Bab Iv MPD-6
Bab Iv MPD-6
Bab Iv MPD-6
4.1 Geoteknik
Geoteknik merupakan salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design
tambang. Data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan
dengan asumsi serta batas-batas yang ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang
diinginkan. Peranan geoteknik dalam perencanaan tambang adalah melakukan
pendekatan kepada kondisi massa tanah dan batuan yang kompleks menggunakan
teknik dan intrumen yang tersedia dalam rekayasa geoteknik, sehingga sifat dan
perilaku massa tanah dan batuan betul-betul dikuasai.
Secara prinsip pada kestabilan lereng terdapat 2 gaya yaitu gaya penggerak dan
gaya penahan. Gaya penahan adalah gaya yang menahan massa dari penggerak
sedangkan gaya penggerak adalah gaya yang menyebabkan massa bergerak.
Secara umum tujuan kestabilan lereng adalah sebagai berikut:
5. Merancang suatu lereng atau timbunan yang optimal dan memenuhi kriteria
keamanan dan kelayakan ekonomis.
Kondisi geologi daerah setempat ada banyak faktor penyebab ketidak stabilan
lereng baik dari faktor eksternal maupun faktor internal yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal:
1
b. Pembebanan beban (erosi dan penggalian).
2. Faktor Internal:
2
Tabel 4.1
3
4. Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada material kompak tidak
boleh lebih dari 6 meter, apabila dilakukan secara manual.
5. Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan alat mekanis yang
dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang
maksimum untuk semua jenis material kompak 15 meter, kecuali mendapat
persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
6. Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila:
a. Tinggi jenjang keseluruhan pada sistem penambangan berjenjang lebih
dari 15 meter.
b. Tinggi setiap jenjang lebih dari 15 meter.
7. Lebar lantai teras kerja sekurang-kurangnya 1,5 kali tinggi jenjang atau
disesuaikan dengan alat-alat yang digunakan sehingga dapat bekerja dengan
aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety bem) pada
tebing yang terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerja dari kemungkinan
adanya rekanan atau tanda-tanda tekanan atau tanda-tanda kelemahan lainnya.
4
Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan
lereng di daerah tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik,
karakteristik dan bentuk permukaan bumi, sangat menentukan laju erosi dan
pengendapan yang terjadi, menentukan arah aliran air permukaan maupun air
tanah dan proses pelapukan batuan.
5
Tabel 4.3
Data Strike Dip
No. Data No. Data
1 N 40 E / 34 NE 11 N 96 E / 40 SE
2 N 36 E / 42 NE 12 N 98 E /52 SE
3 N 46 E / 42 NE 13 N 103 E / 42 SE
4 N 50 E / 32 NE 14 N 102 E / 48 SE
5 N 53 E / 40 NE 15 N 110 E / 69 SE
6 N 60 E / 40 NE 16 N 106 E / 32 SE
7 N 60 E / 46 NE 17 N 114 E / 30 SE
8 N 72 E / 42 NE 18 N 117 E / 30 SE
9 N 84 E / 42 NE 19 N 121 E / 38 SE
10 N 88 E / 40 NE 20 N 120 E / 53 SE
6
3 Pasir 4,09 22,12 24,32 29,85 29,85
Tabel 4.
Sifat Fisik dan Mekanik Soil
N0. Material UCS Bobot Isi Bobot Isi Kohesi Sudut
7
10 Soil 1 12,04 22,32 16,043 10,891
4.1.1.2 Jumlah
Pada pelaksanaan kegiatan lapangan telah dilakukan pengambilan sejumlah
sampel untuk diuji di laboratorium. Berikut ini adalah jumlah data yang
diperlukan dalam analisis:
1. 10 sampel uji sifat fisik dan mekanik yang masing masing adalah hasil
pengujian tiap litologi.
2. 1 hasil data pengujian RMR pada litologi pasir.
3. 20 data strike dip sebagai analisis kelongsoran.
Tabel 4.6
Koordinat Sampel Uji
8
Gambar 4.1
Peta Sebaran Sampel
1. Metode gali bebas (free digging) untuk batuan yang memiliki nilai Uniaxial
Compressive Strength (UCS) kurang dari 1,5 MPa dengan Geological
Strength Index (GSI) kurang dari 50 (lima puluh) atau kecepatan seismik
massa batuan kurang dari 450 (empat ratus lima puluh) m/s.
9
2. Metode garu (ripping) untuk batuan yang memiliki nilai UCS 1,5 - 40 MPa
dengan GSI 50 - 70 atau kecepatan seismik massa batuan antara 450 – 1650
m/s.
Batuan yang berada di lokasi IUP PT. Damai Batuan Lestari merupakan batuan
lunak dan memiliki nilai UCS antara 3,3 – 13,2 Mpa. Pada lokasi ini, memiliki
nilai UCS kurang lebih 4 Mpa.
Tabel 4.7
Besaran Parameter UCS (Kirsten, 1982 dengan modifikasi)
Kekerasan Identifikasi UCS (Mpa)
Batuan sangat Batuan hancur sama sekali dengan pukulan 1,7
pelan menggunakan palu geologi, dapat 1,7 – 3,3
lunak
dikupas dengan pisau, terlalu keras untuk
dipecah dengan tangan
Batu lunak Dapat digores dan dikupas dengan pisau, 3,3- 6,6
pecahan berukuran 1 – 3 mm ketika 6,6 – 13,2
dipukul pelan dengan palu
Batu keras Tidak dapat digores dan dikupas dengan 13,2 – 26,4
pisau, sampel setangan dapat dipecah
dengan sekali pukul menggunakan palu
geologi
Batu sangat keras Sampel setangan dipecah dengan pukulan 26,4 – 53,0
lebih sari satu kali menggunakan palu 53,0 – 106,0
Batu sama sekali Sampel setangan memerlukan banyak 106,0 – 212,0
keras pukulan untuk dipecah 212,0
Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa batuan di lokasi
penelitian merupakan batuan lunak dan kemampugaruan batuan di lokasi ini
adalah mampu dilakukan penggaruan (ripping), dimana kegiatan penambangan
dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat berupa excavator.
Tabel 4.8
10
Klasifikasi Kemampugaruan-Galian Berdasarkan Unconfined Compression
Strength (Franklin dkk, 1971 dengan modifikasi)
UCS (Mpa) Kategori Kemampugalian
<2 Penggalian langsung (direct loading)
2 – 10 Penggaruan (ripping)
10 – 20 Penggaruan dan pemotongan (ripping and cutting)
20 – 30 Peledakan sedang (medium blasting)
>30 Peledakan berat (heavy blasting)
Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk menentukan faktor aman dari bidang
longsor yang potensial, yaitu dengan menghitung besarnya kekuatan geser untuk
mempertahankan kestabilan lereng dan menghitung kekuatan geser yang
menyebabkan kelongsoran kemudian keduanya dibandingkan. Kestabilan lereng
juga tergantung pada gaya penggerak dan gaya penahan yang bekerja pada bidang
gelincir tersebut. Perbandingan antara gaya-gaya penahan terhadap gaya-gaya
yang menggerakkan tanah inilah yang disebut dengan Faktor Keamanan (FK)
lereng penambangan. Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat
dikategorikan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika nilai faktor keamanan lereng < 1 maka lereng tersebut tidak aman.
3. Jika nilai faktor keamanan lereng > 1 maka lereng tersebut aman.
Tabel 4.9
Define Material
Jenis Material Kohesi (kN/m2) Sudut Geser Berat Jenis
11
Dalam ( ) (kN/m3)
Top soil 39,347 24,055 22,8
Batu Pasir 30,5 29,7 15,5
Sumber: Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari
Tabel 4.10
Statistik Material
Jenis Properti Distribusi Mean Std. Rel. Rel.
Material Deviasi Min Max
Adapun hasil analisis perhitungan nilai faktor keamanan (FK) dengan variasi nilai
sudut kemiringan lereng menggunakan software Slide v6.0 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Analisa Faktor Keamanan Lereng Overall Menggunakan Slide v6.0
Tinggi (m) Kemiringan Lebar (m) Faktor Keterangan
( ) Keamanan
(FK) dengan
Beban
9,5 30 4 1,079 Aman
9,5 35 4 0,828 Tidak aman
9,5 45 4 0,763 Tidak aman
Sumber: Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari
12
Gambar 4.3
Hasil Analisis FK pada Lereng Tinggi 9,5 m sudut lereng 30˚ dengan Beban
Excavator PC 200-8*8
13
Gambar 4.4
14
Gambar 4.5
Dalam menentukan kestabilan dari suatu lereng perlu adanya pengkajian terhadap
karakteristik dari suatu batuan. Berikut ini adalah metode yang digunakan yaitu
klasifikasi massa batuan berdasarkan pembobotan RMR oleh Bieniawski 1984,
menentukan tipe longsoran dengan metode stereografis serta menetukan nilai
faktor keamanan menggunakan metode Bishop dan probabilitas kelongsoran
menggunakan metode Mohr-Coloumb.
1. Rock Mass Rating (RMR)
Sistem RMR adalah suatu metode empiris untuk menentukan pembobotan dari
suatu massa batuan, yang digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa
batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng
maksimum yang bisa diaplikasikan untuk hal pembuatan terowongan
15
(Bieniawski, 1973). Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan
menggunakan pembobotan RMR yaitu:
a. Kuat tekan uniaksial
b. Rock Quality Designation
c. Jarak diskontinuitas
Tabel 4.11
Hasil Rekapitulasi Klasifikasi Massa Batuan Pasir
No Parameter Nilai Bobot
1. UCS 4.10 Mpa 4
2. RQD 29,00% 8
3. Jarak Diskontinuitas 0.35 m 15
4. Kondisi Diskontinuitas Kemenerusan kekar, 10
bukaan kekar,
kekerasan kekar
5. Kondisi Air Tanah Lembab 10
Bobot 47
Tabel 4.12
Hasil Klasifikasi RMR
KELAS MASSA BATUAN RMR (BIENIAWSKI, 1989)
Bobot 100-81 80-61 60-41 40-21 <21
Kelas I II III IV V
Deskripsi Sangat Baik Sedang Lemah Sangat
baik Lemah
Sumber: Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari
16
Data yang diperlukan dalam menentukan kelongsoran adalah data stike dip
sebanyak 20 data rekahan berikut ini adalah hasil pengukuran:
Tabel 4.13
Data Strike Dip
No Data No Data
1 N 40 E / 34 NE 11 N 96 E / 40 SE
2 N 36 E / 42 NE 12 N 98 E /52 SE
3 N 46 E / 42 NE 13 N 103 E / 42 SE
4 N 50 E / 32 NE 14 N 102 E / 48 SE
5 N 53 E / 40 NE 15 N 110 E / 69 SE
6 N 60 E / 40 NE 16 N 106 E / 32 SE
7 N 60 E / 46 NE 17 N 114 E / 30 SE
8 N 72 E / 42 NE 18 N 117 E / 30 SE
9 N 84 E / 42 NE 19 N 121 E / 38 SE
10 N 88 E / 40 NE 20 N 120 E / 53 SE
Sumber: Hasil Pengolahan Data PT. Damai Batuan Lestari
Berdasarkan analisa kinematik menggunakan proyeksi software Dips 7.0
kemungkinan terjadi sebuah longsoran baji dikarenakan memenuhi syarat yaitu
dimana suatu kemiringan garis potong harus lebih kecil dari sudut kemiringan.
Kemiringan garis potong adalah 39˚ itu lebih kecil dari 45˚ maka dari itu dengan
proyeksi stereografis ini berpotensi terjadinya longsoran baji. Berdasarkan data
diatas, didapatkan longsoran baji seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.5
17
Hasil Analisa Kinematik menggunakan
Software Dips 7.0
Untuk tanah pucuk yang terdapat diatas lapisan sirtu akan digali dan kemudian
disimpan tempat yang telah disediakan. Tempat penyimpanan tanah pucuk berada
di satu tempat yang sama, dimana tempat tersebut berada pada lokasi yang dekat
dengan jalan utama.
18
d. beban Excavator: 24,78 Ton
19
dalam bentuk air hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis
atau kabut. Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai
ketergantungan satu sama lain, air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat
penting; terutama di daerah-daerah dimana musim kemarau atau kekeringan yang
panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Banyak sungai dipermukaan
tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari sumber air tanah, sebaliknya juga
aliran sungai yang merupakan sumber utama imbuhan air tanah. Secara umum
terdapat 2 sumber air tanah yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Air hujan yang meresap kedalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam
formasi batuan dan akhirnya mengalir mencapai permukaan air tanah.
2. Air dari aliran air permukaan diatas tanah seperti danau, sungai, reservoir dan
lain sebaginya yang meresap melalui pori-pori tanah masuk kedalam lajur
jenuh.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat ber-evaporasi kembali ke
atas atau langsung jatuh yang kemudian di-intersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa siklus hidrologi terus
bergerak secara kontinu sebagai berikut:
1. Presipitasi
2. Evaporasi/evapotranspirasi
20
Evaporasi/evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap yang
bergerak dari permukaan tanah, air dan tumbuhan ke udara. Air yang ada di
laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. Kemudian akan menguap ke
angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh
uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika air dipanaskan oleh sinar
matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk
melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan
mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar 95.000
milyar kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya, hampir 80.000 milyar
kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 milyar kubik berasal dari
daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga
berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu
disebut Evapotranspirasi.
3. Infiltrasi/perkolasi
4. Larian Air Permukaan (surface run off) diatas permukaan tanah dekat dengan
aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar. Air permukaan, baik yang mengalir
maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke
21
laut. Air hujan yang jatuh kebumi akan sampai ke saluran/sungai melalui
jalurnya masing-masing (Ward & Trimble, 2004): a. Larian permukaan bebas
(surface run off)
Kajian hidrologi sangat penting dilakukan dalam melakukan analisa air pada
permukaan tambang PT. Damai Batuan Lestari dan merencanakan serta
merancang sistem penyaliran tambang, karena sangat berkaitan dengan aktivitas
air yang nantinya akan masuk ke dalam area tambang.
22
Gambar 4.6
Peta Daerah Tangkapan Hujan
Setelah menentukan daerah tangkapan hujan, kemudian mengukur luas
daerah tangkapan hujan tersebut pada peta kontur, dengan cara menarik
hubungan dari titik titik yang paling tinggi di sekitar tambang
membentuk polygon tertutup, dengan melihat kemungkinan arah
mengalir air. Luas dihitung dengan menggunakan bantuan software
ArcGIS 10.5.
2. Arah Aliran
Daerah tambang PT. Damai Batuan Lestari memliki topografi
bergelombang. Oleh karena itu, arah aliran pada daerah tersebut tidak
sama meskipun pada lokasi yang sangat berdekatan.
23
Gambar 4.7
Peta Arah Aliran Sungai
4.2.2 Hidrogeologi
Hidrogeologi terdiri dari dua kata yang terkait dengan bidang ilmu yang luas,
yaitu hidrologi dan geologi. Hidrologi merupakan bagian dari Hidrogeologi yang
mempelajari tentang penyebaran dan pergerakan air tanah dalam tanah dan batuan
di kerak bumi (umumnya dalam akuifer). Geologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang bumi, dari permukaan hingga kebagian intinya. Dengan demikian
hidrogeologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
materialmeterial penyusun bumi dengan proses-proses air atau ilmu yang
mempelajari keterdapatan, penyebaran, dan pergerakan air yang ada dibawah
permukaan bumi dengan penekanan kaitannya terhadap kondisi geologi.
1. Curah hujan
Dalam kegiatan analisis hidrologi dan hidrogeologi, PT. Damai Batuan
Lestari menggunakan data berupa data sekunder yaitu curah hujan.
24
Dimana data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistika yang letak
pengukuran curah hujannya berada di Kuningan. Jumlah data curah hujan
yang digunakan untuk analisis sebanyak 11 tahun yaitu dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2022.
Tabel 4.14
Data Curah Hujan Kabupaten Kuningan Tahun 2012 – 2022
Tahun
Bulan 201 201 201 201 201 201 201 202 202 202
2014
2 3 5 6 7 8 9 0 1 2
Januari 9,32 - 256 - 258 258 - 245 405 516 324
Februar
9,16 - 206 - 264 217 - 441 462 647 349
i
231,
Maret 6,84 - - 333 280 - 297 399 496 431
1
10,3
April - 271 - 243 232 - 367 361 239 428
9
72,1 74,
Mei 1,03 - 58 - 194 - 125 192 241
9 3
49,7 79,9 56,0 41,3
Juni 0,39 - - - 0 71 105
0 3 9 0
74,7 62,1 6,8
Juli 0 - - 41,8 - 0 62,6 165
2 9 0
86,6 62,3 55, 22,
Agustus 0 - - 0,74 - 0 20
6 8 6 3
Septem 74,0 38,3 64, 37,
0 - - 146 - 0 48
ber 2 7 7 3
26,3 38,2 52,
Oktober 2,19 - - 251 - 0 237 360
2 2 7
Novem 81,6 68,3
5,71 - - 197 214 - 498 601 374
ber 2 0
Desemb 14,4 265,
- - 277 195 - 383 496 404 223
er 5 62
Sumber : BPS Kabupaten Kuningan
25
Tabel 4.15
Data HariHujan Kabupaten Kuningan Tahun 2012 – 2022
Bulan Tahun
201 201 201 201 201 201 201 201 202 202 202
2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Januari 14 - 18 - 11 12 - 23 24 31 21
Februari 17 - 14 - 11 9 - 22 25 22 23
Maret 10 - 16 - 13 13 - 26 24 26 22
April 9 - 17 - 10 13 - 20 22 9 22
Mei 3 - 7 - 11 4 - 6 14 4 18
Juni 2 - 6 - 5 4 - 0 7 8 17
Juli 0 - 5 - 3 3 - 0 5 4 11
Agustus 0 - 4 - 5 1 - 0 9 5 2
Septemb
0 - 18 - 8 3 - 0 4 8 6
er
Oktober 6 - 3 - 13 4 - 0 15 7 19
Novemb
9 - 10 - 10 8 - 5 23 20 21
er
Desemb
20 - 18 - 13 11 - 16 27 26 23
er
26
Tabel 4.16
Perhitungan Curah Hujan Rencana
Tahun M
Bula RATA -
20 20 201 20 20 20 20 20 20 20 20 A
n RATA
12 13 4 15 16 17 18 19 20 21 22 X
Janua 9,3 25 25 24 40 51 32 51
- 256 - -
ri 2 8 8 5 5 6 4 323.1 6
Febru 9,1 26 21 44 46 64 34 64
- 206 - -
ari 6 4 7 1 2 7 9 369.4 7
Mare 6,8 231 33 28 29 39 49 43 49
- - -
t 4 ,1 3 0 7 9 6 1 372.7 6
10, 24 23 36 36 23 42 42
April - 271 - -
39 3 2 7 1 9 8 305.9 8
72
1,0 19 12 19 74 24
Mei - 58 - ,1 - 24
3 4 5 2 ,3 1
9 162.0 1
79 56 41
0,3 49, 10
Juni - - ,9 ,0 - 0 ,3 71 10
9 70 5
3 9 0 58.7 5
62
74, 41 62 6, 16
Juli 0 - - ,1 - 0 16
72 ,8 ,6 80 5
9 55.0 5
62
Agus 86, 0, 55 22
0 - - ,3 - 0 20
tus 66 74 ,6 ,3
8 6.7 20
38
Septe 74, 14 64 37
0 - - ,3 - 0 48 14
mber 02 6 ,7 ,3
7 48.5 6
38
Okto 2,1 26, 25 23 52 36
- - ,2 - 0 36
ber 9 32 1 7 ,7 0
2 212.0 0
68
Nove 5,7 81, 19 21 49 60 37
- - - ,3 60
mber 1 62 7 4 8 1 4
0 376.8 1
Dese 14, 265 27 19 38 49 40 22 49
- - -
mber 45 ,62 7 5 3 6 4 3 329.7 6
Sumber: Data Pengolaham PT. Damai Batuan Lestari
27
Keterangan:
I = Intensitas (mm/jam)
t = 1,45 jam
I= (
647 24
24 1 , 45 )
2/3
Tabel 4.17
Koefisien Limpasan Pada berbagai Kondisi
28
Vegetasi 0,8
Tanpa Tumbuhan dan daerah penimbunan 0,9
Sumber: Data Penelitian
Dengan diketahuinya koefisien limpasan maka debit air limpasan dapat diketahui
dengan menggunakan rumus:
Q = 0,278 x I x A x C
Keterangan:
C: Koefisien limpasan
A: Luas (m2)
Debit air limpasan dan debit air hujan di tambang PT. Damai Batuan Lestari
dilihat pada perhitungan berikut ini:
Maka
= 1183,70 m3/jam
= 0,328 m3/detik
= 163,53 m3/jam
29
= 0,0454 m3/detik
Dari perhitungan di atas didapatkan total debit air limpasan sebesar 1347,23
m3/jam lalu dikalikan dengan lama maksimal hujan (1,45 jam) dalam sehari, maka
didapatkan total debit air limpasan sebesar 1953,48 m3/hari.
Berikut merupakan perhitungan debit air hujan yang langsung masuk pada area
penambangan sesuai dengan luas kemajuan tambang setiap tahun:
Q= I x A
Keterangan:
= 4289,46 m3/jam
= 1.19152 m3/Detik
Dari perhitungan di atas didapatkan total debit air limpasan sebesar 4289,46
m3/jam lalu dikalikan dengan lama maksimal hujan (1,45 jam) dalam sehari, maka
didapatkan total debit air limpasan sebesar 6219,71 m3/hari.
30
4.2.4 Rekomendasi Hidrologi - Hidrogeologi
Jenis batuan di lokasi ini merupakan batuan yang terutama tersusun dari batu pasir
biasanya mengizinkan perkolasi air dan memiliki pori untuk menyimpan air dalam
jumlah besaar sehingga menjadikannya sebagai akuifer yang baik. Namun untuk
mengantisipasi jika terdapat masukan air dalam volume besar atau jika batuan
telah jenuh air, maka perusahaan akan menggunakan metode penyaliran yaitu
mine dewatering dengan membuat paritan untuk mengalirkan air ke kolam
pengendapan serta memompa air yang berada pada kolam pengendapan dialirkan
keluar area penambangan. Dimana dimensi parit kolam pengendapan serta pompa
disesuaikan dengan besar debit air yang harus dialirkan dan di tampung.
1m
m
1m
=64o
0,5 m
Gambar 4.8
Model Paritan
31
1. Saluran
Diketahui dimensi saluran I adalah sebagai berikut
a. Kedalaman saluran (h) =1m
b. Lebar bagian atas (B) =1m
c. Lebar bagian bawah (b) = 0,5 m
d. Sudut kemiringan dinding(α) = 64o
e. z = 0,42
f. Gradient (S) = 0,020
g. Koefisien dinding saluran = 0,03
Maka perhitungan debit saluran terbuka adalah berikut ini
A = [ b + z x h] x h
= [ 0,5 + 0,42 x 1] x 1
= 0,92 m2
P = (2 x h x +b
= (2 x 1 x + 0,5
= (2 x 1,08) + 0,5
= 2,66 m
Q = (1/n) x (A/p)2/3 x S1/2xA
= 0,020
= 33,33 x 0,49 x 0,14 x 0,92
= 2,13 m3/detik
Tabel 4.18
Tabel Spesifikasi Paritan
Keterangan Ukuran
4.2.4. 2
Lebar permukaan atas saluran (B) 1m
Lebar dasar saluran (b) 0,5 m
Tinggi saluran (h) 1m
Gradien/kemiringan (S) 0,020
Koefisien dinding saluran (n) 0,03 (kerikil)
Sudut (°) 64°
Kapasitas Saluran Terbuka (Q) 2,13 m3/detik
Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan partikel sedimen atau lumpur
sebelu nantinya dialirkan menuju Sungai yang berada di sebelah utara lokasi
32
tambang. Kolam pengendapan akan dibuat secara bertahap dengan mengikuti
kemajuan tambang. Dimana dimensi kolam pengendapan berdasarkan debit total
air limpasan dari daerah tangkapan hujan dan air hujan yang langsung pada area
penambangan dimana debit air limpasan dari daerah tangkapan hujan yaitu
sebesar 1953,49 m3/hari serta debit air hujan yang langsing masuk pada area
penambangan yaitu sebesar 6219,71 m3/hari. Kolam pengendapan harus memiliki
kapasitas lebih besar dibandingkan dengan debit limpasan dan debit air hujan
yang masuk pada area penambangan yang akan masuk ke kolam sehingga dapat
menampung air sesuai dengan kapasitas debitnya. Adapun kolam pengendapan
PT. Damai Batuan Lestari akan dibuat 1 kolam berbentuk segi empat dengan
dimensi sebagai berikut:
Tabel 4.19
Tabel Spesifikasi Kolam Pengendapan
No Dimensi Ukuran
1. Lebar kolam 20 meter
2. Kedalaman kolam 8 meter
3. Panjang 55 meter
4. Jumlah kolam 1
5. Luas kolam pengendapan 1100 m2
6. Kapasitas kolam 8.800 m3
Catatan: Debit limpasan dan air hujan yang langsung yaitu sebesar 8173,2 m3/hari
33
Gambar 4.9
Model Kolam Pengendapan Lumpur
4.2.4.3 Rekomendasi Pemantauan Penyaliran Tambang
Kegiatan pemantauan dan pengendalian didasarkan pada Kepmen ESDM nomor
1827K/30/MEM/2018 pada penyaliran tambang dengan melakukan pengerukan
saluran penyaliran dan kolam pengendapan menggunakan excavator atau alat
manual, jika dikemudian hari sedimentasi sudah tinggi. Air yang telah tertampung
di kolam pengendapan akan dialirkan ke sungai ketika air sudah tidak
mengandung lumpur. Selain itu dilakukan pemantauan fisik kolam pengendapan
dan kualitas air. Teknik pemantauan fisik adalah pengukuran terhadap rekahan
yang ada pada dinding kolam, sedangkan untuk kualitas air adalah dengan cara
pengambilan contoh air sehingga dapat dilakukan analisa laboratorium untuk
mengetahui tingkat kualitas air.
34
35