Makalah MEMAHAMI IMPLEMENTASI NILAI-NILAI AGAMA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MEMAHAMI IMPLEMENTASI NILAI-NILAI


AGAMA

Disusun oleh :
Yasmin Fadhillah (23120110022)
Eka Permadanik (23120110009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANGERANG RAYA (KAMPUS A)
2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Implementasi...............................................................................4
2.2 Nilai.............................................................................................4
2.3 Pengertian Nilai-nilai Agama......................................................5
2.4 Implementasi Nilai-nilai Agama.................................................6
2.5 Contoh Nilai-nilai Agama...........................................................8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................10
3.2 Saran............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilai agama moral merupakan hal yang sangat penting yang harus
diperhatikan oleh kedua orang tua dan pendidik. Anak merupakan cikal bakal
generasi penerus dari sebuah bangsa dan sekaligus merupakan sebuah amanat dari
Allah SWT yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Dalam siklus kehidupan
manusia, masa kanak-kanak merupakan periode yang paling penting, namun
sekaligus juga merupakan periode yang memerlukan perhatian dan kesungguhan
dari pihak-pihak yang bertanggung jawab mengenai kehidupan anak.

Nilai agama moral anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman
yang dilaluinya terutama pada masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari
usia 0-12 tahun. Masa kanak-kanak merupakan sebuah periode pembentukan
watak, kepribadian dan karakter dari seorang manusia agar mereka memiliki
kekuatan dan kemampuan serta mampu berdiri tegak dalam meniti kehidupan.
Oleh sebab itu kedua orang tua dan pendidik di tuntut untuk memenuhi kebutuhan
anak agar mereka terpelihara serta dapat menerapkan semua petunjuk dan
pedoman yang di berikan kepada mereka untuk bekal kehidupan kelak
dikemudian hari.

Pendidikan anak usia dini merupakan lembaga yang mempersiapkan dan


memperkenalkan berbagai pengetahuan dasar, sikap moral, keterampilan dan
intelektual agar dapat melakukan adaptasi kegiatan sesungguhnya. Dan juga
menjadi suatu usaha positif menuju perubahan pada diri individu dalam hal
kebiasaan, pengetahuan dan perubahan sikap.

Peningkatan anak dalam posisi belum mengetahui nilai agama moral semakin
hari bergeser kearah yang lebih baik karena pengetahuan atau kesadarannya
makin meningkat sampai pada pencapaian perilaku yang lebih baik. Nilai agama

1
moral merupakan wujud dari rana efektif, yang berada dalam diri anak secara
utuh, nilai merupakan suatu sistem yang sangat erat kaitannya dengan nilai sosial
budaya, agama, dan nilai moral yang sangat penting untuk ditingkatkan pada
setiap anak.

Anak disebut memiliki nilai agama moral apabila berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Dewasa ini anak
sangat memerlukan bimbingan, arahan, dan pemahaman arti pentingnya nilai
agama moral. Dengan diberikan pendidikan nilai agama moral bagi anak usia dini
diharapkan dapat merubah perilakunya, sehingga anak ketika memasuki usia
dewasa lebih bertanggung jawab dan menghargai sesamanya. Upaya dalam
meningkatkan nilai agama moral pada anak harus ada kerja sama antara pendidik
dan orang tua, karena waktu bersama pendidik hanya beberapa saat saja, kurang
lebih 2,5 jam, kebanyakan waktu anak bersama orang tua.

Pada umumnya anak usia 4-5 tahun baru mengenal perilaku sesuai kode etik
yang benar ,dapat menghargai orang yang lebih tua, teman sebaya, maupun orang
dewasa, minimal dapat memberi salam kepada sesama muslim, tetapi kenyataan
dilapangan tidak demikian, anak belum mampu mengucap salam, kurang
menghargai orang lain, tidak sopan baik bercerita maupun berjalan diantara orang
dewasa. Jadi yang menjadi harapan minimal anak pada usia prasekolah sudah
mampu berprilaku sesuai dengan nilai agama dan moral diantara nya saling
mmenghormati satu sama lain, mengucap salam atau kata-kata yang baik, dan
dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sesuai yang dianjurkan pada
agama yang dianutnya.

Permasalahan ini perlu mendapat perhatian dari orang lain baik dari pendidik,
orang tua maupun orang dewasa lainnya karena masih ada anak yang belum
mengenal nilai agama dan moral. Apabila hal ini diabaikan maka generasi-
generasi penerus bangsa akan rusak dan akhirnya akan meruntuhkan sebuah
bangsa karena kejayaan sebuah bangsa ditentukan oleh generasi penerus bangsa
dalam hal ini anak-anak usia dini dan apabila permasalahan ini dapat dipecahkan
maka akan banyak manfaat yang diperoleh yaitu anak-anak dapat dihargai,

2
dihormati dimasa yang akan datang. Anak dapat berhasil dengan baik dan bahkan
dimasa yang akan datang dapat memberikan sumbangsih kepada orang tua, orang
lain dan bangsa, bahkan dapat membangun negara yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian implementasi
b. Pengertian nilai
c. Pengertian nilai-nilai Agama
d. Implementasi nilai-nilai Agama
e. Apa saja contoh nilai-nilai Agama

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui tentang pengertian implementasi
b. Untuk mengetahui tentang pengertian nilai
c. Untuk imengetahui tentang nilai-nilai agama
d. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai agama
e. Untuk mengetahui apa saja contoh nilai-nilai agama

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Implementasi
Implementasi diartikan secara sederhana sebagai pelaksanaan atau

penerapan. Sebagaimana yang terrcantum dalam kamus ilmiah populer,

implementasi adalah pelaksanaan, penerapan. Sedangkan menurut Muhammad

Joko Susilo bahwa implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep

kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan

dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Jadi,

implementasi merupakan ide atau teori yang diterapkan/dilaksanakan didalam

lapangan.

Implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah

pelaksanaan,penerapan. Sedangkan dalam kamus ilmiah serapan implementasi

adalah penerapan dan penggunaan. Dalam buku Mulyasa Implementasi adalah

penerapan ide, konsep,kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis

sehingga memberi dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan

maupun nilai dan sikap.

2.2 Nilai
Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu

objek. Jadi, bukan objek itu sendiri yang dinamakan nilai. Nilai juga merupakan

kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal yang tentang

baik buruk, benar salah, patut tidak patut, hina mulia, maupun penting tidak

4
penting. Jadi nilai bisa saja diartikan sebagai harga namun tentu saja masih

memiliki makna yang lebih luas.

Dalam kaitan implementasi nilai-nilai bahwa pendidikan dilaksanakan

dengan maksud agar manusia dapat berhubungan dengan Tuhan yang maha Esa,

diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma

agama,hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika.

Bahwa nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi oleh sesseorang individu

atau kelompok identik atau tidak identik dengan nilai-nilai etika atau moral.10

Nilai dan etika dan moral merupakan sebuah cita- cita dari apa yang dinilai baik

atau benar oleh masyarakat luas. Seseorang yang taat pada nilai etika ia akan

menentang keras dengan adanya perbuatan yang tercela yang tidak sesuai dengan

norma yang ada.

2.3 Pengertian Nilai-nilai Agama


Arti nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini
sebagai identitas yang memberikan ciri khusus pada pemikiran, perasaan, kriteria
maupun perilaku. Adapun keagamaan merupakan sesuatu yang berhubungan
dengan agama, beragama, beriman. Di sini yang penulis maksudkan adalah rasa
keagamaan (agama Islam) yang dimiliki oleh setiap individu (anak) yang melalui
proses perpaduan antara potensi bawaan sejak lahir dengan pengaruh dari luar
individu.
Agar agama itu benar-benar dapat dihayati, dipahami dan digunakan sebagai
pedoman hidup bagi manusia, agama itu hendaknya menjadi unsur-unsur dalam
kepribadiannya. Hal itu dapat dilakukan dengan cotoh, latihan-latihan
(pengalaman) dan pengertian tentang ajaran agama. Jadi agama adalah amalillâh
dan ilmiyah sekaligus.

5
Kesimpulannya penanaman nilai-nilai keagamaan adalah suatu proses edukatif
berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana dan dapat
dipertanggung jawabkan untuk memelihara, melatih, membimbing, mengarahkan,
dan meningkatkan pengetahuan keagamaan, kecakapan sosial dan praktik serta
sikap keagamaan anak, seperti akidah (keimanan), akhlak, dan ibadah yang
selanjutnya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.4 Implementasi Nilai-nilai Agama


Semula diskusi kecil tentang nilai-nilai agama. Pada saat itu yang
dibicarakan soal-soal ritual, hukum sesuatu tentang kegiatan dan jenis makanan,
hingga berlanjut soal kegiatan proyek yang harus dilaksanakan. Tatkala sampai
pada wilayah kegiatan yang bernuansa modern itu, maka timbul pertanyaan
tentang relevansi Islam terhadap kegiatan yang dianggap sebagai bersifat duniawi
dimaksud. Pesera diskusi kecil dan bersifat informal itu kemudian menanyakan
letak relevansinya dengan kegiatan modern itu.
Rupanya, membawa nilai-nilai agama ke dalam kegiatan sederhana itu
dirasakan menjadi tidak mudah tatkala sudah masuk wilayah yang dianggap bukan
bagian agama. Sebuah persoalan dianggap sebagai wilayah agama manakala
menyangkut jenis kegiatan ritual seperti shalat, zakat, puasa, haji, berdoa, dan
sejenisnya. Atau, juga menyangkut sesuatu yang harus ditinjau dari aspek hukum
atau fiqh. Misalnya, benda tertentu hukumnya halal atau haram, kegiatan itu
sunnah, mubah, atau makruh, wajib atau tidak, dan sejenisnya.
Agar Islam sebagaimana sifatnya, menjadi tetap relevan dengan kehidupan
modern, maka yang diperlukan adalah menangkap makna Islam itu sendiri dalam
kontek yang luas, seluas wilayah kehidupan itu sendiri. Hal demikian itu
sebenarnya mudah, tetapi tidak semua orang berani melakukannya. Kekhawatiran
itu juga tidak selalu salah, makakala dilihat dari aspek psikologis, ialah bahwa
dalam hal yang menyangkut agama atau keyakinan, maka harus dilakukan dengan
kehati-hatian.
Akan tetapi, manakala selamanya tidak ada keberanian keluar dari mindset
yang sehari-hari mewarnai kehidupannya, maka juga tidak akan diperoleh jawaban

6
tatkala menghadapi perubahan kehidupan yang semakin cepat seperti yang terjadi
sekarang ini. Akibatnya, hingga persoalan mencari relevansi Islam dengan kegiatan
proyek saja dianggap sulit. Bahkan yang lebih fatal lagi, sikap itu memunculkan
anggapan bahwa, Islam tidak ada kaitannya dengan kehidupan modern. Padahal
Islam disebut bersifat universal, dan oleh karena itu, selalu memiliki relevansi
dengan zaman apapun.
Lewat diskusi sederhana dan bersifat informal itu akhirnya ditemukan
pandangan bahwa, Islam mengajarkan tentang niat. Dalam kegiatan atau memilih
apa saja, Islam memberikan tuntunan tidak terkecuali mengerjakan proyek, harus
dikerjakan dan memilih yang terbaik. Semua pekerjaan harus diselesaikan dengan
sabar, ikhlas, istiqomah, penuh amanah, harus tawakkal dan atau menyerahkan
segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Nilai-nilai tersebut, sudah barang tentu, akan sangat relevan dengan
berbagai kegiatan atau proyek apapun. Kegiatan proyek yang dikenal sebagai
bersifat modern, seharusnya dijalankan dengan niat yang bersih, yakni dijadikan
bagian dari pengabdiannya kepada Tuhan. Islam mengajarkan bahwa segala
sesuatu tergantung pada niatnya. Bisa saja suatu pekerjaan tampak baik, tetapi
manakala niat mengerjaannya buruk, maka akan memperoleh hasil yang buruk
pula. Sebaliknya, siapapun tidak boleh melakukan pekerjaan buruk diniati untuk
memperoleh kebaikan.
Akhirnya, melihat dari aspek niat itu saja, yang harus dilakukan dengan
tepat, maka sebenarnya semua kegiatan akan selalu ada relevansinya dengan Islam.
Artinya, Islam harus dihadirkan di dalam semua jenis kegiatan sehari-hari. Islam
tidak hanya menjawab persoalan ritual dan atau melihat sesuatu dari aspek fiqhnya,
melainkan akan menjawab perbagai persoalan luas secara tidak terbatas yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari oleh siapapun, di manapun, dan kapanpun.
Maka, sebuah proyek disebut telah dikerjakan secara Islami manakala diawali
dengan niat yang tepat, dikerjakan dengan jujur, sabar, ikhlas, istiqomah, memilih
pendekatan atau cara terbaik, hingga akhirnya pekerjaan itu disebut sebagai sebuah
amal shaleh.

7
2.5 Contoh Nilai-nilai Agama
Kehidupan manusia yang beradab juga dapat ditentukan oleh keberadaan
nilai religius serta penerapan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
contoh nilai religius yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
a. Menjalankan ibadah sholat
Di mana kegiatan ini sudah menjadi suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh umat islam. Sebab, sholat juga memiliki peranan yang
begitu penting dalam kehidupan umat Islam.
b. Mengaji
Kegiatan ini juga menjadi salah satu kewajiban bagi umat islam agar bisa
lebih memahami apa saja isi yang ada di dalam Al-Quran serta dapat
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga akan menjadikan
umat Islam menjadi lebih baik lagi.
c. Pergi ke Gereja
Bagi umat Kristen maupun Katolik pergi ke gereja adalah suatu kegiatan
yang wajib untuk dilakukan. Gereja adalah tempat suci yang biasa digunakan
untuk keperluan berdoa bagi umat Kristen maupun Katolik.
d. Pergi ke Pura
Bagi umat Hindu menjalankan ibadah di pura adalah suatu kewajiban yang
perlu dilakukan agar prosesi beribadah dan berdoa bisa berjalan lebih baik
e. Pergi ke Vihara
Bagi umat Budha beribadah di vihara memang sangat penting agar bisa
melakukan proses berdoa dengan cukup hikmat serta lebih baik.
f. Saling menghormati antar sesama umat beragama
Saling menghormati antarsesama umat untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan kepercayaannya masing-masing adalah suatu hal yang begitu penting
untuk bisa dijaga agar masing-masing pemeluk agama bisa berdoa dengan
baik serta menjalankan perintah agamanya masing-masing

8
g. Sikap jujur
Kejujuran juga begitu penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini perlu dilakukan agar kehidupan manusia bisa berjalan dengan
lebih baik.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tingkat pemahaman dan kecerdasan intelektual siswa terhadap nilai
karakter religius dan tanggungjawab menjadi faktor utama dalam merealisasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi pula nilai karakter yang dimilki.
Sebagai contoh faktor yang mempengaruhi ialah adanya rasa malas dan kurang
giat oleh sebagian siswa dalam mengikuti kegiatan sholat berjama’ah, berdoa
dalam memulai kegiatan belajar disebabkan oleh rendahnya tingkat pemahaman
tentang nilai karakter secara individual sehingga menghambat adanya himmah
untuk melakasankan tugas-tugas.
Faktor selanjutnya adalah lingkungan sosial seperti guru, orang tua dan
masyarakat. Tri pusat pendidikan tersebut harus bekerja secara maksimal baik dari
segi struktural maupun fungsional. Guru memberikan ilmu pengetahuan,
pengawasan, bimbingan dan pengarahan. Sedangkan orang tua bersinergi dengan
apa yang telah dilakukan guru di sekolah, keharmonisan hubungan antara guru
dengan orang tua dalam menjalankan program belajar mengajar akan memuluskan
jalan menuju target yang diinginkan bersama yakni siswa dan anak yang memiliki
karakter religius dan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan orang lain

3.2 Saran
Setiap hasil yang telah diperoleh dari implementasi nilai karakter religius
dan tanggungjawab berupa langkah-langkah nyata merupakan sebab akibat/hukum
kausalitas (sunnatullah) yang tidak perlu terlalu dibanggakan tapi sepatutnya
disyukuri sebagai anugerah Allah SWT untuk dikembangkan.
Setiap usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh hasil yang
diharapkan tidak mungkin sampai pada angka sempurna sehingga dibutuhkan
intropeksi diri dari semua lini khsusnya dalam implementasi nilai karakter religius
dan tanggungjawab. Manusia hanya bisa berencana dan berusaha, Tuhanlah yang
menetukan apa yang baik bagi hamba-Nya. Jangan terlena dengan yang didapat
dan jangan putus asa dengan yang terlewat.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.iainkendari.ac.id/671/3/BAB%20II.pdf
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/oasis/article/view/3924
https://www.gramedia.com/literasi/nilai-religius/
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/download/3648/pdf/

11

Anda mungkin juga menyukai