Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat Terhadap Rupiah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

JURNAL RISET MANAJEMEN

Vol. 1, No. 2, Juli 2014, 177 - 191

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR DOLLAR


AMERIKA SERIKAT TERHADAP RUPIAH
TAHUN 2000–2013
Rizki Rahma Kusumadewi
Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, [email protected].

Wahyu Widayat
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Email: [email protected]

Abstract
Exchange rate is one tool to measure a country’s economic conditions. The growth of a
stable currency value indicates that the country has a relatively good economic conditions or
stable. This study has the purpose to analyze the factors that affect the exchange rate of the
Indonesian Rupiah against the United States Dollar in the period of 2000-2013. The data
used in this study is a secondary data which are time series data, made up of exports,
imports, inflation, the BI rate, Gross Domestic Product (GDP), and the money supply (M1) in
the quarter base, from first quarter on 2000 to fourth quarter on 2013. Regression model
time series data used the ARCH-GARCH with ARCH model selection indicates that the
variables that significantly influence the exchange rate are exports, inflation, the central
bank rate and the money supply (M1). Whereas import and GDP did not give any influence.
Keywords: Exchange Rate, Inflation, Gross Domestic Product (GDP)

PENDAHULUAN
Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil
Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki
menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil
kebijakan moneter dapat menyebabkan (Dornbusch, 2008). Indonesia sebagai negara
konsekuensi serius bagi seluruh sistem keuangan yang banyak mengimpor bahan baku industri
negara. Pengaruh yang lain adalah mobilitas mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs.
modal dan krisis sistemik di seluruh dunia. Salah Keadaan ini dapat dilihat dari melonjaknya biaya
satu elemen utama dari sistem moneter suatu produksi sehingga harga barang-barang buatan
negara adalah nilai tukar, di mana nilai tukar mata Indonesia meningkat. Dengan melemahnya Ru-
uang nasional suatu negara dinyatakan dalam piah menyebabkan perekonomian Indonesia
satuan moneter negara lain. menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan
Kurs merupakan salah satu faktor penting kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri.
dalam perekonomian terbuka, karena Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari
pengaruhnya besar bagi neraca transaksi waktu ke waktu mengalami fluktuasi. Keadaan
berjalan maupun bagi variabel-variabel makro tersebut berakumulasi dan mengakibatkan
ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan sebagai kegiatan ekonomi mengalami kontraksi yang
alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu dalam dan meningkatkan jumlah penganggur.

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 177


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP
RUPIAH TAHUN 2000–2013

Selain itu, f aktor-f aktor apa saja yang AS, dan antara Dollar dengan emas pada tingkat
berpengaruh pada nilai tukar Rupiah terhadap $35 per ons. Bagi negara yang memiliki
Dollar AS belum banyak diketahui. ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri
Berdasarkan keadaan tersebut, maka maupun gangguan seperti sering mengalami
penelitian ini ingin mengetahui apakah faktor- gangguan alam, menetapkan kurs tetap
faktor nilai ekspor, impor, tingkat inflasi, BI rate, merupakan suatu kebijakan yang beresiko tinggi.
Gross Domestic Product (GDP), dan jumlah uang Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun
beredar (M1) mempengaruhi nilai tukar Dollar 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap
Amerika Serikat terhadap Rupiah. kurs resmi Rp. 250/US$. Untuk menjaga
kestabilan nilai tukar pada tingkat yang
KERANGKA TEORITIS ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi
aktif di pasar valuta asing.
Nilai tukar mata uang atau yang sering
disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata b. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali
uang asing dalam mata uang domestik. Sebagai (Managed Floating Exchange Rate System)
contoh nilai tukar (NT) Dollar Amerika (USD)
Pada sistem ini, bank sentral dapat
terhadap Rupiah adalah harga satu Dollar Amerika
melakukan interv ensi ke pasar guna
(USD) dalam satuan Rupiah (Rp) atau dapat
mempengaruhi pergerakan nilai tukar valas.
diartikan juga harga satu Rupiah terhadap satu
Intervensi ini biasanya disebabkan karena
USD.
pergerakan kurs dipandang tidak menguntungkan
Perkembangan nilai tukar secara garis besar bagi perekonomian negara tersebut. Menurut
sejak tahun 1970 dapat dibagi menjadi 3 periode Corden (2002), dalam sistem ini tidak ada usaha
sesuai dengan pemberlakuan berbagai sistem untuk mempengaruhi ekspektasi masyarakat
nilai tukar pada masing-masing periode. Dalam terhadap pergerakan nilai tukar. Intervensi yang
setiap periode, nilai tukar yang tercipta dilakukan oleh bank sentral bertujuan untuk
diharapkan akan selaras dengan arah kebijakan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka
ekonomi yang diterapkan pada saat tersebut, baik pendek yang cukup tajam yang diakibatkan oleh
dalam aspek makro maupun mikro. Menurut kejadian yang sifatnya sementara.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia (2000), sistem nilai tukar tersebut c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas
adalah sebagai berikut: (Free Floating Exchange Rate System)
Pada sistem ini, nilai tukar dibiarkan bergerak
a. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange
bebas. Pergerakan sepenuhnya tergantung dari
Rate System)
kekuatan penawaran dan permintaan pasar. Bank
Sistem nilai tukar tetap merupakan sistem Sentral tidak perlu melakukan intervensi pasar
nilai tukar di mana negara menetapkan dan atau mempengaruhi nilai tukar mata uangnya.
mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata Indonesia mulai menerapkan sistem nilai tukar
uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli mengambang bebas ini, pada tahun 1997 hingga
atau menjual valas dalam jumlah yang tidak sekarang. Pada pertengahan Juli 1997, Rupiah
terbatas dalam kurs tersebut. Sistem ini mengalami tekanan yang mengakibatkan
dilatarbelakangi oleh kekacauan kondisi ekonomi semakin melemahnya nilai Rupiah terhadap Dol-
dunia pasca perang dunia kedua. Tahun 1944 lar AS. Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya
terdapat empat puluh empat negara bertemu di currency turmoil yang melanda Thailand dan
Bretton Woods, New Hampshire, Amerika menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk
Serikat yang kemudian menyepakati beberapa Indonesia. Untuk mengatasi tekanan tersebut,
hal, di antaranya: mensyaratkan suatu kurs yang Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui
baku antara berbagai mata uang terhadap Dollar spot exchange rate (kurs langsung) maupun for-

178 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


RISKY RAHMA KUSUMADEWI & WAHYU WIDAYAT

ward exchange rate (kurs berjangka) dan untuk c. Inflasi


sementara dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah. Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-
Namun untuk selanjutnya tekanan terhadap harga umum dan terjadi terus-menerus.
depresiasi Rupiah semakin meningkat. Oleh Keterkaitan inflasi dengan kurs terjadi apabila
karena itu dalam rangka mengamankan harga barang impor dari luar negeri meningkat,
cadangan devisa yang terus berkurang, pada maka harga barang dalam negeri yang berasal
tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia dari impor juga ikut meningkat. Apabila terjadi
memutuskan untuk menghapus rentang depresiasi, maka harga barang yang diimpor juga
intervensi sehingga nilai tukar Rupiah dibiarkan mengalami peningkatan.
mengikuti mekanisme pasar.
d. BI rate
Perubahan dalam kurs valuta asing, dapat
Kebijakan yang dapat digunakan untuk
disebabkan oleh banyak faktor yaitu seperti:
mencapai sasaran stabilitas harga atau
a. Ekspor pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan-
Ekspor merupakan barang dan jasa yang kebijakan moneter dengan menggunakan
dijual secara luas ke luar negeri. Ekspor instrumen moneter (BI rate atau agregat
mengakibatkan adanya aliran valuta asing dari moneter). Salah satu jalur yang digunakan adalah
luar negeri ke dalam negeri. Dengan demikian jalur nilai tukar, yaitu pengetatan moneter yang
penawaran Dollar di masyarakat akan meningkat mendorong peningkatan BI rate akan
dan mengakibatkan kurs Rupiah menguat. mengakibatkan apresiasi nilai tukar karena
Sebaliknya, penurunan nilai tukar mata uang adanya pemasukan modal dari luar negeri (Arifin,
Rupiah akan membuat berbagai komoditas 1998).
ekspor menjadi lebih murah bagi para importir e. Gross Domestic Product (GDP)
luar negeri atau pihak asing, sehingga barang Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai
ekspor dapat lebih kompetitif dan harga-harga seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh
dapat bersaing di pasaran internasional. Maka, suatu masyarakat pada suatu periode waktu
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tertentu. Banyaknya barang dan jasa yang
yang positif antara ekspor dengan nilai tukar. diproduksi ini merupakan ukuran dari
b. Impor kemakmuran masyarakat, karena bila semuanya
terjual maka nilainya sama dengan penghasilan
Impor adalah barang dan jasa yang diproduksi
masyarakat. Apabila kenaikan pendapatan
di luar negeri yang dijual di dalam negeri. Di
masyarakat di Indonesia tinggi sedangkan
dalam pasar bebas, perubahan kurs tergantung
kenaikan jumlah barang relatif sedikit, maka
pada beberapa faktor yang mempengaruhi
impor barang akan meningkat. Akibat dari
permintaan dan penawaran valuta asing. Valuta
peningkatan impor ini akan berdampak pada
asing diperlukan guna melakukan transaksi
permintaan valuta asing yang selanjutnya
pembayaran ke luar negeri (impor). Makin tinggi
mempengaruhi nilai tukar atau kurs.
tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap
negara lain), maka makin besar kemampuan f. Jumlah Uang Beredar (M1)
untuk impor dan makin besar pula permintaan Peredaran reserve valuta asing (neraca
akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung pembayaran) timbul sebagai akibat kelebihan
meningkat dan harga mata uang sendiri turun. permintaan atau penawaran uang. Apabila
Demikian juga inflasi akan menyebabkan impor terdapat kelebihan jumlah uang beredar maka
meningkat dan ekspor menurun yang kemudian neraca pembayaran akan defisit dan sebaliknya
akan menyebabkan valuta asing meningkat apabila terdapat kelebihan permintaan uang,
(Nopirin, 1997). neraca pembayaran akan surplus. Kelebihan

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 179


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP
RUPIAH TAHUN 2000–2013

jumlah uang beredar akan mengakibatkan Impor = Nilai impor Indonesia


masyarakat membelanjakan kelebihan ini, IHK = Indeks Harga Konsumen (IHK)
misalnya untuk impor atau membeli surat-surat
BI rate = Tingkat Suku Bunga BI rate
berharga dari luar negeri sehingga terjadi aliran
GDP = Produk Domestik Bruto Indonesia
modal keluar. Ini berarti, permintaan akan valas
naik sedangkan permintaan mata uang sendiri M1 = Jumlah Uang Beredar
turun. Jika pemerintah menambah jumlah uang e = Tingkat kesalahan
beredar, maka akan menurunkan tingkat bunga β0 = Konstanta
dan merangsang investasi ke luar negeri
β1…β6 = Koefisien regresi
sehingga terjadi aliran modal keluar yang
mengakibatkan kurs valuta asing naik (apresiasi). kemudian dilakukan pengujian statistik (uji asumsi
Dengan meningkatnya penawaran uang atau klasik) yang meliputi:
jumlah uang yang beredar akan menaikkan harga
barang yang diukur dengan (term of money) a. Uji Normalitas
sekaligus akan menaikkan harga valuta asing Uji signifikansi pengaruh variabel independen
yang diukur dengan mata uang domestik. terhadap variabel dependen melalui uji t hanya
akan valid jika residual yang didapatkan memiliki
Hipotesis Penelitian
distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian menggunakan uji Jarque-Bera (JB). Aturan
ini adalah: Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika keputusan dari uji ini adalah apabila H0 ditolak
Serikat dipengaruhi oleh ekspor, impor, inflasi, pada tingkat signif ikansi 0,05 jika nilai
BI rate, Gross Domestic Product (GDP), dan probability JB > 0,05 yang artinya penolakan
jumlah uang beredar (M1). H0 merupakan residual yang tidak berdistribusi
normal.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder b. Multikolinearitas
yang berupa data deret berkala (time series), dan Multikolinieritas adalah terjadinya hubungan
terdiri dari data ekspor, impor, inflasi, BI rate, linier antara variabel independen dalam suatu
Gross Domestic Product (GDP), dan jumlah uang model regresi linier berganda. Untuk menguji
beredar (M1). Periode waktu dari data yang asumsi multikolinearitas dapat dilihat dari
digunakan adalah data kuartalan dari tahun 2000 hubungan secara individual antara satu variabel
kuartal pertama hingga tahun 2013 kuartal independen dengan satu variabel independen
keempat. Data sekunder ini bersumber pada yang lain pada matrik korelasi. Apabila nilai
Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), korelasi antar variabel independen lebih dari 0,8,
CEIC database, dan International Financial Sta- hal tersebut mengindikasikan adanya
tistic (IFS). multikolinieritas.
Hubungan antar variabel di atas, ditunjukkan
dalam persamaan regresi linear berganda berikut c. Autokorelasi
ini: Menurut Gujarati (2011), autokorelasi
umumnya terjadi pada data time series. Hal ini
KURSt = β0 + β1EKSPORt + β2IMPORt + β3 lnIHKt + β4BIRATEt + β5GDPt + β6M1t + et
karena observasi-observasi pada data time se-
dimana: ries mengikuti urutan alamiah antarwaktu
sehingga observasi-observasi secara berturut-
Kurs = Harga Dollar AS dinyatakan dalam
turut mengandung interkorelasi, khususnya jika
Rupiah
rentang waktu di antara observasi yang berurutan
Ekspor = Nilai ekspor Indonesia
adalah rentang waktu yang pendek, seperti

180 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


RISKY RAHMA KUSUMADEWI & WAHYU WIDAYAT

harian, mingguan atau bulanan. Aturan f. Uji Signifikansi (Uji t)


keputusannya adalah H0 ditolak pada tingkat Uji t digunakan untuk menguji koefisien
signifikansi 0,05 jika nilai Probabilitas > 0,05 regresi secara partial apakah secara statistik
maka H 0 diterima, sehi ngga tidak ada koefisien regresi sama dengan nol atau tidak.
autokorelasi. Secara umum, untuk menguji âi apakah sama
dengan nol atau tidak digunakan:
d. Heteroskedastisitas
H0 : βi = 0
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan H1 : βi ≠ 0
menggunakan White Test. Uji ini digunakan
karena tidak memerlukan asumsi adanya Bila th < tα/2 maka H0 diterima, jadi H1 ditolak
normalitas pada variabel residualnya. Uji White dan βi = 0, artinya variabel independen yang
didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan bersangkutan tidak mempunyai hubungan
dengan R2 yang akan mengikuti distribusi Chi- dengan kurs. Sebaliknya apabila th < tα/2 maka H0
Square dengan derajat kebebasan sebanyak ditolak, jadi H1 diterima dan βi ≠ 0,artinya variabel
variabel independen tidak termasuk konstanta. independen yang bersangkutan mempunyai
Nilai hitung statistik Chi-Square (X2) dengan for- hubungan dengan kurs. Uji t dapat juga dilakukan
mula sebagai berikut: Obs*R2≈ X2df dengan melihat tingkat significancy (sig) pada
Jika nilai (Obs*R2) lebih besar dari nilai X2 output komputer. Bila nilai sig < 0,05 maka βi ≠ 0 .
tabel dengan tingkat signifikansi alpha 0,05 maka
g. Uji Koefisiensi Determinasi (R2)
H0 ditolak, berarti terdapat heteroskedastisitas
pada residual. Sebaliknya jika Chi-Square hitung Uji korelasi dengan menggunakan nilai R2 ini
lebih kecil dari nilai X2 tabel menunjukkan tidak digunakan untuk melihat keeratan hubungan
adanya heteroskedastisitas (Gujarati, 2003). antara variabel independen dengan variabel
dependen. Nilai korelasi ditunjukkan oleh
e. Uji F (Uji Secara Simultan) besarnya nilai R2 yang nilainya 0 ≤ R2 ≤ 1..
Apabila R2 semakin mendekati 1 (satu), maka
Uji F digunakan untuk menguji koefisien
regresi secara serentak (simultan) apakah semua hubungan semua variabel dependen semakin
koefisien regresi nilainya sama dengan nol atau kuat. Akan tetapi sebaliknya, apabila nilai R2
semakin mendekati 0 (nol), maka hubungan
semua koefisien regresi nilainya tidak sama
semua variabel independen dengan variabel
dengan nol. Cara pengujiannya adalah:
dependen semakin lemah. Jadi, nilai R2 = 1
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = 0 menunjukkan hubungan yang sempurna, dan nilai
H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ β7 ≠ 0
R2 = 0 menunjukkan tidak ada hubungan sama
Bila Fh < Ft maka H0 diterima, jadi H1 ditolak sekali.
dan β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = 0.. Apabila ini benar Apabila dalam model persamaan tersebut di
terjadi, maka persamaan regresi tidak boleh atas ada gangguan heteros-kedastisitas, maka
digunakan. analisis akan dilakukan dengan menggunakan
Bila Fh > Ft maka H0 ditolak, jadi H1 diterima metode ARCH (Auto Regressive Conditional
dan β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ β7 ≠ 0 . Apabila ini benar Heteroscedasticity) dan GARCH (Generalized
terjadi, maka persamaan regresi boleh digunakan Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity).
karena semua v ariabel yang dipilih Model tersebut berfungsi untuk melihat ada
mempengaruhi kurs secara serentak. Uji F dapat tidaknya volatilitas dari masing-masing variabel
juga dilakukan dengan melihat tingkat signifi- yang diteliti. Volatilitas (volatility) mengacu pada
cancy (sig) pada output komputer. Bila nilai sig kondisi yang tidak stabil dan cenderung bervariasi
< 0,05 maka β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ β7 ≠ 0. dan sulit untuk diprediksi.

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 181


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP
RUPIAH TAHUN 2000–2013

2 2 2 2
Metode ARCH dan GARCH tidak σ t = α0 + α1e t-1 + α 2e t-2 + ……….+ αpe t-p

memandang heteroskedastisitas sebagai Sedangkan varian residual dari model


permasalahan, tetapi justru dapat diman-faatkan GARCH dapat ditulis sebagai berikut:
untuk membuat model. Bahkan dengan
σ2t = α0 + α1e2t-1 + α2e2t-2 + ……….+ αpe2t-p + λ1 σ2t-1 + λ2 σ2t-2 + … + λq σ2t-q
memanfaatkan heteroskedastisitas dalam error
dengan tepat, maka akan diperoleh estimator yang Pada model tersebut, varian residual ( σ2t))
2
lebih efisien. Biasanya dalam sebuah model dipengaruhi oleh residual periode yang lalu (e t-1).
varian dari error tidak tergantung pada variabel residual periode sebelumnya dan varian residual
bebas melainkan berubah-ubah seiring dengan periode sebelumnya. Secara umum, model
perubahan waktu. Dengan tingginya volatilitas GARCH yaitu GARCH (p,q) dapat dinyatakan
data maka perlu dibuat suatu pendekatan tertentu dengan persamaan berikut:
untuk mengukur masalah volatilitas residual. 2 2 2 2 2
σ t = α0 + α1e t-1 + … + αpe t-p + λ1 σ t-1 + … + λq σ t-q
Salah satu pendekatan untuk memprediksi
volatilitas varian residual adalah dengan Di mana p menunjukkan unsur ARCH dan q
memasukkan variabel independen yang mampu unsur GARCH. Kedua model tersebut tidak bisa
memprediksi volatilitas varian residual tersebut. diestimasi dengan metoda Ordinary Least Square
Robert Engle merupakan seorang ahli (OLS), tetapi dengan menggunakan metode
ekonometrika yang pertama kali menganalisis maximum likelihood.
adanya masalah heteros-kedastisitas dari varian Seperti telah disebutkan di atas, data yang
residual di dalam data time series. Menurut Engle akan digunakan dalam penelitian ini beserta
(1987), varian residual yang berubah-ubah ini sumbernya, adalah:
terjadi karena varian residual tidak hanya fungsi
a. Kurs (Rp/$)
dari variabel independen tetapi tergantung dari
seberapa besar residual di masa lalu. Analisis Data kurs ini diambil dari CEIC database
data time series yang dikembangkan oleh Engle dalam bentuk data bulanan periode 2000-
itu kemudian disebut sebagai model 2013 yang ditransformasi dalam bentuk data
autoregressive conditional heteroscedasticity kuartalan dengan cara pengambilan data
(ARCH). terakhir pada bulan Maret, Juni, September,
dan Desember.
Model ARCH dari Robert Engle ini kemudian
disempurnakan oleh Tim Bollerslev yang b. Ekspor
menyatakan bahwa varian residual tidak hanya Total ekspor diambil dari Badan Pusat
tergantung dari residual periode lalu tetapi juga Statistik (BPS) dalam bentuk data bulanan
varian residual periode lalu. Model ini dikenal periode 2000-2013 yang ditransformasikan
dengan nama generalized autoregressive condi- dalam bentuk data kuartalan dengan cara
tional heteroscedasticity (GARCH). Model penjumlahan data setiap tiga bulanan pada
GARCH dijelaskan dengan menggunakan model bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
regresi sederhana sebagai berikut:
c. Impor
Yt = β0 + β1X1 + et Total impor diambil dari Badan Pusat Statistik
dimana: (BPS) dalam bentuk data bulanan periode
Y = variabel dependen 2000-2013 yang ditransformasikan dalam
X = variabel independen bentuk data kuartalan dengan cara
e = residual penjumlahan data setiap tiga bulanan pada
bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
Varian residual dari model ARCH bentuknya
adalah sebagai berikut:

182 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


RISKY RAHMA KUSUMADEWI & WAHYU WIDAYAT

d. GDP periode 2000-2013 dengan cara pengambilan


Total GDP menggunakan GDP Riil dengan data terakhir pada bulan Maret, Juni, Sep-
tahun dasar 2000 yang diambil dari CEIC tember, dan Desember.
database dalam bentuk data kuartalan pada
5. Hasil Analisis
bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
Model regresi dinyatakan dan diestimasi
e. Inflasi menggunakan teknik Ordinary Least Square
Tingkat inflasi menggunakan data hasil (OLS). Hasil estimasi pengamatan disajikan
logaritma dari Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Estimasi Model Regresi

Variabel Koefisien Std. Error t-Statistik Prob.

BI_RATE 226.7705 37.41552 6.060867 0.0000*


EKSPOR -1.06E-07 3.04E-08 -3.486267 0.0010*
GDP 0.002179 0.006042 0.360685 0.7199
IMPOR -6.29E-09 3.42E-08 -0.183952 0.8548
LIHK -1552.877 378.1809 -4.106176 0.0002*
M1 0.007356 0.002982 2.466732 0.0172**
C 14272.40 3188.712 4.475913 0.0000*

R-squared 0.636153 Durbin-Watson stat 1.201048


Adjusted R-squared 0.591600 Prob(F-statistik) 0.000000
F-Statistik 14.27864
_____________________________________________________

atau yang diambil dari Badan Pusat Statistik Hasil estimasi di atas menjunjukkan bahwa
(BPS) dalam bentuk data bulanan periode Probabilitas F-statistik signifikan pada derajad
2000-2013 yang ditransformasi dalam bentuk keyakinan kurang dari 1%. Ini berarti bahwa
data kuartalan dengan cara pengambilan data keenam variabel independen (BI rate, ekspor,
terakhir pada bulan Maret, Juni, September, GDP, impor, inflasi, dan M1) secara signifikan
dan Desember. mempengaruhi variabel dependen (kurs).
f. M1 Kemudian dilihat dari masing-masing probabilitas
Jumlah uang beredar diambil dari Bank In- t-statistik dari tiap-tiap variabel, kecuali variabel
donesia dan CEIC database dalam bentuk GDP dan impor secara signifikan mempengaruhi
data kuartalan periode 2000-2013 dengan v ariabel dependen. Dilihat dari nilai
cara pengambilan data terakhir pada bulan probabilitasnya, variabel BI rate, ekspor, dan
Maret, Juni, September, dan Desember. inflasi signifikan pada derajat 1%, sementara
variabel M1 signifikan pada derajat 5%. Jika
g. BI rate dilihat dengan menggunakan nilai R2, sebesar
Tingkat suku bunga BI rate diambil dari CEIC 0,63 yang artinya variabel independen mampu
database dalam bentuk data kuartalan menjelaskan korelasi dengan v ariabel

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 183


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP
RUPIAH TAHUN 2000–2013

dependennya sebesar 63%. Selanjutnya, untuk Jika nilai korelasi antar variabel independen
melihat apakah OLS merupakan model yang lebih dari 0,8 mengindikasikan adanya
tepat dalam menjelaskan pengaruh BI rate, multikolinieritas. Berdasarkan tabel di atas,
ekspor, GDP, impor, inflasi, dan M1 terhadap korelasi yang menunjukkan antara lain: korelasi
Kurs, akan dilakukan uji asumsi klasik regresi. antara GDP dengan ekspor, impor dengan
ekspor, M1 dengan ekspor, impor dengan GDP,
a. Uji Normalitas
M1 dengan GDP, dan M1 dengan impor.
Uji normalitas digunakan untuk melihat
sebaran distribusi data. Pengujian hipotesis c. Uji Autokorelasi
normalitas membuktikan distribusi sampling Uji autokorelasi menguji korelasi error antar
error term mendekati normal. periode waktu. Pengujian autokorelasi
H0: error term terdistribusi normal menggunakan LM Test Breusch-Godfrey. Hasil
estimasi autokorelasi sebagai berikut.
H1: error term tidak terdistribusi normal
H0: tidak ada korelasi (tidak ada autokorelasi)
Tabel 2. Uji Normalitas H1: ada korelasi (ada autokorelasi)
Series : Residuals Tabel 4. Uji Autokorelasi dengan Breusch-Godfrey
Sample : 2000Q1 -2013Q4
Observation : 56 F-statistic 5.871214 Prob. F(1,48) 0.0192
Jarque-Bera : 4.047759 Obs*R-squared 6.103223 Prob. Chi-Square(1) 0.0135
Probability : 0.132142
Jika Obs*R-squared < α maka H0 ditolak.
Hasil uji normalitas dapat dilihat dari nilai
Pada tabel Chi-Square (1) derajat 1% sebesar
probabilitasnya. Pada uji tersebut nilai
6,63 sementara pada derajat 5% sebesar 3,84.
probabilitas tidak signifikan baik di derajat 1%,
Nilai Chi-Square hitung 6,103223 yang artinya
5%, maupun 10% artinya H0 diterima, sehingga
nilai hitung lebih besar dari nilai kritis pada derajat
dapat disimpulkan bahwa error term terdistribusi
5%. Hal ini dapat disimpulkan pada uji
normal.
autokorelasi, signifikan pada derajat 5% maka
b. Uji Multikolinieritas H0 ditolak berarti mengandung autokorelasi.

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji Penyembuhan adanya autokorelasi


apakah terdapat korelasi antar v ariabel dilakukan dengan cara membentuk variabel
independen. Hasil uji multikolinieritas disajikan difference yaitu mengubah menjadi variabel first
pada tabel 3. difference.

Tabel 3. Uji Mulitikolinieritas


Correlation
BI_RATE EKSPOR GDP IMPOR LIHK M1
BI_RATE 1 -0.71056 -0.753956 -0.703057 0.700392 -0.716421
EKSPOR -0.71056 1 0.950379 0.979156 -0.589466 0.944514
GDP -0.753956 0.950379 1 0.964431 -0.611324 0.989054
IMPOR -0.703057 0.979156 0.964431 1 -0.56812 0.970221
LIHK 0.700392 -0.589466 -0.611324 -0.56812 1 -0.544692
M1 -0.716421 0.944514 0.989054 0.970221 -0.544692 1

184 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


RISKY RAHMA KUSUMADEWI & WAHYU WIDAYAT

Tabel 5. Penyembuhan Autokorelasi a. Deteksi Unsur ARCH

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Deteksi heteroskedastisitas pada time


series dikenal dengan ARCH menggunakan pola
F-statistic 0.516271 Prob. F(1,47) 0.4760 residual kuadrat dari correlogram.
H0: tidak ada unsur ARCH
Obs*R-squared 0.597583 Prob. Chi-Square(1) 0.4395
H1: ada unsur ARCH
Pada tabel Chi-Square (1) derajat 1% sebesar Deteksi unsur ARCH melalui Correlogram
6,63 sementara pada derajat 5% sebesar 3,84. disajikan pada tabel 7.
Nilai Chi-Square hitung 0,597583 yang artinya
Berdasarkan uji Ljung-Box, unsur ARCH
nilai hitung lebih kecil dari nilai kritis pada derajat
ditunjukkan oleh nilai Q-Statistiknya. Q-statistik
1%. Hal ini dapat disimpulkan pada uji
menujukkan nilai yang tinggi sebesar 94.922
autokorelasi, tidak signifikan baik pada derajat
sehingga secara statistik signifikan pada derajat
1% dan 5%, maka H0 diterima berarti tidak ada
1% yang artinya mengandung unsur ARCH.
autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas b. Pemilihan Model dan Interpretasi

Hasil regresi mengasumsikan bahwa variabel Setelah melalui uji kelayakan model, model
gangguan mempunyai varian yang konstan. Jika terbaik menggunakan ARCH (1). Di dalam
asumsi tidak terpenuhi, maka konsekuensinya persamaan varian ditunjukkan bahwa koefisien
terjadi heteroskedastisitas. Pada uji heteros- pada ARCH (1) signifikan pada 5% yang artinya
kedastisitas ini menggunakan uji White. terdapat volatilitas pada data kurs dalam periode
penelitian. Dapat dikatakan kesalahan prediksi
Tabel 6. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White atau residual kurs dipengaruhi oleh residual
periode sebelumnya. Dari tabel 8 didapat
F-statistic 2.215417 Prob. F(6,49) 0.0571
persamaan ARCH-GARCH sebagai berikut.
Obs*R-squared 11.94976 Prob. Chi-Square(6) 0.0631
Dengan menggunakan paket program
Scaled explained SS 12.66630 Prob. Chi-Square(6) 0.0487 EVIEWS diperoleh persamaan regresi:
KURSt = 14272.40 - 0,0000000828EKSPORt -
H0 : tidak mengandung heteroskedastisitas 0,00000000355IMPORt -
H1 : mengandung heteroskedastisitas 1552.88lnIHKt + 226.76BIRATEt +
0.002GDPt + 0.006M1t
Jika Obs*R-squared < α maka H0 ditolak.
Dan persamaan varian residualnya:
Pada tabel Chi-Square (6) derajat 1% sebesar
16,81 sementara pada derajat 5% 12,59 dan pada σ2t = 172496.1 + 0.439766e2t-1
derajat 10% 10,64. Nilai Chi-Square hitung
Dari persamaan regresi yang diperoleh dapat
(11,94976) lebih kecil dari nilai kritis baik pada
dinyatakan bahwa:
1% dan 5%, tetapi pada derajat 10% nilai Chi-
a. Hasil perhitungan variabel BI rate memiliki
Square hitung lebih besar dari nilai kritisnya maka
nilai koefisien 226,7641 dan nilai z-statistik
dapat disimpulkan pada uji heteroskedastisitas,
sebesar 6,002509 dengan nilai probabilitas
Obs*R-squared signifikan pada 10% maka H0
0,0000 yang artinya signifikan pada derajat
ditolak berarti mengandung heteroskedastisitas.
1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel BI
Karena pada data mengalami gangguan rate berpengaruh signifikan dan positif
heteroskedestisitas, maka sekali lagi akan terhadap variabel kurs. Artinya, setiap
dideteksi dengan melakukan identifikasi model kenaikan satu satuan BI rate akan
ARCH – GARCH. meningkatkan nilai tukar sebesar 226,7641.

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 185


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP
RUPIAH TAHUN 2000–2013

Tabel 7. Deteksi Unsur ARCH Melalui Correlogram

Tabel 8. Model ARCH (1)


Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
BI_RATE 226.7641 37.77822 6.002509 0.0000*
EKSPOR -8.28E-08 3.45E-08 -2.399383 0.0164**
GDP 0.001759 0.006003 0.293039 0.7695
IMPOR -3.55E-09 4.00E-08 -0.088687 0.9293
LIHK -1552.878 389.9243 -3.982510 0.0001*
M1 0.005909 0.003077 1.920262 0.0548***
C 14272.40 3200.086 4.460004 0.0000*
Variance Equation
C 172496.1 67586.41 2.552231 0.0107
RESID(-1)^2 0.439766 0.270726 1.624396 0.1043
R-squared 0.611450 Akaike info criterion 15.51256
Adjusted R-squared 0.563872 Schwarz criterion 15.83806
Log likelihood -425.3517 Durbin-Watson stat 1.133143
*signifikan pada derajat 1%, **signifikan pada derajat 5%, ***signifikan pada derajat 10%

b. Pada variabel ekspor memiliki nilai koefisien ekspor berpengaruh signifikan dan negatif
-0,0000000828 dan nilai z-statistiknya terhadap variabel kurs. Artinya, setiap
sebesar 2,399383 dengan nilai probabilitas kenaikan satu satuan ekspor maka akan me-
0,0164 yang artinya signifikan pada derajat nurunkan nilai tukar sebesar 0,0000000828.
5%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

186 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


RISKY RAHMA KUSUMADEWI & WAHYU WIDAYAT

c. Pada variabel GDP memiliki nilai koefisien SIMPULAN DAN SARAN


0,001759 dan nilai z-statistiknya sebesar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
0.293039 dengan nilai probabilitas 0,7695
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
sehingga tidak signifikan. Artinya, variabel
nilai tukar. Dalam penelitian ini alat analisis yang
GDP tidak berpengaruh terhadap variabel nilai
digunakan adalah model regresi OLS dan model
tukar.
ARCH-GARCH. Berdasarkan hasil model regresi
d. Pada variabel impor memiliki nilai koefisien - OLS, didapat nilai R2 sebesar 0,63 yang artinya
0,00000000355 dan nilai z-statistiknya variabel independen mampu menjelaskan
sebesar 0,088687 dengan nilai probabilitas korelasi dengan variabel dependennya sebesar
0,9293 sehingga tidak signifikan. Artinya, 63% dan sisanya sebesar 37% dijelaskan oleh
variabel impor tidak berpengaruh terhadap
variabel lain yang tidak termasuk dalam model
variabel nilai tukar.
ini. Sedangkan berdasarkan uji asumsi klasik,
e. Hasil perhitungan variabel inflasi memiliki tidak semua variabel independen mengandung
koefisien -1552,878 dan nilai z-statistiknya unsur multikolinieritas, dan data berdistribusi
sebesar 3,982510 dengan nilai probabilitas normal. Karena dari analisis data terdapat unsur
0,0001 yang artinya signifikan pada derajat autokorelasi dan heteroskedastisitas, maka
1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel model regresi OLS tidak digunakan. Model yang
inflasi berpengaruh signifikan dan negatif
digunakan dalam penelitian ini adalah ARCH-
terhadap variabel kurs. Artinya, setiap
GARCH dengan pemilihan model ARCH.
kenaikan satu persen inflasi maka akan
menurunkan nilai tukar sebesar 1552,878. Berdasarkan hasil model ARCH, nilai R2
adalah 0,611450 yang artinya variabel independen
f. Pada variabel M1 memiliki nilai koefisien
mampu menjelaskan korelasi dengan variabel
0,005909 dan nilai z-statistiknya sebesar
dependennya sebesar 61% dan sisanya sebesar
1,920262 dengan nilai probabilitas 0,0548
yang artinya signifikan pada derajat 10%. Hal 39% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
ini menunjukkan bahwa v ariabel M1 termasuk dalam model ini. Sementara
berpengaruh signifikan dan positif terhadap berdasarkan hasil koefisiennya, variabel-variabel
variabel kurs. Artinya, setiap kenaikan satu independen yang signifikan mempengaruhi nilai
satuan M1 maka akan meningkatkan nilai tukar yaitu: BI rate, ekspor, inflasi, dan M1.
tukar sebesar 0,005909. Variabel-variabel independen yang tidak signifikan
mempengaruhi nilai tukar adalah GDP dan impor.
g. Dari nilai R-squared yang diperoleh yaitu
sebesar 0,611450 atau dibulatkan menjadi Dalam penelitian ini, tidak semua hipotesis
0,61 menunjukkan bahwa perubahan pada terbukti. Hipotesis yang terbukti adalah nilai tukar
variabel Kurs 61% dijelaskan oleh variabel- Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
variabel yang ada dalam persamaan regresi. dipengaruhi oleh nilai ekspor, tingkat inflasi, BI
Ini berarti perubahan pada kurs 39% bisa rate, dan M1. Sedangkan untuk GDP dan impor
terjadi karena variabel di luar persamaan yang pada hasil regresi ternyata tidak terbukti
mempengaruhi. Variabel penting yang tidak mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap
dimasukkan ke dalam persamaan, misalnya Dollar Amerika Serikat.
kebijakkan pemerintah. Pemerintah bisa
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk
menetapkan kebijakan untuk melaksanakan
menjaga kestabilan kurs atau nilai tukar Rupiah
fixed exchange rate atau floating exchange
terhadap Dollar Amerika Serikat adalah menjaga
rate. Karena kebijakan bersifat kualitatif,
dan mengatur variabel-variabel yang berhubungan
maka tidak dimasukkan dalam persamaan
dengan kurs. Jumlah uang beredar (M1) melalui
regresi. Selain itu, pada periode analisis yang
dilakukan adalah tidak merubah kebijakan kebijakan moneter harus diatur karena setiap
pemerintah. perubahan jumlah uang beredar dapat berdampak

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 187


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP
RUPIAH TAHUN 2000–2013

pada pergerakan nilai tukar. Jika jumlah uang modal masuk sehingga kurs valuta asing
beredar berkurang, maka tingkat bunga akan naik mengalami depresiasi. Selain itu, bila nilai ekspor
dan selanjutnya akan merangsang investasi dari meningkat serta harga-harga dan BI rate stabil,
luar negeri ke dalam negeri sehingga terjadi aliran maka nilai tukar juga tetap stabil

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Samsjul (1998), Buletin Ekonomi Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
dan Perbankan, Vol.1 No.3, Desember hal Bank Indonesia (2000), “Dinamika
1-16 Perkembangan Nilai Tukar”. Makalah
disampaikan pada Sekolah Pendidikan Staff
Bank Indonesia (2014), Laporan Perekonomian
Bank dan Pimpinan Bank. Jakarta.
2013, Jakarta: Bank Indonesia.
Dornbush, Rudiger Julius and Stanley Fisher
Bank Indonesia (2014), Statistik Ekonomi
(2008), Macroeconomics Fourth Edition.
Keuangan Indonesia, Jakarta: Bank Indo-
Singapura: McGraw-Hill.
nesia.
Engle, Robert F., dan Byung Sam Yoo (1987),
Badan Pusat Statistik (2014), Data Ekspor Impor.
“Forecasting and Testing in Co-Integrated
Tersedia di: http://bps.go.id/exim-
Systems,” Journal of Econometrics, Vol.
frame.php?kat=2&id_subyek=08&notab=50
35, pp. 143–159.
diakses pada tanggal 24 April 2014.
Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter (2011),
Badan Pusat Statistik (2014), Data IHK dan
Dasar-dasar Ekonometrika, Buku1 Edisi 5,
Inflasi. Tersedia di: http://www.bps.go.id/
Jakarta: Salemba Empat.
aboutus.php?inflasi=1 diakses pada
tanggal 24 April 2014. Nopirin (1987) Ekonomi Moneter, Buku II, Edisi
ke-1, Yogyakarta: BPFE UGM.
CEIC Database
Nopirin (1997), Ekonomi Moneter, Buku I,
Corden, W. Max (2002), Too Sensational on the
Yogyakarta: BPFE UGM
Choice of Exchange Rate Regimes. MIT
Press.

188 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


RISKY RAHMA KUSUMADEWI & WAHYU WIDAYAT

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 189


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP
RUPIAH TAHUN 2000–2013

190 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014)


RISKY RAHMA KUSUMADEWI & WAHYU WIDAYAT

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 1 No. 2 (Juli 2014) 191

Anda mungkin juga menyukai