Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat Terhadap Rupiah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat Terhadap Rupiah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat Terhadap Rupiah
Wahyu Widayat
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Email: [email protected]
Abstract
Exchange rate is one tool to measure a country’s economic conditions. The growth of a
stable currency value indicates that the country has a relatively good economic conditions or
stable. This study has the purpose to analyze the factors that affect the exchange rate of the
Indonesian Rupiah against the United States Dollar in the period of 2000-2013. The data
used in this study is a secondary data which are time series data, made up of exports,
imports, inflation, the BI rate, Gross Domestic Product (GDP), and the money supply (M1) in
the quarter base, from first quarter on 2000 to fourth quarter on 2013. Regression model
time series data used the ARCH-GARCH with ARCH model selection indicates that the
variables that significantly influence the exchange rate are exports, inflation, the central
bank rate and the money supply (M1). Whereas import and GDP did not give any influence.
Keywords: Exchange Rate, Inflation, Gross Domestic Product (GDP)
PENDAHULUAN
Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil
Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki
menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil
kebijakan moneter dapat menyebabkan (Dornbusch, 2008). Indonesia sebagai negara
konsekuensi serius bagi seluruh sistem keuangan yang banyak mengimpor bahan baku industri
negara. Pengaruh yang lain adalah mobilitas mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs.
modal dan krisis sistemik di seluruh dunia. Salah Keadaan ini dapat dilihat dari melonjaknya biaya
satu elemen utama dari sistem moneter suatu produksi sehingga harga barang-barang buatan
negara adalah nilai tukar, di mana nilai tukar mata Indonesia meningkat. Dengan melemahnya Ru-
uang nasional suatu negara dinyatakan dalam piah menyebabkan perekonomian Indonesia
satuan moneter negara lain. menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan
Kurs merupakan salah satu faktor penting kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri.
dalam perekonomian terbuka, karena Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari
pengaruhnya besar bagi neraca transaksi waktu ke waktu mengalami fluktuasi. Keadaan
berjalan maupun bagi variabel-variabel makro tersebut berakumulasi dan mengakibatkan
ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan sebagai kegiatan ekonomi mengalami kontraksi yang
alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu dalam dan meningkatkan jumlah penganggur.
Selain itu, f aktor-f aktor apa saja yang AS, dan antara Dollar dengan emas pada tingkat
berpengaruh pada nilai tukar Rupiah terhadap $35 per ons. Bagi negara yang memiliki
Dollar AS belum banyak diketahui. ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri
Berdasarkan keadaan tersebut, maka maupun gangguan seperti sering mengalami
penelitian ini ingin mengetahui apakah faktor- gangguan alam, menetapkan kurs tetap
faktor nilai ekspor, impor, tingkat inflasi, BI rate, merupakan suatu kebijakan yang beresiko tinggi.
Gross Domestic Product (GDP), dan jumlah uang Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun
beredar (M1) mempengaruhi nilai tukar Dollar 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap
Amerika Serikat terhadap Rupiah. kurs resmi Rp. 250/US$. Untuk menjaga
kestabilan nilai tukar pada tingkat yang
KERANGKA TEORITIS ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi
aktif di pasar valuta asing.
Nilai tukar mata uang atau yang sering
disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata b. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali
uang asing dalam mata uang domestik. Sebagai (Managed Floating Exchange Rate System)
contoh nilai tukar (NT) Dollar Amerika (USD)
Pada sistem ini, bank sentral dapat
terhadap Rupiah adalah harga satu Dollar Amerika
melakukan interv ensi ke pasar guna
(USD) dalam satuan Rupiah (Rp) atau dapat
mempengaruhi pergerakan nilai tukar valas.
diartikan juga harga satu Rupiah terhadap satu
Intervensi ini biasanya disebabkan karena
USD.
pergerakan kurs dipandang tidak menguntungkan
Perkembangan nilai tukar secara garis besar bagi perekonomian negara tersebut. Menurut
sejak tahun 1970 dapat dibagi menjadi 3 periode Corden (2002), dalam sistem ini tidak ada usaha
sesuai dengan pemberlakuan berbagai sistem untuk mempengaruhi ekspektasi masyarakat
nilai tukar pada masing-masing periode. Dalam terhadap pergerakan nilai tukar. Intervensi yang
setiap periode, nilai tukar yang tercipta dilakukan oleh bank sentral bertujuan untuk
diharapkan akan selaras dengan arah kebijakan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka
ekonomi yang diterapkan pada saat tersebut, baik pendek yang cukup tajam yang diakibatkan oleh
dalam aspek makro maupun mikro. Menurut kejadian yang sifatnya sementara.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia (2000), sistem nilai tukar tersebut c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas
adalah sebagai berikut: (Free Floating Exchange Rate System)
Pada sistem ini, nilai tukar dibiarkan bergerak
a. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange
bebas. Pergerakan sepenuhnya tergantung dari
Rate System)
kekuatan penawaran dan permintaan pasar. Bank
Sistem nilai tukar tetap merupakan sistem Sentral tidak perlu melakukan intervensi pasar
nilai tukar di mana negara menetapkan dan atau mempengaruhi nilai tukar mata uangnya.
mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata Indonesia mulai menerapkan sistem nilai tukar
uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli mengambang bebas ini, pada tahun 1997 hingga
atau menjual valas dalam jumlah yang tidak sekarang. Pada pertengahan Juli 1997, Rupiah
terbatas dalam kurs tersebut. Sistem ini mengalami tekanan yang mengakibatkan
dilatarbelakangi oleh kekacauan kondisi ekonomi semakin melemahnya nilai Rupiah terhadap Dol-
dunia pasca perang dunia kedua. Tahun 1944 lar AS. Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya
terdapat empat puluh empat negara bertemu di currency turmoil yang melanda Thailand dan
Bretton Woods, New Hampshire, Amerika menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk
Serikat yang kemudian menyepakati beberapa Indonesia. Untuk mengatasi tekanan tersebut,
hal, di antaranya: mensyaratkan suatu kurs yang Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui
baku antara berbagai mata uang terhadap Dollar spot exchange rate (kurs langsung) maupun for-
2 2 2 2
Metode ARCH dan GARCH tidak σ t = α0 + α1e t-1 + α 2e t-2 + ……….+ αpe t-p
atau yang diambil dari Badan Pusat Statistik Hasil estimasi di atas menjunjukkan bahwa
(BPS) dalam bentuk data bulanan periode Probabilitas F-statistik signifikan pada derajad
2000-2013 yang ditransformasi dalam bentuk keyakinan kurang dari 1%. Ini berarti bahwa
data kuartalan dengan cara pengambilan data keenam variabel independen (BI rate, ekspor,
terakhir pada bulan Maret, Juni, September, GDP, impor, inflasi, dan M1) secara signifikan
dan Desember. mempengaruhi variabel dependen (kurs).
f. M1 Kemudian dilihat dari masing-masing probabilitas
Jumlah uang beredar diambil dari Bank In- t-statistik dari tiap-tiap variabel, kecuali variabel
donesia dan CEIC database dalam bentuk GDP dan impor secara signifikan mempengaruhi
data kuartalan periode 2000-2013 dengan v ariabel dependen. Dilihat dari nilai
cara pengambilan data terakhir pada bulan probabilitasnya, variabel BI rate, ekspor, dan
Maret, Juni, September, dan Desember. inflasi signifikan pada derajat 1%, sementara
variabel M1 signifikan pada derajat 5%. Jika
g. BI rate dilihat dengan menggunakan nilai R2, sebesar
Tingkat suku bunga BI rate diambil dari CEIC 0,63 yang artinya variabel independen mampu
database dalam bentuk data kuartalan menjelaskan korelasi dengan v ariabel
dependennya sebesar 63%. Selanjutnya, untuk Jika nilai korelasi antar variabel independen
melihat apakah OLS merupakan model yang lebih dari 0,8 mengindikasikan adanya
tepat dalam menjelaskan pengaruh BI rate, multikolinieritas. Berdasarkan tabel di atas,
ekspor, GDP, impor, inflasi, dan M1 terhadap korelasi yang menunjukkan antara lain: korelasi
Kurs, akan dilakukan uji asumsi klasik regresi. antara GDP dengan ekspor, impor dengan
ekspor, M1 dengan ekspor, impor dengan GDP,
a. Uji Normalitas
M1 dengan GDP, dan M1 dengan impor.
Uji normalitas digunakan untuk melihat
sebaran distribusi data. Pengujian hipotesis c. Uji Autokorelasi
normalitas membuktikan distribusi sampling Uji autokorelasi menguji korelasi error antar
error term mendekati normal. periode waktu. Pengujian autokorelasi
H0: error term terdistribusi normal menggunakan LM Test Breusch-Godfrey. Hasil
estimasi autokorelasi sebagai berikut.
H1: error term tidak terdistribusi normal
H0: tidak ada korelasi (tidak ada autokorelasi)
Tabel 2. Uji Normalitas H1: ada korelasi (ada autokorelasi)
Series : Residuals Tabel 4. Uji Autokorelasi dengan Breusch-Godfrey
Sample : 2000Q1 -2013Q4
Observation : 56 F-statistic 5.871214 Prob. F(1,48) 0.0192
Jarque-Bera : 4.047759 Obs*R-squared 6.103223 Prob. Chi-Square(1) 0.0135
Probability : 0.132142
Jika Obs*R-squared < α maka H0 ditolak.
Hasil uji normalitas dapat dilihat dari nilai
Pada tabel Chi-Square (1) derajat 1% sebesar
probabilitasnya. Pada uji tersebut nilai
6,63 sementara pada derajat 5% sebesar 3,84.
probabilitas tidak signifikan baik di derajat 1%,
Nilai Chi-Square hitung 6,103223 yang artinya
5%, maupun 10% artinya H0 diterima, sehingga
nilai hitung lebih besar dari nilai kritis pada derajat
dapat disimpulkan bahwa error term terdistribusi
5%. Hal ini dapat disimpulkan pada uji
normal.
autokorelasi, signifikan pada derajat 5% maka
b. Uji Multikolinieritas H0 ditolak berarti mengandung autokorelasi.
Hasil regresi mengasumsikan bahwa variabel Setelah melalui uji kelayakan model, model
gangguan mempunyai varian yang konstan. Jika terbaik menggunakan ARCH (1). Di dalam
asumsi tidak terpenuhi, maka konsekuensinya persamaan varian ditunjukkan bahwa koefisien
terjadi heteroskedastisitas. Pada uji heteros- pada ARCH (1) signifikan pada 5% yang artinya
kedastisitas ini menggunakan uji White. terdapat volatilitas pada data kurs dalam periode
penelitian. Dapat dikatakan kesalahan prediksi
Tabel 6. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White atau residual kurs dipengaruhi oleh residual
periode sebelumnya. Dari tabel 8 didapat
F-statistic 2.215417 Prob. F(6,49) 0.0571
persamaan ARCH-GARCH sebagai berikut.
Obs*R-squared 11.94976 Prob. Chi-Square(6) 0.0631
Dengan menggunakan paket program
Scaled explained SS 12.66630 Prob. Chi-Square(6) 0.0487 EVIEWS diperoleh persamaan regresi:
KURSt = 14272.40 - 0,0000000828EKSPORt -
H0 : tidak mengandung heteroskedastisitas 0,00000000355IMPORt -
H1 : mengandung heteroskedastisitas 1552.88lnIHKt + 226.76BIRATEt +
0.002GDPt + 0.006M1t
Jika Obs*R-squared < α maka H0 ditolak.
Dan persamaan varian residualnya:
Pada tabel Chi-Square (6) derajat 1% sebesar
16,81 sementara pada derajat 5% 12,59 dan pada σ2t = 172496.1 + 0.439766e2t-1
derajat 10% 10,64. Nilai Chi-Square hitung
Dari persamaan regresi yang diperoleh dapat
(11,94976) lebih kecil dari nilai kritis baik pada
dinyatakan bahwa:
1% dan 5%, tetapi pada derajat 10% nilai Chi-
a. Hasil perhitungan variabel BI rate memiliki
Square hitung lebih besar dari nilai kritisnya maka
nilai koefisien 226,7641 dan nilai z-statistik
dapat disimpulkan pada uji heteroskedastisitas,
sebesar 6,002509 dengan nilai probabilitas
Obs*R-squared signifikan pada 10% maka H0
0,0000 yang artinya signifikan pada derajat
ditolak berarti mengandung heteroskedastisitas.
1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel BI
Karena pada data mengalami gangguan rate berpengaruh signifikan dan positif
heteroskedestisitas, maka sekali lagi akan terhadap variabel kurs. Artinya, setiap
dideteksi dengan melakukan identifikasi model kenaikan satu satuan BI rate akan
ARCH – GARCH. meningkatkan nilai tukar sebesar 226,7641.
b. Pada variabel ekspor memiliki nilai koefisien ekspor berpengaruh signifikan dan negatif
-0,0000000828 dan nilai z-statistiknya terhadap variabel kurs. Artinya, setiap
sebesar 2,399383 dengan nilai probabilitas kenaikan satu satuan ekspor maka akan me-
0,0164 yang artinya signifikan pada derajat nurunkan nilai tukar sebesar 0,0000000828.
5%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
pada pergerakan nilai tukar. Jika jumlah uang modal masuk sehingga kurs valuta asing
beredar berkurang, maka tingkat bunga akan naik mengalami depresiasi. Selain itu, bila nilai ekspor
dan selanjutnya akan merangsang investasi dari meningkat serta harga-harga dan BI rate stabil,
luar negeri ke dalam negeri sehingga terjadi aliran maka nilai tukar juga tetap stabil
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Samsjul (1998), Buletin Ekonomi Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
dan Perbankan, Vol.1 No.3, Desember hal Bank Indonesia (2000), “Dinamika
1-16 Perkembangan Nilai Tukar”. Makalah
disampaikan pada Sekolah Pendidikan Staff
Bank Indonesia (2014), Laporan Perekonomian
Bank dan Pimpinan Bank. Jakarta.
2013, Jakarta: Bank Indonesia.
Dornbush, Rudiger Julius and Stanley Fisher
Bank Indonesia (2014), Statistik Ekonomi
(2008), Macroeconomics Fourth Edition.
Keuangan Indonesia, Jakarta: Bank Indo-
Singapura: McGraw-Hill.
nesia.
Engle, Robert F., dan Byung Sam Yoo (1987),
Badan Pusat Statistik (2014), Data Ekspor Impor.
“Forecasting and Testing in Co-Integrated
Tersedia di: http://bps.go.id/exim-
Systems,” Journal of Econometrics, Vol.
frame.php?kat=2&id_subyek=08¬ab=50
35, pp. 143–159.
diakses pada tanggal 24 April 2014.
Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter (2011),
Badan Pusat Statistik (2014), Data IHK dan
Dasar-dasar Ekonometrika, Buku1 Edisi 5,
Inflasi. Tersedia di: http://www.bps.go.id/
Jakarta: Salemba Empat.
aboutus.php?inflasi=1 diakses pada
tanggal 24 April 2014. Nopirin (1987) Ekonomi Moneter, Buku II, Edisi
ke-1, Yogyakarta: BPFE UGM.
CEIC Database
Nopirin (1997), Ekonomi Moneter, Buku I,
Corden, W. Max (2002), Too Sensational on the
Yogyakarta: BPFE UGM
Choice of Exchange Rate Regimes. MIT
Press.