ASKEP Fibrosarkoma OK
ASKEP Fibrosarkoma OK
ASKEP Fibrosarkoma OK
OLEH:
KELOMPOK VI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunianya jualah sehingga kami diberi kesehatan dan
kemampuan untuk dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah tentang
fibrosarkoma makalah ini dibuat untuk memenuhi penugasan mata ajar
Keperawatan Medikal Bedah Lanjut II Program Magister Ilmu Keperawatan
peminatan Keperawatan Medikal Bedah. Penugasan ini bertujuan untuk
membantu kami para mahasiswa agar mengetahui asuhan keperawatan pada
pasien dengan fibrosarkoma.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk membantu
menyempurnakan isi makalah ini. Tak lupa pula kami haturkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu memberikan motivasi kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Harapan kami, semoga
makalah ini bermanfaat dalam proses pembelajaran untuk mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah Lanjut I dan khusunya bagi kami selaku penyusun
makalah.
Kelompok Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Tujuan penulisan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi................................................................................................3
B. Etiologi................................................................................................3
C. Manifestasi klinis.................................................................................4
D. Anatomi dan fisiologis.........................................................................5
E. Patofisiologi.........................................................................................6
F. Penatalaksanaan Medis........................................................................7
G. Komplikasi...........................................................................................7
H. Prognosis..............................................................................................8
I. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Penerapan Teori Keperawatan............................................................10
1. Pengamatan kasus.........................................................................10
B. Pengkajian keperawatan menurut teori self care dorothea orem........11
C. Analisa data.........................................................................................14
D. Web of Caoution (WoC)/ Pathoflow...................................................17
E. Prioritas Diagnosis Keperawatan........................................................18
F. Luaran dan Intervensi Kepereawatan Kasus Fibrosarkoma...............19
G. Rehabilitasi Terkait Kasus..................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................25
BAB V PENUTUP.........................................................................................27
A. Kesimpulan.........................................................................................27
B. Rekomendasi.......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Fibrosarkoma adalah merupakan tumor ganas langka yang berasal dari
sel – sel masenkim, ditandai dengan fibroblas berbentuk spindle yang
ditransformasikan secara patologis dengan tingkat pembelahan sel yang sangat
tinggi.Pembelahan sel yang tidak terkontrol dapat menyerang jaringan local
serta dapat bermetastase ke bagian tubuh lainSedangkan pada anak-anak, yang
paling sering adalah infantile fibrosarcoma, dimana sarcoma jaringan lunak ini
muncul pada tahun pertama kehidupan. Tumor jaringan lunak ini bisa terjadi di
seluruh tubuh; Namun, mayoritas (60%) terjadi pada ekstremitas (Rengkung et
al., 2020)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui konsep dasar fibrosarkoma
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi fibrosarkoma
b. Untuk mengetahui etiologi fibrosarkoma
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis fibrosarkoma
d. Untuk mengetahui patofisiologi fibrosarkoma
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan fibrosarkoma
f. Untuk mengetahui pengobatan fibrosarkoma
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang fibrosarkoma
h. Untuk mengetahui komplikasi fibrosarkoma
i. Untuk mengetahui prognosis fibrosarkoma
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Fibrosarkoma adalah merupakan tumor ganas langka yang berasal
dari sel – sel masenkim, ditandai dengan fibroblas berbentuk spindle yang
ditransformasikan secara patologis dengan tingkat pembelahan sel yang
sangat tinggi.Pembelahan sel yang tidak terkontrol dapat menyerang
jaringan local serta dapat bermetastase ke bagian tubuh lain Sedangkan
pada anak-anak, yang paling sering adalah infantile fibrosarcoma, dimana
sarcoma jaringan lunak ini muncul pada tahun pertama kehidupan. Tumor
jaringan lunak ini bisa terjadi di seluruh tubuh; Namun, mayoritas (60%)
terjadi pada ekstremitas (Rengkung et al., 2020).
B. Etiologi
Penyebab pasti dari fibrosarkoma belum diketahui, namun ada
beberapa faktor yang sering berkontribusi seperti faktor radiasi yang
menyebabkan adanya perubahan genetik oleh karena hilangnya
alel, poin mutasi, dan translokasi kromosom. Selain beberapa
penyebab di atas, fraktur tulang, penyakit paget, dan operasi patah
tulang juga dapat menimbulkan fibrosarkoma sekunder. Fibrosarkoma
merupakan keganasan yang sering terjadi terutama akibat paparan
radiasi. Sebagian besar kasus mengenai usia diantaran 30-50 tahun dengan
proporsi jumlah laki-laki yang lebih dominan terkena. Seseorang dengan
riwayat infark tulang atau iradiasi merupakan faktor risiko pada
fibrosarkoma sekunder. Fibrosarkoma pada grade yang tinggi merupakan
faktor risiko yang signifikan untuk terjadi metastasis dan kekambuhan
lokal (Augsburger et al., 2017).
3
C. Manifestasi klinis
Gejala pada fibrosarkoma pada awal mulanya sering tidak tampak
atau tanpa dirasakan adanya nyeri. Biasanya tumor baru tampak setelah
timbul gejala dan teraba suatu benjolan. Pada lesi yang besar terjadi
peregangan pada kulit dan nampak mengkilat berwarna keunguan. Pada
massa yang sangat besar terjadi pelebaran pembuluh darah vena. Tanda
dan gejala pada fibrosarkoma sulit dibedakan dari tumor lainnya
sehingga diperlukan pemerikasaan jaringan dengan mikroskop
sehingga di dapatkan grade dan staging dari fibrosarkoma (Augsburger et
al., 2017).
Fibrosarkoma tidak mempunyai sifat klinis spesifik, biasanya
teraba massa solid, 3 - 8 cm, berbatas tegas pada tumor yang masih kecil.,
namun pada tumor yang sudah besar batasnya tidak tegas, tumbuhnya
lambat, seringkali tidak nyeri, terjadi di semua bagian tubuh yang
mengandung jaringan ikat, paling sering pada paha dan lutut, usia 40-an.
Fibrosarkoma tulang timbul gejala nyeri dan bengkak setelah diderita
sekian lama, tumbuh cukup besar merusak struktur tulang dan
menyebabkan fraktur patologis, umumnya melibatkan kortek tulang.
Riwayat infark tulang, radiasi atau faktor resiko lain, mengingatkan dokter
adanya fibrosarkoma tulang sekunder. Fibrosarkoma tulang paling sering
timbul di sekitar lutut dan femur distal.Tidak ada tanda sistemik kecuali
penurunan berat badan
Fibrosarkoma umumnya mempunyai gambaran histologi pola
pertumbuhan fasikulasi teratur, sel-sel bentuk spindle atau fusiform yang
sedikit bervariasi ukuran dan bentuknya, dipisahkan oleh serat-serat
kolagen yang saling terjalin paralel.Metastasis hampir pasti hematogen,
sering mengenai paru, tulang dan hati. Bila didapatkan tumor di lokasi lain
harus dipikirkan suatu metastasis sebab tidak ada catatan kejadian
fibrosarkoma di beberapa lokasi pada satu penderita. Metastasis ditemukan
dalam 2-22 tahun pertama,sehingga follow-up cuma 5 tahun rasanya
4
terlalu pendek. Metastasis KGB sekitar 5% sedangkan metastasis pada
paru, hati dan tulang sekitar 50%.
D. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Fibrosarkoma terdiri dari sel-sel ganas yang tumbuh dan
berkembang di dalam jaringan ikat. Sel-sel ini memiliki kemampuan
untuk menyebar ke jaringan dan organ yang berdekatan (invasi) dan
bahkan ke bagian tubuh yang jauh dari tempat asalnya (metastasis).
Menurut American Cancer Society Fibrosarkoma dapat menyebar ke
jaringan dan organ lain dalam tubuh melalui invasi dan metastasis dan
hal ini sering kali terjadi pada tahap penyakit yang lebih lanjut.
Fibrosarkoma biasanya terlihat sebagai massa yang keras dan tidak
bergerak di bawah kulit atau jaringan di sekitarnya. Pada kasus tumor
di dalam tulang, fibrosarkoma dapat mempengaruhi kekuatan tulang
dan menyebabkan patah tulang. Dikutip dari laman American Cancer
Sosiety, Fibrosarkoma dapat tumbuh di dalam tulang dan
menyebabkan kerusakan struktural pada tulang yang dapat
mempengaruhi kekuatan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang.
b. Fisiologi
Fibrosarkoma berasal dari mutasi genetik pada sel-sel jaringan ikat.
Sel-sel ini menjadi ganas dan terus berkembang biak dengan tidak
terkendali. Faktor risiko yang dapat mempengaruhi perkembangan
fibrosarkoma termasuk paparan radiasi, adanya kelainan genetik, dan
sejumlah faktor lingkungan. Fibrosarkoma memiliki beberapa tipe,
antara lain:
1) Fibrosarkoma pleomorfik: tumor ini memiliki sel-sel yang
berbeda-beda ukurannya dan bentuknya.
2) Fibrosarkoma dermatofibrosarkoma protuberans: tumor ini
terutama terjadi di kulit dan sering kali tumbuh secara perlahan
selama bertahun-tahun.
5
3) Fibrosarkoma inti saraf: tumor ini terjadi di sekitar saraf dan dapat
menyebabkan tekanan pada saraf
E. Patofisiologi
Fibrosarkoma dapat terjadi akibat pengaruh paparan radiasi dari
lingkungan yang mengakibatkan terjadinya translokasi kromosom
pada sekitar 90% kasus. x-radiation dan gamma radiation paling
berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan. Ionisasi radiasi
menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang meliputi mutasi gen,
mutasi mini-satelit ( perubahan jumlah DNA sequences), formasi
mikronukleus ( tanda kehilangan atau kerusakan romosom), aberasi
kromosomal (struktur dan jumlahnya), perubahan ploidi (jumlah dan
susunan kromosom), DNA stand breaks dan instabilitas kromosom.
Ionisasi radiasi mempengaruhi semua fase dalam siklus sel,
namun fase G2 merupakan yang paling sensitif. Sepanjang hidup sel pada
sumsum tulang, mukosa usus, epitelium testikular seminuferus, folikel
ovarium rentan mengalami trauma dan sebagai akibatnya akan selalu
mengalami proses mitosis. Radiasi selama proses mitosis
mengakibatkan aberasi kromosomal. Tingkat kerusakan bergantung
pada intensitas, durasi, dan kumulatif dari radiasi. DNA dapat
mengalami kerusakan secara langsung maupun tidak langsung melalui
interaksi dengan reactive products yang berupa radikal bebas. Pengamatan
terhadap kerusakan DNA diduga sebagai hasil perbaikan DNA atau
sebagai akibat dari replikasi yang salah. Perubahan ekspresi gen memicu
timbulnya suatu tumor. Sebagai akibat paparan x-radiation dan gamma
radiation sangat kuat berkorelasi terhadap timbulnya keganasan atau
kanker. Kerusakan DNA yang dimanifestasikan dalam bentuk
translokasi kromosom gene COL1A1 pada kromosom 17 dan gen platelet-
derived growth factor B pada kromosom mengakibatkan terjadinya
keganasan pada jaringan fibrous. Perubahan fibrosarkoma dicirikan
6
dengan pertumbuhan pola herringbone yang nampak pada klasik
fibrosarkoma (Augsburger et al., 2017).
F. Penatalaksanaan Medis
Surgical resection dengan wide margins adalah penatalaksanaan yang
biasa dilakukan. Pada fibrosarkoma dengan low grade operasi biasanya
adekuat, meskipun kekambuhan lokal terjadi dalam 11% pada pasien.
Sedangkan pada fibrosarkoma dengan high grade sering membutuhkan
preoperatif atau anjuvant chemotherapi setelah operasi untuk memenuhi
kelangsungan hidup. Kemoterapi merupakan hal yang kontroversial
namun kemoterapi baik digunakan dalam lesi tulang. Dalam
penatalaksanaan fibrosarkoma pada ekstremitas kadang diperlukan
amputasi untuk menciptakan margin yang aman tetapi dengan
pertimbangan berupa :
1) Massa jaringan lunak luas dan atau dengan adanya keterlibatan kulit
2) Keterlibatan arteri atau nervus utama
3) Keterlibatan tulang yang luas yang mengharuskan whole bone resection
4) Rekuren tumor yang sebelumnya sudah di radiasi adjuvant.
Pendekatan baru pada fibrosarkoma yaitu pengangkatan dengan
pembedahan dengan mengisolasi dan disambung ke sirkuit ekstrakorporal
dengan pengaturan suhu dan oksigenasi. (Reeves, 2001).
G. Komplikasi
Karena pengobatan utama fibrosarcoma adalah pembedahan,
komplikasinya sama seperti pembedahan lainnya dan termasuk infeksi,
perdarahan, kerusakan jaringan atau struktur di sekitarnya, dan bahkan
kematian. Terapi radiasi adjuvant selanjutnya dapat meningkatkan
komplikasi potensial seperti fibrosis lokal atau peningkatan risiko infeksi
luka. Dalam kasus fibrosarcomas stadium tinggi, kemoterapi dapat
digunakan. Setiap agen kemoterapi membawa profil risikonya sendiri,
tetapi doksorubisin, yang merupakan pengobatan utama, secara klasik
7
dikaitkan dengan peningkatan risiko kardiomiopati dilatasi. (Choi et al.,
2018)
H. Prognosis
Seperti dibahas di atas, 80% dari fibrosarcoma dewasa ditentukan
menjadi bermutu tinggi (Kelas 2 atau 3). Selanjutnya, 25% dari lesi tingkat
rendah yang tersisa berkembang menjadi kekambuhan lokal sarkoma
tingkat tinggi. Tumor ini agresif dengan banyak kekambuhan lokal serta
metastasis getah bening dan parenkim. Kelangsungan hidup fibrosarcomas
dewasa adalah <70% pada dua tahun, dan <55% pada lima tahun. (Donald
D. Davis, Samad J. Shah, 2021).
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rontgen
Pada foto rontgen biasanya tampak massa isodens berlatar belakang
bayangan otot. Selain itu juga bisa menunjukkan reaksi tulang akibat
invasi tumor jaringan lunak seperti destruksi, reaksi periosteal atau
remodeling tulang.
b. Ultrasonograf
Pada pemeriksaan tumor jaringan lunak, ultrasonografi memiliki
duaperan utama yaitu dapat membedakan tumor kistik atau padat
dan mengukur besarnya tumor
c. CT-scan
Pada kasus fibrosarkoma pemeriksaan CT-scan biasanya
digunakan untuk mendeteksi klasifikasi dan osifikasi serta
melihat metastasetumor di tempat lain
d. MRI
MRI merupakan modalitas diagnostik terbaik untuk mendeteksi,
karakterisasi, dan menentukan stadium tumor. MRI mampu
membedakan jaringan tumor dengan otot di sekitarnya dan
dapat menilai bagian yang terkena pada komponen
8
neurovaskuler yang penting dalam limb salvage surgery. MRI juga
bisa digunakan untuk mengarahkan biopsi, merencanakan teknik
operasi, mengevaluasi respon kemoterapi, penentuan ulang
stadium, dan evaluasi jangka panjang terjadinya kekambuhan lokal.
e. Histopatologi
Pemerikaan histopatologi dilakukan dengan melakukan biopsi.
Biopsi terbuka meliputi incisi dan eksisi. Incisi dilakukan bila ukuran
tumor lebih dari 3cm sementara pemeriksaan eksisi dilakukan jika
ukuran tumor kurang dari 3cm. Biopsi tertutup meliputi core biopsy /
Tru-cutbiopsy dan biopsi aspirasi jarum halus (S.P. Meyers. Stuttgart,
2009).
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Penerapan Teori Keperawatan
1. Pengamatan kasus
Seorang pasien Tn. “M ” 58 tahun masuk RS dengan keluhan
benjolan pada lengan atas sebelah kiri yang dirasakan sejak 6 bulan
yang lalu, benjolan tersebut membesar secara perlahan dan semakin
cepat dalam waktu 4 bulan terakhir. Awalnya benjolan sebesar biji
kacang pasien belum merasakan adanya nyeri, namun ketika benjolan
tersebut membesar pasien sudah merasakan tidak nyaman karena sudah
muncul nyeri dan bahkan tidur terganggu karena nyeri, nyeri sedang
dengan skala 5-6 terutama bila digerakkan dan bahkan terasa kram dan
kesemutan sepanjang tangan kiri. Pasien juga mengatakan sempat
mengalami demam 5 hari lalu dan hanya mengkonsumsi obat
paracetamol yang dibeli di apotek. Pasien sebelumnya pernah
mengalami keluhan yang sama 10 tahun yang lalu dan riwayat operasi
pengangkatan benjolan yang sama ditempat yang sama dan almarhum
ayah pasien juga mengalami benjolan yang bertumbuh cepat pada
bagian punggung namun tidak dioperasi.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data : kesadaran
compos mentis, pasien tampak cemas dan tegang, pasien tampak
bertanya-tanya tentang rencana operasinya. BP : 120/80mmHg, HR:
115x/menit, RR:24x/menit, S: 39,20C, Spo2:98% , tampak massa pada
deltoid kiri pasien, saat dipalpasi teraba massa padat, tidak tampak
kemerahan, sulit digerakkan dan pasien merasa nyeri saat ditekan dan
tampak meringis kesakitan, hasil lab: wbc : 12x103/µL, RBC :
5x106/µL, HB : 14,7 g/dL, plt : 268x103/µL, hasil FNAB : tampak
spindle cell tumor(suspek fibrous tumor) belum menyingkirkan
10
malignancy, histopatologi : fibrosarcoma soft tissue low grade, pasien
direncanakan untuk operasi namun pasien masih berpikir-pikir. Saat ini
pasien mendapatkan terapi inful RL 22 tpm/IV, ceftriaksone 2gr/24
jam/IV, PCT 1 gr/12jam/IV (jika demam), ketorolac 30mg/8jam,
ranitidine 50mg/jam/IV.
11
d) Riwayat Penyakit Keluarga : Alm. Ayah pasien juga
mengalami benjolan yang bertumbuh cepat pada bagian
punggung namun tidak dioperasi
3. Universal Self Care Requisites
a) Kebutuhan Oksigen
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan dapat bernafas tanpa bantuan alat
pernafasan
2) Sejak Sakit
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sesak masih
bisa melakukan aktivtas sehari-sehari
b) Kebutuhan Cairan
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan minum air putih ± 500-1000 ml/hari dan
setiap hari
2) Sejak Sakit
Pasien mengatakan selama sakit tidak ada perubahan dalam
mnegkonsumsi air putih. Suhu: 39.20C, membrane mukosa
kering, kulit teraba kering. Hasil pemeriksaan Laboratorium:
WBC: 12x103/µl, RBC : 5x106/ µl trombosit 268x103/ µl,
HGB: 14,7 g/dL.
c) Kebutuhan Nutrisi
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu nasi,
sayur, lauk pauk dan kadang makan buah pisang/papaya.
2) Sejak Sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan pola makan selama
sakit
d) Kebutuhan Eliminasi
1) Sebelum Sakit
12
Pasien mengatakan BAB 1-2x sehari dengan konsitensi
lunak, dan berwarna kuning kecoklatan sedangkan BAK 4-5
kali dalam sehari, berwarna kuning jernih dan berbau
amoniak.
2) Sejak sakit
Pola defekasi 1x/2hr. warna kuning kecoklatan dan lunak.
Pola BAK sama seperti sebelum sakit, warna kuning jernih
dan berbau amoniak
e) Kebutuhan aktivitas dan istirahat
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari hanya bekerja di
kebun. Pasien mengatakan tidak pernah olahraga dan istirahat
tidur 6-8 jam/hari.
2) Sejak Sakit
ADL pasien dibantu oleh keluarga karena sulit menggerakkan
lengan kiri , terutama saat benjolan sudah membesar dan
disertai nyeri.
f) Interaksi Sosial
Pasien mengatakan selama sakit pasien tinggal bersama anak
dan menantu pasien beserta cucu pasien 2 orang yang sudah
remaja dan dewasa. Interaksi/komunikasi dengan anak,
menantu, cucu, tetangga dan keluarga lainnya baik, pasien
sangat kooperatif dan mampu berinteraksi baik dengan petugas
Kesehatan. Keluarga pasien selalu memberikan dukungan
terhadap penatalaksanaan pengobatan pasien.
4. Development Self Care Requisites
Pasien tinggal dengan anak, menantu dan 2 orang cucu, perawatan
pasien selama di rumah dilakukan oleh anak, menantu dan cucu.
Keluarga tidak mengerti dan belum mampu melakukan perawatan di
rumah dan belum paham terkait pentingnya deteksi dini dengan cara
kontrol ke pusat pelayanan kesehatan. Pasien dapat berinterksi
13
dengan baik dengan lingkungan yaitu dengan keluarga, tetangga di
rumah, petugas kesehatan. Kebutuhan pengajaran sebelum pulang
yaitu pengaturan diet, minum obat sesuai anjuran dokter, mobilisasi
dini, perawatan luka dan rajin kontrol ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat. Hambatan untuk melakukan tindakan preventif: kontrol ke
pusat pelayanan kesehatan.
5. Health Self Care requisites
Pasien mengatakan tidak kontrol kepusat pelayanan Kesehatan karena
pasien belum paham tentang deteksi dini. Pasien mengatakan tidak
langsung ke RS waktu benjolan Kembali muncul karena takut jika ke
Rs akan dianjurkan lagi untuk operasi.
hasil laboratorium : hasil lab: wbc : 12x103/µL, RBC : 5x106/µL, HB
:14,7 g/dL, plt : 268x103/µL, FNAB : tampak spindle cell tumor(suspek
fibrous tumor) belum menyingkirkan malignancy, histopatologi :
fibrosarcoma soft tissue low grade, pasien direncanakan untuk operasi
namun pasien masih berpikir-pikir. Saat ini pasien mendapatkan terapi
infulsRL 22 tpm/IV, ceftriaksone 2 gr/24 jam/IV, PCT 1 gr/12jam/IV
(jika demam), ketorolac 30mg/8jam, ranitidine 50mg/jam/IV.
14
ditekan dan tampak
meringis kesakitan
- Skala nyeri NRS = 6
- TTV:
BP: 120/80mmHg,
HR: 115x/menit,
RR:24x/menit,
S: 39.20C,
spo2:98%
15
- pasien tampak cemas
dan tampak gelisah dan
bertanya-tanya tentang
rencana operasinya.
- pasien direncanakan
untuk operasi namun
pasien masih berpikir-
pikir.
- TTV:
BP: 120/80mmHg,
HR: 115x/menit,
RR:24x/menit,
S: 39.20C,
spo2:98%
4 Data Subjektif Gangguan Gangguan
- Pasien mengeluh mobilitas fisik Muskuloskeletal
kesulitan menggerakkan (SDKI. D.0054)
lengan kiri
- Pasien mengeluh nyeri
saat menggerakkan
lengan kirinya
Data Objektif
- Rentang gerak menurun
- Pasien dibantu oleh
keluarga untuk
menggerakkan lengan
kirinya
- TTV:
BP: 120/80mmHg,
HR: 115x/menit,
RR:24x/menit,
16
S: 39.20C,
spo2: 98%
Infeksi Radiasi (Mutasi gen, perubahan ploidy, DNA stand breaks &
instabilitas kromosom)
Aberasi kromosom
Massa/Benjolan
17
E. Prioritas Diagnosis Keperawatan
18
F. Luaran dan Intervensi Keperawatan Kasus Fibrosarkoma
19
BP: 120/80 mmHg, - Kemampuan 1. Kolaborasi pemberian analgetik
HR: 115x/menit, menggunakan teknik Perawatan kenyamanan (SIKI. 1.08245, hal
RR:24x/menit, nonfarmakologi: 326)
S: 39.20C, menurun(1) menjadi - Observasi
spo2:98% meningkat(5) 1. Identifikasi gejala yang tidak
- Penggunaan analgesic: menyenagka, mis:nyeri
meningkat (1) menjadi - Terapeutik
meningkat (5) 1. Berikan posisi nyaman
Status kenyamanan 2. Dukung keluarga terlibat dalam
- Dukungan sosial dari terapi/pengobatan
keluarga; menurun 3. Berikan kompres dingin atau hangat
menjadi meningkat - Edukasi
- Keluhan sulit tidur; 5. Ajarkan Latihan pernapasan
menurun menjadi - Kolaborasi
meningkat. 6. Kolaborasi pemberian analgetic, anti
pruritus, antihistamin jika perlu
2 Hipertermi b/d proses penyakit Setelah dilakukan perawatan Manajemem hipertermi (SIKI L.15506, hal 181)
Data subjektif 3x24jam, diharapkan: - Observasi
20
- Pasien mengatakan Termoregulasi (SLKI, L.14134, 1. Monitor suhu tubuh
demam dirumah 5 hari hal 129) - Terapeutik
Data objektif - Takikardi: menigkat(1) 1. Longgarkan pakaian
- Kulit teraba hangat menjadi menurun (5) 2. Berikan cairan oral
- TTV: - Suhu tubuh: memburuk (1) 3. Berikan kompres hangat pada area dahi,
BP: 120/80mmHg, menjadi membaik (5) leher, dada, abdomen, aksila
HR: 115x/menit, - Edukasi
RR:24x/menit, 1. Anjurkan tirah baring
S: 39.20C, - Kolaborasi
spo2:98% 1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
- Hasil lab: Regulasi temperatur
wbc : 13x10 /µL, 3
- Observasi
RBC: 5x10 /µL,
6
Monitor dan catat tanda dan gejala hipertermi
HB: 14,7 g/dL, - Terapeutik
Plt: 268x103/µL Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
- Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik,jika
21
Perlu
3 Ansietas b/d Kurang terpapar Setelah dilakukan perawatan Terapi relaksasi (SIKI. I.09326)
informasi 3x24jam, diharapkan: - Observasi
Data subjektif Tingkat ansietas (SLKI. Monitor respon terhadap teknik relaksasi
- Pasien mengatakan L.090.93) - Terapeutik
khawatir dengan benjiolan - Verbalisasi khawatir Ciptakan lingkungan yang tenang
yang dialami akibat kondisi yang - Edukasi
- dihadapi: meningkat (1) 1. Jelaskan tujuan, manfaat dan jenis teknik
- Pasien mengatakan menjadi menurun (5) relaksasi, mis: meditasi, napas relaksasi
almarhum ayah pasien - Perilaku gelisah; 2. Jelaskan tentang prosedur, waktu dan
juga mengalami benjolan meningkat (1) menjadi lamanya operasi
yang bertumbuh cepat menurun (5) Teknik distraksi (SIKI. I.08247, hal. 411)
pada bagian punggung - Frekuensi nadi: - Observasi
namun tidak dioperasi. meningkat(1) menjadi Identifikasi pilihan teknik distraksi yang
- Pasien mengatakan menurun (5) diinginkan
benjolan tersebut Tingkat pengetahuan (SLKI. - Terapeutik
membesar secara perlahan L.12111, hal 146) Berikan teknik distraksi, mis: membaca
dan semakin cepat dalam - Kemampuan menjelaskan buku,
waktu 4 bulan terakhir pengetahuan tentang suatu menonton TV, bernyanyi)
22
Data objektif topik: menurun (1) - Edukasi
- pasien tampak cemas dan menjadi meningkat (5) Jelaskan manfaat dan jenis teknik distraksi
gelisah serta tampak - Perilaku sesuai dengan
bertanya-tanya tentang pengetahuan: memburuk
rencana operasinya. (1) menjadi membaik (5)
- pasien direncanakan untuk
operasi namun pasien
masih berpikir-pikir.
- TTV:
BP: 120/80mmHg,
HR: 115x/menit,
RR:24x/menit,
S: 39.20C,
spo2:98%
4 Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan perawatan Dukungan mobilisasi (SIKI, 1.05173)
gangguan musculoskeletal 3x24jam, diharapkan: - Observasi
Data Subjektif Mobilitas fisik (SLKI 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
- Pasien mengeluh kesulitan L.05042) fisik lainnnya
menggerakkan lengan kiri - Pergerakkan ekstremitas: 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
23
- Pasien mengeluh nyeri menurun menjadi pergerakan
saat menggerakkan lengan meningkat - Terapeutik
kirinya - Rentang gerak: menurun 1. Libatkan keluarga untuk membantu
Data Objektif menjadi meningkat pasien dalam meningkatkan pergerakkan
- Rentang gerak menurun - Nyeri: menurun menjadi - Edukasi
- Pasien dibantu oleh meningkat 1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
keluarga untuk Toleransi aktivitas (SLKI
menggerakkan lengan L.050047)
kirinya - Kemudahan dalam
- TTV: melakukan aktivitas
BP: 120/80mmHg, sehari-hari: menurun
HR: 115x/menit, menjadi meningkat
RR:24x/menit,
S: 39.20C,
spo2:98%
24
G. Rehabilitasi Terkait kasus
25
BAB IV
PEMBAHASAN
26
Salah satu teori keperawatan yang dapat diterapkan untuk
memaksimalkan kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu dalam memnuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan, dan mencapai kesejahteraan adalah Teori Keperawatan Defisit
Perawatan Diri yang dikembangkan oleh Dorothea E. Orem. (Alligood,
2014).
27
PENUTUP
A. KESIMPULAN
28
B. REKOMENDASI
1. Menjaga komunikasi yang baik antara perawat dan pasien serta keluarga
untuk memberikan dukungan emosional dan edukasi yang memadai
tentang kondisi dan pengobatan.
2. Memantau tanda vital dan gejala pasien secara teratur untuk mendeteksi
perubahan yang dapat menunjukkan adanya komplikasi.
3. Melakukan observasi dan pencatatan perubahan ukuran dan konsistensi
tumor untuk memonitor respons terhadap pengobatan.
4. Memberikan perawatan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien dan
rencana pengobatan yang telah ditetapkan.
5. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan perawat dalam mengelola
pasien dengan kondisi fibrosarcoma melalui pelatihan dan pendidikan
yang berkaitan dengan pengobatan dan asuhan keperawatan pasien
fibrosarcoma.
29
Lampiran
TERAPI MUSIK
30
DAFTAR PUSTAKA
31