Perkecambahan Benih
Perkecambahan Benih
Perkecambahan Benih
Latar Belakang
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi saat embrio tidak aktif. Beberapa
biji akan segera berkecambah pada lingkungan yang sesuai (Bewley et al., 1994).
dengan cepat dan seragam, bebas dari penyakit benih, tahan terhadap gangguan
mikroorganisme, bibit tumbuh kuat baik pada tanah basah maupun kering, bibit
maksimal, sehingga tumbbuh jaringan baru, laju pertumbuhan bibit tinggi, dan
Pengujian vigor tidak hanya mengukur persentase benih yang layak dalam
bibit normal dalam waktu kurang dari kondisi pertumbuhan optimum atau
merugikan. Benih layak digunakan jika benih tumbuh normal karena kondisi
lingkungan seperti suhu yang optimum, kelembaban dan kondisi cahaya sesuai.
tersebut dilakukan untuk memberi jaminan kepada petani dan masyarakat untuk
memiliki daya tumbuh yang baik memiliki indeks vigor yang besar. Selain itu,
benih yang diuji bertujuan agar mendapatkan benih yang berkualitas tinggi. Benih
Kualitas benih yang baik memiliki daya tumbuh dan indeks vigor yang
vigor yang tinggi dapat diperoleh dengan cara menjaga kondisi lingkungan saat
penting pada tanaman untuk pertanian dan ekosistem alami (Morla et al., 2011).
Tujuan
1. Mengetahui keadaan kecambah yang vigor kuat, lemah, abnormal dan mati
dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda
dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu
sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi
adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi
dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya,
masing “kekuatan tumbuh” dan daya simpan” benih. Tanaman dengan tingkat
vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa (Sadjad, 1977 dalam
tanam multipa. Vigor benih secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan
suboptimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologis. Vigor
genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda – beda, sedangkan
vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama.
1. Vigor benih
2. Vigor kecambah
3. Vigor bibit
4. Vigor tanaman
artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang
tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain oleh (Sadjad, 1977) :
1. Genetis,
6
2. Fisiologis,
3. Morfologis,
4. Sitologis,
5. Mekanis, dan
6. Mikroba.
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena
terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh
2010).
Benih padi yang dikatakan memiliki daya pertumbuhan baik adalah benih
dengan viabilitas mencapai 80% ke atas. Benih dengan viabilitas tinggi tentunya
memiliki daya vigor benih yang kuat, karena didukung oleh komponen cadangan
makanan dalam biji yang cukup untuk menopang pertumbuhan awal dari biji
sebelum memperoleh makanan dari dalam tanah. Untuk dapat mengetahui hal –
hal tentang viabilitas dan daya vigor benih tentunya harus dilakukan dengan
sebuah penelitian. Uji viabilitas dan vigor benih diprioritaskan untuk benih –
benih yang akan dipasarkan untuk dibudidayakan oleh petani, sebab benih yang
akan diedarkan kepada konsumen (petani) harus benih yang baik (mutu genetik,
fisik, dan fisiologis). Sehingga uji viabilitas dan vigor benih ini dilakukan sebagai
tolak ukur mutu benih itu tinggi atau rendah (IPB, 2010).
7
Benih kacang tunggak merupakan salah satu benih yang tidak memerlukan
berada di atas tanah dimana kotiledon tetap menyokong nutrisi ke titik tumbuh.
Kecepatan berkecambah merupakan aspek penting yang mewakili vigor benih dan
nilai indeks vigor yang tinggi menunjukkan vigor yang baik dari benih tersebut.
Bahan
3. Kertas buram
4. Plastik gula
Alat
2. Gelas Aqua. Berfungsi sebagai tempat yang akan diisi pasir (media
perkecambahan).
4. Pinset
5. Kamera
Prosedur Kerja
3. Lipat setengah bagian yang kosong ke bagian yang berisi benih dan pada
C. Kecepatan tumbuh
D. Keserempakan tumbuh
menggunakan rumus:
𝐵𝐵 − 𝐵𝐾
KA = x 100 %
𝐵𝐵
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
yang berbeda yakni metode uji pada kertas dan metode uji antar kertas diperoleh
data yang berbeda pula. Jumlah benih dalam perlakuan media adalah 100 benih
padi dan 50 benih kacang nagara yang terbagi ke dalam dua perlakuan. Dengan
pembagiannya untuk benih padi adalah 50 benih di media cawan petri dan 50 di
media kertas koran (untuk 1 varietas) begitu juga untuk kacang nagara, 25 benih
di media cawan petri dan 25 benih di media kertas koran (untuk 1 varietas).
Berikut tabel hasil pengamatan uji vigor benih padi dan kacang nagara
Tabel 1. Hasil perkecambahan benih padi pada media cawan petri dan media
kertas koran
Pembahasan
kemampuan benih untuk menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada
kondisi yang tidak menguntungkan (sub optimum) serta bebas dari serangan
normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah
yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula (Sudjadi, 2006).
Pada padi, indeks vigornya lebih baik pada metode dengan menggunakan
kertas daripada metode pada media cawan petri. Hal tersebut dapat disebabkan
karena pada metode cawan petri air lebih mudah hilang sehingga proses
perkecambahan menjadi lambat. Air yang kurang tersebut membuat kerja enzim
menjadi lambat. Selain itu, dormansi benih yang berbeda pada setiap benih
membuat kecepatan berkecambahnya juga berbeda. Pada faktor lain, indeks vigor
benih juga dapat dipengaruhi oleh ukuran benih. Semakin seragam ukuran benih
Pada benih kacang nagara, metode dalam cawan petri memiliki kecepatan
berkecambah yang lebih baik daripada benih padi. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh faktor yang berada pada benih seperti kandungan cadangan makanan yang
banyak pada benih yang ada pada metode dalam cawan petri. Selain itu, proses
pemasakan di dalam benih pada metode dalam cawan petri lebih cepat daripada
metode dalam kertas. Pada faktor lain, ukuran benih pada metode dalam cawan
Indeks vigor yang rendah akan menghasilkan benih yang tidak mempunyai
kualitas baik. Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi,
artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang
tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan
terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan
13
lingkungan tumbuh yang sub optimal. Benih yang mempunyai indeks vigor
Kesimpulan
berkecambah yang berbeda pada metode dalam kertas dan dalam cawan petri.
2. Indeks vigor dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah benih yang
berkecambah pada hari per waktu yang berkorespodensi dengan jumlah benih.
3. Padi dan kacang nagara memiliki keseragaman bibit yang berbeda sehingga
memiliki indeks vigor yang juga berbeda. Metode dalam kertas dan dalam
berbeda.
Saran
Dalam praktikum yang dilakukan adanya kejelasan yang pasti tentang tata
antara asisten dan praktikan saat ingin melakukan pengamatan sehingga membuat
Bewley, J. Derek and Michael Black. 1994. Seed Physicology of Development and
Germination. Plenum Press. New York.
Chaturverdi, G.S., P.K. Aggarwal, and S.K.Sinha. 1980. Growth and yield of
determinate and indeterminate cowpeas in dryland agriculture. J. Agric.
Sci., Camb.94: 137-144.
IPB. 2010. Tinjauan Pustaka Fisiologi Benih Padi dan Viabilitas Benih. Hak
Cipta Milik Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Lesilolo, M. K., J. Riry, dan E. A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman di Pasaran Kota Ambon. Agrologia 2:
1-9.
Morla, S., C. S.V. Ramachandra Rao, R. Chakrapani. 2011. Factors affecting seed
germination and seedling growth of tomato plants cultured in vitro
conditions. Journal of Chemical, Biological and Physical Sciences 1:
328-334.
Sadjad, S., Endang M., dan Satriyas I. 1989. Parameter Pengujian Vigor Benih.
Grasindo : Jakarta.