Proposal Penelitian Kualitatif
Proposal Penelitian Kualitatif
Proposal Penelitian Kualitatif
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
Waipah
18144200019
Oleh:
Waipah
NPM. 18144200019
Proposal ini telah diperiksa dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai dasar untuk
melakukan penelitian sesuai dengan judul yang diajukan oleh peneliti.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing, Peneliti,
Mengesahkan,
Dekan FKIP, Ketua Prodi,
ii
KATA PENGANTAR
Waipah
NPM. 18144200019
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................6
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................6
B. Fokus Penelitian .......................................................................................9
C. Rumusan Masalah ....................................................................................9
D. Tujuan Penelitian .....................................................................................9
E. Paradigma ................................................................................................9
F. Manfaat Hasil Penelitian ..........................................................................10
BAB II KAJIAN TEORI DAN PERTANYAAN PENELITIAN ..................11
A. Kajian Teori Tentang Bimbingan dan Konseling ....................................11
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ...............................................11
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling .....................................................12
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling......................................................14
4. Asas-asas Bimbingan dan Konseling .................................................14
5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling .........................................17
B. Kajian Teori Tentang Guru ......................................................................19
1. Pengertian Guru .................................................................................19
2. Syarat-syarat Guru .............................................................................20
3. Sifat-sifat Guru...................................................................................21
4. Tugas Guru.........................................................................................22
C. Kajian Teori Tentang Guru Bimbingan dan Konseling ...........................24
1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling ......................................24
2. Tugas Guru Bimbingan dan konseling ..............................................25
3. Peran Guru Bimbingan dan Konseling ..............................................26
4. Bentuk Peran Guru Bimbingan dan Konseling ..................................27
D. Kajian Teori Tentang Penyesuaian Diri...................................................28
1. Pengertian Penyesuaian Diri ..............................................................28
2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri ..................................................................29
3. Jenis-jenis Penyesuaian Diri ..............................................................31
4. Karakteristik Penyesuaian Diri ..........................................................32
iv
5. Faktor-faktor Penyesuaian Diri ..........................................................34
E. Kajian Teori Tentang Pembelajaran ........................................................35
1. Pengertian Pembelajaran....................................................................35
2. Prinsip Pembelajaran .........................................................................36
3. Ciri-ciri Pembelajaran ........................................................................37
4. Tujuan Pembelajaran .........................................................................38
5. Model Pembelajaran ..........................................................................39
6. Hasil Pembelajaran ............................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................43
A. Latar Penelitian ........................................................................................43
B. Cara Penelitian .........................................................................................43
C. Data dan Sumber Data .............................................................................44
D. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................45
E. Teknik Analisis Data................................................................................49
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................................51
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................53
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sebagai wadah untuk
mendidik siswa yang diberikan oleh tenaga pendidik atau guru. Menurut Syamsu
Yusuf dan Juntika Nurihsan (2012:2) Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai
bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah di deskripsikan secara
gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personal yang terlibat,
harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki pendidikan memang menyangkut hal
itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang
esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu.
Menurut Wahyudin (2007:18) Pendidikan merupakan suatu sistem yang
memiliki kegiatan cukup kompleks, karena meliputi berbagai komponen yang
berkaitan satu sama lain. Berbagai komponen yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan harus saling menunjang dan ikut memberikan pengaruh dalam
kegiatan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara peserta didik
(siswa), pendidik (guru), kurikulum, pendekatan ataupun metode yang dipakai,
alat peraga ataupun media lain yang digunakan guru dan rancangan pelaksanaan
pembelajaran yang dibuat oleh guru. Sedangkan menurut UNESCO terdapat
empat pilar pendidikan yang dapat dijadikan guru sebagai pedoman untuk dapat
mewujudkan pendidikan yang lebih bermutu adalah: 1) siswa belajar untuk
mengetahui (learning to know), 2) siswa belajar untuk mengetahui sesuatu
(learning to do), 3) siswa belajar untuk menjadi seseorang (learning to be), 4)
siswa belajar untuk menjalani kehidupan bersama (learning to live together).
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi kreativitas
pengajar, pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan mengajar
yang mampu memfasilitasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan
kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat
peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang kompleks. Pembelajaran pada
hakekatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga merupakan
6
7
pembelajaran. Selain itu, ada siswa yang belum mampu menerima teman apa
adanya. Alasannya karena ia merasa kurang nyaman berada di sekolah dan masih
canggung dalam membangun komunikasi. Terutama siswa kelas VII C yang
masih baru masuk sekolah dan masih perlu adanya pendampingan dari guru
bimbingan dan konseling untuk membantu penyesuaian diri siswa pada
pembelajaran. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan siswa memiliki
penyesuaian diri yang kurang.
Untuk menindak lanjuti permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang tindakan guru bimbingan dan konseling dalam membantu meningkatkan
penyesuaian diri siswa baru di kelas VII C SMP PRGI Kasihan. Diharapkan
melalui tindakan guru bimbingan dan konseling ini dapat memberikan solusi
positif dalam memecahkan permasalahan yang menyangkut pada penyesuaian diri
siswa. Adapun judul penelitian ini adalah “Peran Guru Bimbingan dan
Konseling dalam Meningkatkan Penyesuaian diri pada Pembelajaran Siswa
Kelas VII C SMP PGRI Kasihan Tahun Pelajaran 2021/2022”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam
Meningkatkan Penyesuaian Diri pada Pembelajaran Siswa Kelas VII C SMP
PRGI Kasihan Tahun Pelajaran 2021/2022.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu bagaimana Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam
Meningkatkan Penyesuaian Diri pada Pembelajaran Siswa Kelas VII C SMP
PGRI Kasihan Tahun Pelajaran 2021/2022 ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Guru
Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Penyesuaian Diri pada
Pembelajaran Siswa Kelas VII C SMP PGRI Kasihan Tahun Pelajaran 2021/2022.
E. Paradigma
Paradigma menjadi dasar mencari fakta-fakta dalam proses penelitian.
Menurut Arifin (2012:146) Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi
para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta-fakta melalui kegiatan penelitian
yang dilakukannya. Penelitian ini berfokus pada peran guru bimbingan dan
konseling dalam meningkatkan penyesuaian diri pada pebelajaran siswa kelas VII
10
11
12
c. Asas keterbukaan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak pura-
pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna
bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing atau konselor
berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik atau klien. Agar
peserta didik atau klien mau terbuka, guru pembimbing atau konselor
terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan
ini berkaitan erat dengan asas kerahasiaan dan asas kesukarelaan.
d. Asas kegiatan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru pembimbing (konselor) perlu
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
e. Asas kemandirian, yaitu asas yang menunjukan pada tujuan umum
bimbingan dan konseling. Ini berarti peserta didik (klien) sebagai sasaran
layanan kegiatan bimbingan dan konseling yang diharapkan bisa menjadi
individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing (konselor) hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
perkembangan kemandirian peserta didik.
f. Asas kekinian, yaitu asas yang menghendaki agar objek sasaran layanan
bimbingan dan konseling yang berupa permasalahan mampu dihadapi
peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan
masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa
yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
g. Asas kedinamisan, yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju,
tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas keterpaduan, yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
16
terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai
pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting
dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
i. Asas kenormatifan, yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan norma-norma, baik
norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui
segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini, harus
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
j. Asas keahlian, yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
professional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang
benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru
pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-
jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan
kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas alih tangan kasus, yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien)
kiranya dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing (konselor) dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,
guru-guru lain, atau ahli lain. Sebaliknya, guru pembimbing (konselor)
dapat mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik
yang berada di lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
l. Asas Tut Wuri Handayani, yaitu asas yang mengehendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-
luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling terdapat asas-asas yang harus diterapkan. Selain
asas-asas tersebut terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu
17
Selain itu individu yang memiliki kehidupan emosi yang sehat mampu
memberikan reaksi-reaksi emosi yang realistis dan tetap di bawah kontrol
sesuai dengan situasi yang dihadapi. Sebaliknya penyesuaian diri yang
buruk ditandai dengan adanya kecenderungan untuk mengekspresikan
emosi secara berlebihan (over) atau sebaliknya.
e. Relasi interpersonal baik
Individu yang memiliki penyesuaian yang baik mampu mencapai
tingkat keintiman yang tepat dalam suatu hubungan sosial. Individu
mampu bertingkah laku secara berbeda terhadap individu yang berbeda
karena kedekatan relasi, interpersonal antar individu yang berbeda pula.
Individu mampu menikmati disukai dan direspek oleh orang lain di satu
sisi, tetapi juga mampu memberikan respek dan menyukai orang lain.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri penyesuaian diri yang baik adalah yang memiliki sikap dan tingkah laku
yang nyata sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, memiliki sikap
menyenangkan terhadap orang lain, bersedia berpartisipasi dan dapat
menjalankan peranannya dengan baik sebagai anggota kelompok, dan memiliki
gambaran diri yang positif, serta dapat mengekspresikan perasaannya.
3. Jenis-jenis Penyesuaian Diri
Menurut Sofyan dan Willis (2011:56) ada beberapa jenis penyesuaian diri,
diantaranya adalah :
a. Penyesuaian Diri di dalam Keluarga
Penyesuaian diri di dalam keluarga yang terpenting ialah penyesuaian
diri terhadap orang tua. Individu dikatakan berhasil menyesuaikan didalam
keluarga apabila ia mampu mengikuti aturan didalam keluarganya
terutama dengan sifat orangtua baik yang otoriter, maupun yang memberi
kebebasan terhadap anaknya.
b. Penyesuaian diri di Sekolah
Yang penting ialah penyesuaian diri terhadap guru, mata pelajaran,
teman sebaya dan lingkungan sekolah. Penyesuaian diri di sekolah
meliputi penyesuaian diri guru mengahadapi murid-muridnya, penyesuaian
siswa terhadap mata pelajaran, penyesuaian diri siswa terhadap teman
sebaya, dan penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan fisik dan sosial
sekolah.
32
b. Keaktifan
Keaktifan merupakan sebuah tingkah laku yang ditampakan oleh
peserta didik dalam menerima proses pembelajaran berlangsung. Mulai
dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang
susah untuk diamati. Peserta didik akan terlihat aktif dan mengikut proses
pembelajaran dengan baik.
c. Keterlibatan
Keterlibatan atau yang lebih dikenal dengan pengalaman peserta didik
merupakan proses pembelajaran yang mengacu pada peserta didik yang
bekerja daripada guru yang mentransfer ilmu kepada peserta didik
sehingga akan menghasilkan pengalaman pengetahuan yang dirasakan
oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
d. Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang
barangkali paling tua seperti yang ditemukan oleh teori psikologi daya.
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari
daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir
dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip-prinsip
pembelajaran terbagi menjadi 4 (empat) yaitu perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan, serta pengulangan.
3. Ciri-ciri Pembelajaran
Implikasi ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan lingkungan belajar yang
konstruktif menurut Hujono dalam Trianto (2014:21) yaitu sebagai berikut:
a. Menyediakan pengalaman belajar dalam mengaitkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupakan
proses pembentukan pengetahuan.
b. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar.
c. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik, dan relevan
dengan melibatkan pengalaman pengalaman konkret.
d. Mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi
dan kerja sama antar siswa.
e. Memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik.
38
f. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga lebih menarik dan
siswa mau belajar.
Sedangkan di dalam buku kurikulum dan pembelajaran menurut Oemar
Hamalik (2011:57) mengemukakan bahwa ciri-ciri pembelajaran sebagai
berikut:
a. Rencana ialah penataan ketenagaan material dan prosedur, yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b. Saling ketergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem
pembelajaran.
c. Tujuan sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Ciri menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh
manusia dan sistem yang alami (natural). Sistem yang diibuat manusia
seperti: sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan,
semuanya memiliki tujuan. Sistem alami (natural) seperti: sistem ekologi,
sistem kehidupan hewan, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi
tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan utama sistem pembelajaran agar
siswa belajar, tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi
tenaga, material, dan prosedur, agar siswa belajar secara efisien dan
efektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, ciri-ciri
pembelajaran menurut Hujono ada 6 (enam) point yang menjadi ciri-ciri
pembelajaran sedangkan menurut Oemar Hamalik ada 3 (tiga) yang menjadi
ciri-ciri pembelajaran.
4. Tujuan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses kegiatan
secara berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik. Hal ini
sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
39
A. Latar Penelitian
Pada penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai penyesuaian diri pada pembelajaran siswa kelas
VII C SMP PGRI Kasihan. Penelitian ini akan lebih cenderung diperoleh melalui
wawancara. Penelitian di lakukan di SMP PGRI Kasihan dengan kepala SMP
PGRI Kasihan adalah Anjarwati, S.T. Yang berlokasi di Jl. PGRI II No.05,
Sonosewu, Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55812.
Menurut Afrizal (2016:13) menyatakan bahwa, penelitian kualitatif adalah
metode penelitiam ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data
berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta
penelitian tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif
yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka.
Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2013:5) menyatakan
bahwa, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
mengumpulkan dan manganalisis data dengan latar ilmiah serta tidak berusaha
menghitung data atau tidak menganalisis angka.
B. Cara Penelitian
Subjek penelitan ini adalah siswa kelas VII C, proses pengambilan data
melalui instrumen pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Observasi dilakukan di SMP PGRI Kasihan, untuk mengamati
penyesuaian diri dalam pembelajaran siswa kelas VII C, kemudian akan
melaksanaan wawancara, wawancara ini dibuat supaya pembicaraan atau
pembahasan dengan siswa lebih terarah dan peneliti mendapatkan informasi
dengan jelas dan lengkap. Proses melakukan wawancara akan dilaksanakan secara
langsung di sekolah, alasan peneliti melakukan proses wawancara dengan cara
seperti itu dikarenakan dapat hasil yang diinginkan oleh peneliti, dan dokumentasi
43
44
A.M, Sadirman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar-ed.I. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Dimyati dan Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djam’an Satori dan Aan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Elfi Mu’awanah. 2004. Mengenal Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT Bina Ilmu.
Indrawati, E. S., & Fauziah, N. 2012. Attachment dan Penyesuaian Diri dalam
Perkawinan. Jurnal Psikologi Undip, 1(4), 40–49.
https://doi.org/10.14710/JPU.11.1.10
53
54
Mashudi, Toha dkk, (2007:3). Pembelajaran di SD. Diakses dari laman web pada
tanggal 23 November 2021 pukul 20.00 WIB dari:
http:/masguruonline.wordpress.com/2013/05/20/karakteristikumumpembela
jarandisekolahdasar/
Miftahul Ulum. 2011. Demitologi Profesi Guru. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
Prayitno dan Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2015. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Anak Didik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsu dan Juntika. 2012. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
Syamsu Yusuf, et.al. 2006. Landasan Bimbingan & konseling. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. UNY Press:
Yogyakarta.
55
Wahyudin Dinn, Supriadi dan Abduhak Ishak, 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Zainal Arifin. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosda Karya.