LP Gadar CKD
LP Gadar CKD
LP Gadar CKD
1
2. Etiologi
Menurut Nurarif (2013), etiologi CKD antara lain:
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif
d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
e. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2009) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Slamet Suyono (2006) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama
jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
2
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan),
burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak
kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas)
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic
lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
4. Komplikasi
a. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme
dan masukan diit berlebihan.
b. Asidosis metabolic, osteodistropi ginjal, sepsis, neuropati perifer,
hiperuremi, anemia akibat penurunan eritropoetin,
c. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat,
3
d. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
4
asam folat dan lain-lain akibat nafsu makan yang berkurang, perdarahan paling
sering pada saluran cerna dan kulit. (Slamet Suyono, 2006)
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat terjadi karena gangguan dalam
metabolismenya. Dengan menurunya filtrasi glomerulus dapat mengakibatkan
peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Sehingga
menyebabkan perubahan bentuk tulang. Penyakit tulang dan penurunan
metabolisme aktif vitamin D karena terjadi perubahan kompleks kalsium, fosfat
dan keseimbangan parathormon sehingga menyebabkan osteodistrofi (penyakit
tulang uremik)
Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah hancur.
Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar
5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN
akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium
akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal
tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari
500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula
menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks
perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik
memepengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisi (Sudoyo, 2009).
PATHWAYS CKD
GGK 5
6
demikian ureter terletak di sebelah anterior dari pembuluh darah ginjal,
dan lebih mudah dianastomosis atau ditanamkan ke dalam kandung
kemih resipien.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penimbangan berat
badan setiap hari, batasi masukan kalium sampai 40-60 mEq/hr, mengkaji
daerah edema.
c. Penatalaksanaan diit
Tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah natrium, batasi diit rendah
protein sampai mendekati 1 g / kg BB selama fase oliguri. Untuk
meminimalkan pemecahan protein dan untuk mencegah penumpukan hasil
akhir toksik. Batasi makanan dan cairan yang mengandung kalium dan
fosfor (pisang, buah dan jus-jusan serta kopi).
7
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation
Kaji : - Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji : - Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon :
A = Alert
V = Verbal,
P = Pain/respon nyeri
U = Unresponsive
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
E = Eksposure
Kaji : - Tanda-tanda trauma yang ada
b. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan
pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian
obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat
keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.
1) Pengkajian Riwayat Penyakit :
Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
Waktu makan terakhir
Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang,imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
8
Metode pengkajian yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
S (signs and symptoms)
tanda dan gejala yang di observasi dan dirasakan klien
A (Allergis)
alergi yang dimiliki klien
M (medications)
tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi
keluhan
P (pertinent past medical hystori)
riwayat penyakit yang di derita klien
L (last oral intakesolid or liquid)
makan/minum terakhir, jenis makanan
E (event leading toinjury or illnes)
pencetus/kejadian penyebab keluhan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas
urine
2) Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada
3) Perut : adanya edema anasarka (ascites)
9
4) Ekstremitas : edema pada tungkai, spatisitas otot
5) Kulit : sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun
d. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan Urine
a) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam atau urine tak ada
(anuria)
b) Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus
bakteri, lemah, partikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis : Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
d) Osmolaritas : Kurang dari 300 mosm / kg menunjukkan kerusakan
tubular dan rasio urine serum sering 1 : 1.
e) Klirens Kreatinin : Mungkin agak menurun.stadium satu CCT(40-
70ml/menit), stadium kedua, CCT (20-40ml/menit) dan stadium
ketiga, CCT(5 ml/menit)
f) Natrium : Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium. (135-145 g/dL)
g) Protein : Derajat tinggi proteinuria (3 – 4 + ) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga
ada.
2) Darah
a) BUN/Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi,
kadar kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir mungkin rendah yaitu
5
b) Hitung darah lengkap : Ht namun pula adanya anemia Hb : kurang
dari 7 – 8 9/dl, Hb untuk perempuan (13-15 g/dL), laki-laki (13-16
g/dL)
c) SDM : Waktu hidup menurun pada defesiensi eriropoetin seperti
pada azotemia.
3) GDA :
a) PH : penurunan asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan amonia atau
10
hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun PCo2
menurun natrium serum mungkin rendah (bila ginjal ”kehabisan”
natrium atau normal (menunjukkan status difusi hipematremia)
b) Kalium : Peningkatan normal (3,5- 5,5 g/dL) sehubungan dengan
rotasi sesuai dengan perpindahan selular (asidosis) atau
pengeluaran jaringan (hemolisis SDM) pada tahap akhir pembahan
EKG mungkin tidak terjadi sampai umum gas mengolah lebih
besar.
c) Magnesium / fosfat meningkat di intraseluler : (27 g/dL), plasma (3
g/dL), cairan intersisial (1,5 g/dL).
d) Kalsium : menurun. Intra seluler (2 g/dL), plasma darah (5 g/dL),
cairan intersisial (2,5 g/dL)
e) Protein (khususnya albumin 3,5-5,0 g/dL) : kadar semua menurun
dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine pemindahan
cairan penurunan pemasukan atau penurunan sintesis karena asam
amino esensial.
f) Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mos m/kg. Sering sama
dengan urine Kub Foto : menunjukkan ukuran ginjal / ureter /
kandug kemih dan adanya obstruksi (batu)
g) Pielogram retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan
ureter
4) Arteriogram ginjal :
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravakuler massa.
Sistrouretrografi berkemih : menunjukkan ukuran kandung kemih,
refiuks kedalam ureter, rebonsi.
5) Ultrasono ginjal :
Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa. Kista obstruksi pada
saluran kemih bagian atas.
6) Biopsi ginjal :
mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan pelvis ginjal :
keluar batu hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7) EKG :
11
Mungkin abnormal menunjukan ketidak keseimbangan elektrolit
asam/basa.
8) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan : Dapat menunjukkan
deminarilisasi, kalsifikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar.
b. Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan sepsis
c. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
pericarditis
d. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
f. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
12
13
3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN
14
Mendemonstrasikan
Respiratory Monitoring
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
ada sianosis dan
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
dyspneu (mampu
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
mengeluarkan sputum,
Monitor suara nafas, seperti dengkur
mampu bernafas
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
dengan mudah, tidak
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
ada pursed lips)
Catat lokasi trakea
Tanda tanda vital dalam
Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )
rentang normal
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas utama
Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
AcidBase Managemen
Monitro IV line
Pertahankanjalan nafas paten
15
Monitor AGD, tingkat elektrolit
Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
Monitor pola respirasi
Lakukan terapi oksigen
Monitor status neurologi
Tingkatkan oral hygiene
16
perifer, dan tidak ada Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
asites kelelahan
Tidak ada penurunan Monitor toleransi aktivitas pasien
kesadaran Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
17
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
18
- Kelelahan otot pursed lips) Monitor status nutrisi
pernafasan Menunjukkan jalan nafas Berikan diuretik sesuai interuksi
- Hipoventilasi sindrom yang paten (klien tidak Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan
- Nyeri merasa tercekik, irama serum Na < 130 mEq/l
- Kecemasan nafas, frekuensi Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
- Disfungsi pernafasan dalam rentang Fluid Monitoring
Neuromuskuler normal, tidak ada suara Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
- Kerusakan nafas abnormal)
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan
persepsi/kognitif Tanda Tanda vital dalam
cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal
- Perlukaan pada jaringan rentang normal (tekanan
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
syaraf tulang belakang darah, nadi, pernafasan)
Monitor serum dan elektrolit urine
- Imaturitas Neurologis
Monitor serum dan osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama
jantung
Monitor parameter hemodinamik infasif
Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari odema
4 Kelebihan volume cairan NOC : NIC :
19
b/d berkurangnya curah Electrolit and acid base
jantung, retensi cairan balance Fluid management
dan natrium oleh ginjal, Fluid balance Timbang popok/pembalut jika diperlukan
hipoperfusi ke jaringan Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
perifer dan hipertensi Kriteria Hasil: Pasang urin kateter jika diperlukan
pulmonal o Terbebas dari edema, Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
efusi, anaskara osmolalitas urin )
o Bunyi nafas bersih, tidak Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan
ada dyspneu/ortopneu PCWP
o Terbebas dari distensi Monitor vital sign
vena jugularis, reflek Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP ,
hepatojugular (+) edema, distensi vena leher, asites)
o Memelihara tekanan vena Kaji lokasi dan luas edema
sentral, tekanan kapiler
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
paru, output jantung dan
harian
vital sign dalam batas
Monitor status nutrisi
normal
Berikan diuretik sesuai interuksi
o Terbebas dari kelelahan,
Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan
kecemasan atau
serum Na < 130 mEq/l
kebingungan
20
o Menjelaskan indikator Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
kelebihan cairan
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit urine
Monitor serum dan osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake dan output
Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari odema
21
kebutuhan tubuh. Fluid Intake Nutrition Management
Faktor-faktor yang Kriteria Hasil : Kaji adanya alergi makanan
berhubungan : o Adanya peningkatan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
Ketidakmampuan berat badan sesuai dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
pemasukan atau dengan tujuan Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
mencerna makanan atau o Berat badan ideal sesuai Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
mengabsorpsi zat-zat dengan tinggi badan Berikan substansi gula
gizi berhubungan o Mampu Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
dengan faktor biologis, mengidentifikasi mencegah konstipasi
psikologis atau ekonomi. kebutuhan nutrisi Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan
o Tidak ada tanda tanda ahli gizi)
malnutrisi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
o Tidak terjadi penurunan
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
berat badan yang berarti
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
22
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
6 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :
curah jantung yang Energy conservation Energy Management
rendah, Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
23
ketidakmampuan Kriteria Hasil : Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap
24
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
25
4. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan setelah pasien gagal ginjal kronis mendapatkan
intervensi adalah sebagai berikut :
a. Tidak terjadi kelebihan volume cairan
b. Pola nafas kembali efektif
c. Peningkatan perfusi jaringan
d. Asupan nutrisi tubuh terpenuhi
e. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
f. Peningkatan integritas kulit
26
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Panduan Penyusunan Profesional.
Yogyakarta : Med Action Publising.
Brunner and Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 12. Jakarta :
EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Sudoyo Aru, dkk (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3, edisi
keempat. Jakarta: Internal Publishing.
Suyono, Slamet. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi 4.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Susan Martin Tucker dkk. 2008 . Standar Perawatan Pasien Edisi 5. Jakarta:
EGC.
Sylvia A Price .2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Edisi
6. Volume 2. Jakarta : EGC
27