Karya Tulis Ilmiah Pemberantasan Buta Aksara 2
Karya Tulis Ilmiah Pemberantasan Buta Aksara 2
Karya Tulis Ilmiah Pemberantasan Buta Aksara 2
TENTANG
PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
DISUSUN Oleh :
1. ANIS HANDAYANI
2. BAYU DESTAFIAN
3. EMA SOLEHA
TUTOR/PEMBIMBING :
SUSI WULANDARI, M. Pd
UNIVERSITAS TERBUKA
PALEMBANG
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada tiga hal yang selalu didengungkan pemerintah terkait pembangunan pendidikan di
Indonesia, yakni wajib belajar pendidikan dasar, rehabilitasi sekolah dan pemberantasan
buta aksara. Pasalnya tiga hal tersebut menjadi indikator penting dan bagian dari Human
Development Indeks (HDI). Buta aksara fungsional adalah sebutan yang digunakan untuk
menjelaskan kemampuan membaca dan menulis yang belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini sama dengan buta aksara dalam arti terbatas, yang
berarti ketidakmampuan untuk membaca atau menulis kalimat sederhana dalam bahasa
apapun. Menyinggung jumlah penduduk buta aksara yang masih cukup besar, hal ini
disebabkan beberapa faktor. Misalnya, masih terjadinya siswa usia sekolah yang tidak
tertampung di sekolah dasar. Ada juga penduduk yang sejak awal memang tidak sekolah
karena berbagai alasan, seperti keadaan ekonomi keluarga dan kondisi geografis. Ada juga
penduduk yang pernah mengikuti program pemberantasan buta aksara, namun penduduk itu
kembali menjadi buta aksara karena kurang intensif memelihara kemampuan keaksaraannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa kendala yang dihadapi dalam memberantas buta huruf ?
2. Apa contoh upaya nyata yang dilakukan pemerintah Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kendala yang dihadapi untuk memberantas buta aksara.
2. Mengetahui contoh upaya nyata yang dilakukan pemerintah Indonesia
D. Daftar Istilah
1. Buta Huruf
Buta huruf adalah ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa Indonesia
maupun bahasa lainnya. Buta aksara juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk
menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan
perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan
saat ini kata buta aksara diartikan sebagai ketidakmampuan untuk membaca dan menulis
pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa
seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga
dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
2. Kendala
Kendala adalah halangan atau rintangan untuk mencapai sasaran .
3. Bangsa
Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan
mempunyai kesamaan bahasa, ideology,agama,budaya, dan/atau sejarah. Mereka umumnya
dianggap memiliki asal-usul keturnan yang sama. Konsep bahwa semua manusia dibagi
menjadi kelompok-kelompok bangsa ini merupakan salah satu doktrin paling berpengaruh
dalam sejarah. Doktrin ini merupakan doktrin etika dan etika. dan merupakan awal dari
ediologi nasionalisme.
4. Manfaat
Dalam hal kemanfaatan, program pemberantasan buta aksara bermanfaat bagi masyarakat
dalam hal :
1. Menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca, menulis, dan berhitung,
2. Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat,
3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri,
4. Membantu pengembangan kecakapan membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi,
5. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
E. Kajian Pustaka
MenurutIhat Hatimah, dkk (2007: 5.3) sesungguhnya bahwa pendidikan keaksaraan
adalah usaha untuk membimbing dan membelajarkan pengetahuan mengenai keaksaraan
agar bermanfaat bagi dirinya. Permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia adalah
tingginya warga buta aksara yang disebabkan oleh kurangnya kesempatan belajar yang dapat
diperoleh karena kemiskinan yang cukup tinggi sehingga warga tidak mampu memfasilitasi
dirinya untuk belajar. Masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka
bahwa dirinya buta aksara dan berkeinginan kuat untuk belajar calistung (baca, tulis, dan
berhitung). Untuk memotivasi pembelajaran mereka, maka diperlukan suatu pendekatan
yang sesuai dengan karakter dan kultur yang ada dalam masyarakat agar tingkat buta aksara
dapat diatasi atau paling tidak diperkecil.
menurut H.S.Bhola (A. Kusmiadi, 2009: 11), menyatakan :‟...telah terjadi
peralihanpemikiran dan keaksaraan fungsional jadi lebih terkait dengan ekonomi yang
berarti bahwa tujuan akhir dari keaksaraan adalah untuk membantu pihak penerima (sasaran
didik) mampu berfungsi dalam kehidupan ekonomi‟
Melalui pendekatan ekonomi diharapkan dapat lebih memotivasi warga belajar dalam
memelihara keaksaraan selaras dengan pendapatKusnadi, yang menyebutkan :“...beralasan
bahwa motivasi ekonomi memainkan peranan utama dalam kaitannya dengan keaksaraan
fungsional”.
PEMBAHASAN
B. Saran
Seharusnya pemerintah harus lebih tegas dalam merancang sebuah program agar pada
akhirnya suatu program dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, pemerintah harus
bekerjasama dengan pihak lain agar angka buta aksara di Indonesia dapat berkurang. Harus
ditambahnya tenaga pengajar dan diberikan pelatihan-pelatihan lagi. Semua pihak harus ikut
berpartisipasi. Apalagi pihak akademisi harus berperan aktif untuk mremberantas masalah
buta aksara ini, misalnya mahasiswa harus mengajar satu orang yang buta aksara.
DAFTAR PUSTAKA