V Geoteknik
V Geoteknik
V Geoteknik
5.1 Geoteknik
5.1.1.1 Jenis
Jenis data yang digunakan pada pt dirta sakolus merupakan data sekunder. Data
data ini berupa informasi-informasi geologi permukaan yang terdiri dari
geomorfologi, litologi, stratifigrafi dan struktur geologi yang dapat
menggambarkan keadaan geologi daerah penelitian.
5.1.1.2 Jumlah
Data utama yang dibutuhkan untuk analisis kemantapan lereng pada batu marmer
berupa pengujian tipe longsoran, geometri lereng, dan kestabilan lereng. Berikut
adalah jumlah data yang dibutuhkan dalam pengujian:
Data sifat mekanik marmer yang diperlukan sebagai data untuk menganalisis
kemantapan lereng dapat dilihat pada table berikut :
No Parameter Nilai
Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa batuan di
tambang terbuka (Hoek and Bray, 1981) yaitu:
3. Longsoran Busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa busur
disebut longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi pada tanah atau material
yang bersifat seperti tanah. Antara partikel tanah tidak terikat satu sama lain.
Dengan demikian, longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat
lapuk serta banyak mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan)
batuan hancur.
Gambar 5.3 Longsoran Busur
No
Strike (°) Dip (°)
Kekar
1 279 45
2 5 76
3 279 50
4 10 76
5 291 35
6 292 61
7 191 65
8 8 74
9 302 75
10 272 90
11 5 74
12 348 60
13 353 61
14 6 71
15 8 65
16 10 71
17 298 70
18 351 75
19 291 76
20 296 90
21 14 75
22 48 85
23 2 60
24 264 39
25 340 90
26 300 85
27 290 90
28 292 86
29 10 87
30 5 73
Gambar 4. 7 Hasil analisis stereografi pada PT. Dirta Sakolus menggunakan
Software Dips 6 dengan tipe longsoran bidang (PT. Dirta Sakolus,
2024)
Dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa jenis longsor yang dapat
terjadi yakni longsoran bidang (wedge failure). longsoran ini sangat mungkin
terjadi apabila terdapat kondisi yang menunjang. Longsoran ini biasa terjadi
apabila terdapat struktur geologi yang berkembang seperti kekar (joint) maupun
patahan (Arif, 2016). Analisis Geometri Lereng
1. Lebar Lereng
Lebar lereng sangat dipengaruhi oleh alat-alat mekanis yang digunakan,
berdasarkan Head Quarter of US Army (pits and Quary Technical Bulletin No 5-
352) dimana dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb (4.3)
Dengan Wmin adalah lebar jenjang minimum (m), Y adalah lebar yang
disediakan untuk pengeboran (m), Wt adalah lebar yang disediakan untuk alat gali,
muat dan angkut (m), Ls adalah Panjang alat gali tanpa boom (m), dan Wb adalah
lebar broken material. Sehingga lebar jenjang dapat dihitung sebagai berikut.
Diketahui: Y =0
Wt = 3.45 m (alat angkut HINO FM 260 JD) + 3.29 (alat muat
PC 300 LC)
Ls =0m
G =0
Wb =2m
= 8.74 m ≈ 9 m
Dari hasil perhitungan diperoleh lebar bench dengan jalan adalah 9 meter.
2. Tinggi Lereng
Tinggi Lereng yang didapatkan dari maximal cutting height alat potong.
Untuk keterangan lebih lanjut, dimensi alat dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan hal tersebut maka tinggi jenjang yang dibuat oleh PT. Dirta Sakolus
adalah 7 meter.
PT. Dirta Sakolus tidak menggunakan alat gali dan garu untuk melakukan
pengambilan bahan galian, PT. Dirta Sakolus menggunakan Alat pemotongan.
Dengan tinggi jenjang 10 meter PT. Dirta Sakolus merekomendasikan alat potong
berupa diamond wire sawing marini
5.1.3.2 Rekomendasi Geometri lereng
Berdasarkan hasil analisis geometri lereng dan analisis faktor keamanan
pada tabel 4. Maka direkomendasikan geometri lereng sebagai berikut:
Tinggi lereng :6m
Lebar Bench Tanpa Jalan :4m
Lebar Bench Dengan Jalan :9m
Single slope : 89.9°
Overall Slope : 37.8°