Kti Sumardiyanti
Kti Sumardiyanti
Kti Sumardiyanti
KTI
Oleh:
Sumardiyanti Romdonah
NIM. P.17420513081
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKESKEMENKES SEMARANG
APRIL, 2016
LAPORAN KASUS
KTI
Oleh:
Sumardiyanti Romdonah
NIM. P.17420513081
APRIL, 2016
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P 17420515081
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan kasus yang saya tulis ini adalah
benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan mengambil
alihan tulisan ataupun pikiran orang lain yang saya suka sebagai hasil tulisan atau
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan kasus ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
Magelang ,……….2016
Tanda tangan
Sumardiyanti Romdonah
NIM . P 17420513081
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
dari bantuan berbagai pihak, berkat bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari
berbagai pihak laporan kasus ini dapat selesai tepat pada waktunya. Pada
3. Sri Adiyat, S.Pd, S.Kep. Pembimbing dan penguji yang telah banyak
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh
dari kata kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk laporan ini. akhir kata penulis berharap semoga laporan
Penulis
Sumardiyanti Romdonah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian ....................................................................................... 9
B. Etiologi ....................................................................................................... 11
D. Patofisiologi ................................................................................................ 31
E. Komplikasi ..................................................................................... 36
F. Manifestasi klinis............................................................................. 37
G. Penatalaksanaan .......................................................................................... 38
A. Pengkajian . .................................................................................... 59
C. Perencanaan . .................................................................................. 68
D. Implementasi……. ......................................................................... 70
E. Evaluasi. ......................................................................................... 75
A. Pembahasan. ............................................................................. 79
B. Simpulan................................................................................... 97
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
A. Latar belakang
ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi
dengan ketuban pecah dini ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang usia
Angka Kematian Bayi). Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih
kematian ibu meningkat cukup tinggi, pada tahun 2012 AKI mencapai 359
dengan kondisi pada tahun 2007, yang hanya sebesar 228 per 100.000
pada tahun 2012 sebesar 116,34 per 100.000 kelahiran hidup, hal ini
berarti terjadi peningkatan permasalahan kematan ibu di provinsi Jawa
normal. Data dari Budi Rahayu Rumah Sakit Umum Daerah Tidar
Magelang pada bulan Januari hingga Agustus 2015 tercatat 1468 ibu
bersalin dengan 464 melalui sectio caesarrea, 331 post partum spontan
(41 orang).
masa kritis bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
perdarahan pervagina yang luar biasa atau tiba-tiba, infeksi pada saluran
nifas yang perlu diperhatikan pada masa nifas ini adalah demam tinggi
melebihi 380C, pre eklampsia atau eklampsi, oedema wajah atau
Tujuan dari perawatan ini agar saat keluar dari rumah sakit, ibu berada
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Magelang
C. Manfaat
1. Bagi instansi Rumah Sakit
3. Bagi penulis
pendidikan.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
–kira setelah enam minggu, dimana seluruh alat genital pulih kembali
2006)
pusar. Pada 2 minggu setelah persalinan, uterus tidak lagi teraba diatas
(Sastrawinata, 2006).
persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur
2009).
terjadi sebelum awitan persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum
fungsi. Menurut Manuaba (2004) saat ibu hamil, air ketuban berfungsi
saat persalinan.
4. Etiologi
a. Faktor umum
rendah
b. Faktor keturunan
1) Kelainan genetik
c. Faktor obstetrik
1) Overdistensi uterus
a) Kehamilan kembar
b) Hidramnion
2) Faktor obstetrik
a) Serviks inkompeten
dominan
3) Pendular abdomen
4) Grandemultipara
Pada periode post partum terdiri dari dua adaptasi , yaitu adaptasi
1) Involusi uterus
sebagai berikut:
a) Iskemia miometrium
otot atrofi.
b) Atrofi jaringan
plasenta.
c) Autolysis
d) Efek oksitosin
dan diameter
ke-2 hanya sebesar 3-4cm dan akhir masa nifas 1-2 cm.
sekitar 6 minggu.
3) Afterpains
4) Perubahan ligamen
2012 p88)
p88)
6) Lochea
darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampe ke-7
pascapersalinan.
eritrosit.
harian.
1) Nafsu Makan
2) Motilitas
keadaan normal.
3) Defekasi
setelah melahirkan.
2) System urinarius
1) Komponen urin
dehidrasi.
2012 p93)
c. Perubahan system musculoskeletal
(Bobak, 2004)
partum.
1) Suhu badan
2) Nadi
3) Tekanan darah
4) Pernafasan
berulang-ulang.
fase ini karena post partum blues merupakan hal yang biasa
terjadi.
luka-luka.
sfringter uretra akan ditekan oleh kepala jalan dan spasme oleh
dilakukan kateterisasi.
dan parodel.
mammae yaitu:
lemak bertambah.
kemampuan sebagai pelindung antara batas dunia luar dan ruang dalam
(Bobak 2004),
asupan ASI dari ibu maka refleks bayi berarti proses laktasi efektif.
Sedangkan jika ASI tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu
yaitu bayi menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat
Perubahan psikologis pada ibu yaitu terjadi taking in, taking hold,
dan letting go, pada fase taking in kondisi ibu lemah maka terfokus
sendiri. Pada fase taking hold ibu belajar tentang hal baru dan
karena ibu kurang pengetahuan. Pada fase letting go, ibu mampu
menerima tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua. ( Saleha,
2009 p64)
5. KOMPLIKASI
1. Komplikasi janin
preterem,
ketuban habis
2. Komplikasi ibu
a. Endometritis
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering
7. Uterus lunak.
C. PENATALAKSANAAN
yaitu :
1. Konservatif
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
37 minggu,
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu , tidak ada infeksi
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi
persalinan,
gawat janin,
j. Dalam 3x 24 jam tidk ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
2. Aktif
mengalami kegagalan.
ditemukan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. Amnion sentesis
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Penampilan umum :
disisir atau tidak, tampak kusut atau tidak. Observasi juga cara
diastolic
TD, RR, Pulse : kaitan normal dengan post partum. Tidak ada
kenaikan suhu
3. Rambut
post partum dalam jumlah yang wajar adalah hal yang normal karena
menjadi cepat dan matang pada saat yang sama. Pada saat post partum
mengalami kerontokan.
4. Muka
karena ibu baru saja tidur terlentang semalaman. Tetapi pada ibu
dengan riwayat hipertensi hal ini menjadi hal yang tidak normal karena
berarti terjadi kelebihan cairan tubuh. Hal ini bisa juga sebagai tanda
5. Mata
7. Mammae
8. Abdomen
maksimal
bila peregangan otot digaris tengah lebih dari dua setengah jari
dengan cara memasukan jari tengah dan jari telunjuk kebagian dari
diafragma perut ibu. Jika jari masuk dua jari berarti diastasis recti
ibu normal. Jika lebih dari dua jari maka ibu mengalami
9. Uterus
yang penuh. Blass yang penuh juga akan menurunkan kontraksi uterus
10. Perineum
Perineum : kaji apakah terdapat luka : kaji kondisi luka ( tanda –tanda
(penyatuan jaringan)
bekuan
Table. 2.3 Skala REEDA Penilaian Penyembuhan luka perineum pasca
persalinan
11. Reptum
12. Ekstermitas
Kaji tanda tromboplebitis, terutama pada betis : Homan’s sign (+) bila
F. PENGKAJIAN FOKUS
1. Aktivitas / istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
Reaksi emosional bervariasi dapat berubah-ubah ,missal : eksitasi atau
4. Eliminasi
5. Makan / cairan
6. Nyeri/ ketidaknyamanan
payudara atau pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai hari
7. Seksualitas
Fundus keras berkontraksi , pada garis tengah dan retak setiggi
edema, ekimosis, atau rabas, striae mungkin ada pada abdomen, paha,
lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut samapi hari kedua dan
8. Penyuluhan / pembelajaran
G. DIOAGNOSA KEPERAWATAN
jalan lahir
( Nanda,2010,p.410)
Batasan karakteristik
NOC:
a. Pain level,
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria hasil :
manejemen nyeri
a. Definisi
( Nanda , 2015,p.305).
NOC :
a. Imun status
b. Factor resiko
tubuh primer yang tidak adekuat( missal integritas kulit tidak utuh,
Batasan karakteristik :
NOC :
a. Eliminasi urine
Ktiteria hasil :
melahirkan
pada perineum.
Batasan karakteristik :
NOC :
a. Defekasi
b. Hidrasi
kriteria hasil :
a. Menggambarkan kebutuhan diet ( cairan dan serat ) yang
perubahan natrium
Batasan karakteristik :
Subjektif : haus
kelemahan.
NOC:
a. Kseimbangan cairan
b. Hidrasi
berkeringat )
NOC:
a. intoleransi aktivitas
b. persepsi sensori
kriteria hasil:
bantu
NOC:
a. Status kesehatan
b. Toleransi aktivitas
Kriteria hasil:
alat bantu
bantu
kloset atau kursi buang air besar dan memanipulasi pakaian untuk
eliminasi.
NOC:
a. Intoleransi aktivitas
b. Kebersihan mulut
Kriteria hasil:
metabolic
peran
adekuatan peran
memberi hukuman.
NOC :
a. Koping keluarga
Kriteria hasil :
bayi
bayi.
tertentu
Batasan karakteristik :
NOC :
kriteria hasil :
diajarkan
H. FOKUS INTERVENSI
lahir :
NIC :
nyeri klien
NIC :
kemih
terhadap infeksi)
n. Batasi pengunjung
drainase
NIC :
urine
konsistensi urine
pada perineum.
NIC :
e. Keluarkan feses
panjang
NIC :
Hypovolemia management
b. Pelihara IV line
f. Monitor BB
volume cairan
NIC :
perawatan diri
NIC :
komunikasi
NIC :
c. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit, dengan
d. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
didasarkan pada kriteria yang dapat diukur yang mencerminkan hasil akhir
intervensi keperawatan
LAPORAN KASUS
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 12 januari 2016 pada jam 16.00 WIB,
pada pasien post partum spontan dengan ketuban pecah dini yang dirawat di
bangsal lili Budi Rahayu Rumah Sakit Umum Tidar Magelang. Data di peroleh
dari wawancara dengan pasien, keluarga dan juga observasi langsung serta dari
status pasien.
A. Pengkajian
1. Biodata klien
jam 05.40 WIB atas rujukan dari bidan. Klien terdaftar dengan Nomor
pukul 16.00 WIB, klien mengeluh nyeri jahitan pada jalan lahir.
Riwayat kesehatan saat ini pada tanggal 12 januari 2016 klien datang
minggu lebih 1 hari. Klien datang dengan keluhan ada yang rembes
maupun penyakit turunan yang lain. Keluarga klien juga juga tidak
haid teratur, lama haid 5-7 hari, tidak ada nyeri saat haid. Hari
lebih 45 menit. Bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat
lengan atas 13,4 cm. Riwayat KB, klien belum pernah mengikuti
selama dirawat dirumah sakit klien beristirahat 6-7 jam/ hari. Sirkulasi
detik.
mukosa bibir lembab, turgor kulit kembali dalam 2 detik, tidak ada
edema, tidak ada sianosis. Diit (D) : diit TKTP, klien makan habis 1
dalam baik.
nyeri jahitan pada daerah jalan lahir, bertambah ketika bangun dari
tempat tidur, Quantity (Q) : seperti luka tergores pisau seperti disayat-
sayat, region (R) : Jahitan pada jalan lahir, Scale (S): Skala 5, Timing
4. Pengkajian psikologis didapatkan saat ini klien dalam fase taking –in,
klien masih merasa lemah dan mengeluh nyeri jahitan pada jalan lahir.
bantuan orang lain. Klien dan keluarga sangat bahagia dan bersyukur
5. Pemeriksaan fisik
sclera tidak ikterik, tidak ada edema kelopak mata, pupil isokhor, tidak
ada gangguan penglihatan, hidung: bersih, tidak ada polip, tidak ada
secret, mulut: mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih,
tidak ada caries, telinga: simetris, bersih, tidak ada serumen tidak ada
: ictus cordis teraba pada intercosta 4-5 midclavicula sinistra, tidak ada
dan s2 reguler.
(A): peristaltik usus 13x/ menit, perkusi (P): tympani, palpasi (P):
ada edema, kekuatan otot penuh(5) fungsi normal tidak ada tanda-
maupun sianosis, tidak ada varises, fungsi normal reflek patella +/+,
linea nigra, linea alba, dan strie. Turgor kulit kembali dalam 2 detik,
kurang lebih 15 cc, tekanan darah (TD) : 120/70 mmhg, nadi (N) :
lebih 15cc, tekanan darah (TD) 110/90 mmhg, Nadi (N): 81x/menit,
Suhu (S): 37,2°c, pukul 18.15 jumlah perdarahan kurang lebih 10cc,
tekanan darah (TD): 110/80 mmhg, Nadi (N): 84x/menit, Suhu (S):
darah (TD): 120/70 mmhg, nadi (N): 84x/menit, suhu(S): 37,1°c. pukul
110/80 mmhg, suhu (S): 36, 9°c. Jumlah perdarahan kurang lebih 80cc.
edema : tidak ada edema, discharge : tidak ada pengeluaran push pada
lochea : rubra, warna merah kental, aliran sedang, jumlah kurang lebih
80 cc, bau amis, tidak purulent, klien sudah ganti pembalut 1x. rectum :
6. Pemeriksaan penunjang
Hb 8,9 g/dl; MCV 82,3 fL; MCH 25,1 pg ;MCHC 30,5 g/dl;
mg.
B. Perumusan masalah
sebagai berikut :
akibat luka jahitan perineum ditandai dengan Data Subjektif (DS) : klien
nyeri jahitan pada daerah jalan lahir, bertambah ketika bangun dari tempat
berbaring ditempat tidur dan ketika mencoba untuk duduk. Gerakan tubuh
hati-hati terutama saat akan duduk, terdapat luka jahitan pada jalan lahir
nyeri jahitan pada jalan lahir, DO : terdapat luka jahitan pada jalan lahir
darah, dan penutupan tepi luka rapat dengan jahitan, suhu : 37,5 °c, TD :
120/80 mmHg, Hb : 8,9 g/dl, trombosit : 281 fl,. Lochea : rubra, warana
merah kental, aliran darah sedang kurang lebih 80 cc, bau amis, tidak
mengenai cara menyusui yang benar, dan perawatan masa nifas ditandai
C. Perencanaan
jahitan perineum
hasil : klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi (rubor, kolor, dolor,
tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) catat adanya peningkatan suhu,
kaji lokasi fundus uteri dan kontraksi uterus, catat adanya peningkatan
suhu, kaji lokasi fundus uteri dan kontraktilitas uterus, catat jumlah,
warna dan bau lovhea dan perubahan lochea, lakukan vulva hygiene
dan motivasi klien untuk tetap menjaga luka jahitan tetap bersih dan
jahitan perineum
benar obat.
RR : 22x/menit.
obat analgetik 500mg per oral, klien mengatakan sudah tidak nyeri
lagi.
Jam 08.00 WIB mengukur tanda- tanda vital, respon subjektif
kulit
benar obat.
respon subjektif : (-), respon objektif : fundus uteri teraba satu jari
warna merah kental, jumlah kurang lebih 75cc, bau amis, tidak ada
rembes.
klien untuk menjaga luka jahitan tetap bersih dan kering, respon
subjektif : klien mengatakan ingin diajarkan cara menjaga luka
terjadinya infeksi.
diajarkan.
E. Evaluasi
jahitan perineum
mengatakan nyeri pada luka jahitan sudah berkurang klien sudah lebih
nyaman skala berkurang dari 3 menjadi 2, hilang timbul, evaluasi
objektif : ekpresi klien sudah lebih rileks, klien sudah bisa duduk dapat
pertahankan intervensi.
kulit.
rubra,bau amis, warna merah kental jumlah kurang lebih 80 cc, tidak
uterus teraba keras, lochea rubra, bau amis, warna merah kental
peningkatan suhu, kaji lokasi fundus uteri dan kontraksi uterus, catat
ASI sudah bisa keluar, berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa
A. Pembahasan
post partum spontan dengan ketuban pecah dini pada Ny. B di bangsal
1. Pengkajian
yang ada yaitu adalah jumlah jahitan pada perineum. Penulis hanya
dengan cara mengkaji jumlah cairan yang ada pada pembalut. Cara
mengukur lochea secara objectif ialah dengan menimbang
Hal ini terjadi karena keterbatasan penulis dan di rumah sakit tidak
peregangan otot digaris tengah lebih dari dua setengah jari dengan
diafragma perut ibu. Jika jari masuk dari dua jari berarti diastasis
recti ibu normal. Jika lebih dari dua jari maka ibu mengalami
terjadinya perdarahan.
2. Diagnosa keperawatan
klien.
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
yang didapat dari data objektif adalah tidak ada tanda-tanda infeksi
yang sudah diberikan. ASI sudah bisa keluar. Dari hasil evaluasi
diatas dapat disimpulkan masalah asuhan keperawatan kurang
diharapkan.
B. Simpulan
ketuban pecah dini yang telah penulis lakukan pada Ny. B di ruang lili
kurang informasi. Sedangkan pada teori terdapat lima diagnosa, yang tidak
berhubungan dengan penurunan tonus otot dan nyeri pada perineum, tinggi
kekurangan volume cairan dan hambatan mobilitas fisik karena batasan
yang telah dicapai antara lain tujuan umum yaitu penulis mempu
menyesuaikan dengan keluhan dan konsisi klien. Selain itu waktu yang
baik dan layak sesuai dengan keluhan yang klien rasakan waktu itu.
DAFTAR PUSTAKA
Waktu : 1 x 15 menit
Sasaran : Ny. B
I. MATERI PENYULUHAN
A. Alat penyuluh
1. Bolpoin
2. Buku catatan
B. Media penyuluhan
1. Leaflet
a. Metode Ceramah
V. SUMBER
Jakarta:EGC
VI. EVALUASI
a. Pertanyaan
b. Jawaban
4) Mengurangi nyeri
1) saat mandi
1) Kapas
2) Air bersih
kanan dari atas ke bawah lalu bibir vagina terluar kiri dari
mandi
sangat kotor.
LAMPIRAN MATERI
dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah
paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Perawatan
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara
(injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan
oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat
terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasanya sehingga
kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dan biasanya, kepala janin
tingkatan, yakni jahitan pada robekan jahitan jalan lahir tingkat 1, yakni
jahitan yang hanya menyatukan kulit luar yang robek, lalu yang berikut
jahitan pada robekan jalan lahir tingkat II, yang menyatukan kulit dan
jaringan otot ( ini yang paling sering terjadi ), dan terakhir adalah jahitan
yang menyatukan robekan jalan lahir tingkat III yang robek sampai dubur.
kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi
infeksi pada jahitan perineum saluran vagina dan uterus. Perawatan luka
normal. Ibu akan dilatih dan dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan
latihan berjalan. Tentu saja bila keadaan ibu cukup stabil dan tidak
1. Rupture
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada
2. Episiotomi
3. Komplikasi Episiotomi
derajat empat memiliki risiko infeksi serius yang paling tinggi. Tepi-tepi
1. Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut. Setelah terbuka
pembalut.
Pada saat buang air kecil kemungkin besar terjadi kontaminasi air seni pada
Pada saat buang air besar, dilakukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
1. Gizi
protein.
2. Obat-obatan
intrvaskular.
sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut
dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor
akan menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman berkembang
biak.
3. Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar–benar
4. Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan
tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan
5. Mengenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang
bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa
6. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan
maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar
setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila mengganti pembalut.
7. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat
sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging,
tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali
8. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seijin dokter atau bidan.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC.
Waktu : 30 menit
mandiri
C. Materi : Terlampir
E. Sumber :
Pelajar
F. Kegiatan Penyuluhan
G. Evaluasi
TEKNIK MENYUSUI
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Marmi, 2012).
1. Duduklah dgn posisi enak atau santai, pakailah kursi ada sandaran
2. Gunakan bantal buat mengganjal bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari
payudara ibu.
4. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan
5. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan
6. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu lagi di
depan .
7. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
10. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
11. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut ( rooting reflex ) dengan
cara: Menyentuh pipi dengan putting susu atau,menyentuh sisi mulut bayi .
12. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
13. Usahakan sebagian sebagian besar areola dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
areola . Apabila bayi hanya menghisap pada puting susu saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet .
14. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegangatau disangga lagi
(Marmi, 2012).
C. Menyendawakan bayi .
adalah :
perlahan-lahan .
menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan
menangis bukan karena sebab lain. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam
waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam
setiap menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar
NIM : P 17420513081
Riwayat pendidikan
Magelang