LP Konsep Suhu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

TERMOREGULASI

Dosen Pembimbing :
Ns Marini Agustin. S.Kep,M.Kep,M.Pd

Disusun Oleh :
Adinda Fathimatuz Zahra
1720210033

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM ASYAFI’IYAH
JAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1.Definisi

Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan menggunakan termometer. Di
dalam tubuh terdapat 2 macam suhu, yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu dari
tubuh bagian dalam dan besarnya selalu dipertahankan konstan dari hari ke hari, kecuali bila
seseorang mengalami demam. Sedangkan suhu kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan
turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh, suhu
kulit akan meningkat. Sebaliknya, apabila tubuh mengalami kehilangan panas yang besar maka
suhu kulit akan menurun (Guyton & Hall, 2012).

Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang dihasilkan dan panas yang dikeluarkan
(Ernawati, 2012). Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh dengan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang dihasilkan dikurangi panas yang hilang
adalah suhu tubuh (Potter & Perry, 2010).

Suhu tubuh bersifat hampir konstan, Suhu tubuh terendah terdapat pada pagi hari dan
meningkat pada siang atau malam hari, Semakin rendah jika semakin dekat dengan permukaan
tubuh itulah yang diukur, Suhu dipusat tubuh (body care) lebih tinggi daripada permukaan suhu
tubuh, Suhu tubuh pada orang yang sama mempunyai perbedaan jika diukur dari area tubuh yang
berbeda. Penting untuk mengetahui suhu normal seseorang karena suhu normal dapat bervariasi
dari satu orang ke orang lain (Ernawati, 2012).

Termogulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan


produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh
tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran
panas harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu. Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu
tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada
suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior
mengontrol produksi panas.
Suhu tubuh yang normal adalah 35,8°C – 37,5°C. Pada pagi hari suhu akan mendekati
35,5°C, sedangkan pada malam hari mendekati 37,7°C. Pengukuran suhu di rektum juga akan
lebih tinggi 0,5°-l°C, dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut 0,5°C lebih tinggi dibandingkan
suhu aksila (Sherwood, 2014).

2.Anatomi dan Fisiologi

Setiap spesies memiliki sebuah set point yang di tetapkan secara genetis, memiliki temperatur inti
tubuh yang optimal untuk mempertahankan aktivitas fisiologis yang normal. Untuk dewasa awal
yang sehat rata-rata suhu oral 37° C. Tidak ada nilai suhu yang berlaku untuk semua orang, namun
Fuller dan Schaller (2000) memberikan rentang temperatur oral normal orang yang beristirahat
adalah 35,8° C sampai 37,3° C (96,4° F-99,1° F). Rentang ini dapat di pahami dengan menganalisis
anatomi, fisiologi, dan biokimia sistem transportasi tubuh. Keseimbangan suhu tubuh di regulasi
oleh mekanisme fisiologi dan perilaku.

1. Kontrol neural dan vaskular


Hipotalamus terletak di antara dua hemisfer selebral, dan di dalam korpus kolusum.
Hipotalamuslah yang mengontrol temperatur tubuh dan mempertahankan set point.
Hipotalamus dapat merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior
mengontrol pengeluaran panas dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas
dengan fluktuasi minor +1,5° C. Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas
melebihi set point, implus akan di kirim untuk menurunkan suhu tubuh, mekanisme
pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasipemuluh darah, dan hambatan
produksi panas. Darah di distribusikan kembali ke pembuluh darah permukaan untuk
meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih
rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi pembuluh
darah mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas.kompensasi produksi panas
distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot. Bila
vasokonstriksi tidak efektif, tubuh mulai menggigil. Menggigil dapat meningkatkan
produksi panas empat sampai lima kali lebih besar dari normal. Lesi atau trauma pada
hipotalamus dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu.
2. Kontrol perilaku
Manusia secara sadar bertindak untuk mempertahankan suhu tubuh yang nyaman ketika
terpajan pada suhu yang ekstrem. Kemampuan individu untuk mengontrol suhu tubuh
bergantung pada :
a. Derajat ekstrem suhu,
b. Kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan atau ketidaknyamanan,
c. Proses pikir atau emosi
d. Mobilitas atau kemampuan individu untuk melepaskan atau menambah pakaian.
Kontrol suhu tubuh sulit bila salah satu dari kemampuan ini tidak ada atau hilang,
bayi dapat merasakan kondisi hangat tidak nyaman tetapi memerlukan bantuan dalam
mengubah lingkungan mereka. Lansia mungkin memerlukan bantuan dalam mendeteksi
lingkungan dingin dan meminimalkan kehilangan panas. Penyakit, penurunan tingkat
kesadaran, atau kerusakan proses pikir mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengenali
kebutuhan untuk mengubah perilaku untuk dingin, perilaku peningkatan kesehatan
mempunyai keterbatasan efek pada pengendalian suhu. Perawat mengkaji variabel yang
menempatkan klien pada risiko tinggi untuk ketidakefektifan termoregulasi.

Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana
thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus
anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.

Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point,implusakan dikirim
untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi
(pelebaran) pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke
pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior
merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja.
Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran aliran darah ke kulit dan
ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran
(menggigil) pada otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran
panas, tubuh mulai mengigi. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang
membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu.
(Potter dan Perry, 2005).
Menurut Vita dan Yuni (2017), Manusia memiliki mekanisme pengaturan untuk bisa
mempertahankan suhu tubuh tetap optimal dalam berbagai macam kondisi lingkungan. Suhu pada
manusia utamanya dipertahankan pada suhu 37° C jika diukur secara oral atau melalui mulut. Suhu
tubuh masih dianggap normal apabila suhu tubuh dalam rentang 35,5° C pada pagi hari hingga
37,7° C pada malam hari. Rata-rata suhu tubuh adalah 36,7° C. Pengukuran suhu tubuh dapat
dilakukan dibeberapa lokasi, antara lain dimulut (oral), ketiak dan dilubang anus (rektal).
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui
radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.

1) Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya
bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Tubuh bisa mendapatkan
panas secara radiasi dari matahari, atau benda yang terbakar (tanpa tersentuh secara langsung)

2) Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung. Misalnya saat
kita memegang es, tangan kita akan menjadi lebih dingin karena panas berpindah dari tangan
ke es tersebut.

3) Konveksi
Adalah perpindahan panas melalui aliran udara atau air. Misalnya, dengan hembusan kipas
angin maupun seperti saat mengendarai sepeda atau kendaraan dengan jendela terbuka, itulah
mengapa pada kondisi tersebut kita cenderung merasa lebih dingin.

4) Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.

Perubahan suhu tubuh manusia :

1. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seseorang individu mengalami atau beresiko mengalami kenaikan suhu
tubuh terus-menerus lebih tinggi dari 37,8°C.

2. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi normal
(suhu dingin), suhunya berada dibawah 35°C.

3. Demam (hiperpireksia)
Demam merupakan temperatur tubuh dari atas batas normal, penyebab tersering, yaitu karena
bakteri, tumor, dan keadaan lingkungan.

4. Kelelahan akibat panas


Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan, disebabkan oleh lingkungan yang terpajan dengan panas.
Tindakan yang dapat dilakukan yaitu memindahkan pasien ketempat yang lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.

5. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan suhu tinggi dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, klien dengan resiko tinggi pada
penyakit kardiovaskular, hpertiroidisme, diabetes dan alkoholik dan klien yang mengonsumsi
obta-obatan yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas dan mereka yang
menjalani olahraga berat,

Tujuan

Mengetahui rentang suhu tubuh.pengukuran suhu ditujukan untuk memperoleh suhu inti
jaringan tubuh rata-rata yang representatif.Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung pada lokasi
pengukuran.Tempat yang menunjukan suhu inti merupakan indikator suhu tubuh yang lebih dapat
diandalkan dari pada tempatyang menunjukkan suhu permukaan.Arteri paru menunjukan nilai
yang paling representatif karena darah bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada
arteri paru merupakan standar dibandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat.
Manfaat

Pengukuran suhu tubuh merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting dalam
penilian status kesehatan.kenaikan mampuan penurunan suhu tubuh yang signifikan sangat
berpengaruh pada seluruh organ tubuh.kenaikan suhu tubuh misalnya,akan mengakibatkan
pertambahan laju metabolisme.

Indikasi

Pengukuran suhu tubuh sebagai salah satu tanda vital diindikasikan pada semua kondisi

Kontraindikasi

Kontraindikasi pengukuran suhu lebih berdasarkan pada tempat pengukuran,misalnya


pengukuran suhu tubuh lewat rektal dikontraindikasikan pada bayi baru lahir

Tempat pengukuran suhu tubuh

Terdapat beberapa tempat pengukuran suhu,antara lain sebagai berikut

Tabel 3.4 Tempat pengukuran suhu tubuh


Suhu inti Suhu permukaan

1.Rektal 1.kulit
2.Membran 2.Aksila
timpani 3.Oral
3.Esofagus
4.Arteri pulmonal
5.kandung kemih

Tanda dan Gejala

Hipertermi:
1. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),
2. Takipnea (nafas lebih dari 24 x/menit),
3. Takikardi (nadi lebih dari 100x/menit),
4. kulit kemerahan,
5. kulit terasa hangat,
6. kejang,
7. gelisah,
8. suhu diatas 37,5oC.
Sedangkan hipotermi:
1. bradikardi (nadi kurang dari 60x/menit),
2. sianosis,
3. hipoksia,
4. kulit dingin,
5. CRT lambat,
6. menggigil,
7. pengkatan konsumsi oksigen,
8. penurunan ventilasi,
9. takikardi,
10. vasokontriksi perifer,
11. suhu di bawah 36,5oC
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam, obat-obat
anti inflamsi analgeti dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macamn dan sering dan
sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mmepunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Dan bisa juga untuk menurunkan demam menggunakan obat asetaminofen.

Penatalaksanaan keperawatan

1. Pasien demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal : agar suhu tubuh tetap tetap
dalam keadaan normal
2. Pakaian diushakan tidak tebal : membantu mempermudah penguapan panas
3. Memberikan minum yang banyak karena kebutuhan air meningkat: mencegah terjadinya
dehidrasi sewaktu panas
4. Memberi kompres hangat: mempercepat dalam dalam penurunan produksi panas
PATHWAY

7. agens farmaseutikal, 1. perubahan laju metabolisme,


8. aktivitas yang berlebihan, 2. sepsis,
9. berat badan ekstrem, 3. suhu lingkungan ekstrem,
10. dehidrasi, 4. usia ekstrem (bayi prematur dan
11. pakaian yang tidak sesuai lansia),
untuk suhu lingkungan, 5. kerusakan hipotalamus,
12. peningkatan kebutuhan 6. trauma.
oksigen,

Termoreseptor sentral (di


Termoreseptor hipotalamus bagian lain SSP dan
perifer (kulit) organ abdomen

Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus

Adaptasi Neuron Sistem saraf Sistem saraf


perilaku motorik simpatis simpatis

Otot rangka Pembuluh Kelenjar


darah keringat
Kontrol
produksi
panas/pengura Kontrol Kontrol
ngan panas produksi panas pengurangan panas

Risiko Hipertermi Hipotermi Ketidakefektifan


ketidakseimbanga termoregulasi
n suhu tubuh
TANDA-TANDA KEBUTUHAN TERPENUHI

Tanda- tanda jika kebutuhan terpenuhi

- Menggigil, kulit merah dan kejang menurun

- Piloereksi, kutis memorata ( biru karena dingin) dan pucat menurun

- Takikardi, takipnea(nafas cepat), brandikardi (jantng lambat), dan hipoksia (kurang O2)
menurun

- Suhu tubuh dan kulit membaik

- Tekanan darah membaik (SLKI, 2018)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ada beberapa yaitu :

a) Usia

Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu tubuh sehingga dapat
terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan
pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan. Suhu normal akan terus
menurun saat seseorang semakin tua. Pada dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih
rendah dibandingkan dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum
ditemukan pada dewasa tua. Namun rata - rata suhu tubuh dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka
lebih sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama
pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangnya aktivitas
kelenjar keringat dan metabolisme yang menurun.

b) Olahraga

Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbohidrat dan
lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi
panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti lari jarak jauh
dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41 °C.
c) Kadar hormon

Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan
adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah suhu dasar yaitu sekitar1/10nya.
Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan
meningkat dan menaikan suhu tubuh kesuhu dasar atau kesuhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini
dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada
wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan
prespirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode initerjadi peningkatan disebut hot
flashes.Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.

d) Irama sirkadian

Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama periode 24 jam. Suhu terendah berada
diantara pukul 1 sampai 4 pagi (gambar 32-2). Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan mencapai
maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak
mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.
Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irima suhu
sirkardian tidak berubah seiring usia.

e) Stres

Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan saraf.
Perubahan fisologis ini meningkatkan metebolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.
Pasien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.

f) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh
manusia berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-
anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurnag efisien.

g) Penyakit
Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu tubuh diantaranya adalah :

- Demam berdarah dengue

Demam dengue /DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, raum, limfadenopi plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.

- Demam tifoid

Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella typhi.
Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan
struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit
monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makan atau yang terkontaminasi.

- Febris /demam Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal. Tipe
demam demam yang sering dijumpai antara lain :

1) Demam septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

2) Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal, penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.

3) Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti
ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam dintara
dua serangan demam disebut kuartana.

4) Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

5) Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

6)Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah, penyebab dari malaria
adalah protozoa dari genus plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi
binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. (Sudoyo aru, dkk 2009).

GANGGUAN KEBUTUHAN YANG TERJADI

Gangguan pengaturan suhu tubuh menuru:

a. Pireksia dan Hiperpireksia

Pireksia (suhu 37,6-40˚C) dan hiperpireksia (>40˚C) merupakan kondisi utuhnya mekanisme
termoregulasi tetapi suhu tubuh dipertahankan pada angka yang tinggi. Infeksi adalah penyebab
utama pireksia. Penyebab pireksia yang lain adalah dehidrasi, obat-obatan tertentu, keganasan,
pembedahan, trauma berat, infark miokardium akut, reaksi tranfusi darah, gagal jantung, dan
hiperteroid.

b. Hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan mekanisme termoregulasi.
Terdapat disfungsi hipotalamus. Kondisi ini disebabkan oleh masalah system saraf pusat (SSP)
dan tidak berespon terhadap terapi antipiretik. Metabolisme serebri meningkat sehingga otak
memiliki kesulitan besar dalam mengatasi peningkatan produksi karbon dioksida. Terjadi
vasodilatasi serebri dan dapat meningkatkan tekanan intrakarnial sehingga membahayakan pasien
yang mengalami gangguan neurologis. Suhu 41-43˚C menyebabkan kerusakan saraf, koagulasi,
dan konvulsi. Jika keadaan berbahaya ini tidak dibalikan melalui upaya pendinginan yang efektif,
individu menderita kerusakan otak permanen dan kematian.Kondisi yang menyertai hipertermia
terdiri dari heatcramps (kram akibat terpajan suhu panas), heat exhaustion (kelelahan akibat
terpajan suhu panas) heat stroke (kenaikan suhu tubuh tanpa keluar keringat), hipertermia maligna,
dan hipertermia maligna antipsikotik (neuroleptik).

c. Hipotermia

Hipotermia adalah suhu inti yang kurang dari 35˚C. Hampir semua proses metabolisme dapat
dipengaruhi oleh hipotermia. Derajat hipotermia diklasifikasikan sebagai ringan (suhu tubuh 32-
35˚C), sedang (28-31,5˚C), berat (20-27˚C), dan sangat berat (<20˚C). Hipotermia dapat bersifat
insidental atau terpeutik. Individu berusia ekstrem dan mereka yang terpajan kondisi lingkungan
yang buruk, rentan mengalapmi hipotermia insidental. Kematian biasanya terjadi jika suhu inti
turun dibawah 25˚ C. hipotermia terapeutik dapat dipicu, akibat kurang hati-hati atau pasca
anestesia.d. Frosbite Frostbite adalah cedera lokal akibat suhu dingin pada permukaan tubuh, dan
bukan pada intinya (seperti pada hipotermia). Frostbite terjadi akibat pemajanan suhu dibawah
beku. Jari, tangan, kaki, jari kaki, dan wajah, terutama hidung, telinga dan pipi, paling beresiko
mengalami frostbite.

ASUHAN KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan identitas penanggung jawab.

a. Keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)

b. Riwayat kesehatan sekarang kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian.

- Faktor yang melatarbelakangi/mendahului/mempengaruhi keluhan

- Sifat terjadinya gejala (mendadak, perlahan, terus menerus / serangan,

hilang timbul atau berhubungan dengan waktu)

- Lokasi gejala dan sifatnya (menjalar, menyebar, berpindah atau menetap).


- Berat ringannya keluhan dan perkembangannya apakah menetap

atau cenderung bertambah/berkurang.

- Lamanya keluhan berlangsung atau mulai kapan dirasakan.

- Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.

- Pengobatan/ perawatan yang telah diperoleh hingga akhirnya meminta bantuan ke RS

c. Riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)

riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan suhu. Ataupun
riwayat dirawat di rumah sakit atau pembedahan

d. Riwayat kesehatan keluarga mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada
penyakit menular dan keturunan di keluarga pasien

2. Pola Fungsi Kesehatan

- Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan

Menjelaskan tentang pola yang dipahami klien tentang kesehatan dan bagaimana kesehatan
dikelola. kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan tembakau, alkohol,alergi, dan
obatobatan yang dikonsumsi secara bebas atau resep dokter

- Pola nutrisi/metabolisme

keluhan dalam makan dan minum (seperti mual muntah, kemampuan mengunyah menelan, dan
pola minum)

- Pola eliminasi

kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang dialami. Ada atautidaknya
konstipasi, diare, inkontinensia, retensi, dan gangguan lainnya. Kaji penggunaan alat bantu.

- Pola aktivitas/ olahraga

Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang disebabkan oleh kondisi kesehatan
tertentu atau penggunaan alat bantu yang mempengaruhi keseimbangan suhu pasien.
- Pola istirahat tidur

kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami

- pola kognitif dan perseptif

kaji status mental pasien, kemampuan bicara, ansietas, ketidaknyamanan, pendengaran dan
penglihatan.

- pola peran hubungan

kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya masalah keluarga berkenaandengan


masalah di rumah sakit.

- pola seksualitas/ reproduksi

kaji adanya masalah seksualitas pasien.

- Pola koping dan toleransi stres

keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah, dan penggunaan obatuntuk
menghilangkan stres.

- pola keyakinan-nilai

agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap kehidupan.

3. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum Keadaan secara umm yang tampak pada fisik klien

2. Pemeriksaan TTV TD,Nadi, Suhu, RR, TB, BB

3. Body System

- Pemeriksaan Wajah (Mata, Hidung, Mulut, Telinga)

- Pemeriksaan Kepala dan leher

- Pemeriksaan thoraks

• Pemeriksaaan paru (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Askultasi)


• Pemeriksaan jantung (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Askultasi)

- Pemeriksaan abdomen (Inspeksi, Askultasi, Palpasi, Perkusi)

- Pemeriksaan genetalia dan rektal

- Pemeriksaan kulit

4. Terapi

Terapi yang diberikan baik oral maupun parenteral yang diberikan dalam keseimbangan suhu

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan panduan PPNI (2016) dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
masalah atau diagnosa keperawatan yang muncul pada Gangguan Kesiembangan Suhu
merupakan:

1) Hipertermi (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit

2) Hipotermia (D.0131) berhubungan dengan penurunan laju metabolisme


Rencana keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)


Hasil (SLKI)
1. D.0130 – Hipertermia Setelah diberikan Manajemen Hipertermia
asuhan keperawatan (I.15506)
Definisi: Suhu tubuh meningkat di selama ..x 24 jam
atas rentang normal tubuh diharapkan pengaturan Definisi: Mengidentifikasi ddan
suhu tubuh agar tetap mengelola peningkatan suhu
Penyebab : berada pada rentang tubuh akibat disfungsi
normal menjadi termoregulasi.
-Dehidrasi membaik, dengan
-Terpapar lingkungan panas kriteria hasil : (L.14134)
Observasi:
-Proses penyakit (mis. infeksi,
- Identifikasi penyebab
kanker) - Menggigil menurun
hipertermia (mis. Dehidrasi,
-Ketidaksesuaian pakaian dengan - Kulit merah menurun
terpapar lingkungan panas,
suhu lingkungan - Kejang menurun
penggunaan incubator)
-Peningkatan laju metabolism - Akrosianosis menurun
- Monitor suhu tubuh
-Respon trauma - - Konsumsi oksigen
- Monitor kadar elektrolit
Aktivitas berlebihan - menurun
- Monitor haluaran urine
Penggunaan inkubator - Piloereksi menurun
- Komplikasi akibat hipertermia
- Vasokonstriksi perifer
menurun
Gejala dan Tanda Mayor Terapeutik:
- Kutis memorata
Subjektif: - Sediakan lingkungan yang
menurun
(tidak tersedia) dingin - Longgarkan atau
- Pucat menurun
lepaskan pakaian
- Tachikardi menurun
Objektif: Suhu tubuh diatas nilai - Basahi dan kipasi permukaan
- Takipnea menurun
normal tubuh
- Bradikardia menurun
Gejala dan Tanda Minor - Berikan cairan oral
Subyektif : - Dasar kuku sianotik - Ganti linen setiap hari atau
(tidak tersedia) menurun lebih sering jika mengalami
Obyektif : - Hipoksia menurun hiperhidrosis (keringat berlebih)
-Kulit merah - Suhu tubuh membaik - Lakukan pendinginan
-Kejang - Suhu kulit membaik eksternal (mis. Selimut
-Takikardi - Kadar glukosa darah hipotermia atau kompres dingin
-Takipnea membaik pada dahi, leher, dada, abdomen,
-Kulit terasa hangat
- Pengisian kapiler akxila) - Berikan oksigen, jika
membaik perlu
- Ventilasi membaik
- Tekanan darah membaik Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
Kondisi Klinis Terkait :
Kolaborasi :
-Proses infeksi - Kolaborasi pemberian cairan
-Hipertiroid dan elektrolit intravena, jika
-Stroke perlu
-Dehidrasi
-Trauma
-Prematuritas

2 D.0130 – Hipotermia Setelah diberikan Manajemen Hipotermia


asuhan keperawatan (I.14507)
Definisi: Suhu tubuh berada di selama .. x 24 jam
bawah rentang normal tubuh diharapkan pengaturan Definisi: Mengidentifikasi ddan
suhu tubuh agar tetap mengelola suhu tubuh di bawah
Penyebab : berada pada rentang rentang normal.
normal menjadi
-Kerusakan hipotalamus membaik,dengan
Observasi:
-Konsumsi alkohol kriteria hasil : (L.14134)
- Monitor suhu tubuh
-Berat badan ekstrem
-Kekurangan lemak subkutan - Menggigil menurun - Identifiksi penyebab
-Terpapar suhu lingkungan - Kulit merah menurun hipotermia (mis. terpapar suhu
rendah - Kejang menurun lingkungan rendah, pakaian
-Malnutrisi - Akrosianosis menurun tipis, kerusakan hipotalamus,
-Pemakaian pakaian tipis - Konsumsi oksigen penurunan laju metabolism,
-Penurunan laju metabolisme menurun kekurangan lemak subcutan)
-Tidak beraktivitas - Piloereksi menurun - Monitor tanda dan gejala
-Transfer panas (mis. konduksi, -Vasokonstriksi perifer akibat hipotermia
konveksi, evaporasi, radiasi) menurun ( hipotermia ringan : takipnea,
-Trauma - Kutis memorata menurun disartria,
-Proses penuaan - Pucat menurun menggigil,hipertensi,diuresis.
-Efek agen farmakologis - Tachikardi menurun Hipotermia sedang : aritmia,
-Kurang terpapar informasi - Takipnea menurun hipotensi,apatis, koagulopati,
tentang pencegahan hipotermia - Bradikardia menurun reflex menurun.
Gejala dan Tanda Mayor - Dasar kuku sianotik Hipotermia berat: oliguria,
Subjektif: menurun reflex menghilang, edema paru,
(tidak tersedia) - Hipoksia menurun asam basa abnormal)
Objektif: - Suhu tubuh membaik
-Kulit terasa dingin - Suhu kulit membaik Terapeutik:
-Menggigil - Kadar glukosa darah - Sediakan lingkungan yang
-Suhu tubuh dibawah nilai membaik hangat (mis. atur suhu ruangan,
norma - Pengisian kapiler incubator )
membaik - Ganti pakaian dan/atau linen
Gejala dan Tanda Minor - Ventilasi membaik yang basah
Subyektif : - Tekanan darah membaik - Lakukan penghangatan
(tidak tersedia) pasif ( mis. selimut, tutup
Obyektif : kepala, pakaian tebal)
-Akrosianosis - Lakukan penghangatan aktif
-Bradikardi eksternal ( mis. kompres hangat,
-Dasar kuku sianotik botol hangat, selimut hangat,
-Hipoglikemia perawatan metode kanguru)
-Hipoksia - Lakukan penghangatan aktif
-Pengisian kapiler > 3 detik internal (mis. infus cairan
-Konsumsi oksigen meningkat hangat, oksigen hangat, lavase
-Ventilasi menurun peritoneal dengan cairan hangat)
-Piloereksi
-Takikardia Edukasi :
-Vasokonstruksi perifer - Anjurkan makan minum
-Kutis memorata (pada hangat
neonatus)

Kondisi Klinis Terkait :

- Hipotiroidisme
- Anoreksia nervosa
- Cedera batang otak
- Prematuritas
- Berat badan lahir rendah (BBLR)
- Tenggelam
Implementasi

Implementasi adalah suatu bentuk tindakan keperawatan yang dilakukan oleh seorang
perawat sesuai dengan rencana yang telah disusun (Padila, 2012).

Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana perawat akan mengevaluasi
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk memastikan bahwa hasil
yang diharapkan telah tercapai. Evaluasi adalah kegiatan yang terus-menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
pencapaian tujuan pada rencana keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-
variabel yang mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil keputusan apakah rencana
keperawatan diteruskan, modifikasi atau dihentikan (Manurung, 2011).
Daftar Pustaka

Guyton, A.C., Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC, 1022

Manurung, S. (2011). Buku ajar keperawatan maternitas asuhan keperawatan intranatal. Jakarta
: Trans Info Media.
Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI

Vita, Andina Susanto dan Yuni Fitriana (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai