LITERATUR REVIEW - Putri Rizqi Ramadhani - A1C421042 - R002

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LITERATUR REVIEW

MATA KULIAH EKOLOGI UMUM

OLEH
NAMA : PUTRI RIZQI RAMADHANI
NIM : A1C421042
KELAS : R002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan keragaman alam yang sangat melimpah. Salah
satu ciri keanekaragaman hayati Indonesia terlihat dari keanekaragaman faunanya.
Beberapa hewan ini mungkin habitatnya asli Indonesia dan masih hidup di Indonesia.
Di Indonesia hewan ini disebut juga sebagai hewan endemik. Sebagai salah satu pulau
terbesar di Indonesia, Kalimantan memiliki daftar spesies hewan yang unik. Hewan
peliharaan adalah hewan yang sangat berguna dibudidayakan untuk tujuan yang
berbeda dan dapat berkontribusi pada kebahagiaan manusia. Pada umumnya hewan
peliharaan membutuhkan perhatian dan kasih saying dari pemiliknya. Kucing adalah
salah satu hewan yang perlu dirawat (Sunarto, 2008).
Kucing merah Kalimantan merupakan satwa dilindungi yang memerlukan
perhatian dalam upaya pelestariannya. Hewan yang diklasifikasikan sebagai rentan oleh
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dan
memiliki tempat yang penting secara ekologis dalam rantai makanan, hewan ini
berperan sebagai penyeimbang ekosistem. Karena kelangkaannya, keberadaan kucing
merah dan kucing liar di Kalimantan dapat meningkatkan minat para kolektor untuk
melindunginya, sehingga harus segera diambil tindakan untuk melestarikan
populasinya. Kucing merah memiliki ekor yang panjang dan runcing dengan garis
kekuningan di bawahnya dan ujungnya berwarna putih bersih. Seekor kucing merah,
seukuran kucing domestik besar, beratnya sekitar 3-4 kg dan panjang sekitar 92 cm.
Sebagai hewan asli, kucing merah hanya terdapat di Pulau Kalimantan. Hutan dataran
rendah dan dataran tinggi merupakan habitat penting bagi kucing merah.
Kucing ini adalah hewan nokturnal yang banyak bergerak di malam hari,
berburu tupai, katak, burung, tikus, monyet, memakan bangkai hewan di hutan. Kucing
merah mencapai usia dewasa dan menjadi dewasa secara seksual antara 18 dan 24
bulan. Kucing ini memiliki masa kehamilan kurang lebih 70-75 hari dan melahirkan 1-
3 ekor anak kucing dalam satu kali kehamilan. Populasi kucing ini tidak pasti. Kucing
Merah (Borneo Bay Cat) terdaftar sebagai hewan rentan dalam Daftar Merah IUCN
(Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam) pada tahun 2002. IUCN adalah
organisasi terbesar di dunia untuk perlindungan lingkungan dan flora dan fauna
(Meijard, 1997).
B. Tujuan
Tujuan penulisan ini ialah untuk mengetahui karakteristik kucing merah serta untuk
menganalisis tingkat kelangkaan spesies kucing merah.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh penulis ialah :
1. Bagi Mahasiswa
Manfaat penulisan ini ialah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
keberadaan spesies kucing merah yang tergolong langka.
2. Bagi Masyarakat.
Penulisan ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan
spesies kucing merah yang tergolong langka.
BAB II
ISI

A. Artikel Ilmiah Yang Di Review


1. Jurnal I
Nama Penulis : Karen Anne Jeffers, Adul dan Susan Mary Cheyne
Nama Jurnal : Journal Of Threatened Taxa
Judul Jurnal : Small Cat Surveys: 10 Years Of Data From Central
Kalimantan Indonesia Borneo
Tahun Terbit : 2019
Volume (Nomor) : 11(4)
Halaman : 13478-13491

2. Jurnal II
Nama Penulis : Komang Ayu Melani, I Gusti Bagus Priatmaka, dan I Made
Radiawan
Nama Jurnal : Bhumidevi : Journal of Fashion Design
Judul Jurnal : Kucing Tersembunyi Dari Tanah Borneo Analogi Fauna
Kucing Merah Sebagai Inspirasi Penciptaan Busana Exotic
Dramatic
Tahun Terbit : 2022
Volume (Nomor) : 2(2)
Halaman : 19-29

3. Jurnal III
Nama Penulis : Naura Syauqina Firdausa, Nurirwan Saputra dan Setia Wardani
Nama Jurnal : Seminar Nasional Dinamika Informatika
Judul Jurnal : Game Petualangan Kucing Merah Untuk Mengenal
Kepulauan Riau Berbasis Android
Tahun Terbit : 2021
Volume (Nomor) : 5(1)
Halaman : 116-123.
4. Jurnal IV
Nama Penulis : Harini Nurcahya Mariandayani
Nama Jurnal : Jurnal Peternakan Sriwijaya (JPS)
Judul Jurnal : Keragaman Kucing Domestik(felis domesticus) berdasarkan
Morfogenetik
Tahun Terbit : 2012
Volume (Nomor) : 1(1)
Halaman : 10-19

B. Ringkasan isi Artikel


Kucing merah dapat djumpai dan tergolong langka, namun dengan adanya
taman satwa permasalahan tersebut dapat terpecahkan. Masyrakat dapat melihat satwa
yang ada tanpa harus ke habitat aslinya yang masih sangat sulit untuk dituju.
Masyarakat dapat melihat satwa yang ada di taman satwa tanpa menggangu satwa yang
ada dan satwa yang adapun tidak merasa terganggu dengan masyarakat yang ada di
sekitarnya. Selain itu dengan adanya taman satwa, satwa yang ada dapat hidup dengan
aman sehingga dapat terus terjaga spesiesnya dan tetap lestari. Menanggapi potensi
yang ada di tempat tersebut maka perlu diambil langkah-langkah inovatif dalam
pengembangan sarana dan prasarana pariwisata, salah satunya dengan pengembangan
kawasan taman satwa di dalamnya.
Adanya taman satwa yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung serta
memperhatikan peraturan yang berlaku dan keselamatan pengunjung, maka
pengelolaan potensi yang ada dapat dikembangkan secara optimal sehingga dapat
menjadi tujuan wisata yang menarik, mendidik dan memenuhi kebutuhan wisata di
Provinsi Kalimantan Barat. Potensi wisata yang ada tersebut menjadikannya sebagai
tujuan wisata di Kalimantan Barat. Selain itu, lokasi wisata yang letaknya berada
didekat Ibu Kota Provinsi, memudahkan untuk dijangkau oleh pengunjung atau
wisatawan sehingga cocok untuk dijadikan sebagai lokasi wisata taman satwa. Selain
itu Kalimantan Barat sangat memerlukan tempat konservasi satwa yang juga dapat
menjadi tempat wisata yang rekreatif dan edukatif sehingga cocok untuk perencanaan
kawasan wisata taman satwa.
Beberapa fauna diketahui asli dari Indonesia dan hingga saat ini masih ada
keberadaanya di Indonesia, fauna tersebut dikenal juga sebagai hewan endemik.
Kalimantan sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia memiliki catatan jenis fauna
yang cukup khas. Sebagian besar hutan yang tersisa di Kalimantan berada dalam
keadaan darurat pemeliharan, hal ini sangat berdampak terhadap keberadaan satwa liar
di wilayah tersebut. Salah satu spesies satwa endemik Kalimantan yang terancam punah
adalah kucing merah. Kucing ini memiliki nama latin Pardofelis badia juga dikenal
sebagai Kucing Kalimantan, Kucing Borneo (Borneo cat), Kucing merah Kalimantan,
hingga Bay Cat. Kucing ini merupakan saudara dekat dan masih satu nenek moyang
dengan Kucing Emas (Asian Golden Cat) yang banyak terdapat di Sumatera.
Diperkirakan kucing endemik kalimantan ini telah ada sejak 4 juta tahun yang silam
(Recardsari, 2021).
John Edward Gray adalah orang pertama yang menjelaskan kucing merah
Kalimantan ini berdasarkan binominal Badia Feilis yang mana ini terjadi pada tahun
1874. Penjelasan ini berdasarkan kulit dan juga tengkorak yang dikumpulkan di
Sarawak pada tahun 1856. Pada awalnya kucing merah ini dianggap sebagai anak dari
kucing emas Asia. Akan tetapi, sebenarnya mereka masih berkerabat, ini berdasarkan
sampel yang dianalisa dari jaringan dan juga darah dari kucing betina yang diperoleh
pada tahun 1992. Karena kedua ini masih kerabat, maka dalam klasifikasinya kedua
jenis kucing hutan ini di masukan atau dikelompokan dalam genus Pardofelis, berikut
klasifikasinya :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Pardofelis
Spesies : Pardofelis badia
C. Relevansi Jenis/Metode yang digunakan
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah kualitatif, Penelitian kualitatif merupakan prosedur yang
dapat menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kalimat tertulis, melalui
percakapan dari orang-orang dan dapat dilihat dalam sebuah perilaku yang dapat kita
amati. Melalui pendekatan kualitatif peneliti dapat membaca suatu fenomena sosial.
Peneliti dapat gambaran melalui kata-kata serta laporan terperinci lewat pandangan
responden oleh karena itu kami peneliti harus mempunyai bekal materi yang luas yang
bisa menjadi acuan kami untuk bertanya, menganalisis dan menelaah objek yang diteliti
peneliti agar menjadi lebih jelas. Berdasarkan pada jenis penelitian kualitatif, maka
peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, analisis dokumen.
2. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari obyek atau subyek yang memiliki beberapa fitur dan karakteristik yang ditentukan
oleh peneliti untuk menyelidiki dan menarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh konsumen atau masyarakat yang melihat citra merek dalam kepuasan
pelanggan.
Menurut Sugiyono (2012:81) Sampel adalah bagian dari ukuran dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apabila populasi besar, peneliti mungkin
tidak mempelajari semua yang ada dalam populasi, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi.
3. Partisipan Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
random sampling (memilih sampel secara acak). Dimana jumlah sampel dalam
penelitian ini berdasarkan teori Rascow dalam Sugiyono (2013:35) dilakukan dengan
prinsip rule of the thumb. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 16
indikator sehingga jika menggunakan rumus, ukuran sampel antara 80-160. Dengan
demikian pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 120 sampel. Sampel
ditentukan dengan metode non-probability sampling dengan purposive sampling.
4. Instrumen Penelitian
a. Observasi
Pengamatan bagi peneliti sungguh penting untuk meneliti suatu
fenomena yang terjadi sekarang yaitu kepuasan pelanggan dengan pembelian
ulang serta observasi merupakan tahap awal sebelum melakukan wawancara.
b. Wawancara
Merupakan elemen penting untuk meneliti. Wawancara yang terstruktur
digunakan untuk pengumpulan data, serta peneliti harus mengetahui informasi
apa saja yang ingin didapatkan oleh karena itu peneliti yang akan melakukan
wawancara harus menyiapkan pertanyaan yang dapat menjawab informasi yang
ia ingin dapatkan. Serta jawaban yang dikelola dengan baik dan benar agar
pewawancara dan informan mempunyai keterampilan yang sama.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan peneliti disini suara rekaman dan
mengumpulkan data-data serta informasi terkait citra merek dalam kepuasan
pelanggan dengan pembelian ulang. dengan menggunakan dokumen serta
rekaman suara, akan dapat dipertanggung jawabkan. Peneliti memilih suara
rekaman karena merupakan sumber yang stabil dan mendorong untuk
mengungkapkan pendapat. Serta dengan menggunakan rekaman suara mudah
diperoleh.
5. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data dan sumber data dari penulisan ini, yaitu sebagai
berikut.
a. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah asal mula objek
data diperoleh berdasarkan sumber dari mana, seperti :
a) Data Primer
Sumber data yang diperoleh langsung dari responden dengan
mengumpulkan kuesioner yang telah disebarkan dan diisi oleh responden untuk
mendapatkan sampel penelitian.
b) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari catatan,buku,jurnal ataupun artikel ilmiah yang
berguna sebagai teori dan lain sebagainya.
b. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini ditulis berdasarkan jurnal dan artikel ilmiah yang dapat
dipertanggung jawabkan dan valid dengan teori serta data yang yang
digunakan berkaitan dengan rumusan masalah.
6. Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini ialah :
a. Metode deskriptif
Metode ini merupakan analisis yang dikelola berdasarkan keberadaan variable
mandiri,baik satu variabel atau lebih variabel tanpa membuat perbandingan atau
mencari hubungan variabel satu sama lain (Sugiono 2014 : 53).
b. Metode komparatiF
Penelitian yang membandingkan data yang berbeda untuk mengetahui
perbandingan data antara satu dengan yang lainnya (Sugiono 2014: 54).
D. Keunikan
Kucing merah Kalimantan mempunyai karakteristik bulu berwarna coklat
kemerah-merahan , dan juga ada varian yang berwarna keabu-abuan. Bagian bawah
tubuhnya berwarna lebih pucat daripada bagian atas. Terdapat garis warna merah
kecokelatan agak muda pada kening dan pipi. Telinga kucing ini berwarna hitam atau
cokelat tua, dan pada ekor bergaris putih dengan bintik hitam diujung ekor. Kucing
Merah mempunyai tubuh ramping memanjang dengan panjang sekitar 55 cm dengan
ekor yang panjangnya berkisar 35 cm dengan berat tubuh antara 2,3 -4,5 kg. Belum
banyak yang dapat digali tentang perilaku kucing endemik Kalimantan yang langka ini.
Kucing ini termasuk binatang nokturnal yang banyak beraktifitas di malam hari
untuk memburu tupai, katak, burung, tikus, monyet, serta memakan beberapa bangkai
binatang yang terdapat di hutan. Kucing Merah menginjak dewasa dan matang secara
seksual pada usia antara 18-24 bulan. Kucing ini mempunyai masa kehamilan sekitar
70-75 hari dengan melahirkan 1-3 ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Kucing
Merah, hanya terdapat di pulau Kalimantan (Indonesia dan Malaysia) saja. Kucing ini
mendiami hutan-hutan tropis dataran rendah yang lebat hingga ketinggian 900 meter
dpl. Populasi kucing ini sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti. Karena itu 2002
Kucing Merah (Borneo Bay Cat) dikategorikan dalam status konservasi endangered
(terancam punah) (Sanderson, 2007).
Umumnya, spesies kucing liar yang hidup di hutan Kalimantan ada lima
macam. Selain kucing merah, ada kucing tandang (Prionalurus planiceps), kucing batu
(Pardofelis marmorata), kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) dan macan dahan
(Neofelis diari). Karena erat kaitannya dengan satwa asli Kalimantan, sebagian daerah
di Kalimantan Timur bahkan menjadikan satwa langka ini sebagai ikon daerah. Macan
dahan misalnya, dijadikan ikon oleh Kabupaten Kutai Barat. Jika berpergian ke
Sendawar, ibu kota Kutai Barat, Anda akan menemukan patung macan dahan di
sejumlah titik. Tapi dari semua spesies itu, kucing merah yang paling susah ditemukan,
Kucing merah memiliki tubuh lebih besar dari kucing biasa atau kucing peliharaan dan
jenis kucing liar lainnya. Kucing merah hidup liar di hutan tropis Kalimantan dengan
ketinggian rata-rata sekitar 800 meter. Warna bulunya merah bata, sejumlah literatur
menyebut panjang kepala dan badan berkisar 49,5 sampai 67cm. Panjang ekor berkisar
30 sampai 40,3cm dengan berat usia dewasa berkisar 3 – 4kg. Aktivitas kucing ini
biasanya di malam hari. Ia mencari pakannya burung kecil, tikus hutan, dan hewan kecil
lainnya. Spesies kucing merah berbeda dengan kucing emas (Catopuma temminckii)
asal Sumatera. Meski keduanya terlihat mirip sebab satu famili Felidae. Kucing emas
punya tubuh lebih besar dari kucing merah. Warna bulu emas kecokelatan, cokelat,
hitam, merah rubah, dan abu-abu. Untuk habitat, kucing emas biasa tersebar di Asia
Selatan sampai Sumatera. Tidak ditemukan di pulau Kalimantan. Kucing emas biasanya
hidup di hutan savana dan lain-lain. Hal itu berbeda dengan habibat kucing merah yang
cenderung hidup di hutan tropis dataran tinggi. Kucing merah juga sangat tergantung
pada habibat hutan primer seperti Sungai Wain.
E. Kesimpulan
Seekor individu kucing yang sangat langka tertangkap kamera di hutan
Kalimantan. Kucing merah, atau juga sering disebut kucing Kalimantan, atau
kalimantan kucing marmer (Pardofrelis badia) adalah kucing liar endemik di pulau
Kalimantan yang sangat jarang terlihat di tempat terbuka. Sayangnya, video-video
kucing-kucing liar ini terekam di hutan yang sudah sangat rusak dan beralih fungsi
menjadi perkebunan dan konsesi penebangan. Ukuran kucing dewasa spesies ini adalah
sekitar 50cm hingga 60cm dengan ekor sepanjang 30cm hingga 40cm dan berat sekitar
3,5kg. Diperkirakan jumlah kurang dari 2500 ekor yang tersisa di alam liar.
BAB III
PENUTUP
A. Refleksi Akhir Tugas
Identitas Mahasiswa
Nama : Putri Rizqi Ramadhani
NIM : A1C421042
Kelas : R002
Email : [email protected]

Mata Kuliah : Ekologi Umum


Dosen Pengampu :
1. Ir. Bambang Hariyadi, M.Si.,Ph.D
2. Dr. Agus Subagyo, S.Si., M.Si.
3. Winda Dwi Kartika, S.Si.,M.Si.
4. Dian Arisandy Eka Putra Sembiring, M.Pd.
5. Danial Mursyd. M.Pd.
6. Muhammad Yusuf, M.Pd.
Refleksi
Pada lembar refleksi tugas ini dilakukan untuk beberapa hal berikut
1. Pengalaman dalam belajar
a. Interaksi sesama teman
Selama proses pembelajaran baik teori di kelas maupun praktikum di
lapangan/di laboratorium, saya dapat merasakan suasana kebersamaan dan
kekeluargaan. Lebih jelasnya, apabila ada hal unik saat kegiatan belajar kami akan
tertawa bersama atau saat ada hal yang baru diketahui, maka kami akan saling
melempar pendapat. Bagi saya saat di kelas, bukanlah hal yang sulit untuk dapat berbaur
dengan siapa pun anggota kelas. Begitu juga saat praktikum di lapangan, kami membagi
tugas dalam pengerjaan kegiatan lapangan dan membuat laporan sementara, ini
dimaksudkan agar adanya manajemen kelompok dan telah diterapka sejak praktikum
pertama.
b. Pengembangan Diri sebagai Individu
Pengalaman belajar yang menyenangkan akan memberikan kenangan bagi
seorang peserta didik. Begitu juga dengan saya sendiri, saat proses belajar di kelas saya
dapat mengetahui dan mengukur kemampuan saya pada batas mana. Ini menjadikan
sebuah tolak ukur untuk saya agar dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan baik
tentang materi perkuliahan maupun kehidupan sosial. Hal yang saat ini saya terapkan
dalam menjalani kehidupan kampus adalah saya sangat terbuka dengan setiap krtitikan
yang diberikan dengan catatan disampaiakan secara baik-baik, kemudian saya berusaha
untuk terus berpikir positif dan berusaha mengendalikan pikiran/respon saya setiap ada
pemicu hal-hal yang buruk, karena seyogyanya kita tidak dapat mengendalikan
pikiran/omongan orang lain terhadap diri kita.
c. Pengembangan diri sebagai makhluk sosial
Manusia sejatinya adalah mahluk sosial, dimana dalam menjalani kehidupannya
membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Saat proses perkuliahan baik di kelas atau
di laboratorium, saya akan selalu berusaha untuk ikut membantu/berkontribusi terhadap
kelompok agar tugas dapat dengan cepat diselesaikan. Saya terus berusaha
mengembangkan diri ini saat kegiatan belajar untuk aktif, berani mengelarkan
pendapat, dan berani untuk memulai diskusi di kelas.
2. Membangun Pengetahuan
a. Kognitif
Setelah mengikuti kegiatan belajar mata kuliah ekologi umum baik di kelas
ataupun kegiatan praktikum di laboratorium, saya merasa adanya peningkatan
pengetahuan terkait konsep-konsep ekologi yang sebenarnya.
b. Afektif
Hal yang menjadikan saya tertarik dengan ekologi adalah adanya proses pembelajaran
di lapangan. Yang mana hal ini sangat menimbulkan ketertarikan diri saya, rasanya
setiap mengikuti perkuliahan dan praktikum ekologi umum, banyak hal-hal baru yang
dapat dipelajari yang bagus untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan
dan keahlian.
c. Psikomotor
Setelah mengikuti perkuliahan di kelas dan praktikum ekologi umum di
laboratorium, banyak sekali hal-hal yang dapat dipelajari. Saat proses praktikum, kita
dilatih untuk dapat dengan cekatan dan trampil dalam menggunakan alat-alat
praktikum, atau saat di kelas kita diharuskan untuk dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan oleh dosen dengan cepat dan tepat. Hal inilah yang terus
saya pelajari dengan cara terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.
d. Metakognitif
Metode pembelajaran Ekologi Umum diawali dengan setiap mahasiswa
diwajibkan untuk membuat ringkasan terkait materi pertemuan esok hari.
Mahasiswa ditekankan untuk mampu mencari sumber informasi berdasarkan mind
mapping yang telah ada, tujuannya agar mahasiswa terarah dalam menuliskan
ringkasan. Setelah itu, saat perkuliahan dosen akan menjelaskan/membenarkan hal-hal
yang sudah diketahui namu salah presepsi. Model pembelajaran di kelas banyak
dilakukan dengan teknik diskusi.
DAFTAR PUSTAKA
Firdausa, N. S. Saputra, N. & Wardani, S. 2021. Game Petualangan Kucing Merah
Untuk Mengenal Kepulauan Riau Berbasis Android. Seminar Nasional
Dinamika Informatika. 5(1):116-123.
Hearn, A. Sanderson, J. Ross, J. Wilting, A. & Sunarto, S. 2008. Pardofelis badia. In:
IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2.
Jeffers, K. Adul. & Cheyne, S. M. 2019. Small Cat Surveys: 10 Years Of Data From
Central Kalimantan Indonesia Borneo. Journal Of Threatened Taxa.
11(4):13478-13491.
Mariandayani, H. N. 2012. Keragaman Kucing Domestik (Felis Domesticus)
Berdasarkan Morfogenetik. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 1(1):10-19.
Melani, K. A. Priatmaka, I. G. B. & Radiawan, I. M. 2022. Kucing Tersembunyi Dari
Tanah Borneo Analogi Fauna Kucing Merah Sebagai Inspirasi Penciptaan
Busana Exotic Dramatic. Bhumidevi : Journal of Fashion Design. 2(2) : 19-29.
Meijaard, E. 1997.The Bay Cat in Borneo. Cat News. 27: 21–23.
Mohd-Azlan, J., Sanderson, J. 2007. Geographic Distribution And Conservation Status
Of The Bay Cat Catopuma Badia, A Bornean Endemic. Oryx. 41: 394–397.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
LAMPIRAN

Gambar 1. Jurnal I

Gambar 2. Jurnal II
Gambar 3. Jurnal III

Gambar 4. Jurnal IV

Anda mungkin juga menyukai