Kegiatan Pemberantasan Buta Aksara
Kegiatan Pemberantasan Buta Aksara
Kegiatan Pemberantasan Buta Aksara
Disusun Oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., karena atas ridhonyalah
penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah PBK yaitu membuat tentang
“Memberantas Buta Aksara.”
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menemukan hambatan, tetapi penulis
dapat menyelesaikannya tepat waktu karena penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak
dan sumber. Atas bantuannya penulis ucapkaan terimakasih.
Penulis hanyalah manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah, demikian juga dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mohon kritik
dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini sangant penulis harapkan
untuk memperbaiki kualitas makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi kita semua yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buta huruf dalam arti buta bahasa Indonesia, buta pengetahuan dasar yang dapat menunjang
kehidupan sehari-hari, buta aksara dan angka, buta akan informasi kemajuan teknologi,
merupakan beban berat untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam
arti mampu menggali dan memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya.
Tentang pengertian buta huruf menurut adalah merupakan kelompok masyarakat yang
tidak mungkin mendapatkan pelayanan pendidikan sekolah karena sebagian besar mereka
telah berusia lanjut, sedangkan usia sekolah pada umumnya sudah masuk jalur persekolahan,
mereka pada umumnya berasal dari keluarga miskin yang tidak mampu memikul biaya
pendidikan yang diperlukan.
Pemberantasan buta aksara merupakan salah satu program pendidikan pada jalur
nonformal yang saat ini sedang dilaksanakan menjadi bagian integral dari upaya pemerintah
untuk mengentaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan
ketidakberdayaan. Program ini bertujuan agar penyandang buta aksara memperoleh
keterampilan dasar untuk baca, tulis, hitung serta mampu berbahasa Indonesia, memperoleh
keterampilan- keterampilan fungsional yang bermakna bagi kehidupannya.
Metode pendekatan belajar keaksaraan, konon dikembangkan atas dasar pemikiran
bahwa karakter atau orientasi belajar orang dewasa lebih bersifat praktis dan fungsional serta
sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajar mereka. Oleh karena itu, penyelenggaraan
program keaksaraan fungsional tidak semata-mata memberikan kemampuan baca, tulis,
hitung serta kemampuan berbahasa Indonesia dan berpengetahuan dasar akan tetapi lebih
jauh memberikan keterampilan-keterampilan fungsional yang bermakna bagi kehidupan
warga belajar sehari-hari sehingga mereka mampu meningkatkan kehidupannya.
Masih banyaknya buta huruf ini antara lain disebabkan adanya pertambahan penduduk buta
huruf baru yang belum dicacah sebelumnya, adanya penduduk yang putus belajar sekolah
dasar menjadi buta huruf kembali karena ketidakadaan bahan bacaan yang memadai dalam
arti yang mampu membangkitkan minat baca masyarakat, luas wilayah pelayanan dan
sulitnya transportasi mengakibatkan banyak warga masyarakat yang belum
Selain itu, banyaknya buta huruf disebabkan antara lain karena warga belajar masih
malu dan belum tahu manfaat nyata mengikuti pembelajaran. Mereka pada umumnya sibuk
bekerja mencari nafkah sehingga tidak memiliki waktu untuk belajar.
Keberadaan penduduk penyandang buta aksara terkadang menjadi baban bagi pejabat
di daerah seperti kepala desa dan camat, kemungkinan karena malu kalau wilayahnya di
ketahui, banyak penyandang buta aksara. Masih banyak pejabat yang enggan memberikan
ijin dan akses pendataan sehingga data penduduk buta aksara dinyatakan nihil.
Terbatasnya jumlah modul dan bahan ajar serta kesempatan mengikuti pelatihan
menyebabkan para tutor mengalami kesulitan memulai dan mengelola proses pembelajaran.
Serta masyarakat yang sudah usia lanjut kadang tidak mengerti jika tutornya mengunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, dalam
karya tulis ini nantinya akan dibahas mengenai pentingnya penggunaan bahasa daerah
sebagai model pembelajaran yang inovatif dan aspiratif agar masyarakat bisa lebih mudah
memahami suatu materi pembelajaran yang disampaikan oleh tutor. Tak hanya itu, dalam
karya tulis ini nantinya juga akan dibahas tentang hal-hal yang dapat menghambat kinerja
program keaksaraan fungsional dan cara mengatasinya serta peran pentingnya mahasiswa
dalam memberantas buta aksara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian buta huruf ?
2. Bagaimana gejolak buta huruf di Indonesia ?
3. Bagaimana cara penyelesaian buta huruf ?
4. Apa kendala yang dihadapi dalam memberantas buta huruf ?
5. Apa contoh upaya nyata yang dilakukan pemerintah Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
E. Manfaat
Dalam hal kemanfaatan, program pemberantasan buta aksara bermanfaat bagi masyarakat
dalam hal :
1. Menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca, menulis, dan berhitung
2. Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat,
3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri,
4. Membantu pengembangan kecakapan membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi,
5. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
F. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun menuliskan ruang lingkup masalah
sebagai berikut. Buta huruf adalah ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa
Indonesia maupun bahasa lainnya. Buta huruf juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan
untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan,
mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam
perkembangan saat ini kata buta huruf diartikan sebagai ketidakmampuan untuk membaca
dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf
bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis,
sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut. Memberantas buta huruf ,berarti kita
ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rencana Kegiatan
Adapun rencana kegiatan penelitian ini akan menggunakan rancangan pra-
eksperimental dan rancangan deskriptif. Penggunaan rancangan pra-eksperimental digunakan
untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat hanya dengan cara melibatkan satu kelompok
subjek sehingga tidak ada kontrol yang ketat terhadap variabel ekstra Sedangkan rancangan
deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa sebagaimana
mestinya.
Bentuk rancangan pra-eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut:
Subyek Pretes Perlakuan Pascates
ROXO
R = random (acak)
X = variabel
O = observasi (pengukuran)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah model dan pendekatan pembelajaran. Sedangkan
variabel terikatnya adalah motivasi belajar, prestasi belajar calistung, dan keterampilan warga
belajar.
B. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini ada 2 kegiatan :
1. Kegiatan yang bersifat umum
Yang mana kegiatan ini di fokuskan pada pemberantasan buta aksara dan pemberdayaan
fasilitas pendidikan yang ada di setiap dusun baik di bidang pengajian, madrasah ataupun
sekolah.
2. Kegiatan yang bersifat khusus
Kegiatan ini di fokuskan di bidang pendidikan terhadap masyarakat yang buta aksara.
C. Tahapan Kegiatan
Kesuksesan program ini juga ditentukan oleh strategi kegiatan yang telah disusun yang
dilaksanakan sesuai langkah-langkah berikut:
1. Mendeskripsikan jumlah calon warga belajar buta aksara.
2. Mendeskripsikan calon tutor keaksaraan fungsional.
3. Membentuk kelompok belajar keaksaraan fungsional di Desa Gayam Kecamatan
Bogorejo Kabupaten Blora
4. Mengadakan kontrak belajar dengan warga belajar yang meliputi tempat pembelajaran,
waktu, dan materi pembelajaran.
5. Menyelenggarakan proses pembelajaran keaksaraan fungsional.
6. Menyelenggarakan proses pembelajaran keterampilan sesuai kebutuhan warga belajar.
7. Mengadakan evaluasi pembelajaran keaksaraan fungsional.
8. Merumuskan program tindak lanjut.
D. Sasaran
Adapun sasaran dalam program pembrantasan buta aksara di Desa gayam Kecamatan
Bogorejo Kabupaten Blora adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Buta aksara adalah ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis.
Indonesia mempunyai banyak masyarakat yang masih buta huruf. Angka buta aksara di
Indonesia masih tergolong tinggi mengingat banyaknya angka putus sekolah serta masyarakat
yang belum mampu untuk membiayai sekolah. Pemerintah sendiri mempunyai berbagai cara
untuk mengurangi angka buta aksara di Indonesia. Cara yang ditempuh dapat dilaksanakan
melalui program sekolah gratis, bekerjasama dengan dinas pendidikan maupun ormas lain
untuk memberikan diklat khusus kepada penyandang buta aksara, mengurangi jumlah anak
yang tidak bersekolah, dll
Namun banyak sekali kendala yang dihadapi pemerintah untuk memberantas buta aksara
mulai dari peserta didik sampai kepada anggaran biaya untuk kegiatan tersebut.
B. Saran
Seharusnya pemerintah harus lebih tegas dalam merancang sebuah program agar pada
akhirnya suatu program dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, pemerintah harus
bekerjasama dengan pihak lain agar angka buta aksara di Indonesia dapat berkurang. Harus
ditambahnya tenaga pengajar dan diberikan pelatihan-pelatihan lagi. Semua pihak harus ikut
berpartisipasi. Apalagi pihak akademisi harus berperan aktif untuk mremberantas masalah.
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan judul :
Oleh:
Mengetahui
Dosen Pembimbing