Askep Gerontik Nur Sudarmono
Askep Gerontik Nur Sudarmono
Askep Gerontik Nur Sudarmono
Disusun Oleh :
NUR SUDARMONO
21221109
1. Definisi
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan
penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker
(Nurrahmani, 2012).
Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan
tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis, maupun psikologis. (Nasrullah,
2016).
2. Batasan lansia
Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa batasan umur Lansia,
yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun
b. Usia lanjut (fiderly) : 60 – 74 tahun
c. Lansia tua (old) : 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun
Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :
a. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
3. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan mulai memburuk,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional (Nugroho, 2015).
a. Teori Biologi
1) Teori genetic dan mutase
Menua menjadi suatu akibat dari perubahan biokimia yang di program oleh
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati. (Khalid Mujahidullah, 2012).
2) Sistem integumen
Pada lansia kulit menglami pengenduran, tidak elastis, kering dan berkerut.
Kekeringan kulit disebabkan oleh kekeringan glandula sebasea dan
glandula
sudoritera, sehingga timbul pigmen berwarna coklat yang sering dikenal
dengan liver spot.
3) Sistem muskuloskeletal
Perubahan muskuloskeletal pada lansia terjadi pada jaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilagotulang, otot, sendi.
(a) Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan
jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang
tidak teratur.
(b) Kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi,
sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan.
(c) Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian
dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis
dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
(d) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
(e) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan
jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat.
Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node
dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem repirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan
pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang
6) Sistem metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun),
liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan
reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.
b. Perubahan kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving) 19
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental
Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat sikap yang
semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki
sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada
hampir setiap lanjut usia, yakini keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat
mungkin dihemat. Mengharapkan tetap diberi peran dalam masyarakat. Ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Jika
meninggal pun mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga
(Nasrullah, 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
a) Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b) Kesehatan umum.
c) Tingkat pendidikan.
d) Keturunan (hereditas).
e) Lingkungan.
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak sehari-hari.
e. Perubahan psikososial
7. Tipe-Tipe Lansia
Menurut azizah & Lilik (2011), tipe lanjut usia digolongkan seperti berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman diri dengan perubahan jaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan, memenuhi undangan, dan
mengambil perubahan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman bergaul, serta memenuhi undangan
c. Tipe tidak pas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaaan situs,
tesinggung, menuntut dan sulit dilayani
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang
terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki dan pekerjaan apa saja
dilakukan
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, mental, sosial dan ekonominya.
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes RI, 2014).
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik
Respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas
Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 gram), kegemukan atau makan
berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin)
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat
stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan
renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung
meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat
dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat, tekanan darah akan
kembali ke normal.
4. Klasifikasi/Derajat
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
hipertrofi ventrikel kiri.
1) Rendah garam
Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.
Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-
6 gram garam per hari.
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja
jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,
penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan
tekanan darah.
c. Olahraga
Rebusan dan Jus mentimun, tomat, pisang, daun sirih, dan daun alpukat dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Tanaman mentimun tidak
memerlukan persyaratan khusus karena dapat ditanam dengan baik di dataran
rendah hingga dataran tinggi. Namun untuk memperoleh produksioptimal perlu
diperhatikan beberapa persyaratan tumbuh tertentu. Tomat (Lyocopercison
lycopersicum) Merupakan salah satu dari jenis terapi herbal untuk menangani
penyakit hipertensi. Tomat kaya akan kalium. Kerja kalium adalah
mempengaruhi sistem renin angiotensin dengan menghambat pengeluaran.
Renin yang bertugas mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I tetapi
karena adanya blok pada sistem tersebut maka pembuluh darah mengalami
vasodilatasi sehingga tekanan darah akan turun. Kalium juga menurunkan
potensial membran pada dinding pembuluh darah sehingga terjadi relaksasi
pada dinding pembuluh darah dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Buah
pisang merupakan buah tropis yang menjadi favorit banyak orang. Selain
rasanya manis, pisang juga kaya vitamin dan mineral, bisa dimakan langsung
atau diolah
menjadi berbagai hidangan lezat. Daun Sirih (piper crocatum) merupakan salah
satu tanaman obat potensial yang diketahui secara empiris memiliki khasiat
untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti DM, batu ginja,
menurunkan kolestrol, asam urat kanker, radang liver, radang prostat, radang
mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit
mencegak strok dan hipertensi. Daun alpukat mengandung zat alkaloid,
Flavonoid, sterol, saponin. Alkaloid dalam daun avokad berkhasiat sebagai
diuretik. Diuretik adalah senyawa yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urine, fungsi utama deuretik adalah untuk memobilisasi cairan
udema yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga
volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. (Heryanto, 2010)
b. Yoga
Terapi terapi yoga dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Yoga sangat baik dalam penurunan tekanan darah pada lansia, hal ini
dikarenakan adanya peningkatan pengeluaran hormon endofren pada otak yang
berfungsi untuk merilekskan pembuluh darah yang tegang dan menyempit
sehingga pembuluh darah mampu mengalirkan darah secara optimal keseluruh
tubuh. (Pujiastuti, 2019).
c. Meditasi
Terapi musik mampu menurunkan tekanan darah pada pasien. Musik adalah
esensi keteraturan dan membaca pada semua hal yang baik, adil dan indah.
Berdasarkan pengertian musik secara umum, musik diartikan sebagai suatu
cipta, rasa, dan karsa manusia yang indah dan dituangkan dalam bentuk bunyi-
bunyian, suara melodi, ritme dan harmoni yang dapat membangkitkan emosi,
dan bisa membuat mood menjadi bahagia, menghilangkan stress, pengiring
selama proses pembelajaran dan bisa untuk mengurangi nyeri. Terapi musik
dapat diberikan pada lansia untuk mengurangi cemas, depresi dan nyeri sendi
terutama lansia yang tinggal di panti karena dengan musik akan memberikan
peluang kepada situasi yang menyenangkan, rileks, mengurangi rasa sakit,
agitasi dan kesempatan untuk bersosialisasi dan mengenang memori atau
peristiwa dan makna yang menyertai dari musik/ lagu tersebut. (Nur at al,
2018)
f. Pijat Refleksi
Pijat refleksi adalah suatu praktik memijat titik-titik tertentu pada tangan dan
kaki. Salah satu khasiatnya yang adalah untuk mengurangi rasa sakit pada
tubuh dan mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu mengatasi stress, meringankan gejala migrain, membantu
penyembuhan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan terhadap obat-
obatan dan menurunkan tekanan darah (Setyoadi et al, 2013).
g. Hidroterapi
h. Terapi Tertawa
Tertawa merupakan salah satu bentuk ekspresi emosi seseorang atas kondisi
yang menggembirakan, membahagiakan atau menyenangkan yang secara alami
dapat menghambat aktivasi saraf simpatis. Pada gilirannya hambatan terhadap
aktivasi saraf simpatis ini dapat mencegah peningkatan tekanan darah
(hipertensi) bagi yang tidak menderita hipertensi atau menurunkan tekanan
darah bagi mereka yang sudah menderita hipertensi. Melalui tertawa tubuh
akan melepaskan hormone endorphin yang dapat membantu menurunkan
tekanan darah. (Setyoadi et al, 2013).
8. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi: nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya: sakit
kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri
dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit metabolik,
penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit
menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
j. Aktivitas / istirahat
Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton, frekuensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
k. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardia, murmur stenosis vulvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin
lambat
/ tertunda.
l. Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). letupan suasana hati, gelisah,
penyempitan perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, menghela nafas,
peningkatan pola bicara.
i. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu.
j. Makanan / cairan
Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
m. Neurosensori
Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam), gangguan
penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)
n. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit kepala
o. Pernapasan
Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea, ortopnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum
p. Keamanan
Gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.
q. Pembelajaran / penyuluhan Gejala :
Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
mellitus.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut (Nurarif, 2015)
dengan hipertensi :
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
e. Ketidakefektifan koping
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018).
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun
Kriteria hasil: Tingkat nyeri (L.08066)
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang
2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri
I.08238)
1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
akupuntur, terapi musik hipnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin)
5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,k ebisingan)
6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan
antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari
proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan
tersebut digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum
teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien (Dinarti &Muryanti, 2017).
Menurut (Asmadi, 2018) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data
hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori) dan
perencanaan.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut: Kartu
SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan
pengkajian ulang.
I. Identitas
A. Nama : Ny. K
B. Umur : 68 tahun
C. Alamat : Srengseng Kembangan Jakarta Barat
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti: -
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Jawa
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Kawin
II. Status Kesehatan Saat Ini
Klien mengeluh sering pusing dan terasa berat dibagian kepala, Klien
mengatakan lemas, bila berjalan sempoyongan. Pemeriksaan TD: 160/90
mmHg, N: 83x/menit, S: 36,6℃, RR: 20x/menit.
KET :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
V. Pengkajian Persistem (jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai sistem di bawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : Composmetis
2) GCS 15
3) TTV : TD: 160/90 mmHg, N : 83x/menit, RR: 20x/menit.
4) BB/TB : 55 kg /155cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
Tegap
Bungkuk
Kifosis
Skoliosis
Lordosis
6) Keluhan : Klien mengeluh sering pusing dan terasa berat dibagian
kepala, Klien mengatakan lemas, kalo berjalan
sempoyongan
b. Indeks Massa Tubuh
Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan :
…………..
2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Stabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :…………
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :
................
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak , ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :
…………
5) Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran :
terganggu/tidak Jika ya , jelaskan :
………………..
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan : ………..
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :
………..
8) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 10x/menit
f) Massa : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :
…………..
9) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 4-5x/hari
c) Frekuensi BAB : 2 x seminggu
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan : BAB
keras
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
5555 5555
5555 5555
Ket :
0 = Lumpuh
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
a. Nutrisi
Makan teratur 3x sehari. Makan selalu habis dalam 1 porsi. Klien
mengatakan tidak menyukai sayuran dan jarang makan buah, pasien
minum 5-6 gelas setiap hari.
b. Eliminasi
Klien mengatakan BAB 3-4 hari sekali, BAB konsistensi keras, perlu
waktu lama dan mengejan saat BAB
d. Aktifitas Fisik
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain
maupun alat bantu.
e. Personal Hygiene
Klien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, keramas 3 kali dalam
seminggu, ganti baju 2 kali sehari, dan tidak ada gangguan apapun.
c. Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang
kematian dan harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya.
Klien beragama Islam, ia sering beribadah dan mengikuti kegiatan
pengajian setiap hari selasa sore dan kamis malam. Klien percaya semua
mahkluk akan meninggal dan akan bertemu dengan Allah SWT. Namun
sebelum menemui ajalnya, ia merasa selalu ingin dekat dengan
keluarganya.
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65-129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care
IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat
semua jawaban. Catat jumlah kesalahan total
berdasarkan 10 pertanyaan.
Benar 8
Score =
Salah 2
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam) :
⦿ Orientasi.
⦿ Registrasi.
⦿ Perhatian.
⦿ Kalkulasi.
⦿ Mengingat kembali.
⦿ Bahasa.
Total : 27
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif
sedang 0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Morse Fall Scale
Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Resiko 0 - 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 - 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan Ya Tidak
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda Ya Tidak
dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anak sekarang ini menyenangkan? Ya Tidak
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? Ya Tidak
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya Tidak
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya dari anda? Ya Tidak
Skor : 4
1. Data Fokus
Klien tampak
sering pusing
Klien tampak memegangi
area belakang kepala
Klien tampak
meringis
Klien tampak
gelisah
No Data Etiologi Masalah
2 DS : Kecemasan Gangguan pola
DO :
2x/seminggu
Klien mengatakan kalo BAB
perlu waktu yang lama
Klien mengatakan perlu
mengejan dengan kuat saat
BAB
Klien mengatakan kurang
makan sayur dan buah
DO :
membaik nyeri
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Ajarkan Relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
(terapi murotal)
Tanggal No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Paraf &
Keperawatan Hasil Nama Jelas
Kolaborasi
- Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
C. Implemetasi Keperawatan
A: Masalah teratasi
2 Rabu S: Nurs
29 Juni 2022 - Klien mengatakan sulit tidur menurun
Jam 10.00 - Klien mengatakan bisa tidur nyenyak/puas
- Klien mengatakan bisa istirahat cukup
- Klien mengatakan pola tidur sudah normal
O:
- Wajah Ny. K tampak segar
- TD : 130/80 mmHg
- N : 80x/menit
- RR : 20x/menit.
A: Masalah teratasi
O:
- Konsistensi BAB keras
- Peristaltik usus 16x/menit
- Abdomen lembek
A: Masalah belum teratasi
Oleh:
NUR SUDARMONO
21221109
Pengertian Murottal adalah bacaan surah Al Qur’an yang dibaca oleh qori’ digunakan
sebagai terapi religi.
Tujuan Mengurangi nyeri kepala pada pasien dengan hipertensi
Alat 1. Speaker murotal
2. Kursi atau tempat tidur
Prosedur
1. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
2. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara selama terapi murotal.
3. Nilai skala nyeri sebelum dilakukan terapi murotal.
4. Dekatkan Speaker Audio Murotal
5. Nyalakan Speaker Audio Murotal dan perdengarkan murotal selama
15 menit
6. Setelah 15 menit, terapi murotal. Matikan Speaker Audio Murotal dan
bereskan alat
7. Lakukan follow up terhadap kondisi pasien
8. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti program intervensi
murotal.
9. Lakukan pengukuran skala nyeri dada setelah terapi murotal diberikan
Evaluasi
1. Mengevaluasi hasil yang telah dicapai
2. Merapikan responden dan lingkungan di sekitar tempat terapi
3. Berpamitan dengan responden.
Hal yang 1. Kondisi ruangan yang nyaman, tenang, tidak berisik, suhu ruangan
diperhatikan
yang tidak panas.
2. Posisi klien dalam keadaan duduk atau berbaring dengan posisi
nyaman
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
*Email: [email protected],
Abstrak
Keywords:
nyeri; murotal; Hipertensi adalah kondisi yang terjadi peningkatan tekanan
hipertensi darah dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Salah satu tanda gejala dari
hipertensi adalah nyeri kepala. Nyeri kepala terjadi karena
adanya arteroklerosis yang menyebabkan spasme pada
pembuluh darah (arteri) dan penurunan O2 (oksigen) di otak.
Untuk penanganan nyeri kepala dapat dilakukan dengan
penerapan terapi murotal. Tujuan penelitian ini
menggambarkan asuhan keperawatan terhadap penurunan
intensitas nyeri dengan pemberian terapi murotal.
Metodemenggunakan metode deskriptif studi kasus. Data
diperoleh melalui wawancara dan observasi. Subyeknya
adalah dua pasien dengan masalah nyeri kepala pasien
hipertensi. Instrumen yang digunakan menggunakan
pengukuran skala nyeri. Pengukuran skala nyeri dilakukan
sebelum dan sesudah penerapan terapi murotal. Setelah
dilakukan terapi murotal selama 4 kali pertemuan, pasien 1
mengalami penurunan nyeri dari skala nyeri 7 (nyeri berat)
menjadi skala nyeri 2 (ringan) sedangkan pasien 2
mengalami penurunan skala nyeri 8 (nyeri berat) menjadi
skala nyeri 3 (ringan). Dalam studi kasus ini menunjukan ada
pengaruh yang signifikan antara terapi murotal Al-Qur’an
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien hipertensi.
Perawat dapat mengembangkan penerapan terapi murotal
Al- Qur’an dalam menurunkan intensitas nyeri pada
penderita hipertensi.
122
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
123
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
124
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Dari studi studi kasus yang dilaksanakan membuat individu mengingat Tuhan sehingga
selama 4 hari pada tanggal 8 – 11 Februari menimbulkan rasa cinta atau keimanan.
2019, didapatkan hasil terapi murottal dapat Kecintaan kepada Tuhan ini dapat
menurunkan intensitas nyeri hipertensi pada 1 membangkitkan semangat dalam
dan pasien 2, dengan berjenis kelamin mengembangakan koping yang positif untuk
perempuan. Hal ini dilakukan terapi menghadapi nyeri. (Qadri, 2008).
mendengarkan murottal untuk menurunkan Shodikin (2012) mengungkapkan
intensitas nyeri hipertensi, dengan evaluasi bahwa terapi bacaan Al-Qur’an dapat
dilakukan setelah 4 hari pasien 1 dari 7 bersinergi dengan terapi farmakologi dalam
menjadi 2 dan pasien 2 dari 8 menjadi 3. menurunkan nyeri. Pemberian terapi Al-
Sejalan dengangan penelitian yang dilakukan Qur’an memberikan efek non- farmakologi
oleh Qodri (2008). Hasil penelitian adjuvant dalam mengatasi nyeri. Hal ini
menunjukan bahwa penurunan intensitas nyeri sejalan dengan teori nyeri dari Good yang
responden mendengarkan murottal dapat menyatakan bahwa perlu adanya
menurunkan nyeri. keseimbangan antara pemberian analgetik
Hipertensi adalah peningkatan dengan efek samping sehingga dibutuhkan
tekanan darah yang memberi gejala yang terapi adjuvant (Rahmawati, 2008).
berkelanjutan untuk suatu target organ, sepert4i . KESIMPULAN
sroke untuk otak, penyakit jantung koroner Berdasarkan hasil studi kasus dan
untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot pembahasan mengenai penerapan terapi
jantung (Guyton & Hall, 2013). Penyakit yang murottal untuk mengurangi intensitas nyeri
dikenal sebagai penyakit darah tinggi ini pada pasien hipertensi didapatkan kesimpulan
adalah faktor resiko utama dari perkembangan sebagai berikut :
penyakit jantung dan stoke. Penyakit 4.1 Sebelum diberikan penerapan terapi
hipertensi dapat disebut juga dengan “The murottal pada pasien 1 mengatakan nyeri
Silent” karena tidak dapat dilihat tanda – pada bagian belakang kepala (tengkuk),
tanda dan gejala dari luar. Perkembangan nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7
hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi ( nyeri berat terkontrol), nyeri muncul
secara potensial sangat berbahaya (Martuti, saat beraktivitas berat daan bangun dari
2009). tempat tidur, sedangkan pasien 2 dengan
Mendengarkan bacaan ayat suci Al- mengatakan nyeri pada bagian kepala
Qur’an memilliki pengaruh yang signifikan belakang (tengkuk),nyeri seperti dipukul-
dalam menurunan ketegangan urat dan syaraf pukul, skala nyeri 8 (nyeri berat
reflektif,dan hasil ini tercatat dan terukur terkontrol), nyeri muncul saat klien
secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah kelelahan dan banyak pikiran, menurut
alat yang berbasis komputer. Adapun penulis nyeri yang dialami pasien 1 dan 2
pengaruh yang terjadi berupa adanya karena hipertensi.
perubahan arus listrik ke otot, perubahan daya 4.2 Sesudah diberikan penerapan terapi
kulit terhadap konduksilistrik, perubahan pada murottal pada pasien 1 yang dilakukan
sirkulasi darah, perubahan detak jantung, dan selama 4 hari selama 10 sampai 15 menit
kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut terdapat penurunan intensitas nyeri dari
menunjukkan adanya relaksasi atau penurunan skala awal 7 (nyeri berat terkontrol)
ketengangan urat syaraf relaktif yang menjadi skala 2 (nyeri ringan) dan pasien
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi dan 2 sesudah diberikan terapi murottal
penambahan kadar darah dalam kulit dan selama 4 hari selama 10 sampai 15 menit
penurunan frekuensi denyut jantung. mengalami penurunan intensitas nyeri
(Zulkuraini, 2012). dari skala awal 8 (nyeri berat terkontrol)
Lantunan ayat Al-Qur’an menjadi skala akhir 6 (nyeri ringan).
mengandung aspek spiritualitas yang
125
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
126