Rfarming Risk Management
Rfarming Risk Management
Rfarming Risk Management
(Untuk Mahasiswa)
Oleh:
Wasman, A.Md. Kep.
ii
I PENDAHULUAN
2
Konsep 6 M (money = uang, markets = pasar, material = bahan,
machinery = mesin, methods = metode, man = manusia);
(3) Sebagai sederetan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, pengkoordinasian (5P), kemudian
ditambah fungsi pengkomunikasian dan pemotivasian;
(4) Manajemen sebagai sebuah roda.
Kunci keberhasilan manajemen pertanian terletak pada
penerimaan tanggung jawab kepemimpinan dan pengambilan
keputusan bisnis melalui penerapan prinsip-prinsip manajemen secara
terampil. Manajemen pertanian bersifat unik, karena kegiatan
pertanian sangat dipengaruhi musim, produknya cepat rusak,
merupakan bagian dari masyarakat setempat di mana hubungan jangka
panjang antar perorangan bersifat menentukan sekali, bahkan sebagian
petani masih menganggap pertanian sebagai jalan hidup.
Berdasarkan tujuannya maka ada pertanian bersifat subsisten, semi
komersial, dan komersial.
3
2. Melakukan pengamatan
terhadap masalah
4. Memilih (memutuskan) alternatif tindakan yang terbaik
uang berasal dari rumah tangga yang sama, dan sebagian besar
produksi dikonsumsikan di keluarga yang sama, dengan sedikit
surplus yang dijual di pasar.
2. Pertanian yang sepenuhnya komersial, membeli banyak
4
II SISTEM PERTANIAN
5
berikut.
1. Unsur lahan/tanah
5. Unsur kelembagaan
6
ketersediaan fasilitas pertanian, teknologi, transfortasi, resiko usaha.
7
Penggunaan tenaga kerja dalam pertanian mengikuti proses
produksi pertanian, seperti kegiatan pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan hingga panen. Di samping ittu, jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam pertanian dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti tingkat perkembangan pertanian, jenis tanaman yang
diusahakan, topografi dan jenis tanah, serta kemampuan bekerja
petani. Pada saat-saat tidak banyak pekerjaan terdapat tenaga kerja
yang menganggur. Di lain pihak, ada saat-saat yang memerlukan
banyak tenaga kerja dari luar keluarga. Pada umumnya, tenaga
kerja banyak diperlukan pada waktu pengolahan tanah, penanaman,
dan panen.
Untuk menghindari pengangguran di tingkat pertanian, hal-hal
yang dapat dilakukan oleh petani adalah
1. Meningkatkan intensitas penggunaan tanah dan melakukan
pergiliran tanaman.
2. Memperbaiki cara bercocok tanam sehingga selalu terdapat
8
Berdasarkan kebutuhan tenaga kerja yang berbeda, tanaman
digolongkan dalam 1) tanaman yang memerlukan tenaga kerja
intensif seperti tanaman semusim (padi, palawija) dan 2) tanaman
yang tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak seperti tanaman
tahunan.
3. Topografi dan jenis tanah
Pengusahaan tanah miring dan bergunung lebih berat dari
pada tanah datar, dan pengusahaan tanah liat lebih berat dari pada
tanah berpasir. Kebutuhan tenaga kerja sangat tergantung pada jenis
kegiatan dan jenis komoditi yang diusahakan. Adanya perbedaan
kebutuhan kerja tersebut, maka petani dihadapkan pada penentuan
yang bijaksana dalam memilih cabang usaha sesuai dengan
persediaan tenaga kerja yang ada baik di dalam maupun di luar
pertanian, serta kemampuan kerja yang ada pada pekerja.
Kemampuan bekerja seorang petani dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
1. Faktor alam
Di daerah tropis, intensitas cahaya matahari yang tinggi akan
cepat melelahkan orang yang berada langsung di bawah sinar
matahari.
2. Faktor sosial ekonomi
Kesehatan yang terjamin memberikan kemampuan kerja yang
lebih besar.
3. Faktor pendidikan, ketrampilan, dan pengalaman
Makin tinggi pendidikan seseorang makin efisien ia bekerja
4. Usia
Kemampuan kerja seseorang akan bertambah sampai pada satu
tingkat usia tertentu, kemudian kemampuannya akan mulai turun.
Pekerjaan pada kegiatan pertanian tidak spesialisasi. Artinya
9
petani/pekerja dapat melakukan semua kegiatan pada pertanian,
mulai dari pengolahan tanah sampai panen bahkan pasca panen.
Kedudukan tenaga kerja dalam pertanian merupakan penting dalam
pertanian swasembada, khususnya faktor tenaga kerja keluarga yaitu
petani dan anggota keluarganya. Pada pertanian komersial, faktor
tenaga keluarga dapat menentukan kelestarian pertanian.
2.3.3 Modal
2.3.4 Manajemen
10
memberikan hasil yang terbaik.
11
III PRINSIP-PRINSIP PRODUKSI
produksi (input-output).
2. Cara-cara yang berbeda untuk mengkombinasikan
sumberdaya dan mensubstitusikan satu sama lain dalam proses
produksi (input-input).
3. Hubungan antara berbagai produk yang dapat dihasilkan
(output-output).
Secara terperinci tentang ketiga hubungan respon tersebut
12
yaitu:
1. Kombinasi Input-Output
13
yang paling banyak mendatangkan uang, yaitu dengan
memperhitungkan kemungkinan kombinasi teknis dan harga dari
masing-masing produk.
Pada kombinasi dua produk yang mendatangkan uang
terbanyak, imbalan marjinal karena menggunakan sumberdaya yang
tersedia untuk menghasilkan lebih banyak satu macam produk
hampir sama dengan imbalan marjinal yang diperoleh karena
menggunakan sumberdaya untuk menghasilkan lebih banyak produk
alternatifnya. Dalam hal ini, tiada kemungkinan untuk mendapatkan
lebih banyak keuntungan seandainya mensubstitusikan satu macam
produk dengan menghasilkan lebih sedikit produk yang lainnya, atau
disebut prinsip imbalan eki-marginal (equimarginal returns). Di
samping itu, yang perlu mendapat perhatian adalah karakteristik
produk pertanian yang dapat dilihat dari sifat fisik, ekonomi, dan
sifat sosialnya. Produk dalam pertanian memiliki hubungan yang
beragam diantaranya:
1. Pertanian Bebas (Independent Enterprises): suatu cabang usaha
14
3.2 Prinsip-prinsip Ekonomi dalam Pengambilan Keputusan
Pertanian
Ilmu ekonomi produksi menyangkut pilihan penggunaan
sumberdaya dengan “cara terbaik”, artinya ada lebih dari satu
penggunaan untuk sumberdaya dan kita bisa memilihnya.
Ekonomi produksi merupakan alat analisa yang sangat ampuh
pada saat banyak alternatif penggunaan sumberdaya yang secara
relatif langka; ketika input dan output diperjualbelikan di pasar yang
terdiri atas banyak pembeli dan penjual yang saling bersaingan;
ketika produk individu yang diperdagangkan tidak lebih baik atau
lebih buruk daripada produk-produk lain yang serupa; serta pembeli
dan penjual di pasar memiliki informasi yang lengkap.
Semakin sedikit cakupan keadaan persaingan dan semakin
sedikit pilihan yang terjadi pada situasi petani kecil, analisis ilmu
ekonomi produksi dan teknik-teknik pengambilan keputusan
semakin kurang berguna. Hal-hal kunci yang perlu dipertimbangkan
adalah:
1. Para petani kecil menghadapi pilihan-pilihan nyata
tentang bagaimana mereka menggunakan sumberdayanya
dan untuk apa sumberdaya itu digunakan.
2. Memiliki perangsang untuk menggunakan sumberdaya
yang ada dengan sebaik-baiknya.
3. Menghadapi ketidakpastian yang serius dalam hal produksi
atau lebih menghadapi kepastian.
4. Memiliki pilihan untuk menjual atau memperdagangkan
sejumlah besar
5. Outputnya di pasar.
6. Memiliki pilihan atau kebutuhan untuk membeli masukan-
masukan pertanian yang penting di pasar.
15
7. Memiliki tekad atau keinginan yang kuat atau meraih
hari esok yang lebih baik.
8. Perlu mencapai atau mempertahankan tingkat output
terlepas dari kekurangan yang serius atas beberapa
sumberdaya utama.
9. Memiliki teknologi baru untuk berproduksi yang tersedia
bagi segelintir dari mereka.
10. Memiliki kemudahan atas sumber-sumber kredit.
Advantage).
2. Hukum Kenaikan Hasil Fisik yang Makin Berkurang (The
16
2. Hukum Kenaikan Hasil Fisik yang Makin Berkurang
Opportunity Cost)
a. Penentuan cabang usaha dari beberapa alternatif cabang
usaha, untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan kendala
modal terbatas
b. Kemungkinan pendapatan dari berbagai cabang usaha
pada jumlah modal tertentu.
Keputusan yang harus diambil oleh petani adalah meliputi
pemilihan:
17
1. Komoditi yang akan diusahakan
2. Saprodi pertanian
4. Sistem pemasaran
dapat dibeli dengan uang satu rupiah tersebut di masa mendatang. Ini
berarti bahwa aturan untuk menggunakan sumberdaya yang terbatas
dengan sebaik-baiknya masih berlaku, tetapi biaya dan imbalan
marjinaal harus disesuaikan sebagai akibat dari waktu.
18
IV RISIKO DALAM MANAJEMEN PERTANIAN
19
c. Risiko adalah ketidakpastian.
Konsep ada yang bersifat subyektif dan ada yang bersifat
obyektif. Konsep subjektif merupakan penilaian individu terhadap
situasi risiko. Hal ini didasarkan atas pengetahuan dan sikap orang
yang memandang situasi itu. Ketidakpastian itu merupakan ilusi yang
diciptakan oleh orang karena ketidaksempurnaan pengetahuannya
dibidang itu. Jadi ketidakpastian seperti ini bersifat subjektif dan
inilah yang menimbulkan risiko dalam pengambilan keputusan.
Ketidakpastian merupakan kondisi yang menyebabkan
tumbuhnya risiko. Risiko dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan, atau tidak
terduga. “Kemungkinan” menunjukkan adanya ketidakpatian.
Timbulnya “kondisi yang tidak pasti” antara lain disebabkan oleh:
a. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai
kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar
ketidakpastian.
b. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
c. Keterbatasan pengetahuan/ keterampilan/ teknik mengambil
keputusan, dan sebagainya.
Semakin besar variasi penerimaan yang mungkin diperoleh,
semakin tinggi risiko yang mungkin terjadi. Sebaliknya, semakin
rendah variasi peneri-maan yang mungkin diperoleh, maka semakin
rendah pula risiko yang mungkin terjadi. Risiko dalam pertanian
mencakup kemungkinan kerugian dan keuntungan dimana tingkat
risiko tersebut ditentukan sebelum suatu tindakan diambil
berdasarkan ekspektasi atau perkiraan petani sebagai pengambil
keputusan. Oleh karena itu, perlu dilakukan manajemen risiko.
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,
menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan
20
perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi
yang lebih tinggi. Sebagai acuan dalam menentukan nilai yang
dihasilkan adalah tingkat risiko. Umumnya kegiatan bisnis dengan
risiko tinggi diyakini dapat memberikan keuntungan yang besar. Hal
ini dapat terwujud apabila dalam melakukan bisnis, risiko yang
diperkirakan tidak terjadi, tetapi akan terjadi yang sebaliknya jika
risiko yang diperkirakan tersebut terjadi. Oleh karena itu, pelaku
bisnis perlu mengetahui tingkat risiko bisnisnya dan melakukan
pengelolaan terhadap risiko yang akan dihadapi agar keputusan yang
dipilih lebih efisien.
Risiko yang sering terjadi pada usaha pertanian dan dapat
menurunkan pendapatan petani, yaitu:
(1) risiko produksi,
(2) risiko harga atau pasar (penjualan),
(3) risiko institusi (kelembagaan),
(4) risiko keuangan,
(5) risiko manusia.
21
(c) huru hara dengan tujuan merusak dan merampas barang dagangan
dalam toko; (d) Mogok kerja yang berakibat kerugian produksi; dan
sebagainya.
2. Risko Fisik, antara lain (a) fenomena alam, (b) kesalahan
manusia. Contoh:
Kebakaran, dapat disebabkan oleh fenomena alam (petir) atau
2. Fluktuasi harga
3. Perkembangan teknologi
4. Tindakan-tindakan pesaing
6. Kebijakan pemerintah
22
1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan mudah
diketahui. Contoh: kebakaran menghancurkan gedung; konsumen sakit
karena mengkonsumsi produk suatu perusahaan.
2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri kurang mendapat
perhatian. Di lain pihak, hal ini akan meminta biaya ekonomi dan
psikologis. Akibatnya adalah akan menghambat perkembangan ekonomi.
Contoh: Sebagian besar pengusaha ragu terhadap keberhasilan usahanya,
kemudian memilih keputusan memegang uang tunai (likuiditas) dari pada
melakukan investasi yang dapat meningkatkan efisiensi operasi
perusahaan. Jika menurunnya permintaan investasi tidak diimbangi oleh
permintaan investasi di sektor lain maka perekonomian secara keseluruhan
juga merosot karena terjadi ketidakseimbangan pemakaian sumberdaya
ekonomi. Akibat lainnya adalah pekerja yang khawatir menjadi tidak
seproduktif jika mereka dalam keadaan aman perasaannya. Oleh karena
itu, biaya yang ditimbulkan oleh ketidakpastian dapat berupa biaya
ekonomi dan psikologis.
3. Pengendalian risiko.
23
mana risiko diidentifikasi dari atas atau dilihat dari kacamata top
manajemen, sedangkan pendekatan bottom-up adalah pendekatan di mana
risiko diidentifikasi atau ditemukan dari bawah atau dari unit paling kecil
dalam organisasi atau perusahaan.
Langkah-langkah pengidentifikasian risiko, adalah:
1. Menyusun checklist kerugian potensial pertanian secara umum.
24
hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Oleh
karena itu, nilai varian dan standar deviasi kurang tepat digunakan untuk
mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi dalam
kegiatan usaha. Di lain pihak, koefisien variasi merupakan ukuran risiko
yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama dan
mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang
diperoleh baik berupa pendapatan, produksi, atau harga (Elton dan Gruber,
1995).
Pengukuran tingkat risiko adalah sebagai berikut.
Dimana:
P = peluang
W = frekuensi terjadinya peristiwa yang dihitung peluangnya n =
banyak kejadian.
b. Expected return
Dimana:
E(Ri) = Expected return
Pi = peluang dari suatu kejadian
Ri = Return
c. Varian
= 2
Dimana:
= varian dari return
Pij= peluang dari suatu kejadian E(Ri)= Expected return
25
d. Standar deviasi
Dimana:
σt = standar deviasi σt2 = varian
e. Koefisien variasi
Dimana:
KV = koefisien variasi(Coefficient variation)
σt = standar deviasi
E(Ri) = Expected return
Konsepsi tentang nilai harapan (expected value), peluang, varian,
standar deviasi, dan koefisien variasi, adalah sebagai berikut.
1. Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang
26
bukan merupakan harga mutlak dalam suatu kondisi.
3. Varian dari return adalah penjumlahan selisih kuadrat dari return
27
4.5 Mitigasi Risiko
2. Risk financing
Mitigasi risiko dapat dicapai melalui salah satu dari pilihan sebagai
berikut.
1. Risk Assumption, yaitu menerima risiko potensial dan terus
mengoperasikan system atau untuk menerapkan kontrol untuk
menurunkan risiko ke tingkat yang dapat diterima.
2. Risk Advoidance, yaitu menghindari risiko dengan menghilangkan
penyebab risiko dan/atau konsekuensi.
3. Risk Limitation, yaitu membatasi risiko dengan menerapkan
kontrol yang meminimalkan dampak merugikan dari ancaman yang
berlangsung.
4. Risk Planning, yaitu mengelola risiko dengan membangun suatu
rencana mitigasi yang memprioritaskan, menerapkan, dan memelihara
kontrol.
5. Research and Acknowledgment, yaitu untuk mengurangi risiko
kerugian dengan menyadari kelemahan atau cacat dan meneliti sebuah
kontrol untuk memperbaiki kerentanan.
6. Risk Transference, yaitu melakukan transfer risiko dengan
menggunakan pilihan lain/ketiga untuk mengganti kerugian, seperti
pembelian asuransi.
Setiap organisasi memiliki lingkungan yang unik dan tujuan yang
28
berbeda. Oleh karena itu, pilihan yang digunakan untuk mengurangi risiko
dan metode yang digunakan untuk menerapkan kontrol akan bervariasi.
Beberapa mitigasi risiko yang biasa dilakukan antara lain berupa:
1. Kontrak produksi
2. Diversifikasi tanaman/ternak
6. Asuransi.
risiko.
2. Fungsi utilitas untuk risk neutral atau orang yang netral terhadap
risiko.
3. Fungsi utilitas untuk risk lover atau orang yang berani
menanggung risiko.
29
seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang
merugikan. Perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah bahwa
risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat
probabilitasnya terukur secara kuantitatif. Ketidakpastian merupakan
keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian di mana tingkat
probabilitasnya tidak diketahui secara pasti.
Bisnis di sektor pertanian khususnya pada subsistem produksi di “on-
farm” sering dihadapkan pada faktor ketidakpastian. Untuk mengambil
keputusan bisnis dalam keadaan tidak pasti, manajer dapat
menggunakan alternatif strategi seperti berikut:
1. Wald-strategi maksimal-minimal (maksimin),
2. Hurwicz-strategi alfa,
30
“risk avoider” tentang masa depan dan cenderung mendorong perusahaan
untuk mengutamakan keterjaminan. Menurut kriteria ini, hasil terkecil
untuk setiap alternatif dibandingkan, dan alternatif yang menghasilkan
nilai maksimum dari hasil-hasil yang minimum yang dipilih. Langkah-
langkah pengambilan keputusan adalah
a. Menentukan hasil terburuk dari setiap tindakan,
2. Hurwicz-Strategi Alfa.
Kriteria yang diajukan oleh Leonard Hurwicz menunjukkan suatu
kompromi antara kriteria maksimum-minimum (maksimin) dan minimum-
maksimum (minimaks). Pengambil keputusan biasanya memperlihatkan
campuran antara pesimisme dan optimisme, karena pada umumnya
pengambil keputusan jarang pesimistik atau optimistik secara sempurna.
1. Pengambil keputusan diminta memilih koefisien optimisme
berkenaan dengan laba maksimum untuk setiap tindakan dan
koefisien pesimisme terkait dengan laba minimum untuk setiap
tindakan. Strategi ini sangat subyektif, karena manajer yang
optimistik akan mengambil tindakan sangat berbeda dengan
manajer yang konservatif. Misal, seorang manajer menentukan
koefisien optimisme adalah 0,6 dan koefisien pesimisme adalah
0,4.
2. Menghitung rata-rata tertimbang dari laba tertinggi dan terendah
setiap tindakan, seperti berikut.
A1 = 0,6 (12) + 0,4 (1) = 7
A2 = 0,6 (10) + 0,4 (-1) = 5,4
A3 = 0,6 (7) + 0,4 ((3) = 5,4
Tindakan A1 akan dipilih karena memberikan laba terbesar jika
diukur menurut rata-rata tertimbang, yaitu 7,6.
31
3. Savage-Strategi Ketidakberuntungan Minimaks.
Strategi Savage menetapkan kriteria “ketidakberuntungan”
merupakan biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu perbedaan absolut
antara laba dari tindakan tertentu dengan laba tertinggi yang terdapat pada
keadaan perekonomian tertentu. Strategi ini sangat tepat untuk
pengambilan keputusan jangka panjang, dengan keadaan perekonomian
yang dihadapi perusahaan dalam jangka panjang bisa berubah secara
dramatis.
Langkah-langkah strategi Savage adalah sebagai berikut.
1. Menghitung ketidakberuntungan maksimum untuk setiap tindakan
32
Langkah-langkah strategi Bayesian adalah sebagai berikut.
1. Menghitung besarnya laba berdasarkan target laba dengan
33