Ijazah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Sinteza eISSN : 2797-8133

JurnalFamasiKlinis dan SainsBahanAlam


Vol.2, No.1, Februari 2022, Hal. 106-116

FORMULASI DAN EVALUASI KRIM PELEMBAB KULIT EKSTRAK


MAHKOTA BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Rati Astuti Dewi Nopita1*, Ersi Arviana Ihsan1, Puspawan Hariadi1
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kesehatan, Universitas Hamzanwadi
*Corresponding author: Rati Astuti Dewi Nopita, email :[email protected]

ABSTRAK
Bunga sepatu merupakan tanaman yang memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi
sebagai antioksidan dan sebagai pelembab. Pelembab merupakan sediaan yang digunakan untuk
memperbaiki kulit kering, sediaan ini dapat menurunkan Trans Evidermal Water Loss (TEWL)
dengan membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
formulasi dan evaluasi sifat fisik sedian krim ekstrak etanol mahkota bunga sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis L.) sebagai pelembab kulit. Metode yang digunakan pada penelitian ini eksperimental
labolatorium. Evaluasi sifat fisik sediaan krim meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH,
viskositas, daya sebar, daya lekat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi sediaan krim
ekstrak etanol mahkota bunga sepatu dari ketiga formula uji organoleptis pada F1 (semi padat, abu
muda, kakao), F2 (semi padat, drak sea green, kakao), kontrol (semi padat, putih, kakao), uji
homogenitas dari ketiga formula menunjukkan hasil yang homogen, uji pH pada ketiga formula F1
6,22, F2 6,23, kontrol 5,91, uji viskositas F1 318, F2 1138, kontrol 992, hasil uji daya sebar
memiliki diameter pada F1 5,59 cm; F2 5,9 cm; kontrol 5,2 cm dan uji daya lekat pada F1 2,72
detik; F2 278 detik; dan kontrol 2,65 detik. Hasil uji pelembab menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan (p<0,05) antara formula 2 dengan kelompok kontrol negatif. Sediaan krim ekstrak
mahkota bunga sepatu F2 dengan sebelum pengolesan 22,64 % pada hari ke 10 rata-rata 52, 48%.

Kata Kunci : Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L), Uji Sifat Fisik, Pelembab Kulit.

ABSTRACT
Hibiscus flower is a plant that contains flavonoids that function as antioxidants and as
moisturizers. Moisturizer is a preparation used to improve dry skin, this preparation can reduce
Trans Evidermal Water Loss (TEWL) by forming a thin layer of fat on the surface of the skin. The
aim of this study was to determine the formulation and evaluation of the physical properties of the
ethanol extract cream of the hibiscus crown (Hibiscus rosa-sinensis L.) as a skin moisturizer. The
method used in this research is experimental laboratory. Evaluation of the physical properties of
cream preparations included organoleptic tests, homogeneity, pH, viscosity, dispersibility, and
adhesion. The results showed that the formulation of hibiscus crown ethanol extract cream
preparations from the three organoleptic test formulas at F1 (semi solid, light ash, cocoa), F2 (semi
solid, drak sea green, cocoa), control (semi solid, white, cocoa). , the homogeneity test of the three
formulas showed homogeneous results, the pH test on the three formulas F1 6.22, F2 6.23, control
5.91, viscosity test F1 318, F2 1138, control 992, the results of the dispersion test have a diameter
of F1 5.59 cm; F2 5.9 cm; control 5.2 cm and test stickiness at F1 2.72 seconds; F2 278 seconds;
and control 2.65 seconds. The results of the moisturizing test showed that there was a significant
difference (p<0.05) between formula 2 and the negative control group. The preparation of F2
hibiscus crown extract cream with 22.64% before application on the 10th day an average of
52.48%.

Keyword: Hibiscus rosa-sinensis L, Evaluation of Physical Properties, Skin moisturizer

Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-117 106


SINTEZA | JurnalFamasiKlinis dan SainsBahanAlam

PENDAHULUAN
Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari debu,
kotoran, dan sinar matahari. Orang sering kali mengabaikan kesehatan kulitnya ketika kulit tidak
mengalami sakit atau gangguan apapun. Kulit membutuhkan kelembaban dan juga vitamin D yang
cukup. Masyarakat indonesia mudah terkena radiasi sinar ultraviolet (Zulkarnain & Shovyana,
2013).
Tumbuhan bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman
yang tumbuh subur di beberapa negara seperti Indonesia. Salah satu spesies dari famili malvaceae
yang memiliki banyak fungsi bagi manusia, antara lain sebagai tanaman hias, bahan makanan, dan
obat. Bunga sepatu merupakan tanaman asli daerah tropis di dataran asia, kemudian tanaman ini
menyebar di beberapa Negara sampai ke Eropa. Bunga sepatu merupakan tanaman perdu dengan
ketinggian antara 4-8 m, memiliki batang yang berstruktur keras, dan banyak cabang, akarnya
dalam cukup kuat yang membuat batang tumbuh tegak dan kuat (Dalimartha, 2006).
Daun, bunga, dan akar bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) mengandung flavonoid,
selain itu daunnya mengandung saponin dan polifenol, bunganya mengandung polifenol, dan
akarnya mengandung tanin dan saponin (Depkes RI, 2000). Kandungan utama flavonoid aglikon
pada mahkota bunga sepatu segar adalah kuersetin dan antosianin. Ekstrak etanol mahkota bunga
sepatu diketahui mengandung tanin, saponin, alkaloid, steroid, dan flavonoid (Bhaskar & Nithya
2011)
Pelembab adalah sediaan yang digunakan untuk memperbaiki kulit kering. Sediaan ini
dapat membentuk lapisan lemak tipis pada permukaan kulit sebagai barier, menenangkan ujung
saraf dermal dan mengembalikan kelembutan kulit, sehingga mengurangi Trans Evidermal Water
Loss (TEWL) (Simion et al., 2005).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah sediaan setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Biasanya krim
mengandung tidak kurang dari 60% air yang dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI,
1995). Sediaan krim banyak dipilih sebagai sediaan topikal karena mudah digunakan, di
formulasikan dan berfungsi sebagai bahan pelindung yang baik, nyaman, dan penyebarannya merata
pada kulit (Mita, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi dan evaluasi sifat fisik sedian krim
ekstrak etanol mahkota bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) sebagai pelembab kulit. Sampel
dalam penelitian ini adalah bunga sepatu diperoleh dari desa Kembang Kerang Daya, kecamatan
Aikmel, Kabupaten Lombok Timur.
Penelitian ini sangat penting dilakukan dalam memanfaatkan mahkota bunga sepatu
sebagai inovasi baru dalam bentuk sediaan krim. Penjelasan di atas menunjukan bahwa mahkota
bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dapat digunakan sebagai kosmetik herbal dalam bentuk
sediaan krim yang dapat bermanfaat untuk melembabkan kulit.
METODELOGI
Bahan Dan Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: Alat-alat gelas (pyrex), batang
pengaduk, cawan porselin, gelas arloji, kertas perkamen, kompor listrik, penangas air, rotary
evaporation, spatula, mortir, stemper, pengayak mesh, pipet tetes, tabung reaksi, timbangan
analitik, wadah plastik, blender, pH meter, viscotester VT-06, alat uji daya sebar, dan alat uji daya
lekat. Bahan yang digunakan ekstrak mahkota bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), asam
stearat, setil alkohol, oleum cocos, trietanolamin, gliserin, metil paraben, propil paraben, aquades,
etanol 96%.

Metode
Pengambilan Dan Preparasi Sampel
Pengambilan sampel mahkota bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) di peroleh dari desa
Kembang Kerang Daya, kecamatan Aikmel, kabupaten Lombok Timur. Mahkota bunga sepatu

107 Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116


yang diperoleh dibersihkan dengan air mengalir, sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan,
seperti sortasi basah, pencucian dengan air, dikeringkan, penggilingan menggunakan blender hingga
diperoleh serbuk simplisia.

Proses Pembuatan Ekstrak Mahkota Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)


Pembuatan ekstrak mahkota bunga sepatu dilakukan dengan menggunakan metode
maserasi. Proses maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia sebanyak 50 gr
diekstraksi dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:10 selama 1x24 jam, sambil sesekali
diaduk dengan tujuan agar proses penyarian zat dalam simplisia terjadi secara sempurna. Residu
diremaserasi dengan etanol 96% dan didiamkan selama 1x24 jam pada suhu ruangan. Kemudian
maserat cair yang telah diperoleh disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan corong,
setelah itu ekstrak diuapkan menggunakan rotary evaporation dan dikentalkan di atas penangas air
sampai berbentuk ekstrak kental.

Uji Skrining Fitokimia


Uji Fenolik
Ditimbang sebanyak 0,5 gram ekstrak, kemudian ditambahkan dengan 2 ml metanol,
kemudian dibiarkan dingin dan disaring, filtrat yang dihasilkan dicampur dengan NaOH 10% dan
dipanaskan. Jika dalam sampel mengandung senyawa fenolik, maka timbul warna merah (Depkes,
RI 1979).

Uji Flavonoid
Ekstrak sebanyak 1 gram ditambahkan dengan 10 mL air panas dan disaring dalam keadaan
panas. Kemudian ambil filtrat 5 mL dan masukkan ke dalam tabung reaksi, setelah itu tambahkan
0,1 gram serbuk magnesium, tambahkan 1 ml HCl pekat, setelah itu dikocok dan biarkan
memisah. Hasilnya positif menunjukkan adanya warna merah, kuning atau jingga (Jaenudin, 2019).

Uji Saponin
Memasukkan 1 gram ekstrak kedalam tabung reaksi, di tambahkan dengan 10 mL air lalu
panaskan selama 2-3 menit. Kemudian dinginkan, setelah dingin kocok dengan kuat selama 10
detik. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang mantap selama tidak kurang
dari 10 menit setinggi 1-10 cm dan pada penambahan HCl 2N busa akan hilang (Harborne, 1987).

Uji Tanin
Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan beberapa larutan FeCI3 5% bila sampel mengandung
tanin atau bereaksi positif maka akan menghasilkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam kuat
(Harborne, 1987).

Uji Alkaloid
Memasukkan 1 gram ekstrak kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2-3 tetes preaksi
dragendrof, bila bereaksi positif akan menghasilkan endapan berwarna merah jingga (Harborne,
1987).

Pembuatan Formula Krim


Tabel 1. Rancangan formula krim
(Allen, 2002; Sari, 2012)
Formula Krim
Nama Bahan Fungsi
F1 F2 Kontrol
Ekstrak bunga 29,18 mg 41,43 mg - Zat aktif
sepatu
Asam stearat 6 gram 6 gram 6 gram Emulgator
Setil alkohol 2 gram 2 gram 2 gram Pengental
Oleumcocos 2,2 gram 2,2 gram 2,2 gram Zat
tambahan

Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116 108


SINTEZA | JurnalFamasiKlinis dan SainsBahanAlam

Trietanolamin 1,5 gram 1,5 gram 1,5 gram Emulsifier


Gliserin 1,8 gram 1,8 gram 1,8 gram Humektan/pe
lembab
Metil paraben 0,3 gram 0,3 gram 0,3 gram Pengawet
Propil paraben 0,3 gram 0,3 gram 0,3 gram Pengawet
Aquadest add 50 mL 50 mL 50 mL Zat
tambahan

Pembuatan Formula
Cara pembuatan krim ekstrak mahkota bunga sepatu, fase minyak campurkan (setil alkohol,
asam stearat dan oleum cocos) dimasukan kedalam cawan porselen, dipanaskan diatas penangas air
pada suhu 700C hingga meleleh dan diaduk hingga homogen. Fase air campurkan (Trietanolamin,
gliserin, metilparaben) dimasukan ke dalam cawan porselen, dipanaskan diatas penangas air hingga
meleleh dan ditambahkan 30 mL aquadest diaduk hingga homogen. Tambahkan fase minyak pada
fase air dengan pengadukan hingga campuran mengental dan homogen. Setelah keduannya
homogen ditambahkan propil paraben hingga homogen. Selanjutnya masukan ekstrak kental
mahkota bunga sepatu kedalam campuran fase air dan fase minyak kemudian tambahkan sisa
aquadest dan diaduk hingga homogen sampai berbentuk krim (Allen, 2002).

Evaluasi Sifat Fisik Krim


Uji Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bentuk, bau, dan warna.
Parameter kualitas fisik krim yaitu tidak terjadi perubahan bentuk, warna dan bau dari awal
pembuatan, pada saat penyimpanan sampai zat tersebut digunakan (Wardiyah, 2015).

Uji Homogenitas
Krim ditimbang 1 g dioleskan pada plat kaca, lalu digososk dan diraba. Bila homogen maka
masa krim tidak tersisa bahan padatnya atau teksturnya nyata (Rahmawati et al., 2010).

Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter dengan mencelupkan alat kedalam
sediaan krim, setelah beberapa detik akan muncul angka pada layar monitor. Angka yang muncul
merupakan nilai pH dari sediaan krim (Rahmawati et al., 2010).

Uji viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer dengan cara
mencelupkan spindel kedalam sediaan kemudian dilihat viskositasnya (Pramuditha, 2019)

Uji daya sebar


Krim ditimbang 1 gram, lalu diletakan di atas plat kaca, kemudian ditambahkan dengan
beban 50 gram, beban di diamkan selama 5 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Hal tersebut
dilakukan sampai didapat diameter sebar yang konstan (Rahmawati et al., 2010).

Uji daya lekat


Ditimbang krim 0,33 gram diletakkan di atas gelas objek yang telah ditentukan luasnya, lalu
diletakkan gelas objek yang lain diatas krim tersebut dan ditekan dengan beban 50 gram selama 5
menit. Catat waktu hingga kedua gelas objek tersebut terlepas (Rahmawati et al., 2010).

Uji Krim Pelembab


Pengujian ini dilakukan menggunakan alat skin moisture analyzer FCM-1 untuk
mengetahui kemampuan sediaan krim sebagai pelembab pada kulit, sebanyak 20 orang responden
dipilih dengan kriteria usia 19-40 tahun dan bersedia memakai sediaan krim yang dioleskan pada
tumit kaki yang kering dua kali sehari pada pagi hari dan siang hari dan di cek kelembaban pada
saat sebelum dan sesudah pengolesan krim, serta setuju untuk tidak menggunakan produk lain
selain krim uji selama penelitian, pengolesan krim dilakukan selama 10 hari dan pengamatan

109 Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116


dilakukan setiap satu kali dalam 3 hari, prosedur ini dilakukan untuk setiap formulasi ekstrak,
kontrol negatif, dan kontrol positif (Ratih, 2019).

Uji Hedonik
Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan responden terhadap sediaan yang
dihasilkan. Responden merupakan anggota yang terlibat dalam penilaian organoleptik dari berbagai
kesan subjektif dan analisa sifat-sifat sensorik suatu produk yang disajikan. Kriteria responden
harus memiliki kepekaan, konsistensi yang tinggi, berbadan sehat, tidak dalam keadaan tertekan,
berusia dintara 19-40 tahun, tidak memiliki riwayat penyakit alergi, dan bersedian menjadi
sukarelawan (Ditjen, 1985; Utara et al., 2018).
Responden pada penelitian ini berjumlah 20 orang. Pengujian dilakukan secara visual, setiap
responden diminta untuk menggosokkan sediaan pada kulit punggung tangan dan memberikan
penilaian terhadap parameter aroma, tekstur, warna, kesan lengket, dan kesan lembab di kulit (Utara
et al., 2018).

Analisis Data
Data hasil nilai daya sebar dan daya lekat krim dianalisis menggunakan SPSS (Statistical
Product and Service Solution). Langkah pertama data dianalisis dengan menggunakan metode
Kolmogorove-Smirnov untuk menentukan normalitas. Uji menentukan homogenitas data
menggunakan uji lavene test. Selanjutnya bila data homogen dan terdistribusi normal maka
dilanjutkan dengan menggunakan metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata
antara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji post Hoc Tukey (LSD) untuk
melihat perbedaan nyata antar kelompok. Sedangkan jika tidak normal, dilanjutkan dengan analisis
menggunakan metode krustakal Wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata antara
kelompok(Melda & Luliana, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ekstraksi
Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi maserasi, Ekstraksi mahkota bunga sepatu
menggunakan pelarut etanol 96% untuk menghindari terjadinya penguraian senyawa karena
pemanasan. Hasil akhir ekstraksi diperoleh ekstrak kental mahkota bunga sepatu berwarna ungu
kemerahan. Hasil ekstrak diperoleh sebesar 12,3 gram dan rendemen sebesar 24,6%. Randemen
adalah perbandingan antara jumlah metabolit yang diperoleh setelah proses ekstraksi dengan berat
sampel yang digunakan. Randemen dikatakan baik, karena diperoleh randemen > 10 % (Depkes,
2000).

Skrining fitokimia
Skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung pada
ekstrak etanol mahkota bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) (Nohong, 2009).

Tabel 2. Hasil Uji Skrining Fitokimia


Pemeriksaan Hasil Pengamatan Ket
Pereaksi pelarut
senyawa Pengamatan Pustaka
Methanol + NaOH Warna hijau
Fenolik Timbul warna merah -
10% kehitaman
Merah, kuning atau
Flavonoid HCl + serbuk Mg Warna merah ₊
jingga
Saponin HCI Pekat Berbusa Berbusa ₊
Hijau, Merah, Ungu,
Tanin FeCI3 Hitam kuat ₊
atau hitam kuat
Endapan merah Endapan merah
Alkaloid Pereaksi dragendoft ₊
jingga jingga

Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116 110


SINTEZA | JurnalFamasiKlinis dan SainsBahanAlam

Penelitian ini dilakukan uji fitokimia yaitu uji fenolik, uji flavonoid, uji sapaonin, uji tanin,
dan uji alkaloid. Pada ekstrak etanol mahkota bunga sepatu terdapat kandungan senyawa fitokimia
berupa flavonoid, saponin, tanin dan alkaloid dan tidak mengandung fenolik.

Uji fenolik pada ekstrak mahkota bunga sepatu dihasilkan warna hijau kehitaman. Adanya
senyawa fenolik ditandai dengan perubahan warna menjadi warna merah setelah direaksikan dengan
NaOH, artinya pada ekstrak mahkota bunga sepatu tidak mengandung senyawa fenolik. Penelitian
yang dilakukan oleh Harbone (1987). Hasil menyatakan bahwa pada ekstrak tekandung senyawa
fenolik ditandai dengan timbulnya warna merah.

Uji flavonoid dilakukkan dengan menambahkan HCl dan serbuk Mg pada ekstrak, jika pada
sampel menimbulkan warna merah pekat positif mengandung senyawa flavonoid karena terjadi
perubahan warna setelah ditambahkan HCl dan Mg. Menurut Robinso (1995) menyatakan bahwa
warna merah yang dihasilkan menandakan adanya flavonoid akibat dari reduksi oleh asam klorida
pekat dan magnesium.

Uji saponin ditandai dengan terbentuknya buih atau busa yang mantap, dimana pada
simplisia mahkota bunga sepatu ini positif mengandung saponin. Busa yang dihasilkan pada uji
saponin disebabkan oleh adanya glikosida yang membentuk busa dalam air dan dapat terhidrolisis
menjadi glukosa atau senyawa lain (Ningsih et al., 2016).

Uji tanin ditandai dengan perubahan warna hitam kuat, dimana pada mahkota bunga sepatu
positif mengandung tanin. Perubahan warna disebabkan oleh reaksi penambahan FeCI3 yang
bereaksi dengan salah satu gugus hidroksi yang ada pada senyawa tanin (Sangi et al., 2008).

Uji alkaloid ditandai dengaan terbentuknya endapan berwarna merah jingga pada sampel
menunjukkan hasil positif mengandung alkaloid. Prinsip dari reaksi pengendapan yang terjadi
disebabkan karena adanya peran atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada
alkaloid dan mampu mengganti ion dalam preaksi tersebut sehingga membentuk ikatan kovalen
koordinasi dengan ion logam endapan tersebut adalah kalium-alkaloid (Agustina et al., 2017)

Pengamatan Organoleptis
Tabel 3. Hasil Pengamatan Organoleptis

Formula Krim bunga sepatu


F1 F2 F3
Tekstur/bentuk Semi padat Semi padat Semi padat
Warna Abu muda Drak sea green Putih
Bau Kakao Kakao Kakao

Uji organoleptis dilakukan untuk mengetahui tekstur, warna, dan aroma pada sediaan krim.
Pengamatan organoleptis bertujuan untuk mengetahui kesetabilan sediaan selama penyimpanan.
Penyimpanan dilakukan selama 3 minggu dan ditandai dengan ada atau tidaknya perubahan fisik
visual yang terjadi dalam sediaan krim. Ketiga formula tersebut memiliki tekstur semi padat, aroma
kakao. Selama penyimpanan diketahui tidak terjadi perubahan tekstur dan aroma, tetapi terjadi
perubahan warna pada F1 dan F2. Pada F1 awalnya berwarna abu muda berubah menjadi warna
pink setelah didiamkan selama 1-2 hari. F2 berwarna drak sean green dan berubah menjadi warna
light pink setelah didiamkan selama 1-2 hari, sedangkan pada F3 warnanya putih dan tidak ada
perubahan warna. Perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yaitu pengaruh
sinar lampu dan sinar matahari, sehingga akan mempengaruhi kesetabilan zat warna dari abu muda
menjadi pink, dari warna drak sea green menjadi warna light pink.

111 Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116


Uji Homogenitas
Tabel 4. Pengamatan Homogenitas
Krim bunga sepatu
Formula
F1 F2 F3
Permukaan krim Merata Merata Merata
Perpisahan dua fase Tidak terpisah Tidak terpisah Tidak terpisah

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui zat aktif dan bahan tambahan yang digunakan
tercampur dengan baik (homogen) (Ditjen POM, 1979). Hasil pemeriksaan homogenitas dari ketiga
formula krim mahkota bunga sepatu, menunjukan bahwa pada saat formula dioleskan pada kaca
transparan, formula tidak memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar, dan tidak terjadi pemisahan
antara kedua fase. Hal ini dikarenakan partikel mahkota bunga sepatu dapat tercampur secara
merata antara zat aktif dan basis, sehingga sediaan krim mahkota bunga sepatu yang diperoleh
memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979).

Uji pH
Tabel 4. Hasil Uji pH Formula Krim Maahkota Bunga Sepatu
Krim Mahkota Bunga Sepatau
Formula
F1 F2 F3
Ph 6,22 6,23 5,91

Uji pH dilakukan untuk menentukan derajat keasaman suatu sediaan. Hasil pengamatan pH
sediaan krim mahkota bunga sepatu masih dalam kisaran pH kulit yaitu 4,5-6,5 (Tranggono &
Latifah, 2007). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai pH sediaan krim mahkota bunga sepatu
diperoleh F1=6,22, F2=6,23, dan F3 =5,91, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga formula krim
mahkota bunga sepatu baik untuk kulit. Jika pH yang dihasilkan terlalu asam maka dapat
mengiritasi kulit, dan jika pH terlalu basa maka dapat menyebabkan kulit menjadi bersisik
(Pramuditha, 2019).

Uji Viskositas

Tabel 5. Hasil Uji Viskositas Formula Krim Mahkota Bunga Sepatu


Krim Mahkota Bunga Sepatu (cpa.s)
Formula
F1 F2 F3
Replikasi 1 380 1550 1720
Replikasi 2 360 1300 950
Replikasi 3 300 1040 890
Replikasi 4 280 1030 750
Replikasi 5 270 770 650
X ± SD 318 1138 992

Viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan sediaan krim. Viskositas adalah suatu
pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir (Masadi et al., 2018). Pengukuran viskositas
sedian krim mahkota bunga sepatu menggunakan viscotester. Hasil pengukuran viskositas dari
sediaan krim ketiga formula memiliki nilai rata-rata dari 318-1138 cPa.s. Menurut SNI (1986).
viskositas sediaan yang baik berkisar antara 2000-50.000 cPs. Hasil viskositas ketiga formula krim
mahkota bunga sepatu memenuhi syarat viskositas yang baik untuk sediaan topikal.

Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116 112


SINTEZA | JurnalFamasiKlinis dan SainsBahanAlam

Uji Daya Sebar


Tabel 6. Hasil Uji Daya Sebar
Krim Mahkota Bunga Sepatu (cm)
Formula
F1 F2 F3
Replikasi 1 5,5 5,85 5,3
Replikasi 2 5,4 5,55 6,55
Replikasi 3 5,75 5,95 5,55
Replikasi 4 5,85 6 5,55
Replikasi 5 5,4 6,15 5,2
X ± SD 5,59 5,9 5,2

Pengujian daya sebar bertujuan untuk melihat kemampuan sediaan untuk menyebar di kulit
saat di aplikasikan, kemampuan penyebaran yang baik akan semakin mudah dalam pengaplikasian
krim dioleskan ke kulit (Zulkarnain & Shovyana, 2013). Hasil penelitian menunjukkan sedian krim
mahkota bunga sepatu memiliki daya sebar yang baik, dimana nilai daya sebar pada F1=5,59 cm,
F2=5,9 cm dan F3=5,2 cm. Semakin besar daya sebar krim maka zat aktif yang dihantarkan ke
dalam lapisan kulit akan semakin besar (Voight, 1995). Persyaratan daya sebar yang baik untuk
sediaan topikal adalah 5-7 cm (Gurning, 2016).

Uji Daya Lekat


Tabel 7. Hasil Uji Daya Lekat
Krim Mahkota Bunga Sepatu (detik)
Formula
F1 F2 F3
Replikasi 1 2,5 3,4 2,3
Replikasi 2 2,7 2,3 3,2
Replikasi 3 3,1 3,1 2,7
Replikasi 4 2,6 2,7 2,5
Replikasi 5 2,7 2,4 2,5
X ± SD 2,72 2,78 2,65

Uji daya lekat bertujuan untuk menentukan kemampuan krim melekat saat dioleskan pada
kulit. Daya lekat berkaitan dengan waktu kontak antara basis dengan kulit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai sediaan krim mahkota bunga sepatu memiliki daya lekat krim yang baik,
dimana nilai daya lekat pada F1=2,72 detik, F2=2,78 detik,dan F3=2,65 detik. Berdasarkan hasil
percobaan bahwa ketiga formula memenuhi persyaratan daya lekat krim yang baik. Persyaratan
daya lekat krim yang baik antara 2-300 detik (Dewi, 2014).

Uji Krim Pelembab


Tabel 8. Uji Pelemabab Formula Krim Mahkota Bunga Sepatu
Sebelum Setelah Pengolesan
Formula
Pengolesan H+3 H+7 H+10
10,5 % 47,7 % 50,0 % 50,8 %
42,1 % 48,0 % 52,0 % 53,6 %
1 44,8 % 46,3 % 50,2 % 51,5 %
26,3 % 39,3 % 43,5 % 50,2 %
48,6 % 51,3 % 52,1 % 54,2 %
Rata-rata 34,46 % 46,52 % 49,56 % 52,06 %
40,6 % 48,9 % 53,6 % 56,2 %
2
11,5 % 50,1 % 51,8 % 54,6 %

113 Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116


12,7 % 46,9 % 48,5 % 50,0 %
13,4 % 50,5 % 51,3 % 51,5 %
34,9 % 48,9 % 49,1 % 50,1 %
Rata-rata 22,64 % 49,06 % 50,86 % 52,48 %
11,3 % 32,6 % 39,0 % 42,1 %
13,5 % 39,6 % 40,5 % 42,9 %
3 29,9 % 34,5 % 38,6 % 39,3 %
34,5 % 39,0 % 40,6 % 44,1 %
39,5 % 43,1 % 46,5 % 47,2 %
Rata-rata 25,74 % 37,76 % 41,04 % 43,12 %
50,7 % 46,4 % 54,3 % 59,4 %
32,0 % 42,0 % 51,5 % 58,9 %
Krim
45,1 % 38,4 % 44,9 % 50,0 %
pasaran
41,0 % 43,5 % 46,0 % 47,8 %
40,7 % 43,9 % 46,9 % 51,9 %
Rata-rata 41,9 % 42,84 % 48,72 % 53,6 %

Tujuan dilakukan uji pelembab adalah untuk menentukan kelembaban kulit baik sebelum
dan setelah diberikan krim mahkota bunga sepatu. Prinsip pengujian efektivitas pelembab dapat
dilihat dari kenaikan persentase kelembaban yang dihitung berdasarkan nilai kelembaban yang
dihasilkan pada alat skin moisture analyzer sebelum dan sesudah perlakuan dan dibandingkan
dengan nilai kelembaban sebelum perlakuan pemberian sediaan krim ekstrak bunga sepatu
(Suharsanti et al., 2018).

Uji pelembab pada sediaan krim dilakukan selama 10 hari dengan menggunakan alat skin
moisture anyzer, pada 20 responden yang terbagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok formula 1,
kelompok formula 2, kontrol postif (Krim H) dan kontrol negatif. Bagian kulit yang dijadikan
sebagai tempat pengujian adalah pada bagian tumit kaki krim dioleskan 2 kali sehari pada pagi dan
sore hari, sedangkan untuk pengecekan kelembaban pada kulit responden. dilakukan pada hari ke-
0 (sebelum perlakuan), hari ke-3, hari ke-7 dan terakhir pada hari ke-10. Selama pengujian
berlangsung, responden tidak mengoleskan produk lain di lokasi pengujian.

Hasil uji kelembaban kulit responden menunjukkan bahwa setiap formula memiliki
kemampuan meningkatkan kelembaban dengan persentase rata-rata yang berbeda, sediaan krim
ekstrak etanol mahkota bunga sepatu formula 1 sudah dapat melembabkan kulit. Terlihat dari
peningkatan persentase kelembaban yang dihitung berdasarkan selisih bahwa nilai rata-rata
kenaikan persentase kelembaban lebih baik yaitu pada formula 2 memiliki aktivitas sebagai
pelembab dengan rata-rata nilai kelembaban awal sebelum pengolesan 22,64% sehingga setelah
perlakuan selama 10 hari, nilai kelembaban meningkat menjadi 52,48%. Sediaan krim ekstrak
mahkota bunga sepatu formula 2 memiliki kemampuan meningkatkan kelembaban yang lebih baik
dari pada kontrol negatif. Sediaan krim ekstrak etanol mahkota bunga sepatu memiliki kemampuan
yang hampir sama dalam melembabkan kulit dengan sediaan kontrol positif. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak mahkota bunga sepatu yang digunakan maka semakin tinggi pula kemampuan
dalam meningkatkan kelembaban kulit (Lia, 2016).

Hasil uji normalitas pelembab kulit pada F1 menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0.428>0,05, pada F2 nilai signifikansi sebesar 0.676>0,05, pada kontrol negatif dengan nilai
signifikansi 0.825>0,05, pada kontrol positif nilai signifikansi 0.642>0,05 sehingga data yang diuji
terdistribusi normal. Sedangkan pada uji homogenitas diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,000<0,05, menunjukkan bahwa data pelembab yang diuji tidak homogen. Kemudian dilanjutkan
dengan uji kruskal-wallis. Fungsi dilakukan uji kruskal-wallis untuk melihat data yang tidak
normal, homogen ataupun tidak keduannya. (Herlinda et al., 2010).

Hasil uji krukal-wallis diperoleh nilai signifikansi sebesar p<0,05 artinya antara kelompok
F2 dan kelompok kontrol negatif terdapat perbedaan yang bermakna. Pada kelompok kontrol

Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116 114


SINTEZA | JurnalFamasiKlinis dan SainsBahanAlam

negatif sebelum pengolesan dan kelompok F2 H+7 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.044<0,05,
dan pada kelompok kontrol negatif sebelum pengolesan dan kelompok F2 H+10 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,014<0,05, pada kelompok F2 sebelum pengolesan dengan kelompok kontrol
positif H+10 dengan nilai signifikansi sebesar 0,042<0,05, dan terdapat perbedaan yang signifikan
antara F2 sebelum pengolesan dengan kelompok F1 H+10 dengan nilai signifikansi sebesar
0,005<0,05. Terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05), sediaan krim ekstrak mahkota
bunga sepatu F2 dapat melembabkan kulit secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan kontrol
negatif. Pada kelompok formula 2 H+7 dengan kontrol negatif sebelum pengolesan terdapat
perbedaan secara signifikan (p>0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok formula 2 dapat
melembabkan kulit hampir sama dengan kelompok kontrol positif.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa formula
sediaan krim dari ekstrak etanol mahkota bunga sepatu memiliki perbedaan berdasarkan uji sifat
fisiknya dan memiliki kemampuan dalam melembabkan kulit.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih diberikan kepada dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang
telah membimbing dalam penyusunan jurnal ini, Laboratorium Farmasi Fakultas Kesehatan
Universitas Hamzanwadi yang telah memberikan tempat untuk penelitian, daerah desa Kembang
Kerang Dya Kecematan Aikmel yang telah memberikan bahan utama dalam penelitian ini, sehingga
dapat menghasilkan hasil yang bermanfaat untuk masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W., Nurhamidah, & Handayani, D. (2017). Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan
Beberapa Fraksi dari Kulit Batang Jarak (Ricinus communis L). Jurnal Pendidikan Dan Ilmu
Kimia.
Allen. (2002). The art, science, and technology of pharmaceutical Compounding, American
Pharmaceutical Asociation, Washington D.C.
Bhaskar A, Nithya V, V. V. (2011). Phytochemical screening and in-vitro antioxidant activities of
ethanolic extracts of Hibiscus rosa-sinensis L. Ann Bio Res, 2:653–661.
Dalimartha, S. (2006). Atlas tumbuhan obat indonesia jilid II. Ungaran: Trubus Agriwijaya.
Depkes, RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, 3-11,
17-19, Ditjen POM, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
Dewi, Rosmala. (2014). Uji Stabilitas Fisik Formula Krim yang Mengandung Ekstrak Kacang
Kedelai (Glycine max). Depok. Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Ditjen, POM. (1979). Farmakope Indonesia.,Edisi III., Jakarta: DepartemenKesehatan RI.
Ditjen POM. (1985). formularium kosmetika indonesia. Jakarta: Dapartemen Kesehatan RI.
Gurning, Trinanti Ekiska Helena. (2016). Formulasi Sediaan Losio Dari Ekstrak Kulit Buah Nanas
(Ananas Comosus L. (Merr)) Sebagai Tabir Surya. Manado. Program Studi Farmasi FMIPA
UNSRAT.
Harborne, J. B. (1987). Metode fitokimia, Edisi ke dua. ITB, Bandung.
Jaenudin. (2019). UJI AKTIVITAS KACANG GUDE ( Cajanus cajan (Linn.) Huth) SEBAGAI
NEFROPROTEKTOR PADA TIKUS JANTAN PUTIH GALUR WISTAR ( Rattus novergicus )
SKRIPSI.
Latifah, F., & Tranggono, I. . (2007). Buku Pengantar Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Lia, Khairunnisa. (2016). Formulasi Sediaan Krim Sari Buah Mangga (Mangifera indica L.)
Sebagai Pelembab Kulit. Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.

115 Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116


Masadi, Yuniar, I., Titik, L., & Indri, K. D. (2018). Identifikasi Kualitatif Senyawa Terpenoid
Ekstrak N- Heksana Sediaan Losion Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC), Jurnal Kebidanan
Dan Kesehatan Tradisional. 3, 1–56.
Melda, M. E., & Luliana, S. R. S. (2015). Uji Aktivitas Krim Ekstrak Metanol Bunga Rosella
(Hibiscus Sabdariffa) Sebagai Tabir Surya. Program Studi Farmasi Universitas Tanjungpura.
Nohong. (2009). Skrining FitokimiaTumbuhan Ophiopogon jaburan Lodd dari Kabupaten Kolaka
Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Pembelajaran Sains. 5 (2):, 172–178.
Pramuditha, Novi. (2019). UJI STABILITAS FISIK LULUR KRIM DARI AMPAS KELAPA
(Cocos nucifera L.) DENGAN MENGGUNAKAN EMULGATOR ANIONIK DAN
NONIONIK. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Rahmawati, D., Sukmawati, A., & Indrayudha, P. (2010). Formulasi Krim Minyak Atsiri Rimpang
Temu Gring (Curcuma Heyneane Val dan Ziip): Uji Sifat Fisik dan Daya Anti Jamur
Terhadap Candida Albicans Secara Invitro. Majalah Obat Tradisional, 15 (2) 56.
Ratih, Aryani. (2019). Uji Efektivitas Krim Pelembab yang Mengandung Gel Daun Lidah Buaya
(Aloe vera Liin.) dan Etil Vitamin C. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa.
Sangi, M., Runtuwene, M. R. J., Simbala, H. E. I., & Makang, V. M. A. (2008). Analisis Fitokimia
Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog 1 (1): 47–53.
Sari, Ratna. Kumala. (2012). Uji Antioksidan Ekstrak Etanol dan Etil Asetat Bunga Kembang
Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dengam Metode DPPH dan ABTS serta Identifikasinya
dengan Kromatograpi gas-spektrometri Massa. Kimia Farmasi.
Simion, F.A., Abrutyn, E.S., & Draelos, Z.D. (2005). Ability of Moisturizers to Reduce Dry Skin
and Irritation and to Preveny Their Return, J. Cosmet. Sci., (56):427-444.
SNI. (1986). Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Tranggono, R. I., & Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Utara, U. S., Utara, U. ., & Utara, U. S. (2018). Formulasi dan Evaluasi Krim Lulur Menggunakan
Minyak Sawit Merah dan Arang Aktif dari Cangkang Sawit sebagai Eksfolian.
Wardiyah, S. (2015). perbandingan sifat fisik sediaan krim, jel, dan salep yang mengandung etil p-
Metoksissinamat dari ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galang Linn). Jakarta, Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Zulkarnain, A. K., & Shovyana, H.H. (2013). physical stabillity and activity of cream W/O etanolic
fruit extract of mahkota dewa (phaleria macrocarpha (sheff.) boerl). as A sunscreaan.
Traditional Medicine Journal. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM, 18, 2. Syamsuni. (2006).
Ilmu Resep. Jakarta: Pene.

Vol. 2, No.1, Febriari 2022, 106-116 116

Anda mungkin juga menyukai