Makalah Sosio Antropologi Kesehatan Kelompok 10 PDF
Makalah Sosio Antropologi Kesehatan Kelompok 10 PDF
Makalah Sosio Antropologi Kesehatan Kelompok 10 PDF
Disusun oleh:
Kelompok X
Angga Dwi Prasetyo 0801211036
Cut Nasywa Kesuma Dany 0801213218
Huriya Al Humaira Siagian 0801212161
Zahrani Nabilah 0801212116
Semester/Kelas : 3/IKM-3
Kelompok X
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan................................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membawa banyak perubahan
terhadap kehidupan manusia, baik dari segi perubahan terhadap pola hidup maupun
dari segi tatanan sosial yang termasuk dalam bidang kesehatan yang sering kali
dihadapkan dalam suatu hal yang langsung berhubungan dengan norma serta buaya
yang dianut oleh setiap masyarakat yang tinggal di suatu tempat tertentu.
Pengaruh sosial budaya pada masyarakat memegang peranan penting untuk
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat adalah tanda bahwa masyarakat di daerah tertentu sudah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya ini dapat menimbulkan
dampak positif serta dampak negatif.
Hubungan antara budaya dengan kesehatan sangat erat kaitannya, sebagai
contoh masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan menggunakan pengobatan
tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Budaya dapat membentuk kebiasaan dan reaksi
terhadap kesehatan dan penyakit terhadap semua masyarakat tanpa memandang
tingkatannya. Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan masyarakat untuk tidak
hanya mempromosikan kesehatan, namun juga membuat membuat masyarakat
mengetahui dan mengerti tentang proses terjadinya penyakit.
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, kesehatan merupakan faktor yang
sangat penting. Apabila kita sehat maka setiap urusan dapat dikerjakan dengan baik,
namun apabila hidup kita tidak sehat, maka untuk melakukan suatu aktivitas pasti akan
terhambat.
Kesehatan bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk lingkungan di
sekitar kita. Apabila kita sehat namun lingkungan tidak sehat maka akan menjadi faktor
yang buruk bagi kehidupan kita. Kesehatan lingkungan adalah faktor yang sangat
penting di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan suatu unsur
penentu atau determinan pada kesejahteraan penduduk. Untuk itu kita sebagai
masyarakat harus bersama-sama mewujudkan kesehatan terhadap diri kita sendiri dan
1
juga terhadap lingkungan kita sehingga tidak muncul penyakit yang dapat
membahayakan masyarakat. Menghindari perilaku yang dapat membuat kehidupan
yang tidak sehat, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya. Kesadaran kita
terhadap kesehatan sangatlah penting serta kebersamaan dapat mewujudkan negara kita
menjadi maju dan kuat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin diketahui dalam penulisan makalah ini
diantaranya:
1. Bagaimanakah pengertian sehat dan sakit?
2. Bagaimanakah konsep sehat, sakit dan penyakit dalam konteks sosial budaya?
3. Bagaimanakah konsep sakit berdasarkan trias epidemoilogi?
4. Bagaimanakah distribusi penyakit berdasarkan orang, tempat dan waktu?
5. Bagaimanakah pencegahan penyakit primer, sekunder dan tersier?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini diantaranya
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian sehat dan sakit
2. Untuk mengetahui konsep sehat, sakit dan penyakit dalam konteks sosial
budaya
3. Untuk mengetahui konsep sakit berdasarkan trias epidemiologi
4. Untuk mengetahui distribusi penyakit berdasarkan orang, tempat dan waktu
5. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit primer, sekunder dan tersier
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dengan kronis atau terjadinya gangguan gangguan lainnya yang menyebabkan kegiatan
atau aktivitasnya terganggu. Apabila seseorang terjangkit penyakit seperti pilek demam
masuk angin tetapi ia masih dapat melakukan kegiatannya seperti biasa maka ia tidak
dianggap sakit.(Soejati & Sunanti Z, 2005). Oleh sebab itu definisi dari sakit dan penyakit
tidaklah sama contohnya pasien dengan penyakit leukima (kanker darah) yang sedang
dalam proses pengobatan mungkin masih bisa beraktivitas seperti biasa sedangkan
pasien dengan pengidap kanker yang akan segera menjalani proses operasi akan
merasakan sakit dari dimensi lain selain dimensi fisik. (Irwan, 2017). Meskipun
demikian, konsep sakit dan sehat sebenarnya tidak berlaku bersifat universal, sebab
terdapat faktor lain yang bisa mempengaruhinyam salah satunya faktor sosial budaya.
Berdasarkan konsep dualisme dari barat, konsep sehat dan sakit ini dilihat
berdasarkan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Pada kondisi fisik yang sehat, tubuh
berarti tidak sedang terjangkit suatu penyakit. Sedangkan pada kondisi fisik yang sakit
berarti tubuh sedang terjangkit suatu penyakit. kemudian kondisi fisik dan pikiran
seseorang memiliki keterkaitan di dalam nya. Rasa sakit yang diderita oleh seoranh
individu bisa saja terjadi akibat dari keadaan mental nya. Di sisi lain, jika tubuh sehat
atau tidak sehat juga dapat menyebabkan keadaan pikiran tertentu. Contoh nya jika ada
suatu masalah yang menyebab kan seseorang tersebut terlalu banyak memikirkan nya
maka, akibat yang dapat adalah rasa pusing atau kepala terasa berat.
WHO (World Health Organization) mendefenisikan kesehatan yang dikutip
dari berbagai ilmu dan pengetahuan. salah satu nya mengutip dari ilmu psikologi.
Konsep kesehatan dari WHO memiliki dimensi bio-psiko-sosial. Dikatakan sehat
apabila kondisi biologis psikologis dan sosial nya itu baik atau sejahtera. sementar sakit
merupakan kondisi tidak baik atau terganggu kondisi biologi, psikologis dan sosial
nya.(Palmarani, 2010)
4
bahkan masyarakat modern. Sifat anggota masyarakat seperti ini masih penganut
sistem kepercayaan yang sukar membedakan Tindakan irrasional dengan rasional.
Sehingga sistem pengobatan tradisional masih memerlukan perhatian lebih yang lebih
komprehensif. Sejauh ini belum diperbaiki secara menyeluruh. Informasi tentang
pengobatan alternatif menjadi dasar untuk menentukan klasifikasi, indikasi, prosedur
atau proses yang benar. Tidak tumpang tindih dengan biomedis dalam bentuk
inkorporasi, integrasi, adopsi atau legalisasi atau strategi yang disepakati. (Tumanggor,
2010)
Pemahaman tentang sehat dan sakit tentu saja berbeda di setiap masyarakat,
tergantung budayanya. Dulu, ketika ilmu pengetahuan akan Kesehatan belum
berkembang dengan sempurna, budaya memaksa orang untuk menggunakan budata
adat istiadat yang dinakaman dengan “trial dan eror” yang berfungsi utnuk
menyembuhkan segala jenis penyakit, walaupun sang pasien mengetahui bahwa
ancaman kematian sangatlah besar.
Kemudian penggabungan antara konsep kesehatan dengan pengalaman empiris
yang dikaitkan dengan konsep budaya termasuk kedalam hal kepercayaan bahwa
konsep sehat tradisional itu menggunakan teknik kuratif. contoh nya dari masalah
kesehatan yang berpengaruh kepada kebudayaan adalah tanaman kunyit. Yang mana
tanaman ini berfungsi untuk obat yang dapat menyembuhkan penyakit Hepatitis. Orang
mengira bahwa warna penyakit harus sesuai dengan wama obat yang diberikan oleh
alam. Kemudian contoh selanjutnya ialah ditemukannya system pengairan (selokan)
pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Minoans dan kreta. hal Ini Hal ini
menunjukkan bahwa budaya, pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang besar
terhadap kesehatan.
Konsep penyakit, sakit dan sehat yang terdapat di suatu masyarakat dibentu
berdasarkan kebudayaan turut menyertainya. Pemberian arti terhadap kesehatan dan
penyakit dapat berbeda-beda yang terjadi akibat relativisme kebudayaan masing
masing adat, yaitu cara pandang masyarakat terhadap penyakit disetiap tempat
berbeda-beda berdasarkan budayanya. Juga disebabkan oleh konsep sakit yang berbeda
dengan konsep medis modern.
5
Pada masyarakat jawa, konsep sakit, sehat ini lebih terfokusan pada masalag
disfungsional dan masalah fungsional peran seseorang terhadap Tindakan sosial nya.
Oleh karena itu, ketika seseorang sakit, mereka merasa terganggu dengan perannya.
Diare pada anak belum dianggap sebagai penyakit serius pada masyarakat Jawa. Ini
karena mereka melihatnya sebagai tanda perkembangan anak (perkembangan pikiran
dan keterampilan), sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan dampak yang mungkin
terjadi. Orang Jawa percaya bahwa diare pada anak sudah menjadi peristiwa yang pasti
terjadi pada setiap anak, pertanda perubahan dalam hidup seorang anak. Kita ambil
contoh lain persepsi tentang influenza di masyarakat Indonesia dan masyarakat Barat.
Flu Indonesia bukanlah hal yang serius dan berbahaya, melainkan fenomena rutin atau
musiman(Erinaarf, 2015)
6
Kondisi yang seimbang antara ketiga agen, host, dan lingkungan akan
menjamin kondisi sehat akan tetap terjaga. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara 3
faktor tersebut maka akan menyebabkan terjadinya penyakit, misalnya terjadinya
peningkatan pada kelimpahan agen akibat peningkatan kualitas lingkungan memicu
peningkatan paparan pada host. Kemudian kondisi sakit akan terjadi apabila host dalam
posisi rentas saat terjadinya paparan, yang mana kerentanan tersebut dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti stres, kualitas tidur, usia atau penuaan, stres, serta faktor lain
yang dapat meningkatkan resiko penyakit tertentu. (Pitriani & Herwanto, 2019)
1. Host
Host atau pejamu merupakan suatu kondisi manusia yang menjadi faktor risiko
untuk perkembangan penyakit. Penyebab dari faktor ini adalah faktor intrinsik.
Komponen faktor pejamu yang biasanya menjadi faktor timbulnya suatu penyakit
adalah sebagai berikut:(Irwan, 2017)
a. Faktor umur. Contohnya, usia lanjut lebih rentan terkena penyakit karsinoma,
penyakit jantung, dan penyakit lainnya dari pada yang berusia muda.
b. Faktor jenis kelamin (seks). Contohnya pada penyakit diabetes melitus
biasanya cenderung terjadi pada wanita dan penyakit kanker serviks yang
terjadi pada wanita saja.
c. Ras dan suku (etnik). Contohnya pada ras kulit putih dan ras kulit hitam yang
berbeda kerentanannya terhadap penyakit.
d. Genetik (hubumgan keluarga). Contonya adalah penyakit hemofilia yang
merupakan penyakit yang menurun.
e. Status kesehatan yang umum termasuk status gizi.
f. Bentuk anatomi tubuh.
g. Fungsi faal tubuh atau fungsi fisiologis tubuh.
h. Respons imunitas tubuh dan keadaan imunitas tubuh.
i. Kemampuan interaksi agen dengan host.
j. Penyakit sebelumnya yang diderita.
k. Kehidupan sosial dan kebiasaan hidup dari host.
7
Manusia memiliki karakteristik tersendiri untuk menghadapi ancaman penyakit
yang berupa: (Sari et al., 2021)
a. Resistensi: kemampuan host untuk bertahan terhadap infeksi kuman tertentu,
manusia memiliki mekanisme tersendiri untuk bertahan.
b. Imunitas: kemampuan host untuk meningkatkan respons imunologis, dapat
secara alamiah ataupun perolehan, sehingga tubuh menjadi kebal terhadap
penyakit tertentu.
c. Infektifnes (infectiousness): kemampuan host yang terinfeksi menularkan suatu
penyakit terhadap orang lain. Pada keadaan sakit ataupun sehat, kuman yang
ada didalam tubuh manusia bisa berpindah ke manusia lain dan sekitarnya.
2. Agent
Agent atau yang biasa disebut pembawa bibit penyakit merupakan makhluk
hidup atau jasad renik pembawa bibit penyakit yang terjadi karena berbagai unsur,
contonya unsur biologis yang disebabkan oleh mikro organisme, unsur nutrisi yang
disebabkan karena bahan makanan tidak memenuhi standar yang ditetapkan, unsur
kimiawi yang terjadi karena bahan yang terdapat dari luar tubuh ataupun bahan yang
terdapat dari dalam tubuh sendiri, unsur fisika yang disebabkan karena benturan, panas
serta unsur genetik atau psikis yang berhubungan dengan herediter atau keturunan.
Demikian dengan unsur kebiasaan hidup, perubahan humoral serta unsur fisiologis
seperti persalinan dan kehamilan. (Irwan, 2017)
Berikut ini yang merupakan komponen dari faktor agent yaitu:(Irwan, 2017)
a. Dosis
b. Keadaan lingkungan
c. Virulensi
d. Infektifitas
e. Toksisitas
8
Adapun beberapa karakteristik dari agen dapat berupa: (Sari et al., 2021)
a. Invektivitas, merupakan kemampuan organisme untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan dari host agar dapat hidup dan berkembang biak di dalam
jaringan host.
b. Patogenesis, merupakan kemampuan suatu organisme untuk menimbulkan
respons klinis patologis spesifik setelah terjadinya suatu infeksi terhadap host
yang diserang,
c. Virulensi, merupakan kesanggupan suatu organisme tertentu agar
menghasilkan respon patologis yang berat yang kemudian mungkin akan
menyebabkan kematian.
d. Toksisitas, merupakan kemampuan suatu organisme untuk menghasilkan
respon kimia yang toksis dari substansi kimia yang duhasilkannya.
e. Invasitas, merupakan kesanggupan organisme untuk dapat membuat penetrasi
dan menyebar setelah memasuki jaringan.
f. Antigenisitas, merupakan kemampuan organisme untuk dapat merangsang
respon imunologis dalam host.
3. Environment
Faktor lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penyebab terjadinya
penyakit, hal ini disebabkan oleh faktor yang datang dari luar atau biasa disebut faktor
ekstrinsik. Faktor lingkungan terbagi atas beberapa bagian, diantaranya adalah:(Irwan,
2018)
a. Lingkungan biologis, yaitu flora dan fauna
b. Lingkungan fisik, lingkungan fisik ini bersumber dari geografis, udara, keadaan
tanah, air yang merupakan sumber hidup. Zat kimia dan radiasi yang
merupakan sumber penyakit.
c. Lingkungan sosial dan ekonomi, meliputi sistem ekonomi yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang dan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan
mempengaruhi status kesehatan.
Komponen dari faktor lingkungan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kepadatan penduduk
9
b. Perpindahan penduduk
c. Tempat tinggal, contohnya ventilasi dan sanitasi.
d. Kondisi lingkungan, contohnya suhu, kecepatan angin dan kelembaban.
Terdapat beberapa karakteristik lingkungan, diantaranya adalah sebagai
berikut:(Sari et al., 2021)
a. Topografi, merupakan kondisi lingkungan tertentu, baik yang buatan maupun
yang netral yang mungkin akan mempengaruhi terjadinya penyebaran penyakit
tertentu.
b. Geografis, merupakan kondisi yang berkaitan terhadap struktur geologi bumi
yang berhubungan terhadap kejadian penyakit.
10
b. Jenis Kelamin
Angka dari luar negeri memperoleh hasil bahwa angka kesakitan lebih
tinggi pada wanita, sedangkan hasil angka kematian lebih tinggi terjadi pada
kalangan pria, termasuk pada semua golongan umur. Sedangkan Indonesia
masih harus dipelajari lebih lanjutantara angka kesakitan dan kematian.
Perbedaan angka kematian disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik, yaitu
meliputi faktor keturunan terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan
hormonal sedangkan untuk faktor eksternal dikarekan berperannya
faktorfaktor lingkungan (berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya,
lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja
berat, dan sebagainya). Penyebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi
pada golongan wanita, di wilayah Amerika Serikat dihubungkan karena
adanya kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk perawatan. Sedangkan
di Indonesia keadaan tersebut diketahui secara pasti. Terdapat pengecualian
bahwa untuk beberapa penyakit alat kelamin (PMS), angka kematian untuk
berbagai penyakit lebih tinggi terjadi pada kalangan pria.(Irwan, 2017)
c. Kelas Sosial
Kelas sosial merupakan variabel yang sering dikaitkan dengan
morbiditas atau mortalitas yang menggambarkan standar hidup seseorang.
Kelas sosial ini ditentukan oleh faktor-faktor seperti pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan dalam banyak kasus juga ditentukan oleh tempat tinggal.
Karena hal-hal tersebut mempengaruhi setiap aspek kehidupan, termasuk
pemeliharaan kesehatan, tidak heran bila kita melihat perbedaan angka
kesakitan atau kematian di antara kelas sosial yang berbeda. Masalah yang
dihadapi lapangan adalah bagaimana memperoleh satu indikator kelas sosial.
Di Inggris, klasifikasi kelas sosial ini didasarkan pada jenis pekerjaan yang
dilakukan seseorang, yaitu I (profesional), II (menengah), III (terampil), IV
(semi-terampil) dan V (tidak terampil). (Irwan, 2017)
11
d. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan juga berperan didalam timbulnya penyakit melalui
beberapa faktor yakni: (Irwan, 2017)
12
memberikan informasi tentang pengaruh lingkungan terhadap munculnya
penyakit. Contoh klasik dari hal ini adalah studi tentang kejadian kanker
lambung. (Irwan, 2017)
g. Status Perkawinan
Ada spekulasi bahwa alasan mengapa orang yang belum menikah
memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada orang yang menikah
mungkin karena orang yang belum menikah memiliki status kesehatan yang
lebih buruk. Orang yang belum menikah cenderung lebih sering menghadapi
penyakit, atau karena perbedaan gaya hidup secara kausal terkait dengan
penyebab beberapa penyakit. (Irwan, 2017)
h. Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh
karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang. (Irwan,
2017)
i. Struktur Keluarga
Struktur rumah tangga mempengaruhi penyakit (seperti penyakit
menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Sebuah
keluarga besar, karena jumlah tanggungan yang besar, mungkin harus masuk
ke dalam rumah dengan ukuran terbatas, dengan mudah menyebarkan
penyakit menular di antara anggota; karena persediaan harus digunakan untuk
anggota keluarga besar, mereka mungkin tidak dapat membeli cukup dengan
cukup. nilai gizi makanan atau kurangnya akses ke fasilitas medis yang
tersedia, dll. (Irwan, 2017)
j. Parieta
Tingkat paritas telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan peneliti
kesehatan ibu dan anak. Sebagai contoh, dikatakan bahwa ibu dengan paritas
rendah cenderung memiliki status kesehatan yang lebih baik daripada ibu
dengan paritas tinggi, yang berhubungan dengan penyakit tertentu seperti
asma bronkial, tukak lambung, stenosis pilorus, dll. .tapi masih perlu
penelitian lebih lanjut. (Irwan, 2017)
13
2. Tempat (Place)
Pengetahuan pengetahuan tentang persebaran suatu penyakit yang didasari
oleh distribusi geografis berguna untuk merencanakan pelayanan kesehatan yang
mungkin dapat diberikan penjelasan terkait etiologi penyakitnya. Perbandingan
pola penyakit sering dilakukan antara : (Irwan, 2017)
a. Pembatasan antar daerah
b. Pedesaan dan kota
c. Tempat atau daerah berdasarkan perbatasan alam, contohnya sungai, laut,
padang pasir dan pegunungan
d. Negara-negara
e. Agama atau kepercayaan
Terkait mendapatkan pengertian tentang bagaimana sebab akibat
penyebaran dari penyakit perbandingan menurut perbatasan alam lebih berguna
daripada batas-batas administrasi pemerintahan hal-hal yang perlu diperhatikan
terhadap pola penyebaran penyakit di suatu daerah yang berdasarkan batas batas
alam adalah sebagai berikut: keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur,
kelembaban, tinggi rendah nya curah hujan, ketinggian daerah dari atas permukaan
laut, keadaan tanah, sumber air yang di dapat, derajat isolasi terhadap pengaruh
luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, Industri,
pelayanan kesehatan. Dan adanya sangkut paut antara tradisi-tradisi yang bertahan
menjadikan hambatan bagi pembangunan pelayaran kesehatan di daerah daerah
tertentu.(Irwan, 2017)
3. Waktu (Time)
Mengetahui adanya keterkaitan antara penyakit dan waktu merupakan
kebutuhan paling dasar di dalam analisis epidemiologi, oleh karena itu perubahan
faktor sebab akibat pada penyakit dapat diketahui berdasarkan perubahan-
perubahan menurut waktunya. Perubahan angka kesakitan Dapat dilihat dari
panjangnya waktu penyakit itu terjadi. (Irwan, 2017)
14
a. Fluktuasi jangka pendek yang merupakan perubahan angka kesakitan yang
berlangsung selama per hari per jam per minggu dan perbulan.
Epidemiologi pola perubahan kesakitan ini umumnya dilihat dari
keracunan makanan terjadi dalam hitungan jam, epidemiologi influenza
terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu, dan epidemiologi cacar
yang dapat dilihat dari kurun waktu bulanan.
b. Perubahan-perubahan secara siklus yang dimana terjadi nya perubahan
angka kesakitan secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari,
beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
c. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
waktu yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut
”secular trends”.
15
a. Mengidentifikasi dan mengurangi risiko yang dapat membahayakan
kesehatan
b. Mengidentifikasi dan mempertahankan perlindungan kondisi ekologis.
2. Pencegahan penyakit sekunder
Pencegahan penyakit sekunder adalah suatu upaya pencegahan penyakit
agar tidak terjadi dampak yang lebih parah. Hal ini bertujuan untuk menganalisis
suatu masalah dengan cepat dan mengobati masalah kesehatan yang sudah
memiliki tanda-tanda terjadinya suatu penyakit. Kegiatan pencegahan ini adalah
dengan cara skrining dan diagnosa dini. Contohnya adalah melakukan program
promosi kesehatan kepada para perokok agar berhenti merokok agar tidak
menimbulkan penyakit berbahaya seperti kanker dan lainnya. (Darmareja et al.,
2021)
Strategi promosi yang dapat kita lakukan agar penerapan prinsip
pencegahan penyakit sekunder ini dapat berlangsung adalah: (Kurniawidjaja et al.,
2020)
a. Skrining dan deteksi dini agar dapat mengetahui hal apa yang harus
dilakukan agar masalah kesehatan yang ada tidak semakin memburuk.
b. Melakukan perlindungan spesifik
3. Pencegahan penyakit tersier
Pencegahan penyakit tersier adalah suatu upaya pencegahan penyakit agar
meminimalisasi efek penyakit yang lebih serius dan berkepanjangan. Pencegahan
ini lebih kearah rehabilitasi dari pada diagnosis dan pengobatan. Contohnya adalah
jika ada seorang pasien yang mengalami kecelakaan dan mengakibatkan cedera
patah tulang di daerah tangan, maka pencegahan tersiernya dengan cara melakukan
rawat jalan untuk melatih kembali fungsi tangannya semula dan mencegah
terjadinya kelumpuhan pada tangannya. (Darmareja et al., 2021)
Strategi promosi yang dapat kita lakukan agar penerapan prinsip
pencegahan penyakit tersier ini dapat berlangsung adalah: (Kurniawidjaja et al.,
2020)
16
a. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kualitas hidup pasien agar terhindar
dari dampak yang berkelanjutan.
b. Menghindari kemunduran kondisi kesehatan atau menurunkan tingkat
keparahan dan mengurangi komplikasi dari gangguan kesehatan yang
spesifik serta mencegah terjadinya kekambuhan (relapse) karena perilaku
yang beresiko (risky behaviors).
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sehat merupakan keadaan optimal seseorang tanpa adanya kecacatan atau
kelemahan bahkan terbebas dari yang namanya penyakit baik dilihat dari kehidupan
sosial nya, mental, maupun fisiknya. Sedangkan sakit merupakan keadaan dimana
fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau
terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit. Pemahaman tentang sehat
dan sakit tentu saja berbeda di setiap masyarakat, tergantung budayanya. Konsep
penyakit, sakit dan sehat yang terdapat di suatu masyarakat dibentu berdasarkan
kebudayaan turut menyertainya.
Dalam epidemiologi, penyakit dapat berkembang dari rantai sebab akibat ke
suatu proses kejadian penyakit, yaitu proses interaksi antara penjamu (host), dengan
penyebab (agent) serta dengan lingkungan (environment). Proses interaksi dalam tiga
unsur tersebut disebut dengan trias epidemiologi atau juga segitiga epidemiologi.
Berikutnya, distribusi penyakit dapat dikelompokkan berdasarkan pada orang, tempat
dan waktu yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya terdapat upaya ataupun tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyakit, pencegahan penyakit tersebut dapat berupa pencegahan
penyakit primer yang merupakan suatu upaya pencegahan yang berfokus pada
preventif dan promotif., selanjutnya ada pencegahan penyakit sekunder yang
merupakan suatu upaya pencegahan penyakit agar tidak terjadi dampak yang lebih
parah. Dan yang terakhir adalah pencegahan penyakit tersier yang merupakan suatu
upaya pencegahan penyakit agar meminimalisasi efek penyakit yang lebih serius dan
berkepanjangan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, hal ini disebabkan karena masih minimnya pengetahuan yang dimiliki
penulis, maka untuk kedepannya semoga penulis bisa lebih detail dan fokus dalam
18
menjelaskan isi makalah dan dengan sumber-sumbernya yang lebih lengkap lagi dan
dapat dipertanggung jawabkan. Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini, dapat
menjadi suatu pembelajaran bagi pembaca dan dapat lebih memahami mengenai Pola
Penyakit Konteks Perubahan Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup.
19
DAFTAR PUSTAKA
Darmareja, R., Sihombing, R. M., Mukhoirotin, M., Haro, M., Sari, T. H., & Rantung,
J. (2021). Dasar-Dasar Keperawatan: Konsep untuk Mahasiswa Keperawatan .
Yayasan Kita Menulis.
20
21