Tugas Mata Kuliah: "Analisis DNA Rekombinan Tanaman Padi (Oryza Sativa SP.) "
Tugas Mata Kuliah: "Analisis DNA Rekombinan Tanaman Padi (Oryza Sativa SP.) "
Tugas Mata Kuliah: "Analisis DNA Rekombinan Tanaman Padi (Oryza Sativa SP.) "
GENETIKA TUMBUHUAN
“Analisis DNA Rekombinan Tanaman Padi (Oryza sativa sp.)”
Oleh:
Anggi M Marsusyi, S.P
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah mengenai Analisis DNA Rekombinan Tanaman Padi (Oryza sativa
sp.) disusun guna memenuhi prasyarat tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
Program Pasca Sarjana Bioteknologi Pertanian. Metode penyusunan mengacu
kepada Reference Research Techniques (RRT). Sitiran berdasarkan kaidah
penulisan yang tercantum dalam Culture of Scientific Writing Techniques (CSWT)
University of New South Wales, Sidney.
Pada makalah ini dibahas pengertian analisis DNA rekombinan, metodologi,
dan analisis DNA rekombinan pada tanaman padi (Oryza sativa sp.).
B. Tujuan
Memahami pengertian analisis DNA rekombinan, metodologi, dan analisis
DNA rekombinan pada tanaman padi (Oryza sativa sp.).
2
II. KAJIAN TEORITIS
Menurut Quirk et. al. (2001) metodologi analisis DNA rekombinan terdiri dari
5 (lima) jenis yakni metodologi PCR, elektroforesis gel, konjugasi, gen gun
purifikasi, dan adifikasi. Perbedaan metodologi yang digunakan didasarkan type
tanaman dan jumlah kromosom. Dalam proses analisis DNA rekombinan dapat
dilakukan lebih dari satu metodologi apabila karakter DNA rekombinan sangat
bias dan sulit teridentifikasi.
3
Gambar 2. Metode Analisis DNA Rekombinan (Falkowski et. al., 2000).
Menurut Reissmann et. al. (2014) metode analisis DNA rekombinan yang
digunakan terhadap organisme jenis tanaman padi yaitu metode gabungan PCR
dan elektroforesis gel. Hal tersebut dilakukan karena untai DNA rekombinan yang
disisipkan pada tanaman padi cenderung terbiaskan dan tampak kabur. DNA
rekombinan tanaman padi cenderung berwarna putih setelah dilakukan adifikasi
dengan aceto carmin, sehingga perlu dilakukan analisis lanjutan dengan PCR
setelah menggunakan elektroforesis gel.
Gambar 3. Gabungan Metode PCR dan Elektroforesis Gel (Flombaum et. al., 2013).
4
1. Alat dan Bahan.
Menurut Dale and Park (2004) alat dan bahan yang digunakan dalam proses
analisis DNA rekombinan metode PCR dan elektroforesis gel yaitu:
a. Alat.
Menurut George and Paul (2008) alat mutlak (Standard Kit) yang digunakan
dalam proses analisis DNA rekombinan yakni Beker Glass, Micropipet, Petri Dish,
Autoklaf, Laminar Air Flow (LAF), sentrifuge, PCR, dan Elektroforesis Gel.
b. Bahan.
Menurut Yakovchuk et. al. (2006) bahan yang digunakan pada proses analisis
DNA Rekombinan adalah sumber DNA (organisme), nitrogen cair (N2), larutan
aceto carmin, Agarose, aquabidest, dan Etanol 70%.
2. Tahapan.
5
a. Sterilisasi seluruh alat berbahan kaca yang akan digunakan dalam proses
analisis DNA rekombinan. Sterilisasi digunakan dengan menggunakan
autoklaf pada tekanan 100 bar dan waktu selama 30 menit, kemudian
disimpan pada meja kerja steril (LAF) (Gaj, 2001).
6
c. Pencampuran solute dengan etanol 70% dengan perbandingan massa
sebesar 1:2 hingga terbentuk suatu koloid (Bhojwani and Razdan, 1983).
d. Koloid dimasukan ke dalam petri dish kemudian digoyang dengan kecepatan
12 rpm, lalu dicampurkan dengan aquabidest sebesar 5x (lima kali) jumlah
koloid yang dihasilkan sebelumnya (Yang et. al., 2006).
e. Koloid mix pada petri dish diambil lalu dimasukan ke dalam tube sentrifuge
untuk dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 125 rpm selama 10 menit
hingga terbentuk sekuensi (pemisahan) antara cairan dan pellet pada tube
(Fasano and Catassi, 2012).
7
Gambar 8. Elektroforesis DNA rekombinan (Takahashi et. al., 2009).
3. Hasil Analisis.
Menurut Leder (2004) hasil analisis DNA rekombinan pada tanaman padi
yaitu berupa susunan asam amino dan jumlah kromosom.
8
III. KESIMPULAN
1. Metode analisis DNA rekombinan pada tanaman padi yang lebih akurat yaitu
metode gabungan PCR dan elektroforesis gel.
2. Hasil analisis DNA rekombinan pada tanaman padi yaitu berupa susunan
asam amino dan jumlah kromosom.
9
DAFTAR PUSTAKA
Banks, D.P. 1999. Tropical Orchids of Indonesia. Periplus Edition (HK) Ltd,
Singapore. 64p.
Bhojwani, S.S. and M. K. Razdan. 1983. Plant tissue Culture. Theory and Practice.
Elsevier, Amsterdam-Oxford-New York-Tokyo. 502 p.
Dale JW and Park SF. 2004. Molecular genetics of Bacteria. Chichester: John Willey
and Sons Ltd.
Doust, A. N., Kellogg, E. A., Devos, K. M., and Bennetzen, J. L. (2009). Foxtail Millet: A
Sequence-Driven Grass Model System. Plant Physiology Journal, Vol. 149, No.
2 137-141.
Eldon J. Gardner. 1972. Principles Of Genetics. New Delhi: Wiley Eastern Private.
hlm. 269-284. ISBN 0852263031.
Fasano, A., and Catassi, C. (2012). Celiac Disease. The new england journal of
medicine, Vol. 49, No. 1, 2419-2508.
Gaj, M.D. 2001. Direct somatic embryogenesis as a rapid and efficient systemfor
invitro regeneration of Arabidopsis thaliana. Plant Cell and Organ Culture
64:39-46.
10
George, E.F. and Sherrington, P.D. 1984. Plant propagation by tissue culture.
Handbookand directory of commercial laboratories. Exegetics Ltd, England.
Klaus dan T. Haensch. 2007. Influence of 2,4-D and BAP on callus growth
andthesubsequent regeneration of somatic embryos in long-termcultures of
Pelargonium X Domesticum Cv. Madame Layal. Electronic Journal
ofBiotechnology 10(1): 69 – 77.
Leder, I. (2004). Cultivated Plants, Primarily As Food Sources - Sorghum and Millets.
Encyclopedia of Life Support Systems (EOLSS).
Naing, A.H., J.D Chung dan K.B. Lim. 2011. Plant Regeneration throuhgt Indirect
Somatic Embryogenesis in Coelogyne cristata Orchids. American Journal Of
Plant Science. 2: 262-267.
Quirk, K., Wilson, B. A., Emslie, H. C., and Evans, J. J. 2001. Journal of Neurology,
Neurosurgery and Psychiatry.
11
Reissmann, A., Hauser, J., Gertruda, E., Tomsa, L., and Lange, K. (2014). GlutenFree
and Casein-Free Diets in the Treatment of Autism. Functional Food in Health
and Disease Journal, Vol. 4, No. 8, 349-361.
Stokes, J., Boehm, M., and Baier, S. (2013). Oral Processing, Texture and Mouthfeel.
Current Opinion in Coloid and Interface Scinece Journal, Vol. 18, No. 2, 349-
359.
Suchy, Brannon, and Carpenter. (2010). Lactose intollerance and health. Analysis of
Internal Medicine Journal, Vol. 27, No. 2, 1-27.
Volk, T and M. I. Hoffert. 1985, Ocean carbon pumps: analysis of relative strengths
and efficiencies in oceandriven atmospheric CO2 changes. in ET Sundquist &
WS Broecker (eds), The carbon cycle and atmospheric CO2: natural
variations Archean to present. Chapman conference papers, 1984. American
Geophysical Union; Geophysical Monograph 32: 99-110.
Yang, R.J., E.K. Wang, Y.S. Hsieh, M.Y. Chen. 2006. Irregular Breakfast Eating and
Health Status Among Aldolescent in Taiwan. BMC Public Health, vol 6: 295.
12