Jurnal Reading Nifas Nurfita
Jurnal Reading Nifas Nurfita
Jurnal Reading Nifas Nurfita
Oleh:
NURFITA SARI
NIM. P07124222026
Laporan Jurnal Reading Stase Fisiologis Holistik Nifas dan Menyusui Asuhan
Kebidanan Holistik Nifas dan Menyusui di Puskesmas Karang Ampenan Kota
Mataram telah diperiksa dan disahkan pada tanggal November 2022.
Pembimbing Klinik
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I ISI JURNAL..............................................................................................1
A. Judul Jurnal..................................................................................................1
B. Abstrak.........................................................................................................1
C. Pendahuluan.................................................................................................1
D. Metode..........................................................................................................1
E. Hasil.............................................................................................................2
F. Pembahasan..................................................................................................2
G. Kesimpulan..................................................................................................2
BAB II TELAAH JURNAL.................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA……………………………………..…………5
BAB IV PENUTUP.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
ISI JURNAL
A. Judul Jurnal
Hubungan Teknik Menyusui Dengan Terjadinya Lecet Puting Susu
Pada Ibu NIfas
B. Abstrak
Puting susu lecet merupakan salah satu masalah dalam menyusui
yang disebabkan trauma pada putting susu saat menyusui, selain itu dapat
pula terjadi retak dan pembentukkan celah-celah. Sebanyak 57% ibu yang
menyusui dilaporkan pernah menderita puting susu lecet. World Health
Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terdapat 1 - 1,5 juta bayi
meninggal dunia karena tidak diberi ASI secara eksklusif. Masalah puting
susu lecet di BPM Wirahayu Panjang Bandar Lampung Tahun 2015 sebanyak
35 kasus atau sebesar (58,3%) dari 60 ibu menyusui. Tujuan penelitian ini
adalah untuk diketahuinya hubungan teknik menyusui dengan terjadinya lecet
puting susu di BPM Wirahayu Panjang Bandar Lampung Tahun 2015Desain
penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian yaitu seluruh ibu nifas di BPS Wirahayu
Panjang Bandar Lampung pada Bulan April-Mei Tahun 2015 yang berjumlah
40 orang dan sampel sebanyak 60 orang. Pengambilan sampel menggunakan
Accidental Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar
observasi. Teknik analisis data univariat dengan menggunakan presentase dan
bivariat dengan chi-square. Dari hasil penelitian didapatkan ibu yang
menyusui bayinya dengan teknik menyusui yang salah dan mengalami
kejadian lecet puting susu sebanyak 24 orang atau sebesar (68,6%). Hasil uji
statistic dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Teknik
menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas dengan p-value
0,025 dan OR 3,879.Dari hasil diatas, bagi petugas kesehatan diharapkan agar
1
dapat lebih mensosialisasikan faktor-faktor pencetus yang perlu dihindari
untuk mencegah terjadinya lecet putting susu khususnya cara atau Teknik
menyusui yang benar.
C. Pendahuluan
Asuhan selama priode masa nifas perlu mendapat perhatian karena
sekitar 60% angka kematian ibu terjadi pada periode ini. Angka kematian ibu
(AKI) merupakan banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas tanpa memperhatikan umur
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Maritalia, 2012.). Masa nifas atau
puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
(42 hari) setelah itu Priode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis
bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial
(Prawirohardjo, 2012.) Dalam masa nifas terdapat suatu aktifitas yang dapat
mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yaitu menyusui. Menyusui
merupakan proses memberikan makanan pada bayi dengan menggunakan air
susu ibu langsung dari payudara ibu (Depkes, 2006.)
ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan
pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak bayi
baru lahir sampai dengan usia 6 bulan, pemberian ASI eksklusif ini tidak
harus langsung dari payudara ibunya. Ternyata ASI yang ditampung dari
payudara ibu dan ditunda pemberiannya melalui metode penyimpanan yang
benar relative masih sama kualitasnya dengan ASI yang langsung dari
payudara ibunya (Sulistyawati, 2009).
Masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui merupakan teknik
menyusui yang tidak benar sehingga mengakibatkan lecet puting susu,
dimana bayi tidak mengisap puting sampai ke areola payudara (Bahiyatun,
2009.) sekitar 57% dari ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan
pada putingnya (Soetjiningsih, 2012.).
Teknik menyusui yang baik dan benar merupakan apabila areola
sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak
2
mungkin dilakukan pada ibu yang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah
cukup bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus
laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu. Puting susu
yang lecet juga disebabkan oleh moniliasis (infeksi yang disebabkan oleh
monilia yang disebut candida) pada mulut bayi yang menular pada puting
susu, iritasi akibat membersihkan puting dengan sabun, lotion, krim, alkohol,
bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue) sehingga sulit menghisap
sampai areola dan hanya sampai puting, dan cara menghentikan menyusu
kurang hati-hati (Bahiyatun, 2009).
Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak, payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat
akhirnya akan terjadi mastitis (Soetjiningsih, 2012). Berdasarkan laporan dari
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) sepertiga wanita di
dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan
payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3% ibu
yang memberikan ASI eksklusif pada anak mereka. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu
menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet, kemungkinan hal
tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama
kehamilan.ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-
hal berikut Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi, ASI
eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau
minuman, ASI diberikan secara on-demen atau sesuai kebutuhan bayi, setiap
hari setiap malam, ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun
dot (Dewi dkk, 2011).
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008- 2009 menunjukan bahwa
55% ibu menyusui mengalami puting susu lecet dan mastitis, kemungkinan
hal itu disebabkan karena teknik menyusui yang salah.
D. Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Populasi dalam penelitian yaitu seluruh ibu nifas di BPS
3
Wirahayu Panjang Bandar Lampung pada Bulan April-Mei Tahun 2015 yang
berjumlah 40 orang dan sampel sebanyak 60 orang. Pengambilan sampel
menggunakan Accidental Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan
lembar observasi. Teknik analisis data univariat dengan menggunakan
presentase dan bivariat dengan chi-square.
E. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat
disimpulkan.lecet puting susu pada ibu nifas di BPM Wirahayu Panjang
Bandar Lampung sebesar (55%), sedangkan yang tidak mengalami kejadian
lecet putting sebanyak 27 kasus atau sebesar (45%).Ibu nifas yang menyusui
bayinya dengan teknik menyusui yang salah di BPM Wirahayu Panjang
Bandar Lampung Bulan April - Mei Tahun 2015 sebanyak 35 orang atau
sebesar (58,3%), sedangkan ibu nifas yang menyusui bayinya dengan teknik
menyusui yang benar sebanyak 25 orang atau sebesar (41,7%).Terdapat
hubungan antara teknik menyusui dengan terjadinya lecet putting susu pada
ibu nifas di BPM Wirahayu Panjang Bandar Lampung Bulan April-Mei
Tahun 2015 dengan P-Value = 0,025.
F. Pembahasan
Puting susu lecet merupakan keadaan dimana terjadi lecet pada
puting susu yang ditandai dengan nyeri, retak dan pembentukan celah-celah
pada puting susu (Dewi, dkk, 2011). Asuhan selama priode masa nifas perlu
mendapat perhatian karena sekitar 60% angka kematian ibu terjadi pada
periode ini. Banyaknya Wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas tanpa memperhatikan umur
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Maritalia, 2012).
Lecet puting susu dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui.
Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. beberapa
penyebab putting susu lecet yaitu teknik menyusui yang tidak benar, puting
susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu
membersihkan puting susu, moniliasis pada mulut bayi yang menular
4
pada puting susu ibu, bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue), cara
menghentikan menyusui yang kurang tepat (Dewi,dkk :2011).
Teknik menyusui merupakan cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perleketan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Dewi dkk, 2011.)
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu
menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusui sehingga dapat
menyebabkan bendungan ASI ataupun mastitis (Dewi dkk, 2011). Dari hasil
penelitian yang dilakukan terdapat ibu nifas yang menyusui bayinya
dengan teknik menyusui yang salah di BPM Wirahayu Panjang Bandar
Lampung pada bulan April-Mei tahun 2015 sebanyak 35 orang atau sebesar
(58,3%) dari 60 ibu nifas, sedangkan ibu nifas yang menyusui bayinya
dengan teknik menyusui yang benar sebanyak 25 orang atau sebesar (41,7%).
Hal ini disebabkan karena ibu nifas yang menyusui bayinya belum
5
putting susu ibu, bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue) dan cara
menghentikan menyusui yang kurang tepat.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat
disimpulkan.lecet puting susu pada ibu nifas di BPM Wirahayu Panjang
Bandar Lampung sebesar (55%), sedangkan yang tidak mengalami kejadian
lecet putting sebanyak 27 kasus atau sebesar (45%).Ibu nifas yang menyusui
bayinya dengan teknik menyusui yang salah di BPM Wirahayu Panjang
Bandar Lampung Bulan April - Mei Tahun 2015 sebanyak 35 orang atau
sebesar (58,3%), sedangkan ibu nifas yang menyusui bayinya dengan teknik
menyusui yang benar sebanyak 25 orang atau sebesar (41,7%).Terdapat
hubungan antara teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting
susu pada ibu nifas di BPM Wirahayu Panjang Bandar Lampung Bulan
April-Mei Tahun 2015 dengan P-Value = 0,025.
6
BAB II
TELAAH JURNAL
A. Telaah Artikel PICOT
JURNAL I JURNAL II
HUBUNGAN TEKNIK HUBUNGAN TEKNIK
MENYUSUI DENGAN MENYUSUI DENGAN PUTTING
TERJADINYA LECET LECET PADA IBU MENYUSUI DI
PUTTING SUSU PADA IBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NIFAS WAY SULAN KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN TAHUN
2019
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
serta mengecek apakah terdapat infeksi candida (mulut bayi
perlu dilihat). Biasanya kulit merah, berkilat, kadang gatal,
terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (flaky).
Pada keadaan putting susu lecet, yang kadang kala retak- retak
atau luka, maka dapat dilakukan cara- cara seperti berikut:
a) Ibu dapat terus memberikan ASI-nya pada keadaan luka
tidak begitu sakit.
b) Olesi puting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-sekali
memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain
c) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara
waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh
sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam
d) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena akan nyeri.
e) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenerkan untuk
menggunakan sabun
2) Payudara bengkak
Sebelumnya, perlu dibedakan antara payudara penuh,
karena berisi ASI (bendungan ASI) dan payudara bengkak.
Pada payudara penuh, gejala yang dirasakan pasien adalah
rasa berat pada payudara, panas dan keras, sedangkan pada
payudara bengkak, akan terlihat payudara udem, pasien
merasakan sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau
tidak merah, ASI tidak keluar bila diperiksa atau diisap, dan
badan demam setelah 24 jam. Hal tersebut terjadi disebabkan
karena beberapa hal, antarannya yaitu produksi ASI
meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang
baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, mungkin juga
ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah maka
diperlukan seperti menyusui dini, perlekatan yang baik, dan
9
menyusui “ On Demand”, dimana bayi harus lebih sering
disusui. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi
payudara bengkak ini antara lain:
a) Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusui
sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan
menurun
b) Untuk merangsang reflex oxytocin maka dilakukan :
(1) Kompres panas untuk menyurangi rasa sakit
(2) Ibu harus rileks
(3) Pijat leher dan punggung belakang ( sejajar dengan
payudara)
(4) Pijat ringan pada payudara yang bengkak ( pijat
pelan-pelan kearah tengah)
(5) Stimulasi payudara dan puting. Caranya, pegang
puting dengan dua jari pada arah yang berlawanan,
kemudian putar puting dengan lembut searah jarum
jam.
c) Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk
mengurangi oedema
d) Pakailah BH yang sesuai dengan ukuran dan bentuk
payudara,yang dapat menyangga payudara dengan baik.
e) Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik
3) mastitis atau abses payudara
mastitis adalah peradangan pada payudara. Ada 2 jenis
mastitis yaitu, non- infective mastitis (karena pembendungan
ASI / milk stasis) dan infective mastitis (telah terinfeksi
bakteri). Gejala yang ditemukan adalah Payudara menjadi
merah, bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu
tubuh meningkat didalam terasa ada masa padat, dan di
luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa
nifas 1-3 minggu setelah persalinan, diakibatkan oleh
10
sumbatan saluran susu yang berlanjut disebabkan kebiasan
menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH
oleh karena, pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara
yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang
mengantung.
a) Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
mastitis, antara lain:
(1) Kompres hangat dan pemijatan
(2) Rangsang Oxsytocin dimulai pada payudara yang tidak
sakit,yaitu stimulasi puting, pijat leher-punggung dan
lain-lain
(3) Pemberian antibiotic : flucloxacilin atau erythromucin
selama 7-10 hari
(4) Bila perlu bisa diberikan istirhat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri
(5) Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit
tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan
tindakan bedah.
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan.
Lecet pada Nputing susu pada ibu nifas di BPM Wirahayu Panjang Bandar
Lampung sebesar (55%), sedangkan yang tidak mengalami kejadian lecet
putting sebanyak 27 kasus atau sebesar (45%).Ibu nifas yang menyusui
bayinya dengan teknik menyusui yang salah di BPM Wirahayu Panjang
Bandar Lampung Bulan April - Mei Tahun 2015 sebanyak 35 orang atau
sebesar (58,3%), sedangkan ibu nifas yang menyusui bayinya dengan teknik
menyusui yang benar sebanyak 25 orang atau sebesar (41,7%).Terdapat
hubungan antara Teknik menyusui dengan terjadinya lecet putting susu pada
ibu nifas di BPM Wirahayu Panjang Bandar Lampung Bulan April-Mei
Tahun 2015 dengan P-Value = 0,025.
B. Saran
Jurnal ini dapat direkomendasikan sebagai bahan acuan
pembelajaran dan penatalaksanaan di lahan praktik. Diharapkan kepada
petugas kesehatan khususnya bidan untuk menambah wawasan berdasarkan
jurnal terkait lainnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
17