Ramadani
Ramadani
Ramadani
AGEN INFENSIUS
Disusun oleh:
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. karena berkat rahmat dan
hidayahnyalah, saya telah mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “AGEN-
AGEN INFEKSIUS”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ILMU
DASAR KEPERAWATAN II”.
Makalah ini, bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi saya dan
pembaca.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarakan rumusan masalah diatas, kelompok dapat mengambil tujuan masalah sebagai
berikut, yaitu:
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Agen-agen infeksius ?
2. Untuk Mengetahui Pembahasan Virus ?
3. Untuk Mengetahui Pembahasan Bakteri ?
4. Untuk Mengetahui Pembahasan Jamur ?
5. Untuk Mengetahui Pembahasan Parasit ?
6. Untuk Mengetahui Pembahasan Riketsia ?
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami Definisi Agen-agen Infeksius, yang berupa Virus, Bakteri,
Jamur, Parasit, Riketsia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda
dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung
spektrum, satu mikroorganismehidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal
Richettsia tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru
diperlukan untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum
diperlukan oleh suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.
1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak diri di
dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen,
pH yang sesuai, suhu, danlingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme pertahanan
hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan sehingga agen tetap
dapat menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas
akan membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994).
2.1 Virus
2.2.1 Sejarah
Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk
makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan,
sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi)
dalam tubuh inang.
Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut
dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan
organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel,
dan tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil
di mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723)
perkembangan mikroskop inmendorong berbagai penemuan dibidang biologi salah satunya
partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:
1. Adoft Mayer (1883, Jerman)
Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun tembakau.
Iamencoba menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat, hasilnyatanaman
Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri sebelum
disemprotkan ke tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular. Iamenyimpulkan
bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi dari bakteri yang lolossaringan yang menularkan
penyakit.
Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak pada
medium pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya dapat hidup
pada makhluk hidup yang diserangnya.
Ia berhasil mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu dinamai TMV
(Tobacco Mosaic Virus).
2.2.2 Definisi
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit
mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum virus merupakan
partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat
yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada
dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan
ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler)
yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat
bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel inang (parasit
obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan dicairkan. Struktur
berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya. Bentuk virus
ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada juga yang berbentuk T.
Ukuran Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron,
ukuran virus lebih kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai
0,3 mikrometer (1 µm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam
nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar
merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus
polio merupakan virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm.
1. Kabsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein. Kapsid terdiri
dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.
Fungsi:
2. Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat
keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu
DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan protein
disebut nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA.
3. Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh satu
unit protein yang disebut kapsomer.
4. Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan tubuh
virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2 macam
yaitu virus telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang
terdiri dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi
benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak memiliki
ekor.
2.2 Bakteri
2.3.1 Definisi
Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak
memiliki nukleus. (Gillespie et al, 2007)
Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel
satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau batang dan
umumnya tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela diri dan bahan – bahan
genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti. (BIMA, 2005)
1. Kapsul : Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari fagositosis dan
desikasi (kekurangan).
3. Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel pejamu dan
kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria terspesialisasi (fimbria P)
yang terikat ke reseptor manosa pada sel epitel ureter. Antigen fimbria sering bersifat
imunogenik tetapi bervariasi antarstatin sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada
Neisseria gonorrhoeae).
5. Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang tumbuh dalam
lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan imunitas dan eradikasi oleh
antibiotik.
6. Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak
cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup jangka panjang, sehingga memungkinkan
bakteri untuk tumbuh kembali pada kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)
2.3.2 Klasifikasi
Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi dari patogeniknya.
Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar secara luas di komunitas dan
menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan serangkaian sifat-
sifat, imunologis fisik atau sifat-sifat molekuler.
1. Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif member respons terhadap
antibiotik yang berbeda. Bakteri lain (misalnya Mikobakteria) mungkin memerlukan teknik
pewarnaan khusus.
2. Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.
3. Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri (terminal, subterminal,
atau sentral).
6. Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi salmonela, urease
membantu identifikasi Helicobacter.
7. Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan (misalnya subtipe dari
Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak lagi)
8. Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci dalam
klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)
a. Pemeriksaan Mikroskopis
b. Pembiakan Bakteri
Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat menumbuhkan
bakteri, jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan
diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi,
determinasi, atau differensiasi jenis-jenis yang ditemukan.
Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang mengandung bahan yang
umum diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai
komponen dasar untuk membuat medium pembiakan lain. agar diperoleh apa yang
dinamakan agar nutrisi atau bulyon agar.
Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari
campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan.
2.3 Jamur
2.4.1 Definisi
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh
dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah
serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Organisme
yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak
berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang
berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat),
dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel
yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas
selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus
amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangg daripada tubuh tumbuhan.
Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan
tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms,
1979).
Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori
taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya.
Kelompok-kelompok ini adalah: Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes
dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora
seksual yang spesifik. Berikut ini disajikan Tabel 1 untuk membedakan 5 kelompok jamur.
a. Oomycetes
Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau di dekat
badan air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang tidak
bersekat, bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga
yang parasit. Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium untuk
yang hidup di darat. Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh dari
kelompok ini antara lain: Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus dan
Mimms, 1979).
b. Zygomycetes
Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang dicirikan dengan
hifa yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual dengan
zigospora. Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor, Absidia,
Phycomyces termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans adalah
contoh dari anggota kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang koneositik dan
juga berkonjugasi dengan hifa lain. Rhizopus nigricans juga mempunyai sporangiospora.
c. Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang
disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang
disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro,
1978). Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus
atau stadium aseksual.
d. Basidiomycetes
e. Deuteromycetes
Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi
seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena belum ada spora
seksual mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan
klamidospora, arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga
memiliki hifa yang bersekat (Tortora, et al., 2001).
a. Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity). Rasio
aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air di
lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air
dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan
yang kering atau muncul di atas permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995).
b. Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk
tumbuh berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C sampai 30°C. Jamur-
jamur kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan Pleurotus spp,
tumbuh optimal pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji (2004).
Sementara jamur-jamur Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25°C sampai
28°C (Kitomoro, et al., 1999).
c. Intensitas cahaya
d. pH
Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran
pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi
pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi
yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel.
2.5 Parasit
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau
membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel
antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. Parasit
menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.
2.6 Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama dengan
bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting
untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah
asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel.
Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan
penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika
metabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu
320 C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan
danpengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.2 Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi
menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu,
termasuk infeksi HIV
3.2 saran
Demikian sedikit informasi dari saya. Tentu masih banyak sekali kekurangan yang
jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kami
butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini. Ucapan terima kasih
layaknya pantas kami persembahkan bagi dosen pembimbing kami dan para pembaca.
Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan
ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA
Pringngoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi 1 (Umum). Jakarta:
Sangung Seto.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35135/4/Chapter%20II.pdf
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf
https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf
http://digilib.unila.ac.id/5690/11/13.BAB%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55904/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20870/4/Chapter%20II.pdf