Teori Pemerolehan Bahasa Eli Sundari (1930201127)
Teori Pemerolehan Bahasa Eli Sundari (1930201127)
Teori Pemerolehan Bahasa Eli Sundari (1930201127)
Eli sundari
(1930201127)
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Universitas islam Negeri Raden Fatah Palembang
Abstrak
Bahasa merupakan anugerah yang sangat besar dari Allah SWT, karena dengan bahasa
manusia bisa berkomunikasi dan mengembangkan potensinya dengan seluas-luasnya. Menurut
teori ahli bahasa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di
dalam otak anak ketika memperoleh bahasa dari ibunya. Ia akan berbahasa seperti apa yang
didengar dan dilihat dari ibu dan orang-orang di sekitarnya secara struktur dalam semua
kompunen bahasa baik fonologi, sintaksis maupun semantiknya.
Nabi Adam sebagai manusia pertama mendapat pelajaran bahasa langsung dari Allah
SWT sebagai bekal untuk mengemban tugas kekhalifahan di bumi dan diberikan potensi untuk
mengembangkan bahasa tersebut. Oleh karena itu teori-teori pemerolehan bahasa yang
dikemukakan oleh orang ahli bahasa barat adalah merupakan adopsi dari ilmu Islam dalam Al-
Qur’an.
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlansung di dalam otak
seseorang kanak-kanak ketika Ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (Language Learning).
Pembelajaran bahasa biasanya berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah ia mempelajari bahasa
pertamanya. Jadi, memperoleh bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua. Namun, banyak juga yang
mengunakan istilah pemerolehan bahasa untuk bahasa kedua.
Pemerolehan bahasa setiap anak memiliki suatu kekhasan, yaitu sesuai dengan
perkembangannya. Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh
yang bersifat progresif, teratur, dan saling berkaitan. Perkembangan merupakan interaksi
pematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi
1
perkembangan sistem otak (kecerdasan),bicara, emosi, dan sosial. Semua fungsi tersebut
berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlansung didalam
otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa
ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa. Pembelajaran
bahasa berkaitan denagan proses-proses yang terjadi pada waktuvseorang kanak-kanak
mempelajari bahasa kedua, setelah ia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi pemerolehan
bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahsa berkenaan
dengan bahasa kedua. Namun banyak juaga yang mengunakan istilah pemerolehan
bahasa untuk bahasa kedua, seperti Nurhadi dan Roekhan (1990)1
1
Abdul Chaer, psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) hal 167
2
Ibid. Hal 184
3
Ibid. Hal 187
2
3. Teori kumulatif kompleks
Teori ini dikemukakan oleh Bronw, menurutnya urutan pemerolehan sintaksis
oleh kanak-kanak ditentukan oleh kumulatif kompleks semantik morfem dan
kumulatif kompleks tata bahasa yang sedang diproleh itu. Jadi sma sekali tidak
ditentukan oleh frekuensi munculnya morfem atau kata-kata itu dalam ucapan orang
dewasa.4
Strategi kedua berpegang pada semboyan: mempergunakan apa saja atau segala
sesuatu yang penting, yang menonjol dan menarik hati. Ada dua ciri yang kerap kali
penting dan menonjol bagi anak-anak kecil dan berharga bagi sejumlah kata-kata pertama
mereka yaitu objek-objek yang dapat membuat anak-anak aktif dan giat (misalnya kunci,
palu, kaos kaki, topi) dan objek-objek yang bergerak dan berubah (seperti mobil, jam).
Anak-anak memperhatikan objek-objek yang mewujudkan hal-hal yang menarik hati ini
dan mereka memperhatikan cara menamai objek-objek itu dalam masyarakat bahasa.
Perhatian anak-anak juga bisa pada unsur bahasa yang memainkan peranan penting
sintaksis dan semantik dalam kalimat. Pusat perhatian tertentu bagi seorang anak
mungkin saja berbeda pada periode yang berbeda pada setiap anak.6
4
Ibid. Hal 189
5
Yusuf, Syamsu, Psikolinguistik Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: Rosda, 2008) Hal 217
6
Ibid. Hal 241
3
Strategi ketiga berpegang pada semboyan: anggaplah bahwa bahasa dipakai
secara referensial atau ekspresif dan dengan demikian menggunakan data bahasa. Anak-
anak kelompok tersebut memiliki 50 kata pertama mencakup suatu proporsi nominal
umum yang tinggi dan yang seakan-akan melihat fungsi utama bahasa sebagai penamaan
objek-objek. Anak kelompok ekspresif memiliki 50 kata pertama secara proporsional
mencakup lebih banyak kata yang dipakai dalam ekspresi-ekspresi sosial (seperti terima
kasih, jangan begitu) dan lebih sedikit nama-nama objek yang melihat bahasa (terutama
sekali) sebagai pelayanan fungsi-fungsi sosial efektif.
Ada tujuh fungsi bahasa yaitu fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi
representasi, fungsi interaksi, fungsi personal, fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif.
Fungsi instrumental bahasa berkaitan dengan pengelolaan lingkungan,
mengkomunikasikan tindak. Fungsi regulasi atau pengaturan berkenaan dengan
pengendalian peristiwa, penentuan hukum dan kaidah, pernyataan setuju tidak setuju.
Fungsi representasi berkenaan dengan pernyataan, menjelaskan melaporkan. Fungsi
interaksi berkaitan dengan hubungan komunikasi sosial. Fungsi personal berkenaan
dengan kemungkinan seorang pembicara mengemukakan perasaan, emosi, dan
kepribadian. Fungsi heuristik berkaitan dengan perolehan pengetahuan dan belajar
tentang lingkungan. Fungsi imajinatif berkaitan dengan daya cipta imajinasi dan gagasan.
7
Haras dan Bachari, Dasar-dasar Psikolinguistik, (Bandung: UPI Press, 2009) Hal 157
4
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori
pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga
menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.
Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru
didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang
sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis
binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung
kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna
kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan
perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan
jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang
sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi
pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang
sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya
label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang
sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung
sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada
skema burung si anak.8
8
Ibid. Hal 162
9
Bjorkludnd, D.F, Childresn’s Thinking:Developmental Function and Individual Differences, (CA: Wadswort,
2000) hal 139
5
yang sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih mampu dalam mengandalikan
perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi dan
mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses
penguatan dan modeling.
Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia 2,5-3,5 dan 5,5 – 6,4
tahun.
1. Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan kadar
emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak samakin mampu untuk
mengontrol emosinya.
2. Reaksi emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya dan
dengan waktu yang diinginkannya pula.
3. Emosi mudah berubah dan memperlihatkan reaksi spontanitas atau kondisi asli
dan anak sangat terbuka dengan pengalaman-pengalaman hatinya.
4. Reaksi emosi berdsifat individual dan pemicu emosi yang sama, namun reaksi
yang ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh factor pemicu emosi
5. Keadaan emosi anak dikendalikan dengan gejala tingkah laku yang ditampilkan
dan anak sulit mengungkapkan emosi secara verbal dan emosi mudah dikenali
melalui tingkah laku yang ditunjukkan.
F. Perkembangan bahasa
Sesuai dengan fungsinya,bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan
alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu
memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang bebrarti faktor
intelek sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa.
10
Johnson, M.H, Developmental Cognitive Neuroscience, (Oxford: Blacwell Publishing, 2005) Hal 215-221
6
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya
merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya
belajar hal lain, meniru dan mengulang kata yang diucapkan oleh orang lain yang
merupakan cara belajar bahasa awal pada bayi. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah
berkembang. Anak remaja telah banyak belajar dari lingkungan. Dengan demikian bahasa
remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkunga remaja encakup lingkungan
keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulanteman sebaya dan lingkungan sekolah.
Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa
ibu. Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat
di mana mereka tinggal. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas,
anak(remaja) mengikuti proses belajar di sekolah.
G. Kesimpulan
Dilihat dari aspek-aspek perkembangannya, setiap anak memiliki ragam yang
berbeda-beda. Meskipun demikian, secara umum para ahli sepakat bahwa ada pola-pola
perkembangan yang cenderung sama dan berlaku bagi sebagian besar manusia. Jika ada
aspek perkembangan anak yang berjalan diluar pola umum tersebut, mereka dapat
dikategorikan mengalami perbedaan atau kelainan perkembangan.
Seorang anak-anak dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan.
Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori
pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga
menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan, skema mencakup baik
kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Anak mampu
berienteraksi dengan teman sebayanya atau orang dewasa disekitarnya secara aktif belajar
dengan mengeksplorasi lingkungannya.
Maka dengan hal inilah dapat kita simpulkan seorang anak dapat berkembang jika
diberikan dorongan positif dan lingkungan yang baik kerena anak-anak sering kali
meniru apa yang dilakukan orang dewasa disekitarnya. Dari pemahaman diatas bahwa
memproleh bahasa pertama sangatlah penting karena bahasa pertama adalah bahasa yang
akan dipahami oleh anak pertama kali.
7
DAFTAR PUSTAKA