Makalah Pengantar Kurikulum Kelompok 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

HAL-HAL YANG HARUS DI CAPAI DALAM KERIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

DI SUSUN OLEH :

Sherin Azarah (1930201124)

Eli Sundari (1930201127)

Hamidah (1930201142)

Dosen Pengampuh : Indat Nashihin, S. Pd. I., M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya milik Allah azza wajal, shalawat seiring salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi akhir zaman yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh
umatnya yang setia dan istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari kiamat. Penulis
sangat bersyukur karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul ”Hal-hal yang harus di capai dalam kurikulum pendidikan
islam “. Penyusunan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Kurikulum
Program Studi Pendidikan guru madrasah ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang. Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar
Kurikulum yang telah memberikan materi perkuliahan serta arahannya, mudah-mudahan
Allah SWT. Membalas atas semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas.
Penulis berharap makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatian kami
ucapkan terima kasih.

Akhirul Kalam,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

A. Pengertian kurikulum.................................................................................
B. Komponen Kurikulum...............................................................................
C. Kurikulum Menurut Para Ahli...................................................................
D. Peran Kurikulum........................................................................................
E. Fungsi Kurikulum......................................................................................
F. Jenjang Tujuan Pendidikan........................................................................
G. Jenis Kurikulum di Indonesia.....................................................................
H. Landasan Kurikulum..................................................................................
I. Tujuan Pendidkan Nasional.......................................................................
J. Tujuan institusional....................................................................................
K. Tujuan Kurikuler........................................................................................
L. Tujuan Pembelajaran..................................................................................
M. Tujuan Yang Harus di Capai Dalam Kurikulum Pendidikan Islam...........
BAB III PENUTUP..............................................................................................

A. Kesimpulan ...............................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang
telah ditetapkan. Dapat diketahui bahwa tujuan dapat berfungsi sebagai standar untuk
mengakhiri suatu usaha, mengarahkan usaha yang dilalui, dan merupakan titik pangkal
untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Selain itu tujuan dapat membatasi ruang gerak
agar kegiatan yang dilakukan dapat terfokus pada apa yang telah dicita-citakan.
Sebagai suatu kegiatan yang terencana, pendidikan islam memiliki kejelasan
tujuan yang hendak dicapai. Banyak dari para ahli yang mengkaji dengan sungguh-
sungguh apa yang menjadi tujuan pendidikan tersebut. Hal ini bisa dimengerti karena
tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang amat penting.1
Semua tujuan pastilah membahas mengenai sasaran yang hendak dicapai dalam
satu waktu tertentu. Demikian pula dalam pendidikan islam, dengan meneliti maksud dari
beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadist, Para ahli kemudian mencoba merumuskan tujuan
pendidikan islam. Prof. Dr. M. A’thiyah Al-Abrasyi menyimpulkan dalam satu kata
bahwa tujuan pendidikan itu ialah fadhilah atau keutamaan.2
Maksudnya adalah bahwa pendidikan dan pengajaran bukanlah untuk memenuhi
otak peserta didik dengan berbagai macam ilmu yang belum mereka ketahui, akan tetapi
tujuannya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah,
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka dalam
menghadapi kehidupan dengan ikhlas dan jujur. Al-Ghazali pun berpendapat bahwa
tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan mencari
pangkat ataupun bermegah-megahan.3
Perumusan tujuan Pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan
yang meliputi beberapa aspek, yaitu;
1) Tujuan dan tugas hidup manusia

1
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1997), halaman 45
2
Muhammad Zein, Filsafat Pendidikan Islam, ( Yogyakarta:IAIN Sunan Kalijaga,1985), halaman 17.
3
Ibid., hlm. 18
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan membawa tujuan dan tugas hidup
tertentu. Tugas manusia berupa ibadah (sebagai Abdullah) dan tugas sebagai wakil Allah
di muka bumi (Khalifatullah).
Memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep tentang manusia bahwa ia
diciptakan sebagai khalifah Allah di muka bumi, serta untuk beribadah kepada-
Nya.Tuntutan masyarakat.
Tuntutan masyarakat baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah
melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan
kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dan tuntutan dunia modern.
2) Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam
Dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia di dunia, untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai
bekal kehidupan di akhirat serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha
keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang lebih membahagiakan. Manusia dituntut
agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki. Namun
demikian, kemelaratan dan kemiskinan dunia harus diberantas, sebab kemelaratan dunia
bisa menjadikan ancaman yang menjerumuskan manusia pada kekufuran. Dimensi
tersebut dapat memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrowi.
Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tangkal
terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari berbagai gejolak kehidupan yang menggoda
ketentraman dan ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial, kultural,
ekonomis, maupun ideologis dalam hidup pribadi manusia.
Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh para pakarnya
sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda satu sama lain,
sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan. Istilah kurikulum
berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang
harus ditempuh oleh peserta didik yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.4

4
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam:Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), halaman 55.
Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematis dan koordinatif dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Kartomo Wirosukoarjo mendefinisikan kurikulum sebagai suatu kegiatan yang
direncanakan untuk dialami, diterima, dan dilakukan oleh peserta didik agar dapat
mencapai tujuan.Prof. Dr. Sikun Pribadi juga mengungkapkan bahwa kurikulum ialah
suatu program belajar yang merupakan pengalaman belajar bagi para pelajarnya yang
mengikuti program studi tersebut. Sedangkan Drs. Dakir mendefinisikan kurikulum
sebagai suatu sistem perencanaan kegiatan pendidikan yang ditujukan kepada peserta
didik oleh suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari bermacam-
macam definisi ini, dapat dilihat bahwa pengertiannya hampir sama, yaitu merupakan
satu perencanaan pengajaran, baik berupa bahan pelajaran ataupun kegiatan
pembelajaran.5
Kurikulum pendidikan islam mengandung arti sebagai suatu rangkaian program
yang mengarahkan kegiatan belajar-mengajar secara terencana, sistematis, dan
mencerminkan cita-cita para pendidik sebagai pembawa aroma islami.[9] Dengan kata
lain, materi-materi yang diajarkan haruslah sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. Menurut
pandangan Prof. Dr. Mohammad al-Djamaly, semua jenis ilmu yang terkandung dalam
Al-Qur’an harus diajarkan oleh peserta didik. Ilmu-ilmu tersebut meliputi ilmu agama,
sejarah, ilmu falak, ilmu bumi, ilmu jiwa, ilmu kedokteran, ilmu pertanian, biologi, ilmu
hitung, ilmu hukum, sosiologi, ekonomi, balaghah, bahasa arab, dan segala ilmu yang
dapat mengembangkan kehidupan umat manusia dan yang mempertinggi derajatnya.6
Omar Mohammad al-Toumy menyebutkan lima ciri-ciri dari kurikulum
pendidikan islam. Kelima ciri tersebut secara ringkas dapat disebutkan sebagai berikut:
Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan,
metode, alat, ataupun tekhnik bercorak agama.Meluas cakupannya dan menyeluruh
kandungannya. Maksudnya adalah bahwa kurikulum harus betul-betul mencerminkan
semangat, pemikiran dan ajarannya menyeluruh. Di samping itu ia juga luas dalam
perhatiannya. Ia memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek
5
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda karya, 1993), hlm. 154
6
Ibid.
pribadi pelajar.Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kurikulum.Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan
oleh peserta didik.Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan minat dan bakat peserta
didik.Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam selain memiliki ciri-ciri sebagaimana
disebutkan di atas, kurikulum pendidikan juga mempunyai beberapa prinsip yang harus
ditegakkan. Al-Syaibany menyebutkan tujuh prinsip kurikulum pendidikan islam, yaitu:
Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-
nilainya. Setiap bagian yang terdapat dalam kurikulum , mulai dari tujuan, kandungan,
metode, dan sebagainya harus berdasarkan pada agama dan akhlak islam.Prinsip
menyeluruh pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum, yakni mencakup
tujuan membina akidah, akal, dan jasmaninya.Prinsip keseimbangan yang relatif antara
tujuan dan kandungan kurikulum.Prinsip keterkaitan antara bakat, minat, kemampuan,
maupun kebutuhan ajar.Prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual di antara
peserta didik, baik dar segi minat maupun bakatnya.Prinsip menerima perkembangan dan
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat.Prinsip keterkaitan antara
berbagai mata pelajaran dengan pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung
dalam kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kurikulum ?
2. Apa saja peranan Kurikulum ?
3. Landasan Dalam Kurikulum Pendidikan Islam
4. Hasil analisis dan pembahasan
C. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui tujuan pendidikan nasional
2. untuk mengetahui tujuan kurikuler
3. untuk mengetahui tujuan pembelajaran kurikulum
4. untuk mengetahui tujuan yang harus dicapai dalam kurikulum pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang penting dalampenyelanggaraan


pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulumadalah suatu rencana yang dijadikan
sebagai pedoman atau Pegangan dalamkegiatan proses belajar mengajar (Sukmadinata: 2009).
Jadi kurikulum adalahrancana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta metode
yangdigunakan, sebagai pedoman dalam kegiatan proses belajar mengajar untukmencapai tujuan
pendidikan. Sejalan dengan perkembangan zaman, kurikulumpun juga ikut berkembang untuk
memenuhi tuntutan pendidikan. Salin ituperubahan yang terjadi merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikandan menciptakan generasi bangsa yang memiliki sumber daya
manusia dengankualitas yang baik dan dapat bersaing dengan negara lain. Di Indonesia sendiri
tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini terbuktidari servei yang dilakukan oleh
Organization For Economic Co-operation andDevelopment (OECD) tentang kualitas pendidikan,
dan Indonesia berada padaperingkat 69 dari 76 negara anggota OECD.

Hal ini tentu suatu pukulan kuat bagiBangka indonesia, dimana dengan berbagai sumbera
alama yang ada namun tidakdidukung oleh sumber daya manusianya yang berkualitas. Hal ini
jugamengakibatkan berbagai kurugian dari Negara indonesia, salah satunya yaitubanyak
penduduk indonesia yang tergolong dalam tingkat perekonomian menegahkebawah. Kondisi ini
tentu sangat memprihatinkan. Diamana dengan kekayaanalam melimpah namun tidak dapat
diimbangi oleh sumber daya manusia yangberkualitas baik. Akibatnya sumber daya alam yang
ada harus dikelola olehNegara lain, dan di jual kembali ke indonesia dengan harga yang jauh
lebih mahal.Indonesia selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikannya,salah satunya
dengan melakukan perubahan kurikulum tersebut. Dapat dilihatbahwa di indonesia telah sering
dilakukan berbagai perubahan kurikulum. Dimanayang sebelumnya menggunakan kurikulum
2006 KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) sekarang diganti dengan kurikulum 2013.
Alasan adanya pergantiankurikulum merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah
masalahpendidikan.Untuk itulah sebagai cara ataupun upaya untuk mengatasi
masalahpendidikan, kurikulum juga harus mempunyanyai pengelolaan yang disebutdengan
administrsi kurikulum.7

7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung:Bumi Aksara, 1994), halaman 16.
Banyak yang tidak sadar bahwa keberhasilan suatupendidikan hanya bergantung dari
guru ataupun sarana dan prasana. Padahal disamping itu untuk mengkoordinasikan semua agar
dapat berjalan sesuai dengantujuan ada suatu administrasi kurikulum yang mengatur untuk
terlaksananyakegiatan tersebut. Dan dalam mengelola kurikulum juga dibutuhkan orang yangahli
dibidangnya, jika tidak maka semua kegiatan yang berlangsung di satuan pendidikan tersebut
tidak akan berjalan dengan baik dan terarah sesuai dengantujuan pendidikan.

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu komponen
kehidupan yang paling mendesak. Semenjak manusia dengan aktifitas pendidikan ini semenjak
manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini
kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban
manusia. Secara paralel, pendidikan mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk
metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan
keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju. Dan keberpihakan sebuah pendidikan
tidak mengalami serta tidak ada kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran maka
dinamakan pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup
target.8

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya


melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan. Dan sebagai sarana untuk
meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sebuah kurikulum. Menurut Sukmadinata (2008: 5),
“Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi baru atau pegangan dalam proses belajar
mengajar”.

Kurikulum implementasikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai


tujuan, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran terbaru untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum memiliki empat
komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi rekomendasi dan
komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan satu sama
lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem tidak terganggu atau tidak
berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem Kurikulum pun akan terganggu pula.

8
Ibid.
Dalam sebuah kurikulum memuat suatu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem
pendidikan. Untuk itu tujuan dalam kurikulum memegang peranan yang sangat penting, karena
tujuan mengarahkan semua kegiatan dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya.

A. Pengertian Kurikulum
Pengertian Kurikulum adalah kumpulan rencana, materi pembelajaran, dan
bahkan cara mengajar yang digunakan sebagai terbaru oleh para pengajar demi
tercapainya tujuan pembelajaran akhir.Pengertian kurikulum secara umum adalah
perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata
pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan
tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk
dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam
kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.9

B. Komponen Kurikulum

Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang
yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan
tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling
berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja
tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum.


Ada yang mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, ( Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1997), halaman 123.
komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen
kurikulum berikut Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum,
yaitu:Komponen tujuankomponen isi/materikomponen media (sarana dan
prasarana)komponen strategikomponen proses belajar mengajar.Sementara Soemanto
(1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum, yaitu:Objective (tujuan)Knowledges
(isi atau materi)School learning experiences (interaksi belajar mengajar di
sekolah)Evaluation (penilaian).

Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988), Fuaduddin dan Karya (1992),
serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda,
namun pada intinya sama yakni:TujuanIsi dan struktur kurikulumStrategi pelaksanaan
PBM (Proses Belajar Mengajar)Evaluasi.Tujuan utama kurikulum adalah untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat menjadi pribadi serta warga negara yang kreatif,
inovatif, beriman, dan juga efektif ketika dia berada pada lingkungan masyarakat kelak.

Selain itu, kurikulum juga bertujuan untuk mendidik dan membimbing peserta
didik agar dapat berkontribusi secara positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

C. Kurikulum Menurut Para Ahli


Berikut ini adalah beberapa pengertian yang dikemukakan menurut para ahli, di
antaranya yaitu:
1. Sesuai UU No. 20 Tahun 2003
Pengertian kurikulum menurut uu no. 20 tahun 2003 adalah seperangkat rencana
dan pengaturan yang berkaitan dengan tujuan, bahan ajar dan cara yang digunakan
sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran terbaru untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
2. Harold B. Albertsycs
Pengertian kurikulum menurut Harold B. Albertycs (1965) yaitu seluruh kegiatan
yang disediakan oleh sekolah untuk para siswanya.
Dalam hal ini maka kurikulum tidak terbatas pada berbagai pelajaran mata,
namun termasuk juga kegiatan lain di dalam dan di luar kelas yang diadakan oleh
sekolah.
3. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller
Pengertian kurikulum menurut J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller (1973)
adalah semua hal yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Di antaranya termasuk metode mengajar, cara murid, supervisi dan administrasi,
progam studi, bimbingan dan penyuluhan, serta hal-hal struktural yang terkait dengan
waktu, jumlah ruangan dan kemungkinan untuk memilih mata pelajaran.
4. John Foxton Kerr
Pengertian pendapat menurut John Foxton Kerr (1968) adalah semua
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu maupun berkelompok,
baik itu diselenggarakan di sekolah maupun di luar sekolah.
5. Hamid Hasan
Hamid Hasan (1988) berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari 4
sudut yaitu:
Kurikulum sebagai suatu ide yang dihasilkan dari teori-teori dan
penelitian;Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan suatu ide
yang berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktivitas belajar, alat-alat atau media, dan waktu
pembelajaran;Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yaitu pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis dalam bentuk praktek dan pembelajaran;Kurikulum sebagai
suatu hasil, yaitu kurikulum dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, melalui tercapainya
tujuan Kurikulum terhadap peserta didik.
6. Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum
Planning” pernyataan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk
mempengaruhi belajar baik yang berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar
sekolah”.
Kurikulum yakni konsep bahwa konsep tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam
empat jenis pengertian yang termasuk: (1) kurikulum sebagai produk; (2) Kurikulum
sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai
pengalaman belajar bagi peserta didik. (Beane dkk).
Kurikulum pada sekolah modern dapat mendefinisikan seluruh pengalaman belajar
anak yang menjadi tanggung jawab sekolah (Robert S. Flaming).Kurikulum adalah
semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah (William B.Ragan).
Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan, yang dilakukan oleh
sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan
siswa yang paling baik. (Nengly dan Evaras 1967).Kurikulum adalah rangkaian dari hasil
belajar yang disengaja. Kurikulum menggambarkan dari hasil bangun. (Inlow 1966).
Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out7 datang)
yang diharapkan dari suatu pembelajaran.Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur
untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan bimbingan dan pengembangan strategi
pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar
sasaran. (Grayson 1977)
Untuk mengakomodasi pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) menyatakan
bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1) Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai
suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian kurikulum yang tercapainya perubahan
perilaku atau kemampuan tertentu dari peserta didik.10

D. Peran Kurikulum
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan,
yakni untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Ada
tiga peran kurikulum yaitu:
1) Peran konservatif
10
Muhammad Zein, Filsafat Pendidikan Islam, ( Yogyakarta:IAIN Sunan Kalijaga, 1985 ), halaman 73.
Adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Kurikulum
berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur
masyarakat.
2) Peran Kreatif
Kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam
kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.
3) Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum partisipasi untuk menyeleksi nilai dan budaya yang perlu
dipertahankan dan nilai atau budaya baru mana yang harus dimiliki anak
didik. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan membawa segala sesuatu yang
bermanfaat untuk kehidupan anak didik.

E. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum identik dengan kurikulum itu sendiri yang berorientasi pada
pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi Kurikulum mempunyai arti sebagai
berikut:
1) Sebagai penyelenggara baru pendidikan pada suatu lembaga pendidikan tertentu dan
untuk mendukung tujuan dari lembaga pendidikan tersebut .
2) Sebagai batasan program kegiatan yang akan dijalankan pada suatu semester, kelas,
maupun pada pendidikan tersebut.
3) Sebagai guru baru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga kegiatan
yang dilakukan guru dengan murid terarah ke tujuan yang ditentukan.
4) Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.11
5) Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama
karena setiap bangsa dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang
dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun
11
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta:Bumi Aksara, 2006), halaman 136.
kebutuhan Negara itu sendiri. Dengan demikian, di negara kita tidak sama dengan
Negara-negara lain, untuk itu, maka:Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional, Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru
dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu,Kurikulum
merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
6) Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan
Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut:Sebagai
alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkanSebagai pedoman mengatur segala
kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi:Jenis program pendidikan
yang harus dilaksanakanCara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikanOrang
yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.
7) Fungsi kurikulum yang ada di atasnya
Fungsi Kesinambungan. Sekolah pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang
dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat menyesuaikan kurikulm yang
diselenggarakannya.
8) Fungsi Persiapan Tenaga. Bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan
tenaga guru bagi sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi,
organisasi, maupun cara mengajar.
9) Fungsi Kurikulum Bagi Guru
Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang
berlaku, tetapi juga sebagai pengembangan kurikulum dalam rangaka pelaksanaan
kurikulum tersebut.
10) Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilan
program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk
menguasai dan mengontrol, apakah kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu
berpijak pada kurikulum yang berlaku.
11) Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor)
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau
ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan
dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.
12) Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat
Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah
pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak
dengan kurikulum suatu sekolah.
13) Fungsi Kurikulum Bagi Pemakai Lulusan
Instansi atau perusahaan yang mempergunakan tenaga kerja yang baik dalamarti
kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan produktivitas.12

F. Jenjang Tujuan Pendidikan


Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum
sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan
kompetensi. Tujuan pendidikan klasifikasi menjadi empat yaitu:
1) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
2) Tujuan Institusional (TI)
3) Tujuan Kurikuler (TK)
4) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)

G. Jenis kurikulum di Indonesia


1) Kurikulum 1968
2) Kurikulum 1975
3) Kurikulum 1984
4) Kurikulum 1994
5) Kurikulum 2004
6) Kurikulum 2006
7) Kurikulum 2013

12
Ibid. hlm 128
H. Landasan Kurikulum
Dalam buku ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, Landasan setidaknya
mempunyai makna berikut:
Landasan adalah sebuah pondasi yang di atas di bangun sebuah
bangunan.Landasan adalah pikiran-pikiran abstrak yang dijadikan titik tolak atau titik
berangkat bagi pelaksanaan suatu kegiatan.Landasan adalah pandangan –pandangan
abstrak yang telah teruji , yang yang dipergunakan sebagai titik tolak dalam menyusun
konsep, pelaksanaan konsep dan evaluasi konsep.
Menurut Hornby c.s dalam “The Advance Learner’s Dictionary of Current
English” (Redja Mudyahardjo, 2001:8) mengemukakan definisi landasan sebagai berikut:
“Foundation … that on which an idea or belief rest; an underlying principle‟s as the
foundations of religious belief; the basis or starting point…”. Jadi menurut Hornby
landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip
yang mendasari, contohnya seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak.
Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai
suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum.Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang
sangat penting, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung
yang tidak menggunakan landasan atau fundasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau
terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah rubuh dan rusak. Demikian
pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka
kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah
manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri.
Ada empat landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
Landasan Filosofis, landasan Psikologis, landasan Sosiologis dan landasan Organisatoris.
A. Landasan Filosofis
Filosofis artinya berdasarkan filsafat. Sedangkan Filsafat itu sendiri berasal dari
bahasa yunani, yaitu dari kata “philos“ dan “sophia“. Philos, artinya cinta yang
mendalam, dan sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat
secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Filsafat sangat
penting karena harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang aspek
kurikulum. Untuk itu tiap keputusan harus ada dasarnya. Jadi filsafat adalah cara berfikir
yang sedalam-dalamnya, yakni sampai akar-akarnya tentang hakikat sesuatu.
Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa
yang mereka junjung tinggi. Terdapat berbagai aliran filsafat yang masing-masing
dengan dasar pemikiran sendiri, berikut adalah beberapa aliran dalam filosofis
pendidikan:
a) Aliran Perennialisme
Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui
pengetahuan yang abadi, universal dan absolut atau perennial. Kurikulum yang
diinginkan oleh aliran ini terdiri atas subyek atau mata pelajaran yang terpisah sebagai
disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau IPS. Hanya mata pelajaran
yang sungguh mereka anggap dapat mengembangkan kemampuan intelektual seperti
matematika, fisika, kimia, biologi yang diajarkan, sedangkan yang berkenaan dengan
emosi dan jasmani seperti seni rupa, olah raga sebaiknya dikesampingkan. Pelajaran yang
diberikan termasuk pelajaran yang sulit karena memerlukan intelegensi tinggi. Kurikulum
ini memberi persiapan yang sungguh-sungguh bagi studi diperguruan tinggi.
b) Aliran Idealisme
Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari dunia supra-natural dari
tuhan. Boleh dikatakan semua agama menganut filsafat idealisme.filsafat ini umumnya
diterapkan disekolah yang berorientasi religius. Semua siswa diharuskan mengikuti
pelajaran agama, menghadiri khotbah dan membaca kitab suci. Biasanya disiplin
termasuk ketat, pelangggaran diberi hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluarkan
dari sekolah.namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan menetukan
satandar mutu yang tinggi.
c) Aliran Realisme
Filsafat realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui pengamatan dan
penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam. Mutu kehidupan senantiasa dapat
ditingkatkan melalui kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan hidup
ialah memperbaiki kehidupan melalui penelitian ilmiah.
d) Aliran Pragmatisme
Aliran ini juga disebut aliran instrumentalisme atau utilitarianisme dan
berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarakan pengalamannya.
Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentatif (sementara) dan dapat berubah.
Tugas guru bukan mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan, melainkan memberi
kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah.
Pengetahuan yang diperoleh bukan dengan mempelajari mata pelajaran, melainkan
karena digunakan secara fungsional dalam memecahkan masalah.13
e) Aliran Eksistensialisme
Filsafat ini mengutamakan individu sebagai aktor dalam menentukan apa yang
baik dan benar. Norma-norma hidup berbeda secara individual dan ditentukan masing-
masing secara bebas, namun dengan pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang
lain. Tujuan hidup adalah menyempurnakan diri, merealisasikan diri. Sekolah yang
berdasarkan eksistensialisme mendidik anaka aggar menentukan pilihan dan keputusan
sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia harus bebas berpikir dan mengambil
keputusan sendiri secara bertanggung jawab. Sekolah ini menolak segala kurikulum,
pedoman, instruksi, buku wajib, dll dari pihak luar. Anak harus mencari identitasnya
sendiri, menentukan standarnya sendiri dan kurikulumnya sendiri. Dengan sendirinya
mereka tidak dipersiapkan untuk menempuh ujian nasional.

B. Landasan Psikologis
a) Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Implikasi dari perkembangan peserta didik terhadap pengembangan kurikulum
yaitu:Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan
kebutuhannya. Disamping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (Program inti) yang
wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan yang sesuai
dengan minat anak. Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat
kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang nersifat akademik. Bagi anak yang berbakat
dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
selanjutnya. Kurikulum memuat tujuan–tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai atau
13
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, ( Jakarta:LoGOS Wacana Ilmu, 1997), halaman 127.
sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan
batin.
b) Psikologi Belajar
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan
kedalam tiga rumpun yaitu:
1) Teori Daya (Disiplin Mental).
Menurut teori ini sejak kelahirannya (heredities)anak telah memiliki potensi-
potensi atau daya-daya tertentu (Faculties) yang masing-masing memiliki fungsi tertentu,
seperti potensi/daya mengingat, daya berpikir daya mencurahkan pendapat daya
mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya. Karena itu pengertian
mengajar menurut teori ini adalah melatih peserta didik dalam daya- daya itu, cara
mempelajarinya pada umumnya melalui hapalan dan latihan.
2) Teori Behavorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu teori Koneksionisme atau teori
Asosiasi, teori Kondisioning, dan teori Reinforcement (Operent Conditioning), Rumpun
teori Behaviorisme berangkat dari asumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak
lahir. Perkembangan individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah,
masyarakat) Teori Koneksionisme atau teori Asosiasi adalah kehidupan tunduk kepada
hukum stimulus-respon atau aksi-reaksi. Belajar pada dasarnya merupakan hubungan
antara stimulus-respon. Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan stimulus-
respon. Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan stimulus-respon
sebanyak-banyaknya.14
3) Teori Organismik atau Gestalt
Teori ini mengacu kepada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna dari
pada bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap
sebagai mahluk organisme yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan
secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon.

14
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda karya, 1993), hlm. 187-193
C. Landasan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial
hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat. Di dalam
kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup dalam suatu masyarakat. Dalam
lingkungan itulah kita memiliki tugas yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab sebagai bakti kepada masyarakat yang telah memberikan jasanya kepada kita.
Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma
dan adat kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu masing-
masing dari kita juga memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Hal inilah yang
menjadi pertimbangan dalam pengembangan sebuah kurikulum, termasuk perubahan
tatanan masyarakat akibat perkembangan IPTEK. Sehingga masyarakat dijadikan salah
satu asas dalam pengembangan kurikulum.
Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan
kurikulum dalam masyrakat, antara lain ;
a) Kebutuhan masyarakat
Kebutuhan masyarakat tak pernah tak terbatas dan beraneka ragam. Oleh karena itu
lembaga pendidikan berusaha menyiapkan tenaga-tenaga terdidik yang terampil yang
dapat dijadikan sebagai penggali kebutuhan masyarakat.
b) Perubahan dan perkembangan masyarakat
Masayarakat adalah suatu lembaga yang hidup, selalu berkembang dan berubah.
Perubahan dan perkembangan nilai yang ada dalam masyarakat sering menimbulkan
konflik antar generasi. Dengan diadakannya pendidikan diharapkan konflik yang terjadi
antar generasi dapat teratasi.
c) Tri pusat pendidikan
Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat pendidikan dapat
bertempat di rumah, sekolah , dan di masyarakat. Selain itu mass media, lembaga
pendidikan agama, serta lingkungan fisik juga dapat berperan sebagai pusat pendidikan.15

D. Landasan Organisatoris
15
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta:Bumi Aksara, 2006), halaman 136
Landasan ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dalam pengembangan
kurikulum perlu di susun suatu desain yang tepat dan fungsional. Dilihat dari
organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
a) Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah(separated subject
curriculum)
b) Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-
hubungkan(Correlated curriculum)
c) Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran(integrated
curriculum)

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama
dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan
(4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara
ringkas keempat landasan tersebut.

1) Landasan Filosofis
2) Landasan Psikologis
3) Landasan Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu


rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan
masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan
lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan
muncul manusia-manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru
melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di
masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri


yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu
aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara
berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber
dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan
perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar
masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui


pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang
dan membuat peradaban masa yang akan datang.

Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan,


merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat,
baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

E. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi
dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam
bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia.
Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat
mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

I. Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang sangat umum dan memerlukan
jangka waktu yang lama untuk mencapainya, melalui jenjang persekolahan, baik melalui
pendidikan formal maupun non formal, dan informal. Tujuan pendidikan nasional ini ada
dalam Undang-undang Republik Indonesia.
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan manusia Indonesia dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Manusia yang mempunyai takwa dan iman kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai budi pekerti yang luhur, mandiri, kepribadian
yang mantap, kesehatan rohani, dan jasmani, keterampilan dan pengetahuan, dan terakhir
mempunyai rasa tanggung jawab untuk berbangsa dan bermasyarakat.

J. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga
pendidikan, misalnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah
Umum (SMU), Perguruan tinggi (PT) dan semua tujuan lembaga pendidikan
lainnya. Artinya sesuatu yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah selesai mengikuti
proses pendidikan di suatu lembaga. Sudah barang tentu tujuan institusional harus
merupakan penjabaran dari tujuan umum pendidikan. Adanya kesinambungan jiwa dari
tujuan antar jenjang pendidikan, yakni dari SD, SLTP, SLTA, sampai PT, dirasakan
sangat penting dalam keseluruhan perkembangan peserta didik. Tujuan lembaga ini
seyogyanya mendasari visi dan misi lembaga itu pada akhirnya akan diwujudkan melalui
target pembelajaran.
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang
harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan
program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan
antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan
setiap jenjang pendidikan, seperti standar kompetensi pendidikan dasar, menengah
kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada jenjang
pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan tinggi bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berahlak mulia, memiliki
pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan,
serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

K. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler dijabarkan dari tujuan lembaga pendidikan, sehingga sifatnya
lebih khusus dibandingkan dengan tujuan institusional. Tujuan kurikuler adalah tujuan-
tujuan bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang
ada di dalamnya. Secara operasional tujuan kurikuler adalah rumusan kemampuan utuh
yang terstandarisasi dan diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah mereka
menyelesaikan atau menempuh bidang studi atau mata pelajaran tersebut.

L. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran bersumber dan dijabarkan dari tujuan kurikuler. Tujuan ini
adalah tujuan yang langsung dihadapkan peserta didik dan harus dicapai setelah mereka
mencapai target pembelajaran. Oleh karena itu tujuan pembelajaran dirumuskan sebagai
kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mereka
menyelesaikan proses pembelajaran.
Ada dua tujuan pembelajaran (1) Tujuan Pembelajaran Umum dan (2) tujuan
Pembelajaran Khusus. Perbedaan kedua terletak pada kemampuan yang diharapkan
dikuasai peserta didik. Pada tujuan pembelajaran Umum sifatnya lebih luas dan
berbentuk kemampuan dasar yang utuh termasuk kemampuan aspek substantif, sikap atau
nilai dasar, serta keterampilan. Kurikulum 2004 mengistilahkannya dengan Kompetensi
Dasar. Sedangkan Tujuan pembelajaran Khusus sifatnya lebih operasional, harus dapat
menilai yang mengindikasikan ciri-ciri pada saat berlangsungnya dan setelah proses
pembelajaran. Dengan demikian Tujuan Pembelajaran Khusus dikenal juga dengan
indikator indikator. Untuk mempemudah mengkatagorisasikan, Bloom telah membaginya
menjadi tiga perilaku domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

M. Tujuan Yang Harus Dicapai Dalam Kurikulum Pendidikan Islam


Tujuan-Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam
1) Pembinaan individu atau warganegara yang beriman kepada Rukun Iman
2) Pembinaan pribadi muslim yang berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama dan
berakhlak yang mulia.
3) Pembiaan warganegara yang sehat, dan kuat.
4) Pembinan pribadi yang berimbang pada motivasi dan keinginan-keinginan yang sesuai
dengan diri dan dengan orang lain.
5) Pembinaan warganegara yang dipersenjatai dengan ilmu dan pengetahuan
6) Menciptakan warganegara yang terdidik pada perasaan seni dan sanggup men
7) ikmatinya, menghargai dan merasakan keindahan dalam berbagai bentuk dan macamnya.
8) Membentuk warganegara yang memiliki kemampuan social, ekonomi dan politik
9) Memperkokoh kehidupan agama
10) Meneguhkan bahas arab yang tulen dan menjaganya dari factor-fatktor yang
menghancurkan
11) Pembinaan masyarakat islam yang mulia
12) Pembinaan masyarakat yang kuat dan maju dari segi ekonomi
13) Turut serta melaksanakan perdamaian dunia berdasar pada kebenaran, keadilan, toleransi,
saling mengerti, kerjasama, dan saling hormat menghormati.

Dalam setiap kegiatan, tentu selalu ada tujuan yang akan dicapai. Begitu pula
dengan kegiatan pendidikan yang tentunya juga mempunyai tujuan atau target sasaran
yang akan dicapai.Tugas pendidikan adalah mempengaruhi pembentukan pribadi peserta
didik, maka berarti target sasaran yang akan dicapai dalam setiap kegiatan pendidikan
adalah bentuk manusia yang diharapkan terjadi pada diri peserta didik dalam rangka
pembentukan pribadinya.16

Maka tujuan pendidikan itu tidak lain adalah target sasaran yang akan dicapai
dalam setiap kegiatan pendidikan atau rumusan bentuk manusia yang akan dicapai oleh
kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh seorang pendidik.

Menurut sebuah aliran pedagogik, mendidik adalah upaya membimbing peserta


didik untuk dapat menjalani dan memahami kehidupan. Dalam kerangka ini, ada tiga
tujuan yang harus dicapai para anak didik: kemampuan untuk dapat menghidupi diri
sendiri, kemampuan untuk dapat hidup secara bermakna, dan kemampuan untuk dapat
turut memuliakan kehidupan.
a) Kemampuan Untuk Menghidupi Diri Sendiri
Pendidikan ialah kemempimpinan orang dewasa terhadap anak dalam
perkembangannya kearah kedewasaan, yang berarti ia harus dapat menentukan diri
sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Hal ini berkaitan dengan makna menghidupi diri
sendiri.Bagi peserta didik yang masih kecil, tentunya tidak dapat secara langsung
menghidupi dirinya dalam hal nafkah materi.Hal tersebut bisa menjadi salah satu cita-cita
pendidikan, namun yang utama ialah bagaimana anak didik dibentuk untuk dapat
dikembangkan kemampuannya serta wataknya, sehingga potensinya dapat tergali dan
menghasilkan arti bagi kehidupan dirinya. Anak didik juga harus dibentuk agar bisa
menentukan pilihan hidup, sehingga dimasa depan dirinya mampu untuk menghidupi
dirinya sendiri tanpa harus selalu bergantung pada orang lain.
Dalam UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam UU No. 20, Tahun 2003.
Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
16
Ibid.
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”
Manusia sebagai peserta didik merupakan makhluk individu yang mempunyai
potensi dengan segala bakat dan minat yang ia bawa sejak lahir. Pendidikan sebagai suatu
lembaga mempunyai tanggung jawab besar untuk mengembankan potensi yang dimiliki
oleh setiap peserta didiknya agar menjadi sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Agar
kelak mereka bisa menghadap hidupnya dengan kemampuan yang ia miliki.
Sistem pendidikan yang baik seharusnya mampu memberikan bekal bagi
lulusannya untuk menghadapi kehidupan atau memberikan life skills pada peserta
didik.Logikanya, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin tinggi pula
peran yang dapat dimainkannya dalam kehidupan di masyarakat.Untuk itulah dibutuhkan
kurikulum yang dapat memberikan life skills kepada para siswa.
Pengertian life skills sebenarnya lebih luas dari sekadar untuk menghidupi diri
sendiri.Namun, persoalannya, bukan sekadar keterampilan, tetapi bagaimana caranya
memberi pendidikan yang betul-betul mampu membuat anak mandiri dan dapat
mengurus dirinya sendiri.Namun, penyusunan kurikulum selama ini lebih berorientasi
pada disiplin ilmu yang hanya mengedepankan kemampuan akademik, seperti fisika,
kimia, dan biologi.
Untuk mengadopsi life skills ke dalam kurikulum pendidikan, sekarang ini
bergantung pada daerahnya. Misalnya, anak yang hidup di Jakarta, tentu akan
berbeda life skills yang dibutuhkan dengan mereka yang hidup di Bali. Di Jakarta yang
lebih banyak terlibat dalam perekonomian modern, misalnya, pertukangan tidak banyak
mendapatkan tempat.
Yang jelas, penyelenggara pendidikan nasional, dalam hal ini Depdiknas harus
bekerja lebih keras agar dapat memberikan pendidikan keahlian yang bisa dipergunakan
untuk hidup pada peserta didik.Esensi pendidikan harus dapat memberi kemampuan
untuk menghidupi diri yang bersangkutan, mengembangkan kehidupan yang lebih
bermakna, dan kemampuan untuk turut memuliakan kehidupan.
b) Kemampuan Untuk Dapat Hidup Bermakna

Pedagogik bertujuan agar anak di kemudian hari dapat hidup secara


bermakna.Untuk itu, mereka harus dididik agar menguasai sejumlah pengetahuan yang
penting dalam hidup, menguasai keterampilan tertentu, dan memahami nilai-nilai
kehidupan.Yang pertama diajarkan pembelajaran pengetahuan, yang kedua diajarkan
untuk menguasai keterampilan nyata, dan yang ketiga diajarkan pemahaman tentang
nilai-nilai kehidupan.Tujuan ini tentunya tidak terlepas dari tujuan yang pertama yaitu
kemampuan menghidupi diri sendiri.Kemampuan menghidupi diri sendiri harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengurangi makna kehidupan pribadinya.

Dewasa ini, generasi muda Indonesia banyak melakukan tindakan yang membuat
hidup menjadi kurang bermakna, bahkan bagi dirinya sendiri.Ini menunjukkan bahwa ada
sesuatu yang kurang benar dalam tradisi pendidikan bangsa kita selama ini.Kita harus
mengoreksinya kalau kita menginginkan terwujudnya kehidupan yang penuh dengan
makna dan saling berguna bagi diri sendiri serta lingkungannya.17

Untuk meraih taraf kehidupan yang bermakna, setidaknya ada tiga hal yang perlu
dipahami oleh para siswa:

1) Hidup itu memiliki makna atau arti dalam setiap situasi, bahkan dalam
penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan
penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi
seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
2) Setiap manusia memiliki kebebasan – yang hampir tidak terbatas – untuk
menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas
setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif ataupun
makna yang negatif. Makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup
bermakna.

17
Ibid.
3) Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap peristiwa
tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan
lingkungan sekitar.

Setiap orang tentunya selalu mendambakan kebahagiaan dalam


hidupnya.Kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan
dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna. Mereka
yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna dan ganjaran dari
hidup yang bermakna adalah kebahagiaan. Di lain pihak mereka yang tak berhasil
memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta
merasakan hidupnya tidak bermakna.

Hidup bermakna itu diukur dari berapa banyak dan berapa besar, aktivitas
hidupnya untuk membantu orang lain. Pada hakikatnya manusia normal itu akan
memiliki nurani untuk berbalas budi. Ini adalah fitrah manusia. Oleh karena itu, jika di
masa dulu kita banyak berbuat baik bagi orang lain maka akan menjadi penyebab orang
lain banyak berbuat baik pada diri kita di masa sekarang. Sedangkan, jika kitadulunya
banyak berbuat hanya untuk kepentingan diri kita sendiri, maka kita sekarang mungkin
sudah ditinggalkan oleh orang lain.

Hidup dapat dikatakan bermakna pula jika manusia dapat berguna bagi
lingkungannya, bukan hanya kepada dirinya dan manusia disekitarnya, namun juga
kepada hewan, tumbuhan dan alam yang menaunginya. Saat ini manusia telah begitu
cerdas dalam memanfaatkan sumber daya alam, akan tetapi seringkali lalai menjaganya.
Maka hidup mereka yang lalai akan menjadi tidak bermakna bagi lingkungannya.

Makna kehidupan pula didapatkan dengan mendekatkan diri pada Tuhan, dalam
hal ini tentunya Allah SWT bagi masyarakat muslim. Hal ini dikarenakan, agama telah
menjadi sumber ketenangan rohani yang paling utama dan menjadi titik ukur
kebermaknaan manusia untuk dirinya dikehidupan.Dalam setiap agama, diajarkan hal-hal
baik yang membawa kebermaknaan bagi kehidupan, seperti himbauan untuk menjaga
lingkungan, cinta kasih sesama manusia dan himbauan untuk mengisi hidup dengan
ketenangan serta kebijakan dalam bersikap pada lingkungan dan taqwa pada Tuhannya.
Satu hal lagi yang menjadikan hidup seseorang tidak bermakana karena
ketidakjelasan tujuan hidup. Orang yang tidak memiliki tujuan hidup, hidupnya tidak
akan terarah. Sebaliknya, orang yang punya tujuan hidup akan senantiasa tenang dalam
menjalani hidup, karena orientasinya jelas.

c) Kemampuan Untuk dapat Hidup Memuliakan Kehidupan


Tujuan terakhir dalam pedagogic adalah agar manusia tersebut mampu untuk
hidup memuliakan kehidupannya. Dalam hal ini, memuliakan kehidupan tentunya tidak
dapat terlepas dari sudahkah ia mampu menghidupi dirinya sendiri dan bermaknakah
hidupnya. Jika dua yang sebelumnya mampu dipenuhi, maka besar kemungkinannya ia
dapat hidup dengan memuliakan kehidupannya.
Dapat kita katakan dengan singkat bahwa mendidik ialah memimpin anak.Maka,
mendidik anak untuk memuliakan kehidupannya, berarti memimpin anak untuk dapat
mengamalkan hal – hal yang membuat hidup menjadi mulia. Dengan memimpin, berarti
kita harus mengarahkan, mencontohkan, memberi ruang berkarya serta memberi aturan
dengan jelas dengan cara yang benar, sehingga dengan sendirinya anak tersebut dapat
memuliakan hidupnya atas keinginannya sendiri.
Hidup menjadi mulia apabila manusia dapat menghargai dirinya sendiri. Dalam
hal ini menjaga kehormatan dirinya, menjaga nama baik keluarganya, menaati aturan di
lingkungan yang menaunginya, bersikap baik pada orang-orang disekitarnya, menyayangi
lingkungan, serta memperjuangkan hal-hal yang dianggap benar oleh norma masyarakat,
hukum dan agama, serta berguna dan bertanggungjawab kepada dirinya, lingkungannya,
dan bangsanya serta Tuhannya.
Menghargai diri sendiri, berarti mampu bersikap tegas.Memiliki pendirian dan
tujuan hidup serta tidak patah arang dalam mencapai tujuannya. Terhadap orang lain pun
haruslah anak didik mampu untuk menghadapi gempuran negative. Hal itulah yang
dimaksud dengan mempertahankan harga diri dan kemuliaan.
Dalam UU No.12 tahun 1954 Pasal 3 disebutkan bahwa “Tujuan pendidikan dan
pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.
Atas hal tersebut maka pendidik harus mampu mengayomi anak didiknya agar terbentuk
insan-insani susila yang cakap, cerdas, kritis, dan bertanggungjawab.
Agar hidup menjadi mulia maka akhlak pun harus mulia. Watak budi, yang juga
dipengaruhi akhlak, memiliki beberapa unsur yang mempengaruhi, yakni: Kekuatan
kemauan, kejernihan keputusan, kehalusan perasaan. Watak budi mesti diasah untuk
meningkatkan rasa toleransi, demokrasi, namun tetap kritis dan memiliki rasa menghargai
arti kehidupan dan mengontrol hawa nafsu.
Menjaga kemuliaan kehidupan berarti menjaga kelangsungan kodrat
kehidupan.Kodratnya, laki-laki bersama perempuan, tumbuhan dan hewan hidup
beriringan dengan manusia, dan sesama manusia saling menjaga perdamaian.Yang paling
terakhir dan paling penting, manusia memiliki kodrat untuk menghamba pada sesuatu dan
memiliki ideology.Maka, sudah seharusnya seorang manusia tunduk kepada Tuhan.18
Ketika seorang manusia dapat menerima perbedaan, namun tetap kritis dan saling
menghargai serta dibarengi rasa tanggungjawab juga terus meningkatkan arti
kehidupannya, maka akan tercipta suatu kondisi positif untuk membangun negaranya,
dan lebih jauh lagi menambah arti bagi kehidupan insan di dunia.
Tujuan pendidikan islam menurut Kongres Pendidikan Islam sedunia di
Islamabad pada tahun 1980, bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita islami yang
mencakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis
berdasarkan potensi psikologis dan filosofis (jasmaniah). Manusia mengacu kepada
keimanan dan ilmu pengetahuan secara seimbang sehingga terbentuklah muslim yang
berjiwa tawakkal secara total kepada Allah SWT.Hal ini diambil dari firman Allah dalam
Q.S Al-An’am ayat 162 :
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.” ( Q.S Al-An’am : 162 ).
Dengan demikian tujuan pendidikan islam sama luasnya dengan kebutuhan
manusia, baik masa kini maupun masa yang akan datang. Manusia tidak hanya
memerlukan iman atau agama, akan tetapi manusia juga memerlukan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi sebagai alat untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan sebagai
sarana untuk mencapai kehidupan

18
Ibid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai suatu kegiatan yang terencana, pendidikan islam memiliki kejelasan
tujuan yang hendak dicapai. Semua tujuan pastilah membahas mengenai sasaran yang
hendak dicapai dalam satu waktu tertentu. Demikian pula dalam pendidikan islam,
dengan meneliti maksud dari beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadist, Para ahli kemudian
mencoba merumuskan tujuan pendidikan islam. Salah satunya adalah tujuan pendidikan
yang diungkapkan oleh Al-Ghazali. . Beliau berpendapat bahwa tujuan dari pendidikan
ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan mencari pangkat ataupun bermegah-
megahan.
Kurikulum pendidikan islam merupakan suatu rangkaian program yang
mengarahkan kegiatan belajar-mengajar secara terencana, sistematis, dan mencerminkan
cita-cita para pendidik sebagai pembawa aroma islami.[14] Kurikulum pendidikan islam
harus dapat bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan
oleh peserta didik. Di samping itu, kurikulum haruslah disesuaikan dengan minat dari
peserta didik agar nantinya mereka dapat dengan lebih mudah menerima apa yang
disampaikan oleh pendidik.
Ada beberapa asas atau landasan dalam kurikulum pendidikan islam. Landasan-
landasan tersebut adalah landasan agama, landasan filosofis, landasan psikologis dan
landasan sosial. Landasan-landasan ini harus dijadikan sebagai pertimbangan saat
membuat dan mengembangkan kurikulum pendidikan islam.
Daftar Pustaka

Abuddin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Logos Wacana Ilmu.

Muhammad Zein. 1985. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta:IAIN Sunan Kalijaga.

Arifin. 2006. Ilmu Pendidikan Islam:Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner. Jakarta:Bumi Aksara.

Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda karya.

Oemar Hamalik. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung:Bumi Aksara.

Abuddin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta:Logos Wacana Ilmu.

Muhammad Zein. 1985. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta:IAIN Sunan Kalijaga.

Arifin. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.

Abuddin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta:LoGOS Wacana Ilmu.

Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda karya.

Arifin. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.

Riyanto, Yatim. 2006. Pengembangan Kurikulum dan Seputar Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Kurikulum (Online)

Sugiyanto. 2010. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Online)

Anda mungkin juga menyukai