Kel 7 Ipi T.MTK A

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Oleh kelompok 7 :

1. Putri Handayani Harahap 2314040017


2. Rehan Muhamad Aidil 2314040019

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
1445 H / 2023 M
Kata Pengantar

Alhamdulillahi robbil ‘alamin

Puji Syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayahnya kepada kita semua. Semoga Solawat dan salam tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya. Telah kami susun sebuah makalah dengan
tema Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, yang mana pengangkatan tema tersebut kami
sesuaikan dengan tugas dari salah satu mata kuliah yaitu Ilmu Pendidikan Islam.

Makalah ini penulis buat selain bertujuan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan
kepada kami, juga untuk menjadi sumber pengetahuan bagi mahasiswa maupun umum seputar
dunia pendidikan khususnya pada pendidikan islam. Dalam dunia pendidikan ada beberapa unsur
yang bersifat penting, diantaranya adalah tenaga pendidik (guru), peserta didik (siswa), dan
sarana dan prasarana (lembaga pendidikan).

Pembahasan pada makalah ini lebih mengacu pada peserta didik, yang sejalan dengan
konteks tema. Jika kita sebagai calon pendidik, tentu harus banyak informasi yang harus digali
mengenai peserta didik. Pada makalah ini berisi beberapa pemaparan atau ulasan seputar peserta
didik.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis sehingga dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Sekalipun telah berusaha dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan bahwa ada
kekurangan pada buku ini. Maka kami sebagai penulis mohon maaf serta menerima saran dan
kritik dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dan juga para pembaca.

ii
Daftar Isi

Contents
No table of contents entries found.

1. Cover Makalah
2. Kata Pengantar……………………………………………………………….ii
3. Daftar Isi……………………………………………………………………. iii
4. BAB I Pendahuluan
Latar Belakang ………………………………………………………………1
5. BAB II Pembahasan
Etika Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam………………………………3
Karakterisitik Peserta Didik………………………………………………... 4
Urgensi Pengenalan Peserta didik………………………………………….. 8
6. BAB III Penutup
Kesimpulan…………………………………………………………………. 12
7. Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 13

--

iii
Type equation here .

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut KBBI pendidikan adalah proses pengubahan sikap orang tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan;proses, cara, perbuatan mendidik. Pendidikan menjadi sarana untuk menempuh
suatu ilmu yang disertai dengan kaidah, konsep daan arah tertentu. Sehingga dalam
penyelenggaraannya tidak boleh asal-asalan, karena tentu akan berdampak pada sistem-
sistemnya. Oleh karena itu menjadi urgen tersendiri dalam menyiapkan serta mempelajari
sistem pendidikan tersebut.

Agama islam mewajibkan penganutnya untuk menunut ilmu sebagaimana yang


disabdakan Rasulullah SAW:

‫ِم َطَلُب اْلِع ْلِم َفِريَض لٌةَع َلى ُك ُل ُم ْس ِلم‬

Artinya:

“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang islam.” (Riwayat Ibnu Majah)

Ada beberapa ulama berpendapat bahwa agama ini (agama islam) adalah agama ilmu,
agama islam adalah agama universal yang mengajarakan ilmu untuk kehidupan baik
dunia maupun akhirat. Ilmu ialah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis
dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah. 1 Sementara pendidikan
islam dapat diartikan suatu proses pengajaran untuk menjadi pribadi muslim.

Beberapa keterangan diatas mengenai pendidikan, maka ada beberapa komponen


yang membentuk pendidikan tersebut. Komponen tersebut diantaranya ialah tenaga
pendidik, peserta didik dan sistem lembaga pendidikan. Semuanya saling berkaitan dan
memiliki peran dan fungsi masing-masing.

Makalah ini akan membahas salah satu komponen dari pendidikan tersebut yaitu
mengenai peserta didik. Peserta didik merupakan komponen yang memiliki peranan
penting dalam perkembangan pada dunia pendidikan. Karena yang biasanya menjadi
1
Drs. H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 7

1
tolak ukur berhasilnya suatu pendidikan adalah bagaimana berkembangnya potensi dari
peserta didik tersebut. Peserta didik dapat diistilahkan sebagai objek penerima ilmu atau
seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran. Akan tetapi disamping itu juga
peserta didik harus menjadi subjek, bilamana peserta didik memiliki peran aktif demi
tercapainya tujuan dari pendidikan.

Peserta didik dalam pendidikan islam ialah sebagai seorang yang memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan, pengetahuan dan pelajaran untuk menjadi pribadi muslim yang
sesuai dengan sumber agama islam yaitu Al-Qur’an dan As Sunah. Peserta didik berbeda
dengan anak didik, peserta didik cakupan lebih luas tidak hanya melibatkan anak-anak
saja akan tetapi orang dewasa juga. Disisi lain penyebutan peserta didik ini memiliki arti
bahwa pendidikan tidak hanya di ruang lingkup sekolah saja, akan tetapi juga lembaga
pendidikan non formal seperti majlis ta’lim, paguyuban dan lain sebagainya.

Menurut pandangan agama islam manusia adalah sebagai mahluk pedagogik, yaitu
mahluk Allah yang memiliki potensi dapat dididik dan mendidik. Sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW:

‫َخْيُر ُك ْم َم ْن تعلَّلم القر ان وعلّمه‬

Artinya:

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”(H.R


Bukhari)

Perlu kita ketahui pentingnya peran peserta didik dalam pendidikan islam
mengharuskan kita untuk memahami berbagai macam yang menjadi urgensi dalam
peserta didik agar tercapainya pendidikan islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika peserta didik dalam pendidikan islam?
2. Karakteristik peserta didik?
3. Urgensi pengenalan peserta didik?

BAB III
2
PEMBAHASAN

A. Etika Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Etika dalam KBBI adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak). Jadi, etika peserta didik merupakan suatu aturan tentang
tingkah laku yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran guna mencapai kelancaran
dalam pendidikan. Pentingnya pengaruh etika dalam pendidikan sangatlah besar, dimana
dalam etika terdapat komposisi yang akan membentuk karakter dari peserta didik. Peserta
didik tidak hanya diharapkan memiliki kecerdasan yang berdasarkan akal saja, akan tetapi
pendidikan yang lebih penting adalah ketika peserta didik memiliki etika yang baik dalam
masyarakat maupun dalam ruang lingkup sekolah.

Agama islam yang mengatur setiap kehidupan umatnya tentu memiliki berbagai cara
dalam memberikan kebijakan bagi para penganutnya. Al-Ghazali merumuskan ada sebelas
kewajiban peserta didik.

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari
akhlak yang rendah dan watak yang tercela
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrowi.
3. Bersikap tawadhu’ (rendah hati)
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk duniawi
6. Belajar dengan bertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah menuju yang
sukar.
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian hari beralih pada ilmu yang lainnya,
sehingga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum ilmu duniawi
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang dapat
bermanfaat dalam kehidupan dunia akherat.

3
11. Anak didik harus tunduk nasehat pendidik.2

Setelah itu ada penyempurnaan empat akhlak peserta didik dalam menuntut ilmu yang
telah dirumuskan

1. peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia
menuntut ilmu, sebab belajar merupakan ibadah yang harus dikerjakan dengan hati
yang bersih.
2. Peserta didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa,
dengan sifat keimanan, mendekatkan diri kepada Allah.
3. Seorang peserta didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan sabar
dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang datang.
4. Seorang harus ikhlas dalam menuntut ilmu dengan menghormati guru atau pendidik,
berusaha memperoleh kerelaan dari guru dengan mempergunakan beberapa cara yang
baik.3
B. Karakteristik Peserta Didik

Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan lingkungan sosialnya
sehingga menetukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Menurut Hamzah. B. Uno
(2007) karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri
dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal
yang dimiliki.4Karakteristik disebut juga dengan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan sesorang dari yang lain. Pentingnya memahami karakteristik dari peserta
didik sebagai usaha untuk memperlancar dan memaksimalkan proses pembelajaran. Selain
itu, hal ini didasarkan pada sejumlah alasan, sebagai berikut. Pertama, bahwa dengan
memahami peserta didik dapat menetukan metode dan pendekatan dalam belajar mengajar.
Kedua, bahwa dengan memahami peserta didik dapat menetapkana materipelajaran yang
sesuai dengan tingkat kemampuannya. Ketiga, bahwa dengan memahami peserta didik dapat

2
Ali Mufron, M.Pd. I, Ilmu Pendidian Islam, Yogyakarta, Aura Pustaka, 2013, hlm. 84, dalam kutipan
“Abd. Mujib dalam Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta , Kalam Mulia, 2004, hlm.98

3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,cet ke-9, hlm. 118-120
4
Agung Hermawan, Jurnal Mengetahui Karakteristik Peserta Didik Untuk Memaksimalkan Pembelajaran,
Yogyakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

4
memberikan perlakuan yang sesuai dengan fitrah, bakat, kecenderungan, dan
kemanusiaannya.

Peserta didik yang merupakan suatu unsur penting menjadikan kewajiban bagi pendidik
untuk memahami setiap karakteristik yang beragam. Karakteristik yang berbeda-beda itu
maka dibutuhkan cara khusus dalam memahaminya. Menurut Smaldino dkk, mengemukakan
empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis karakter siswa; (1)
Karakteristik umum; (2) Kompetensi atau kemampuan awal; (3) gaya belajar; (4) motivasi.

Cara yang efektif untuk memahami karakteristik peserta didik dengan jalan menganalisis
karakteristik. Analisis karakteristik merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
memperoleh pemahaman tentang; tuntunan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan siswa
berkaitan dengan satu program pembelajaran tertentu. Karakteristik dapat dibedakan
berdasarkan tingkat usia, kecerdasan, bakat, hobi, minat, tempat tinggal, dan budaya, serta
lainnya. Berbagai latar belakang perbedaani ini dapat dijelakan sebagai berikut.

1. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Usia

Dilihat dari sei usia peserta didik dibagi menjadi 5 tahapan, yang masing-masing
tahapan memiliki cirinya masing-masing kelima tahapan ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Tahap asuhan ( usia 0-2 tahun) atau nenonatus.


- Belum memiliki kesadaran dan daya intelektual.
- Hanya menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis melalui
ASI.
- Belum dapat diterapkan interaksi edukasi secara langsung.
b. Tahap jasmani (usia 2-12 tahun) fase kanak-kanak (al-thifl/shabi).
- Memiliki potensi biologis, pedagogis, dan psikologis
- Dapat dibina, dilatih, dibimbing, diberikan pelajaran dan pendidikan yang
disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya.

c. Tahap psikologis (usia 12-20 tahun) fase tamyiz.

5
- Mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah, dan fase baligh
(mukalaf)
- Dapat dibina, dibimbing dan dididik untuk melaksanakan tugas-tugas yang
menuntut komitmen dan tanggung jawab dalam arti yang luas.
d. Tahap dewasa ( 20-30 tahun) atau dewasa
- Memiliki kematangan dalam bertindak, bersikap , dan mengambil keputusan
untuk menentukan masa depannya sendiri.
e. Tahap bijaksana (30 sampai akhir hayat).
- Menemukan jati diri yang hakiki
2. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Teori Fitrah

Dalam Al- Qur’an Allah SWT menyatakan:

Maka, hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan


kecenderungan aslinya);itulah fitrah Allah, yang Allah menciptakan manusia di atas
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agama yang lurus. Namun
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (Q.S ar-Ruum(30): 30)

Selanjutnya di dalam hadisnya, Rasulullah SAW menyatakan:

“setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah, sehingga kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”(H.R al- Aswad bin Sar’i)

ayat dan hadis tersebut sering digunakan oleh pakar pendidikan Islam untuk
membangun teori fitrah manusia, yaitu seperangkat kemampuan dasar yang memiliki
kecenderungan berkembang, yang dalam psikologi disebut potensialitas atau disposisi,
yang menurut aliran psikolgi behaviorisme disebut prepotence reflexs (kemampuan dasar
psikologi yang secara otomatis dapat berkembang). Didalam pandangan Islam fitrah
mengandung makna kejadian yang didalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar
dan lurus (al-dien al qayyim), yaitu islam. Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapa
pun atau lingkungan apa pun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan
mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam tiap pribadi manusia. Akan
tetapi paham ini masih dapat diperdebatkan.

6
Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa fitrah yang ada pada manusia, adalah
sesuatu yang bersifat orisinal, netral, dan ideal. Fitrah tersebut meliputi potensi rasa ingin
tahu dan mencintai kebenaran; potensi rasa menyukai dan mencintai kepada kebaikan;
dan potensi menyukai dan mencintai keindahan. Termasuk ke dalam pembahasan fitrah
ini adalah adanya kecenderungan alamiah yang bersifat naluri (instinct), yang menurut
teori Maslow, terdiri dari naluri ingin tahu(curiosity), ingin dihormati (digity), ingin
dicintai (lovely), ingi memiliki sesuatu bersifat materi (hedonistik), ingin mendapatkan
rasa aman (security), ingin mendapatkan kekuasaan (autority), serta ingin mendapatkan
dan menikmati keindahan (estetika) dan kebaikan (etika).5

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa fitrah yang ada pada
manusia, ialah potensi dasar, yaitu berupa kecenderungan untuk beragama dan menyukai
kebaikan, kecenderungan untuk berilmu dan menyukai kebenaran, kecenderungan untuk
berseni dan menyukai keindahan, kecenderungan untuk mengikuti nafsu biologis, nafsu
syahwat, dan bakat bawaan yang diberikan oleh orang tua, serta naluri (insting). Semua
potensi tersebut pada asalnya netral, dan dapat menerima pengaruh yang datang dari luar.

3. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Kecerdasan


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Binet Simon terhadap intelligence quotient (IQ)
manusia, menunjukkan bahwa IQ yang dimiliki oleh setiap manusia berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya. Ada yang IQ-nya tinggi yang selanjutnya disebut dengan orang
genius, ada yang rendah atau tertinggal yang selanjutnya disebut orang yang idiot, debil,
dan embisi, dan ada pula yang sedang-sedang saja yang selanjutnya disebut orang yang
pada umumnya. Dengan demikian diharuskan adanya perbedaan dalam memberikan
pendidikan dan pengajaran.
4. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
Kondisi sosial ekonomi adalah kondisi objektif tentang kemampuan ekonomi peserta
didik, serta status sosial yang mereka miliki. Dalam kaitan dengan latar belakang
ekonomi dapat diketahui adanya peserta didik yang berlatar belakang sebagai orang
yang mampu, kurang mampu, miskin, sangat miskin, atau sedang. Dalam kaitan dengan
latar belakang status sosial dapat diketahui adanya peserta didik yang berlatar belakang
sebagai anak pejabat tinggi, pejabat menengah, pegawai rendahan, dan rakyat biasa.
5
Prof. DR. H. Abuddin Nata, MA., Ilmu Pendidikan Islam, Prenada Media, 2016 hlm 158

7
Selanjutnya, dalam kaitan dengan latar belakang budaya, dapat diketahui adanya peserta
didik yang berlatar belakang sebagai anak yang tinggal dalam budaya perkotann,
perdesaan, budaya daerah tertentu dan lain sebagainya.

Syamsul Nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik, yaitu :


1. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri
2. Peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan
3. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik
disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki
daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu
5. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
C. Urgensi Pengenalan Peserta
Berdasarkan dari tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi anak secara
maksimal. Sehingga menjadi keuntungan dalam dunia pendidikan baik bagi anak maupun bagi
masyarakat. Dengan demikian, anak didik memandang sekolah sebagai tempat mencari sumber
“bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua memandang sekolah sebagai tempat
di mana anaknya akan mengembangkan kemampuannya. Pemerintah berharap agar sekolah
akan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga negara yang cakap.
Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan, yang menolong anak tidak hanya
mengenal diri serta kemampuannya tetapi juga mengenal dunia di sekitarnya. Tujuan bimbingan
adalah untuk menolong anak didik dalam perkembangan seluruh kepribadian dan
kemampuannya. Agar dapat menolong anak ia harus dikenal dalam segala aspeknya dan dalam
konteks (situasi) hidupnya dimana ia hidup. Tanpa pengenalan tidak mungkin kita membuat
rencana yang efektif untuk mengadakan perubahan dalam diri anak tersebut. Bimbingan yang
benar dan yang dapat berhasil harus didasarkan pada pengenalan terhadap dan tentang anak
didik yang dibimbingnya.
Faktor-faktor umum yang perlu dikenal dalam pentingnya pengenalan tentang anak didik
dalam pendidikan ialah:

8
a. Hakikat anak: anak bukan manusia dalam bentuk kecil, atau seorang dewasa minus beberapa
hal yang belum dimiliki. Anak adalah seorang yang berada pada sesuatu masa
perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.
b. Kebutuhan pokok anak: tiap anak membutuhkan hal-hal tertentu dan apabila kebutuhan itu
tidak dipenuhi anak tersebut akan mengalami masalah-masalah tertentu. Kebutuhan pokok
dapat dibagi dalam tiga aspek, yaitu: kebutuhan jasmani,kebutuhan kejiwaan (psychologis)
dan kebutuhan rohani.
c. Langkah-langkah perkembangan: Perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan
rohani juga. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mengambil peranan
besar dalam membentuk wayak anak. Dalam perkembangan, ada periode-periode tertentu,
dan pada tiap perkembangan terlihat ada sikap, kecenderungan pola sikap, watak dan
tingkah laku tertentu, yang menunjukkan kesamaan jika dibandingkan dengan yang terlihat
pada teman-teman sebaya
Pentingnya pengenalan tentang anak didik. Dalam hakekat islam anak ialah yaitu
amanah anak memiliki keterkaitan realitas empiris sensual dan transcendental. Dalam hal ini
faktor-faktor yang mendukung dalam berkembangnya pendidikan anak didalam pengenalan
anak didik dalam psikologi pendidikan diantaranya yaitu empiris sosial psikologis, empiris
transendental, anak pada hakekatnya baik, dan struktur kejiwaan.
1. Empiris sosial psikologis
Dapat diukur dan diamati secara indrawi, Empiris sosial ini dapat dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak di dalam ataupun di luar rumah. Biasanya
yang sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan anak ialah keluarga. Keluarga
adalah komponen penting dalam membina dan membentuk anak menjadi lebih baik.
Kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua selaku pendidik dalam
rumah tangga sangatlah penting dalam pengenalan anak didik. Orang tua adalah ujung
tombak keluarga dalam mengembangklan bakat-bakat yang dimilki oleh seorang anak, baik
itu perkembangan fisik maupun perkembang di bidang keilmuan.
2. Empiris transdental
Dalam perkembangan empiris transendental ini guru adalah ujung tombak dalam mengatur,
mengarahkan dan membimbing anak didik kejalan yang lebih baik sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah dicanangkan bersama. Jadi pengalaman anak dalam pembelajaran

9
yang dilakukan didalam sekolah merupakan proses dalam perkembangan dan pengenalan
anak didik. Teori yang menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan
ditentukan oleh empirisnya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama
perkembangan individu itu. Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas
atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisanya. Teori empirisme ini
dikemukakan oleh John Locke. Jadi pengalaman-pengalaman anak didik yang diperolah
disekolah akan mempengaruhi perkembangan individu baik itu di bidang fisik maupun
keilmuan.
3. Anak pada hakikatnya baik
Jika seorang anak berpeirlaku kurang baik atau tidak dapat menuruti segala peraturan yang
ada baik itu di sekolah maupun di rumah maka anak itu bisa dikatakan terjadi benturan.
Benturan ini bisa terjadi akibat kurangnya perhatian dari pendidik itu sendiri, baik itu
pendidik yang berasal dari rumah tangga yaitu orang tua dan juga pendidik dari lingkungan
sekolah yaitu guru. Pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh pendidi akan sangat
berpengaruh terhadap hasil dan perkembangan anak didik. Baik itu terhadap perilaku sehari-
hari maupun dalam sikap dan sifat yang dimilikinya. Jadi jika seorang anak telah
mendapatkan didikan yang kutrang baik maka hasil dan perkembangan anak didik tersebut
otomatis akan kurang baik pula dan sebaliknya jika seorang anak didik mendapatkan ilmu
dan pengalaman dari pendidik dengan nurisi yang tepat maka hasilnya pun akan tepat pula.

4. Struktur kejiwaan anak yang dibagi menjadi tiga katagori diantaranya:


a. Nafs mutmainnah, yaitu nafsu yang tibul dari diri anak yang mengajak kepada kebaikan,
selalu menuruti kehendak orang tuanya, tidak membantah dan selalu taat kepada Allah
serta selalu menjalankan peraturan-peraturan baik itu di lingkungan rumah maupun di
lingkungan sekolah.
b. Nafs lawwamah, yaitu jiwa yang sudah sadar dan mampu melihat kekurangan-
kekurangan diri sendiri, dengan kesadaran itu ia terdorong untuk meninggalkan
perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupaya melakukan sesuatu yang mengantarkan
kebahagian yang bernilai tinggi.
c. Nafs amarah, yaitu jiwa yang masih cenderung kepada kesenangan-kesenangan yang
rendah, yaitu kesenangan yang bersifat duniawi. Nafsu ini berada pada tahap pertama

10
yang tergolong sangat rendah, karena yang memiliki nafsu ini masih cenderung kepada
perbuatan-perbuatan yang maksiat. Secara alami nafsu amarah cenderung kepada hal-
hal yang tidak baik.
5. Kebutuhan pokok anak
Jauh berbeda dengan kebutuhan pokok orang dewasa. Kebutuhan anak masih bersifat
emosional dan bermain. Hal-hal seperti makanan sehari-hari itu biasanya anak tidak
memperdulikannya kecuali kebutuhan makanan snack/ makanan ringan. Kebutuhan pkok
anak meliputi: kesenangan terhadap permainan, kesenangan terhadap makanan yang
disukainya dan kesenangan terhadap teman bermainnya. Semakin mengetahui dan mengerti
orang tua dalam memenuhi kebutuhan pokok anak maka semakin membuat anak itu senang
dan mudah untuk menerima pengalaman dan ilmu pengetahuan yang telah disuntikan
melalui kegiatan sehari-harinya.
6. Anak didik tidak boleh diukur oleh kemampuan pendidik
Pendidik ialah ujung tombak bagi kemajuan dan perkembangan potensi anak didik. Semakin
jeli dan ulet seorang pendidik dalam mendidik anak didiknya maka semakin mudah dan
memahami pelajaran yang disampaikan oleh seorang pendidik. Akan tetapi seorang pendidk
tidak boleh menyamakan dirinya dengan anak didik. Dengan sifat kesabaran dan keuletan
diharapkan seorang pendidik memberikan dan menyuntikan pelajarannya dengan baik tidak
dengan paksaan. Anak didik butuh waktu dan proses dalam memahami pelajaran yang telah
diajarkan, karena setiap individu memilki potensi yang berbeda-beda dalam memahami
pelajaran yang telah diterangkan oleh seorang pedidik. Seorang pendidik harus mengetahui
potensi-potensi yang sudah ada ddalam diri anak didik.6

6
https://www.muttaqin.id/2015/11/makalah-pentingnya-pengenalan-tentang-peserta-didik diakses pada
10 oktober 2018 pada pukul 17.30 WIB

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Peserta didik dalam pendidikan islam ialah sebagai seorang yang memiliki hak
untuk mendapatkan pendidikan, pengetahuan dan pelajaran untuk menjadi pribadi muslim
yang sesuai dengan sumber agama islam yaitu Al-Qur’an dan As Sunah. Peserta didik tidak
hanya diharapkan memiliki kecerdasan yang berdasarkan akal saja, akan tetapi pendidikan
yang lebih penting adalah ketika peserta didik memiliki etika yang baik dalam masyarakat
maupun dalam ruang lingkup sekolah. Agama islam yang mengatur setiap kehidupan
umatnya tentu memiliki berbagai cara dalam memberikan kebijakan bagi para penganutnya.
Selain itu, pentingnya memahami karakteristik dari peserta didik sebagai usaha untuk
memperlancar dan memaksimalkan proses pembelajaran. Selain itu, hal ini didasarkan pada
sejumlah alasan, sebagai berikut. Pertama, bahwa dengan memahami peserta didik dapat
menetukan metode dan pendekatan dalam belajar mengajar. Kedua, bahwa dengan
memahami peserta didik dapat menetapkana materipelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Ketiga, bahwa dengan memahami peserta didik dapat memberikan
perlakuan yang sesuai dengan fitrah, bakat, kecenderungan, dan kemanusiaannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sudiyono M., Ilmu Pendidikan Islam Jilid I , PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,cet ke-9, hlm. 118-120.


Hermawan Agung, Jurnal Mengetahui Karakteristik Peserta Didik Untuk Memaksimalkan
Pembelajaran, Yogyakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas.

Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Prenada Media, 2016 hlm 158.
https://www.muttaqin.id/2015/11/makalah-pentingnya-pengenalan-tentang-peserta-didik .

13

Anda mungkin juga menyukai