LP CKD
LP CKD
LP CKD
Oleh:
DINA ROKVITASARI, S.Kep
Nim: 21.300.0218
Oleh:
DINA ROKVITASARI, S.Kep
Nim: 21.300.0218
A. Definisi
Gagal ginjal kronis adalah ditandai dengan kerusakan fungsi ginjal
secara progresif dan irreversibel dalam berbagai periode waktu, dari
beberapa bulan hingga beberapa dekade. Gagal ginjal kronis terjadi karena
sejumlah keadaan nefron yang tidak berfungsi secara permanen dan
penurunan laju filtrasi glumerulus (GFR) (Esther Chang el al., 2010).
Pengertian penyakit ginjal kronik menurut beberapa ahli adalah:
Penyakit ginjal kronik (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang
terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration
rate/GFR) dengan manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda-tanda
kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi kimia darah, atau urin,
atau kelainan radiologis (Wibowo,2010).
B. Etiologi
Etiologi gagal ginjal kronik pada masa kanak-kanak berkorelasi erat
dengan umur penderita pada saat pertama kali gagal ginjal tersebut
terdeteksi. Gagal ginjal kronik dibawah 5 tahun biasanya akibat kelainan
anatomis (hipoplasdia, displadia, obstruksi dan malformasi), sedangkan
setelah usia 5 tahun yang dominan adalah penyakit glomerolus didapat
(glomerolusnefritis, sindrom hemolitik uremik, atau gangguan herediter).
Menurut Stein (2001), penyebab gagal ginjal yang sering ditemui pada
anak-anak antara lain : penyakit glomerulonefritis, penyakit glomerulus
yang disertai dengan penyakit sistemik, penyakit tubulointerstisial,
penyakit renovaskuler, penyakit tromboembolitik, sumbatan saluran
kemih, nefrosklerosis hipertensif, nefropati diabetes dan penyakit bawaan
lain.
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80 – 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu (C Long, 1996).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis (Brunner & Suddarth, 2001: 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 5 stadium
yaitu:
1. Stadium 1 Fungsi Sedikit berkurang; kerusakan ginjal dengan GFR
normal atau relatif tinggi (≥ 90 mL/min/1.73 m 2 ). Kerusakan ginjal
didefinisikan sebagai kelainan patologis atau penanda kerusakan,
termasuk kelainan pada tes darah atau urine atau studi pencitraan.
2. Stadium 2 Ringan pengurangan GFR (60-89 mL/min/1.73 m 2 )
dengan kerusakan ginjal. Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai
kelainan patologis atau penanda kerusakan, termasuk kelainan pada tes
darah atau urine atau studi pencitraan.
3. Stadium 3 Sedang penurunan pada GFR (30-59 mL/min/1.73
m 2 ) pedoman Inggris membedakan antara tahap 3A (GFR 45-59) dan
tahap 3B (GFR 30. - 44) untuk tujuan skrining dan rujukan.
4. Stadium 4 Parah penurunan pada GFR (15-29 mL/min/1.73 m 2 )
Persiapan untuk terapi pengganti ginjal.
5. Stadium 5 Ditetapkan gagal ginjal (GFR <15 mL/min/1.73 m 2 , atau
terapi pengganti ginjal permanen (RRT)
Laju filtrasi glomerulus
Stadium Penjelasan
(ml/menit/1,73m2)
Kerusakan ginjal ringan dengan filtrasi
1 Lebih dari 90
normal atau meningkat
2 Penurunan ringan fungsi ginjal 60-89
3 Penurunan sedang fungsi ginjal 30-59
4 Penurunan berat fungsi ginjal 15-29
Kurang dari 15 (atau
5 Gagal ginjal
dialisis)
Tabel Stadium penyakit ginjal kronik
Pathway
Zat toksik Vaskular infeksi
Obat-obatan Hipertensi
DM
CFR turun
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250- 1000
mg/hr) atau diuretik loop (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan
untuk mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin
memerlukan suplemen natrium klorida atau natrium bikarbonat
oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine dan
pencatatan keseimbangan cairan.
b) Diet tinggi kalori dan rendah protein.
Diet rendah protein (20- 40 gr/hr) dan tinggi kalori
menghilangkan gejala anoreksia dan nausea (mual) dan uremia ,
menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari
masukan berlebihan dari kalium dan garam.
c) Kontrol Hipertensi.
Bila tidak dikontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir
gagal jantung kiri. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal,
keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung
tekanan darah.
d) Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
Untuk mencegah hiperkalemia, hindari masukan kalium
yang besar, diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan
dengan ekskresi kalium (misalnya, obat anti-inflamasi
nonsteroid).
F. Komplikasi
1. Kelebihan cairan
Sesorang dengan penyakit ginjal kronis, memiliki dengan
pembuangan cairan yang ada didalam tubuhnya. Sehigga ketika ia
minum air dalam jumlah yang banyak, tidak semua air yang ia minum
keluar dan malah menumpuk di pembuluh darah, dan membuat jantung
bekerja lebih keras
2. Hiperkalamia
Komplikasi ini merupakan keadaan dimana kalium yang ada dalam
darah seseorang tinggi. Kalium yang tinggi ini akan membuat jantung
bekerja denga tidak sempurna. Sehingga menyebabkan gangguan pada
jantung, yang bisa berujung pada kematian mendadak. Pada orang
dengan gangguan fungsi ginjal kronis, kemampuan membuang kalium
sangatlah rendah.
3. Metabolic asidosis
salah satu fungsi ginjal adalah mengatur elektrolit , cairan dan juga
asam basa dalam darah. Jika fungus tersebut terganggu maka darah
akan asam dan pH darah amelebar melebar kan turun, maka akan
membuat pembuluh darah melebar, an juga kontraksi jantung menjadi
terganggu.
4. Hipertensi
Hipertensi bisa membuat seseorang terkena penyaki ginjal, tetapi
penyakit ginjal kronis juga bisa menyebabkan hipertensi. Karena
gangguan glomerular, seseorang juga bisa menyebabkan hipertensi.
Hipertensi juga bisa disebabkan karena terlalu banyak cairan atau
tekanan darah yang naik.
5. Anemia
Anemia disebabkan karena kurangnya hormone eritrosit, sehingga
kemampuan sum-sum tulang untuk membentuk darah juga akan
berkurang.
6. Dislipemia
Gangguan kolestrol ternyata juga bisa menggangu. Pada orang dengan
gangguan gagal ginjal kronik bisa mengalami kolestrol yang tinggi.
G. Data Fokus
1. Primary Survey
Pengkajian primer bertujuan untuk mengetahui dengan segera kondisi
yang mengancam nyawa pasien dilakukan dalam tempo waktu yang
singkat yaitu kurang dari 10 detik, difokuskan pada airway, breathing
dan circulation (ABC).
Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya
adalah :
a) Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas
disertai kontrol servikal
b) Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola
pernafasan agar oksigen adekuat.
c) Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan
d) Disability, dilakukan untuk mengecek status neurologis.
e) Exposure, environmental kontrol , buka baju penderita untuk
melihat apakah ada jejas yang terdapat pada tubuh pasien.
2. Secondary Survey
a) Keluhan Utama
Keluhan utama pasien CKD adalah gatal-gatal di bagian tubuh dan
pembengkakan cairan dibagian tubuh.
b) Riwayat penyakit sekarang
Umumnya pasien mengalami gejala seperti sesak napas, mual,
kelelahan, mengalami pembengkakan pergelangan kaki atau tangan
karena terjadi penumpukan cairan pada sirkulasi tubuh, serta
munculnya darah pada urin.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Penting untuk dilakukan pengkajian tentang riwayat penyakit
dahulu, apakah pasien memiliki riwayat penyakit diabetes atau
hipertensi yang berakhir pada gagal ginjal kronis
d) Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan / keadaan umum : Lemah, aktifitas dibantu, terjadi
penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari compos
mentis sampai coma.
2. Tanda-tanda vital : Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan
terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
3. Antropometri : Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir
karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan
karena kelebihan cairan.
4. Kepala : Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan
terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran
hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
5. Leher dan tenggorokan : Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat
pembesaran tiroid pada leher.
6. Dada : Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-
debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak
simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah),
terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
7. Abdomen : Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik,
turgor jelek, perut buncit.
8. Genital : Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi
dini, impotensi, terdapat ulkus.
9. Ekstremitas : Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi
edema, pengeroposan tulang, dan CRT <1 detik.
10. Kulit : Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit
bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody
(kehilangan protein dan immunoglobulin) Pemeriksaan Urin Warna,
PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton,
SDP, TKK/CCT. Pada kasus CKD biasanya hasil dari Kreatinin dan
Ureum meningkat.
Analisis Wanita Pria
Kreatinin 0.5 – 1.1 0.6 – 1. 2
Ureum 8 – 20 6 - 20
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
I. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Gangguan Kelebihan
- Pasien mengatakan adanya mekanisme volume cairan
bengkak pada bagian tubuh regulasi,
DO: kelebihan
- Bunyi napas adventisius asupan
- Gangguan elektrolit cairan dan
- Anasarka natrium
- Ansietas
- Perubahan tekanan darah
- Perubahan status mental
- Perubahan pola pernapasan
- Penurunan hematrokrit
- Penurunan hemoglobin
- Dispnea
- Edema
- Peningkatan tekanan vena sentral
- Asupan melebihi haluaran
- Distensi vena jugularis
- Oliguria
- Ortopnea
- Efusi pleura
- Refleksi hepatojugular positif
- Perubahan tekanan arteri
pulmunal
- Kongesti pulmunal
- Gelisah
- Perubahan berat jenis urin
- Bunyi jantung S3
- Penambahan berat badan dalam
waktu sangat singkat
2. DS: ketidakmam Ketidakseimban
- Pasien mengatakan kurang nafsu puan untuk gan nutrisi
makan mengabsorbs kurang dari
DO: i nutrien kebutuhan
- Kram abdomen tubuh
- Nyeri abdomen
- Menghindari makanan
- Berat badan 20% atau lebih
dibawah berat badan ideal
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kehilangan rambut berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang makanan
- Kurang informasi
- Kurang minat pada makanan
- Penurunan berat badan dengan
asupan makanan adekuat
- Kesalahan konsepsi
- Kesalahan informasi
- Mambran mukosa pucat
- Ketidakmampuan memakan
makanan
- Tonus otot menurun
- Mengeluh gangguan sensasi rasa
- Mengeluh asupan makanan
kurang dan RDA (recommended
daily allowance)
- Cepat kenyang setelah makan
- Sariawan rongga mulut
- Steatorea
- Kelemahan otot pengunyah
- Kelemahan otot untuk menelan
3. DS: Agen injury Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri pada biologis
bagian kepala dan sering pusing
P:Nyeri kepala saat cuci darah
Q: seperti menahan beban berat
R: di bagian kepala
S: Skala 6 (dari 1-10)
T: Hilang timbul
DO:
- Perubahan selera makan
- Perubahan tekanan darah
- Perubahan frekwensi jantung
- Perubahan frekwensi pernapasan
- Laporan isyarat
- Diaforesis
- Perilaku distraksi (mis,berjaIan
mondar-mandir mencari orang
lain dan atau aktivitas lain,
aktivitas yang berulang)
- Mengekspresikan perilaku (mis,
gelisah, merengek, menangis)
- Masker wajah (mis, mata kurang
bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap
pada satu fokus meringis)
- Sikap melindungi area nyeri
- Fokus menyempit (mis, gangguan
persepsi nyeri, hambatan proses
berfikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
- Indikasi nyeri yang dapat diamati
- Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
- Sikap tubuh melindungi
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri secara verbal
- Gangguan tidur
4. DS: Ketidakseim Gangguan
- Pasien mengatakan merasa sesak bangan pertukaran gas
napas perfusi
DO: ventilasi
- Gangguan penglihatan
- Penurunan CO2
- Takikardi
- Hiperkapnia
- Keletihan
- Somnolen
- Iritabilitas
- Hypoxia
- Kebingungan
- Dyspnoe
- Nasal faring
- AGD Normal
- Sianosis
- Warna kulit abnormal (pucat,
kehitaman)
- Hipoksemia
- Hiperkarbia
- Sakit kepala ketika bangun
- Frekuensi dan kedalaman nafas
abnormal
5. DS: Kelemahan Intoleransi
- Pasien mengatakan sering merasa umum, aktivitas
lelah saat melakukan aktivitas ketidakseim
DO: bangan
- Respon tekanan darah abnormal antara suplai
terhadap aktivitas dan
- Respon frekwensi jantung kebutuhan
abnormal terhadap aktivitas oksigen
- Perubahan EKG yang
mencerminkan aritmia
- Perubahan EKG yang
mencerminkan iskemia
- Ketidaknyamanan setelah
beraktivitas
- Dipsnea setelah beraktivitas
- Menyatakan merasa letih
- Menyatakan merasa lemah
6. DS: Perubahan Kerusakan
- Pasien mengatakan gatal dan luka status cairan integritas kulit
pada beberapa bagian tubuh.
DO:
- Kerusakan lapisan kulit (dermis)
- Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
- Invasi struktur tubuh
J. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan gangguan mekanisme regulasi,
kelebihan asupan cairan dan natrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
5. Intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan perubahan status cairan