersih bagi masyarakat yang terkena dampak kriris air bersih.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi dasar untuk melakukan penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana ketersediaan air untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat di

daerah penelitian.

2. Bagaimana proses penyediaan air bagi masyarakat di daerah penelitian

1.3 Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, Maka penulis

membatasi permasalahan tersebut pada “Studi Pengeboran Deep Well

Menggunakan Interpretasi Data 2d Geolistrik Dan Mesin Bor Sistem Hidrolik

Dalam Menentukan Kuantitas Serta Kualitas Air Daerah Desa Bakti, Kabupaten

Gorontalo,Provinsi Sulawesi Utara”

2
1.4 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan studi mengenai Hidrologi

pada Daerah X. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi dari akuifer sumur bor.

2. Untuk Flukturasi air sumur bor saat pemompaan.

3. Untuk Mengetahui debit maksimum dan minimum sumur bor.

4. Untuk mengetahui tingkat recovery air sumur bor.

5. Dapat membuat skema pemompaan dalam pengambilan air bagi

masyarakat.

6. Untuk mengetahui perbandingan debit air secara teoritis dan lapangan.

7. Untuk mengetahui kualitas air pada daerah penelitian.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan semua makhluk.

Ketersediaan air juga menjadi prasyarat bagi kelangsungan peradaban suatu

bangsa. Keberadaan air di bumi dan di atmosfer mengikuti siklus hidrologi yang

sangat dinamis. Dinamika perubahan kondisi air di atmosfer, pada permukaan dan

di dalam bumi wajib diamati, dicatat, dihimpun, serta diolah menjadi data dan

informasi mengenai kondisi Hidrologi, Hidrometerologi, dan Hidrogeologi (H3),

diarsipkan secara tertib dan sistematis, serta diintegrasikan dengan pengelolaan

jaringan data spasial nasional.( Perpres No.88 Tahun 2012).

2.1.1 Syarat Kualitas Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Aspek

kualitas yang paling sensitif adalah aspek bau, rasa, dan warna. Adapun persyaratan

kualitas air minum dapat dilihat pada tabel dibawah ini berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/ Menkes / Per/ IV/ 2010 )

4
NO Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperoleh

1 Parameter yang berhubungan


langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi
Jumlah per
0
1) E.Coli 100 ml sampel
Jumlah per
0
2) Total Bakteri Koliform 100 ml sampel
b. Kimia an - organik
1) Arsen mg/1 0,01
2) Flourida mg/1 1,5
3) Total Kromium mg/1 0,05
4) Kadmium mg/1 0,003
5) Nitrit (Sebagai NO₂ ⁻) mg/1 3
6) Nitrat (Sebagai NO₃⁻) mg/1 50
7) Sianida mg/1 0,07
8) Selenium mg/1 0,01

2 Parameter yang tidak langsung


berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/1 500
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
6) Suhu ⁰C Suhu udara ± 3
b. Parameter Kimiawi
1) Aluminium mg/1 0,2
2) Besi mg/1 0,3
3) Kesadahan mg/1 500
4) Khlorida mg/1 250
5) Mangan mg/1 0,4
6) pH 6,5 - 8,5
7) Seng mg/1 3
8) Sulfat mg/1 250
9) Tembaga mg/1 2
10) Amonia mg/1 1,5
Tabel 2.2 Parameter wajib kualitas air minum PERMENKES RI No. 492/
Menkes / Per/ IV/ 2010

5
2.2 Geolistrik

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat

aliran listrik didalam dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi.

Aliran arus listrik yang mengalir didalam tanah yaitu melalui batuan-batuan dan

sangat dipengaruhi oleh adanya air tanah dan garam yang terkandung didalam

batuan serta hadirnya mineral logam maupun panas yang tinggi. Dalam hal ini yang

di ukur yaitu dalam pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang

terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus kedalam bumi.

Gambar 2.2 Alat Resistivitas S-Field 16 Elektroda Automatic Multichannel

2.2.1 Metode Geolistrik

Ada beberapa macam metode geolistrik antara lain: metode potensial diri,

arus telluric, magnetoteluric, elektromagnetik, IP (Induced polarization),

resistivitas (tahanan jenis) dan sebagainya.

Metode geolistrik ini digunakan untuk memperkirakan sifat kelistrikan

medium atau formasi bantuan bawah permukaan, terutama kemampuannya untuk

menghantarkan atau menghambat listrik. Dengan adanya metode ini kita dapat

memperkirakan sifat kelistrikan bantuan bawah permukaan tanah. Untuk dapat

6
menerapkan metode geolistrik dengan sempurna, maka kita harus dapat mengetahui

tata cara penggunaan metode geolistrik. Penggunan metode geolistrik ini dengan

menginjeksikan arus listrik di bawah permukaan tanah melalui dua buah elektroda

arus listrik.

Penggunaan metode geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad

Schlumberger pada tahun 1912. Conrad Schlumberger merupakan peletak dasar

baru dalam menggunakan aspek kelistrikan. Untuk menyelidiki keadaan geologi

bawah permukaan, beliau menggunakan "aspect dynamic" dari arus listrik yang

diinjeksikan kedalam bumi, serta mengamati akibat terhadap sifat kelistrikan

batuan sekelilingnya. Beliau juga sudah membayangkan akibat dari suatu medan

listrik terhadap media yang homogen dan membandingkan dengan media yang non

homogen.

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui

perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara

mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke

dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B

yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak

elektroda A dan B akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan

batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan

menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di

permukaan tanah diukur dengan penggunakan multimeter yang terhubung melalui

2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak

elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka

7
tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan

informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih

besar.

Metode geolistrik resistivitas merupakan metode geolistrik yang

mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam

bumi (Hendrajaya dan Idam, 1990). Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke

dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda

potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan

beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga resistivitas pada lapisan

permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point) (Apparao, 1997). Pada

metode ini dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang sering

digunakan adalah: konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi

Wenner-Schlumberger, konfigurasi Dipole-dipole, Rectangle Line Source dan

sistem gradien 3 titik (Hendrajaya dan Idam, 1990).

2.2.2 Tujuan Geolistrik

Tujuan dari geolistrik itu sendiri yaitu agar dapat mengetahui karakteristik

lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna

untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang

merupakan lapisan pembawa air.

Umumnya yang dicari adalah lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan

kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas.

‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga

ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca

8
setempat. Beberapa kegunaan dari geolistrik yang digunakan dalam ekplorasi

antara lain:

1. Eksplorasi Batubara

Salah satu metoda geofisika yang dapat digunakan untuk memperkirakan

keberadaan dan ketebalan batu bara di bawah permukaan adalah metoda geolistrik

tahanan jenis. Metoda geolistrik dapat mendeteksi lapisan batu bara pada posisi

miring, tegak dan sejajar bidang perlapisan di bawah permukaan akibat perbedaan

resistansi perlapisan batuan yang satu dengan yang lain, karena pada umumnya batu

bara memiliki harga resistansi tertentu.

2. Eksplorasi Geothermal

Dalam eksplorasi panas bumi digunakan metode geolistrik tahanan jenis untuk

memetakan harga tahanan jenis batuan di daerah penelitian dalam rangka

menentukan daerah konduktif yang merupakan batas reservoir sistem panas bumi.

Peninjauan yang dilakukan dengan cara profiling untuk memperoleh gambaran

umum daerah prospek panas bumi.

3. Eksplorasi Mineral

Dalam eksplorasi mineral digunakan metode geolistrik polarisasi terimbas.

Mengenai polarisasi yang terjadi pada batuan dan tanah adalah melingkupi

penyebaran atau difusiion-ion menuju mineral-mineral logam dan pergerakan ion-

ion didalam pore-filling elektrolit. Yang menjadi efek utama atau mekanisme utama

yang terjadi dalam suatu proses polarisasi adalah polarisasi elektroda atau electrode

polarization dan polarisasi membrane atau membrane polarization.

9
2.2.3 Tipe Konfigurasi Geolistrik

Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4

buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan

MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan

Schlumberger. Metode geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metode

favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan

bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.

1. Konfigurasi Wenner

Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan

pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN

yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter

dengan impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan kelemahannya adalah tidak

bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh

terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat

sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil

perhitungan menjadi kurang akurat.

10
Gambar 2.3 Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner (Loke & Barker, 1996

2. Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya,

sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan

kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN

hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak

AB.

Gambar 2.4 Konfigurasi Schlumberger; M & N elektroda potensial; A&B elektroda arus

3. Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Konfigurasi ini merupakan perpaduan dari konfigurasi Wenner dan konfigurasi

Schlumberger. Pada pengukuran dengan faktor spasi (n) = 1, konfigurasi Wenner-

Schlumberger sama dengan pengukuran pada konfigurasi Wenner (jarak antar

11
elektrode = a), namun pada pengukuran dengan n = 2 dan seterusnya, konfigurasi

Wenner-Schlumberger sama dengan konfigurasi Schlumberger (jarak antara

elektrode arus dan elektrode potensial lebih besar dari pada jarak antar elektrode

potensial).

Gambar 2.5 Pengaturan Elektroda Konfigurasi Wenner – Schlumberger

4. Konvigurasi Dipole-Dipole

Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode

potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing

elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada

suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode

arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang

lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di lintasan

itu.

12
Gambar 2.6 Pengaturan Elektroda Konfigurasi Dipole-Dipole

2.3 Pengeboran

Pemboran Kegiatan pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam

sebuah industri pertambangan salah satunya mineral logam (emas dan tembaga).

Pemboran adalah salah satu metode yang digunakan dalam suatu proses ekplorasi

pertambanga yang memberikan informasi data keadaan bawah tanah melalui garis

lubang pemboran.

2.3.1 Metode Pengeboran

Metode pemboran biasanya dilakukan untuk pembersiahan pecahan

materil tak terkonsolidasi dari bawah mata bor, sehingga pengeboran dapat

terus berlangsung. Metode pengeboran umumnya terbagi 6 bagian antara lain:

1. Auger Drilling

Pengeboran ini adalah jenis paling sederhana. Cara kerjanya dengan melibatkan

rotasi manual sekrup heliks ke tanah. Pengerjaan ini bisa dilakukan dua orang.

Walaupun terkadang pengeboran bisa dengan kendaraan. Jenis pengeboran ini

spesifik sebagai teknik pengintaian geokimia awal. Yang mana memakai tanah

yang lebih lembut agar mudah menemukan tempat pemasangan bor yang lebih

besar.

13
2. Rotary Air Blasting

Rotary Air Blasting adalah metode pengeboran dangkal yang paling

umum. Cara kerja rotary air blasting yaitu piston menggerakan objek “palu”, lalu

menggerakan mata bor ke dalam batu. Tujuannya untuk memecah permukaan keras

menjadi serpihan, sehingga bisa diangkat ke permukaan lewat udara

terkompresi. Metode ini cocok untuk mengebor banyak lubang dalam waktu

singkat. Tidak disarankan untuk sampel geologis karena mengalami airblasting.

3. Aircore

Metode pengeboran ini menggunakan mata bor tiga blade dengan batang bor

berlubang. Fungi dari bor berlubang untuk menembus tanah dan memecah batuan.

Selesai pengeboran, udara terkompresi diledakan dengan batang bor. Nantinya

potongan material dapat terbawa ke permukaan. Metode ini lebih lambat dari

Rotary Air Blasting, namun lebih presisi. Dengan demikian, sampel yang diperoleh

tidak terlalu rentan kontaminasi.

4. Circe Circulate Drilling

Metode pengeboran ini adalah yang terbaik untuk eksplorasi tambang. Cara

kerjanya mirip dengan rotary air blasting dan aircore drilling. Mulanya, benda

mirip “palu” digerakan oleh piston untuk menggerakan mata bor, namun memakai

rig dan mesin yang lebih besar. Keuntungannya yaitu mampu mengebor tanah lebih

dalam. Pengeboran ini sangat ideal untuk eksplorasi geologi. Sebab, sampel yang

dihasilkan bebas kontaminan. Keuntungan lainnya dari teknik pengeboran ini

adalah penanangan lebih sedikit, hemat biaya, dan lebih cepat selesai.

14
5. Diamond Core Drilling

Metode pengeboran ini memakai berlian sebagai mata bor. Dengan begitu,

metode pengeboran ini terbilang pengeboran paling mahal. Pengeboran dengan

mata bor berlian mampu menghasilkan sampel batuan seakurat mungkin. Hal ini

karena seluruh inti dapat terangkat ke permukaan. Dengan begitu sampel dari

pengeboran ini cocok untuk pencatatan kekuatan, komposisi, dan porositas.

6. Blast Hole Drilling

Terakhir, metode pengeboran ini untuk membersihkan tanah supaya mineral

di bawahnya mudah diakses. Hal ini melibatkan pengeboran lubang ke dalam bumi.

Sebab, ada peledak yang ditempatkan pada tiap-tiap lubang. Setelah diledakan,

mulai membersihkan material yang rusak. Apabila pengeboran terjadi di bawah

tanah, maka terowongan atau tempat ledakan dibentengi demi keamanan

manusia. Untuk alternatif bahan ledakan, kembang api peledak bertekanan gas bisa

digunakan untuk mengganti batu saat penggalian.

2.3.2 Tujuan Pengeboran

Tujuan pemboran secara umum adalah:

1. Untuk mengetahui/mempelajari data/informasi geologi (batuan, statigrafi,

struktur, mineralisasi).

2. Eksplorasi mineral dan batubara

3. Kontrol pertambangan

4. Keperluan perhitungan cadangan

5. Ventilasi tambang

6. Geoteknik

15
7. Untuk persiapan eksploitasi bahan tambang

8. Sebagai sarana untuk eksplorasi dengan metode lain (geofisika)

9. Untuk peledakan Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang

dilakukan adalah untuk menentukakn zona mineralisasi dari permukaan

sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika

telah dapat mengetahui gambaran geologi permuaan dan mineralisasi bawah

permukaan secara menyeluruh.

Jika di tinjau dari jenisnya maka tujuan pengeboran terbagi 3 antaralain:

1. Pengeboran Eksplorasi

Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah pengambilan danmerekam

data geologi yang tembus alat bor. Data ini berupa rekaman cacatan hasil

pegamatan pada pemboran eksplorasi dari contoh batuan (core) yang diambil.

Khususnya sifat atau ciri batuan (litologi) serta gejala geologi lainnya. Hal yang

perlu diperhatikan dalam pemboran untuk ekplorasi adalah lokasi mineralisasi yang

ekonomis, merupakan prosedur terpenting dan termahal untuk pembuktian dari

semua data, prediksi dan target pada saat ekplorasi, sehingga pemboran merupakan

hal yang sangat penting dalam sebuah kegiatan eksplorasi.

Tujuan pengeboran eksplorasi ini adalah untuk membuktikan ada tidaknya

suatu cekungan mengandung minyak dan atau gas bumi. Pada permulaan

pengeboran ini, data-data pengeboran yang akurat belum tersedia sehingga

memerlukan perencanaan yang tepat dengan memperhitungkan kemungkinan-

kemungkinan masalah yang terjadi selama proses operasi pengeboran. Selain itu

diperlukan pengamatan yang teliti selama proses pengeboran dilakukan karena

16
kedalaman lapisan batuan yang memiliki sifat-sifat batuan berbeda yang ditembus

oleh mata bor belum diketahui, data-data sifat-sifat batuan yang diamati perlu

dicatat sesuai kedalamannya. Pada kenyataannya kedalaman akhir (target) yang

dituju dalam pengeboran masih berubah, hal ini bisa diamati pada data serbuk bor

serta data logging. Oleh karenanya konstruksi sumur yang meliputi desain casing,

penyemenan, lumpur, bit dan material lainnya menyebabkan biaya pengeboran

lebih mahal.

Gambar 2.7 Mesin bor eksplorasi

2. Pengeboran Deliniasi

Jenis pengeboran ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran reservoir,

mencari batas-batas, serta ketebalan reservoir. Pada pengeboran ini sudah ada data

sumur dari hasil data-data pengeboran yang dilakukan pada pengeboran eksplorasi

sehingga biaya pengeboran dan konstruksi sumur sudah dapat diperhitungkan

secara relatif.

Untuk menentukan batas-batas suatu reservoir maka dilakukan beberapa

17
pengeboran dengan jarak-jarak tertentu dari sumur yang pertama. Pengeboran

sumur yang kedua diharapkan menembus zona minyak dengan ketebalan yang

sangat tipis, dan zona air yang tebal. Hal ini dapat dikatakan sebagai batas reservoir

minyak. Namun bila pengeboran menembus zona minyak yang tebal seperti

pengeboran pada sumur ketiga yang masih menembus minyak yang tebal dan

ketebalan air yang cukup berarti maka hal ini tidak dapat dijadikan sebagai batasan

reservoir. Untuk itu perlu dilakukan pengeboran yang keempat pada jarak tertentu

dari sumur yang kedua. Ternyata sumur ke empat tidak menemukan minyak, hanya

menemukan air yang sangat tebal. Sehingga batas minyak dan air adalah antara

sumur ketiga dan sumur keempat. Untuk menentukan batas-batas reservoir minyak

adalah berdasarkan ketebalan minyak dari setiap sumur yang dibor. Selanjutnya

berdasarkan ketebalan-ketebalan minyak dari setiap sumur dibuat peta isopach yang

digunakan untuk menghitung volume batuan yang mengandung minyak.

Gambar 2.8 Pengeboran deliniasi

3. Pengeboran Eksploitasi

Pengeboran ini bertujuan untuk meningkatkan pengurasan terhadap reservoir

18
produksi sekaligus meningkatkan produksi. Pengeboran sumur eksploitasi

memerlukan biaya jauh lebih murah karena data-data sumur sudah lengkap seperti

kedalam dan ketebalan reservoir, jenis dan sifat batuan yang ditembus mata bor dan

lain-lain. Sumur eksplorasi dapat diubah fungsinya menjadi sumur eksploitasi

dengan catatan sumur eksplorasi tersebut bernilai ekonomis untuk diproduksiakan.

Sumur-sumur yang memproduksikan minyak disebut juga dengan sumur produksi.

Jadi sumur eksploitasi yang berhasil, juga merupakan sumur produksi.

Gambar 2.9 Pengeboran eksploitasi

2.3.3 Tipe Pengeboran

Salah satu tipe pengeboran dapat diaplikasikan pada rentang ukuran lubang

bor dengan menggunakan mesin bor system hidrolik. Pada mesin bor-hydrolik,

pembebanan pada mata bor terutama diatur oleh sistem Hyrolik yang terdapat pada

unit mesin bor, disamping beban yang berasal dari berat stang bor dan mata bor.

Cara kerja dari jenis mesin bor ini adalah mengkombinasikan tekanan hydrolik,

stang bor dan putaran mata bor di atas formasi batuan. Formasi batuan yang tergerus

akan terbawa oleh fluida bor ke permukaan melalui rongga anulus atau melalui

19
rongga stang bor yang bergantung pada sistem sirkulasi fluida bor yang digunakan.

Adapun contoh mesin bor-hyrolik adalah:

1. Top drive

Unit pemutar pada jenis ini bergerak turun naik pada menara, tenaganya

berasal dari unit transmisi hydrolik yang digerakkan oleh pompa. Penetrainya dapat

berlangsung sepanjang stang bor yang dipakai (umumnya sepanjang 3,6m - 9m)

sehingga mempunyai kinerja yang paling baik.

Gambar 2.10 Top drive

2. Spindle

Pada jenis ini pemutarannya bersifat statis, kemajuan pemboran sangat

dipengaruhi oleh panjang spindle (umumnya antara 60 m – 100 m), dan tekanan

hydrolik yang dibutuhkan.

20
Spindle

Gambar 2.11 Spindle

3. Rods

Pipa banyak digunakan pada bagian-bagian alat pemboran atau aktivitas

kontruksi sumur. Tujuan dari rangkaian pipa pemboran adalah meneruskan atau

mentransmit tenaga mekanik, Hydrolik Power dan Weight On Bit.

Gambar 2.12 Rods

21
4. Casing

Casing adalah pipa yang digunakan untuk mempertahankan lubang bor tetap

terbuka (tidak runtuh/collapse) setelah tahap pemboran atau pada kontruksi sumur

air dan minyak. Disamping itu casing juga digunakannuntuk melindungi peralatan

pemboran dari gangguan-gangguan.

Gambar 2.13 Casing

5. Corel barrel

Correl barel adalah pipa yang digunakan untuk membungkus inti (core) dari

kegiatan pemboran putar. Dengan core barrel maka inti bor akan dapat dibawa ke

permukaan sehingga bisa dilakukan pengamatan dan analisis yang jauh lebih baik

dari pada cutting. Pembahasan mengenai core barrel selanjutnya akan dijelaskan

secara detil pada bagian tipe pemboran putar.

22
Gambar 2.14 Corel Barrel

6. Mata bor

Mata bor merupakan salah satu komponen dalam pemboran yang digunakan

khususnya sebagai alat pembuat lubang (hole making tool). Gaya yang berkerja

pada bit agar bit dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan secara garis besar

terbagi atas dua mcam yaitu gaya dorong (tekan) dan gaya putar. Keefektifan

penetraasi yang dilakukanpada pengeboran tergantung pada kedua gaya jenis ini.

Gaya dorong dapat dihasilkan melalui tumbukan yang dilakukan pada pemboran

tumbuk (precussive drilling), pemuatan bit, (bit loading), dan tekanan dibawah

permukaan (down pressure). Gaya putar dapt dihasilkan pada mekanisme

pemboran putar (rotary drilling) dengan bantuan mesin putar mekanik yang dapat

memutar bit (setelah ditransmisikan oleh stang bor) dan dengan bantuan gaya

dorong statik yang secara tidak langsung turut menunjang gaya-gaya tersebut di

atas misalnya berat dari stang bor dan berat rig.

23
Gambar 2.15 Mata Bor Eksplorasi

24
BAB III
METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian akan menentukan bagaimana hasil

penelitian yang akan diperoleh. Adapun metode yang akan digunakan harus

memiliki landasan teori dan ketentuan lainnya yang dapat di terima secara ilmiah.

Untuk metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan interpretasi

data 2d geolistrik untuk air tanah dan mesin bor sistem hidrolik dan Penelitian ini

juga menggunakan analisis geokimia untuk dapat memperoleh data yang

dibutuhkan.

3.2 Tahapan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini tercakup beberapa tahapan penelitian, yaitu

tahap persiapan, tahap pengambilan data lapangan dan tahap pengolahan data

lapangan serta tahap penyusunan laporan. Secara rinci tahapan tersebut adalah

sebagai berikut:

3.2.1 Tahapan Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian lapangan terdiri dari:

a) Pengurusan administrasi, meliputi pembuatan proposal kontrak projek dengan

tujuan sebagai legalitas pekerjaan suatu projek yang akan dilaksanakan.

b) Studi pustaka, bertujuan untuk mengetahui kondisi-kondisi geologi daerah

penelitian dari literatur ataupun tulisan ilmiah yang berisi tentang hasil

penelitian terdahulu, termasuk interpretasi awal peta regional sebagai gambaran

25
tentang kondisi geologi daerah penelitian.

c) Persiapan perlengkapan lapangan, meliputi persiapan peralatan lapangan dan


rencana kerja serta biaya selama di lapangan.

3.2.2 Tahapan Pengambilan Data Lapangan

Pada tahap pengumpulan data, dikumpulkan data-data yang dibutuhkan

dalam melakukan penelitian ini yang didapatkan Program Air Bersih dari PT.

Thalweg Nusantara dan PTTEP Indonesia.

3.2.2.1 Pengambilan Data Primer

Tahapan pengambilan data primer yang di maksud adalah pengambilan data

geolistrik sebagai tahap awal sebelum melakukan pengeboran air bersih. Adapun

tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan survey pada lokasi yang akan diteliti

b) Menentukan lintasan yang akan menjadi tempat pengambilan data.

c) Menempatkan elektroda sesuai dengan lokasi yang telah dipilih, sesuai dengan

spasi elektroda yang diinginkan.

d) Melakukan pengukuran dengan menginjesikan arus dan membaca beda

potensial yang terdapat di titik yang diteliti.

e) Melakukan pencatatan terhadap nilai arus yang diberikan dan beda potensial

yang terbaca, untuk memperoleh nilai resistivitas yang selanjutnya akan diolah

untuk di analisa lebih lanjut.

26
3.2.2.2 Pengambilan Data Sekunder

Tahapan pengambilan data sekunder yang di maksud adalah pengambilan

data pengeboran sebagai tahap lanjutan setelah melakukan geolistrik dalam

mendapatkan hasil yang diinginkan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a) Menentukan titik bor dari hasil survey sebelumnya

b) Transportasi alat bor/Rig pengeboran ke lokasi pengeboran

c) Pembuatan jalan menuju lokasi titik bor sebagai jalan dalam melakukan moving

alat ke titik bor

d) Pembuatan bak penampungan air sebagai air supley dalam melakukan

pengeboran

e) Persiapan alat bor/ rig pengeboran termasuk bahan bakar dan komponen lainnya

yang dibutuhkan seperti pollypipe, mesin pompa NS, terpal, tali dan lain

sebagainya.

f) Mendirikan Menara Rig

g) Melakukan pengeboran awal ( pilot hole )

h) Melakukan pencatatan/ deskripsi Cutting sampel batuan tiap kedalaman yang

telah di tentukan

i) Melakukan pengukuran geofisika/ Well Logging

j) Melakukan pembesaran lubang bor/ Reaming

k) Melakukan kontruksi sumur/ Development

l) Melakukan uji pemompaan ( Pumping Test )

m) Pengujian sifat fisik air ( pengambilan data geokimia )

27
n) Kontruksi rumah pompa dan tempat penampungan air

3.2.3 Tahapan Pengelolahan Data

Pada tahap pengolahan data dilakukan dengan dua tahapan sebagai berikut:

3.2.3.1 Pengelolahan Data Primer

Tahapan pengelolahan data primer yang dimaksud adalah tahapan dalam

pengelohan data geolistrik dalam bentuk 2D.

Pengolahan data lebih pada data hasil geolistrik resistivitas. Untuk

mengolah data geolistrik resistivitas ini diperlukan software Res2Dinv. Res2dinv

adalah program komputer yang secara automatis menentukan model resistivitas 2

dimensi (2-D) untuk bawah permukaan dari data hasil survey geolistrik resistivitas.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengelohan data resistivitas 2

dimensi (2-D) sebagai berikut :

1. Data hasil pengukuran lapangan di olah terlebih dahulu dengan aplikasi Excel.

2. Data yang telah di simpan kemudian di olah dengan menggunakan software

Res2Dinv.

3. Data yang dihasilkan berupa data resistivitas 2 dimensi (2-D).

4. Melakukan interpretasi data berdasarkan acuan atau standar yang ada.

Adapun Langkah-langkah pengelolahan data melalui software Res2Dinv

sebagai berikut:

a) Buka software Res2Dinv

b) Maka akan terbuka tampilan awal software Res2Dinv, lalu klik OK

c) Pilih file pada toolbar, lalu pilih read data file. Pilih data yang akan diolah yaitu

28
data dalam format DAT (yang berisikan datum point, spasi elektroda dan nilai

resistivitas semu). Lalu klik open. Kemudian muncul reading of data file

completed, ok.

d) Pilih menu inversion, lalu klik least square inversion tunggu hingga proses

selesai. Maka akan muncul penampang resistivitas 2D tanpa topografi.

e) Pilih display, lalu pilih show inversion result.

f) Klik display sections, lalu pilih include topography in model display, pilih

choose iteration number. Pilih defined logarithmic contour interval untuk

menentukan rentang nilai resistivitas pada kontur.

g) Lalu menyimpan gambar penampang resistivitas 2D dengan topografi dengan

pilih menu print, lalu pilih save screen as BMP file.

3.2.3.2 Pengelolahan Data Sekunder

Tahapan pengelolahan data sekunder yang dimaksud adalah pengelolahan

data yang di dapatkan dari hasil pengeboran. Adapun data yang di olah dari hasil

pengeboran antara lain:

a) Data uji pemompaan ( Pumping Test ) untuk mengetahui kondisi akuifer dan

kapasitas jenis sumur

b) Data uji kambuh air untuk mengetahui tingkat Recovery air tersebut.

c) Data uji kualitas air untuk mengetahui sifat fisik dari air tersebut.

3.2.4 Tahap Penyusunan laporan

Pada tahapan ini merupan tahapan akhir dari data yang di olah dan di

buatkan dalam bentuk sebuah laporan.

29
3.3 Diagram Alir

Gambar 3.3 Diagram alir metode penelitian

30
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong F. Sompotan, 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Perpus Sains Kebumian


Institut Teknologi Bandung, Bandung

Andriani, Satuti., Romelan, A.H., Sutarno, 2010. Metode Geolistrik Imaging


Konfigurasi Dipole-dipole Digunakan untuk Penelusuran Sistem Sungai
Bawah Tanah Pada Kawasan Karst di Pacitan, Jawa Timur. Jurnal
EKOSAINS/ Vol. II/ No.1/ Maret 2010

Anonim. (27 Februari 2019). Produktivitas Kinerja Mesin Bor Untuk


Eksplorasi Makalah Metode Geolistrik. https://ilmupertambang.
blogspot.com/2019/02/produktivitas-kinerja-mesin-bor-untuk.html
diakses pada tanggal 3 Januari 2023

As’ari, dkk. 2015. Metode Geolistrik Restivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger


Dan Konfigurasi Dipole-Dipole Untuk Identifikasi Patahan Manado Di
Kecamatan Paaldua Kota Manado

Brahmantyo, B., 2009, Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 Gorontalo.


Bakosurtanal, Jakarta.

Hakim,dkk.2016. Aplikasi Konfigurasi Wenner Dalam Menganalisis Jenis Material


Bawah Permukaan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika. Hal 96-99.

Hendrajaya, Lilik dan Idham, Arif, 1990. Geolistrik Tahanan Jenis, Monografi:
Metoda Eksplorasi, Bandung: Laboratorium Fisika Bumi, ITB.

Irjan. 2012. Pemetaan Potensi Air Tanah (Aquifer) Berdasarkan Interpretasi Data
Resistivitas Wenner Sounding.Jurnal Neutrino, 4(2): 201-212

Ni Komang Sri Indriyani. (27 Oktober 2014). Makalah Metode Geolistrik.


https://mahasiswa.ung.ac.id/451412046/home/2014/10/27/makalah-
metode-geolistrik.html diakses pada tanggal 3 Januari 2023

Simanjuntak, T.O., 1986, Sedimentology and Tectonics of The Collision Complex


in The East Arm of Sulawesi, University of London, UK. Sompotan, A.F.,
2012, Struktur Geologi Sulawesi, Perpustakaan Sains Kebumian, Bandung

T. Apandi & S. Bachri, 1997. Geologi Lembar Kotamobagu, Sulawesi Utara d


Bandung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 88 Tahun 2012 tentang Kebijakan


Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi, dan
Hidrogeologi pada Tingkat Nasional

31
Peraturan Menteri Kesehatan. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persayaratan Kualitas Air
Minum.Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta

32

Anda mungkin juga menyukai