LP Termoregulasi (Novi Al)
LP Termoregulasi (Novi Al)
LP Termoregulasi (Novi Al)
KEBUTUHAN TERMOREGULASI
Disusun Oleh :
Novi Alvianita (010118A096)
B. DEFINISI
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologi tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat di
perhatikan secara konstan. (Aziz, 2012)
Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang
hilang dan dihasilkan atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi. Mekanisme
tubuh harus mempertahankan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas
agar suhu tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme
neurologis dan kardiovaskuler. (Potter dan Perry, 2010)
Termoregulasi adalah proses homeostatic yang berfungsi untuk
mempertahankan suhu tubuh untuk tetap dalam keadaan normal, yang dicapai dengan
menyeimbangkan panas yang ada dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan (Broklyn,
2008)
Hipertermi merupakan kondisi dimana tubuh mengalami peningkatan suhu
diatas normal, kondisi ini terjadi karena memberikan reaksi terhadap serang racun
yang masuk dalam tubuh secara alami apabila jumlah toksik yang masuk tidak banyak
tubuh akan menetralisir secara normal pula. Namun apabila racun atau toksik yang
ada dalam tubuh sudah melebihi ambang batas, maka akan secara alami pula tubuh
akan memberikan reaksi yang setara (Asmadi, 2008)
Normalnya suhu tubuh berkisar 36º - 37ºC, suhu tubuh dapat diartikan sebagai
keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh.
Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh
agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat atau
menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau stress. Suhu
tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian.
(Hidayat, 2008).
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat
lebih tinggi dari normal.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui
mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada di
lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena
penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia
paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka
kurang efisien.
2. Penatalaksanaan lainnya :
1) Mengawasi kondisi pasien (Monitor suhu berkala 4-6 jam)
2) Berikan motivasi untuk minum banyak
3) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
4) Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak, dan lipatan paha
5) Pemberian obat antipiretik seperti paracetamol, asetaminofen untuk membantu
dalam penurunan panas
6) Pemberian antibiotic sesuai indikasi
7) Ditempatkan pada ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian yang tidak
tebal, dan memberikan kompres
8) Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan
demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi,
konduksi, konveksi atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunakan
mandi tepid spoge, mandi dengan menggunakan larutan air alcohol, kompres es
pada daerah aksila dan lipatan paha
9) Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan
kebutuhan metabolik dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energy. (Potte and Perry, 2005)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Labolatorium meliputi :
1) Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko infeksi
2) Pemeriksaan urine
3) Uji widal
Uji widal merupakan suatu reaksi antigen dan antibody / agglutinin.
Agglutinin yang spesifik terdapat salmonella terdapat serum demam pasien.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah
dimatikan dan telat diolah di labolatorium. Maksud uji widal ini adalah untuk
menentukan agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam
typoid.
4) Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
5) Uji tourniquet
6) Pemeriksaan SGOT (Serum Glutamate Oksaloasetat Transaminase) dan
ISGPT (Serum Glutamat Piruvat Transainase). SGOT SGPT sering
meningkat tetapi kembali nrmal setelah semuhnya demam, kenaikan SGOT
SGPT tidak memerlukan pembatasan pengobtan.
2. Biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai, juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti angiografi, autografi atau limfangi giografi.
DAFTAR PUSTAKA