Retno Iriana Pakaya - 70900120045
Retno Iriana Pakaya - 70900120045
Retno Iriana Pakaya - 70900120045
Oleh :
i
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR NERS
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Tugas Akhir Ners
ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa tugas
akhir ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian
atau seluruhnya, maka tugas akhir ners ini dan gelar yang diperoleh karenanya
batal demi hukum.
Penyusun
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ners ini. Shalawat
beserta salam kita limpahkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Tugas akhir ners yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada
Respiratory Distress Newborn Dengan Masalah Pola Napas Tidak Efektif
Menggunakan Intervensi Posisi Semi Prone” ini dibuat untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam menempuh pendidikan di Program Studi Profesi Ners
Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makassar.
Dalam penyusunan karya akhir ners ini, penulis menyadari bahwa karya
ini masih jauh dari sempurna dan pada saat penyusunannya penulis banyak
menghadapi hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan berbagai pihak
akhirnya karya akhir ners ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Dr. Syatirah, Sp. A, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar
2. Dr. Patimah, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Kepala Program Studi Profesi Ners,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
3. Muthahharah, S.Kep, Ns, M.Kep dan Nurul Fadhilah Gani, S.Kep, Ns,
M.Kep selaku Pembimbing I dan II yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis untuk penyusunan tugas akhir ini.
5. Keluarga tercinta terimakasih yang tak terhingga atas doa dan dukungannya
selama ini.
v
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan tugas
akhir ners ini demi terciptanya karya yang lebih baik di waktu yang akan datang
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB VI PENUTUP..................................................................................... 70
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 70
6.2 Saran......................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 : Dokumentasi
Lampiran 2 : Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
ABSTRAK
Latar Belakang : Respiratory Distress Newborn adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernapasan pada neonatus. Menurut UNICEF tahun 2018 Angka Kematian
Neonatus (AKN) di dunia tercatat sebanyak 18 per 1000 kelahiran hidup. Dalam profil
kesehatan Indonesia tahun 2019 penyebab kematian terbanyak bayi baru lahir salah
satunya yaitu gangguan pernapasan. Intervensi yang dapat diberikan pada neonatus
dengan gangguan pernapasan selain oksigen yaitu pemberian pengaturan posisi seperti
posisi semi prone. Tujuan penulisan adalah mengetahui analisis asuhan
keperawatan pada bayi yang mengalami RDN dengan masalah gangguan pola
napas tidak efektif dengan menggunakan intervensi posisi semi prone. Metode
yang digunakan adalah studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi. Penatalaksanaan
intervensi posisi semi prone diberikan selama 3 hari pemberian. Hasil analisis
data menunjukkan beberapa diagnosis yaitu pola napas tidak efektif, bersihan
jalan napas tidak efektif dan risiko defisit nutrisi. Pemberian posisi semi prone
sebagai salah satu intervensi yang dapat diberikan pada RDN dengan masalah
pola napas tidak efektif dalam mengurangi sesak. Kesimpulan berdasarkan hasil
evaluasi kasus yang dilakukan menyatakan bahwa pemberian posisi semi prone
selama 3 hari sesuai jadwal yang ditetapkan menunjukkan penurunan sesak
dengan kriteria frekuensi napas menurun, retraksi dinding dada menurun, dan
pernapasan cuping hidung menurun., hal ini mengindikasikan bahwa posisi semi
prone efektif dilakukan dalam membantu mengurangi sesak pada pasien dengan
RDN.
Kata Kunci : Respiratory Distress Newborn, Frekuensi Napas, Posisi Semi Prone
xi
BAB I
PEMBAHASAN
1
2
berkurangnya tekanan paru region dorsal oleh organ abdomen (Efendi et al.,
2019).
Posisi semi prone merupakan modifikasi dari posisi lateral dan posisi
pronasi. Posisi semi prone juga biasa disebut the quarter prone dan dikenal
juga dengan istilah posisi sims. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yin et
al., 2016) dan (Utario et al., 2017) menunjukkan bahwa posisi semi prone dapat
meningkatkan oksigenasi pada bayi premature dengan Continous Positive
Airway Pressure (CPAP).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Efendi et al., 2019
menunjukkan bahwa posisi quarter atau semi prone merupakan posisi yang
direkomendasikan untuk bayi prematur dengan RDS. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Ginting & Nurhaeni, 2021) menunjukkan bahwa posisi semi
prone dapat memberikan efek kenyamanan pada anak. Selain itu posisi semi
prone dapat menurunkan frekuensi pernapasan pada anak yang sesak, dan
meningkatkan saturasi oksigen pada anak yang terpasang CPAP.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada hari senin tanggal 26
juli 2021 yaitu terdapat 2 bayi yang dirawat di ruang Neonatal Intensive Care
Unit (NICU) RSUD Labuang Baji Makassar yaitu Bayi Ny. R dengan RDN
dan Bayi Ny. J dengan BBLR. Pada saat observasi Bayi Ny. R nampak
terpasang CPAP. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat pelaksana di
ruang NICU bahwa mayoritas bayi yang dirawat di ruang NICU yaitu bayi
dengan RDN dan BBLR. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang
posisi semi prone, peneliti tertarik melakukan intervensi pemberian posisi semi
prone pada bayi Ny. R yang mengalami RDN.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Tugas akhir ners ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam praktik
keperawatan sebagai proses pembelajaran dalam melakukan analisis asuhan
keperawatan pada bayi yang mengalami RDN dengan masalah pola napas
tidak efektif menggunakan intervensi posisi semi prone di RSUD Labuang
Baji Makassar
5
Tugas akhir ners ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi
pemberian intervensi dengan masalah pola napas tidak efektif pada bayi
yang mengalami RDN dengan masalah pola napas tidak efektif
menggunakan intervensi posisi semi prone pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan dan masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
RDN adalah kumpulan gejala gangguan pernapasan pada bayi yang
baru lahir yang ditandai dengan takipnea, grunting, retraksi dada,
pernapasan cuping hidung, dan sianosis (Atika, 2019)
RDS merupakan istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan
pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru (Marmi & Rahardjo, 2014)
RDN/ RDS atau biasa juga disebut dengan Hyaline Membrane
Disease (HMD) merupakan gangguan pernafasan yang sering terjadi pada
bayi prematur dengan tanda-tanda antara lain takipnue > 60 kali/ menit,
retraksi dinding dada, sianosis pada udara kamar yang menetap atau
memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik,
sekitar 60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS
(Suriadi et al., 2010). Tanda dan gejala sesuai dengan besarnya bayi, berat
penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui Patent
Ductus Arteri (PDA) (Hidayat, 2012)
2.1.2 Etiologi
Menurut (Suriadi et al., 2010) dalam bukunya menyebutkan penyebab RDS
sebagai berikut :
1. Usia kehamilan
2. Berat badan bayi lahir < 2500 gram
3. Bayi dengan Berat badan < 1000 gram
4. 20% berkembang dengan Bronchopolmunary Dysplasia (BPD)
6
7
Pemeriksaan Skor
0 1 2
Frekuensi < 60 kali/ menit 60-80 kali/ menit > 80 kali/ menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan oksigen walaupun diberi
oksigen
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara masuk
udara masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar dengan
dengan stetoskop alat bantu
Evaluasi < 4 : Gawat napas ringan O² Nasal / Head Box
4-7 : Gawat napas sedang Perlu Nasal CPAP
> 7 : Gawat berat Diperlukan analisis gas darah/ Perlu Intubasi
8
2.1.4 Patofisiologi
Faktor yang mempengaruhi terjadinya RDS pada bayi yaitu
disebabkan oleh ukuran alveoli yang masih kecil sehingga sulit untuk
berkembang. Pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih
lemah dan juga produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga membuat paru-paru menjadi
kaku. Hal ini menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasan
menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia
berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein
ini berfungsi menurunkan tegangan pada permukaan dan menjaga agar
alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak
berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh karena itu paru-paru
memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang.
Gawat napas dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan
yang dapat menimbulkan dampak cukup berat pada bayi berupa kerusakan
otak bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan atau
kurangnya oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi yang akan beradaptasi
terhadap kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob.
Apabila keadaan hipoksia semakin berat dan lama, metabolisme anaerob
akan menghasilakn asam laktat.
Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah
keotak maka terjadilah kerusakan otak dan organ yang lainnya karena
hipoksia dan iskemia. Pada stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti
stadium apneu primer. Pada keadaan ini bayi tampak sianosis, tetapi
sirkulasi darah relatif masih baik. Curah jantung meningkat dan adanya
vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peningkatan tekanan darah dan
refleks bradikardi ringan.
Depresi pernafasan saat ini dapat diatasi dengan meningkatkan
implus afereen seperti perangsangan pada kulit. Apneu normal berlangsung
9
sekitar 1-2 menint. Apnea primer dapat memanjang dan diikuti dengan
memburuknya sistem sirkulasi. Hipoksia miokardium dan asidosis akan
memperberat bradikardi, vesokontriksi dan hipotensi. Keadaan ini dapat
terjadi samapai 5 menit dan kemudian terjadi apneu sekeunder. Selama
apneu sekunder jantung tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah terus
menurun. Banyi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan
upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali pernafasan
buatan akan memberikan oksigen sesegera mungkin (Marmi & Rahardjo,
2014)
Menurut (Suriadi et al., 2010) dalam bukunya dijelaskan
patofisiologi RDS sebagai berikut :
1. Pada bayi dengan RDS, dimana terjadi ketidakmampuan paru untuk
mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang belum matur
dapat menjadi penyebab gagal napas karena imaturnya dinding dada,
parenchyma paru dan imaturnya endotelium kapiler yang menyebabkan
kolaps paru pada akhir ekspirasi
2. Pada bayi dengan RDS disebabkan oleh menurunnya jumlah surfaktan
atau perubahan kualitatif surfaktan, dengan demikian menimbulkan
ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi.
3. Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24-48 jam sel yang rusak akan
diganti. Membran hyaline berisi debris dari sel yang nekrosis yang
tertangkap dalam proteinaceous filtrate serum (saringan serum protein)
di fagosit oleh makrofag. Sel cuboidal menempatkan pada alveolar yang
rusak dan epitelium jalan napas, kemudian terjadi perkembangan sel
kapiler baru pada alveoli. Sintesis surfaktan memulai lagi clan kemudian
membantu perbaikan alveoli untuk pengebangan
2.1.5 Manifestasi Klinis
Berdasarkan berat dan ringannya tanda dan gejala klinis penyakit
RDS ini dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Apabila semakin rendah
berat badan dan usia kehamilan, maka semakin berat pula gejala klinis yang
10
Etiologi :
1. Usia kehamilan
2. Berat badan bayi < 2500 gram
3. Bayi prematur
4. Ada kelainan di dalam/luar paru
5. Ketidakmampuan paru-paru mengembang
6. Infeksi
Batuk
Kekurangan surfaktan
Sesak nafas
1. Anamnesa
a. Data Demografi
Data demografi berisi identitas bayi, usia, jenis kelamin, agama,
identitas orangtua, suku, alamat, pekerjaan
b. Keluhan Utama
Bayi dengan RDN sering ditemui keluhan seperti sesak, ada
pernapasan cuping hidung, kondisi umum lemah, lesu, apneu, tidak
responsif, penurunan bunyi napas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada bayi yang mengalami RDN, biasanya akan diawali dengan
tanda dan gejala seperti mudah letih, dispnea, sianosis, bradikardi,
hipotensi, hipotermi, tonus otot menurun, edema terutama di daerah
dorsal tangan atau kaki, retraksi supersternal/ epigastrik/ intercosta,
grunting expirasi. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan keluhan tersebut
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien mengalami prematuritas dengan
paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu), gangguan
surfaktan, lahir prematur dengan operasi caesar serta penurunan
suplai oksigen saat janin saat kelahiran pada bayi matur atau
prematur, atelektasis, DM, hipoksia, asidosis
19
e. Riwayat Maternal
Meliputi riwayat menderita penyakit seperti diabetes mellitus,
kondisi seperti perdarahan placenta, placenta previa, tipe dan lama
persalinan, stress fetal atau intrapartus, dan makrosomnia (bayi
dengan ukuran besar akibat ibu yang memiliki riwayat sebagai
perokok, dan pengkonsumsi minuman keras serta tidak
memperhatikan gizi yang baik bagi janin)
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab kelahiran prematur/ caesar
sehinnga menimbulakan membran hyialin disease
g. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan keluarga terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasi masalahnya serta bagaimana perilaku keluarga terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap bayinya
h. Status Infant Saat Lahir
1) Prematur, umur kehamilan
2) Apgar score, apakah terjadi aspiksia
3) Apgar score adalah : Suatu ukuran yang dipakai untuk
mengevaluasi keadaan umum bayi baru lahir
4) Bayi premature yang lahir melalui operasi Caesar
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu/ pernapasan >
60 kali / menit, pernafasan mendengkur, retraksi subkostal/interkostal,
pernafasan cuping hidung, sianosis dan pucat, hipotonus, apneu,
gerakan tubuh berirama, sulit bernafas dan sentakan dagu. Pada
awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan menurunnya
pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernapasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan
pernafasan dapat dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian
fungsi kardiovaskuler. Penilaian fungsi respirasi meliputi :
20
a. Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada
bayi. Takhipneu tanpa tanda lain berupa distress pernafasan merupakan
usaha kompensasi terhadap terjadinya asidosis metabolik seperti pada
syok, diare, dehidrasi, ketoasidosis, diabetikum, keracunan salisilat, dan
insufisiensi ginjal kronik. Frekuensi nafas yang sangat lambat dan
ireguler sering terjadi pada hipotermi, kelelahan dan depresi SSP yang
merupakan tanda memburuknya keadaan klinik
b. Mekanika usaha pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping
hidung, retraksi dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan
nafas dan penyakit alveolar. Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor
dan ekspansi memanjang menandakan terjadi gangguan mekanik usaha
pernafasan. Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
c. Warna kulit/membran mukosa
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat
berbercak (mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba
dingin, sianosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan
dengan persentase desaturasi hemoglobin
d. Kardiovaskuler
1) Frekuensi jantung dan tekanan darah
Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress,
ansietas, nyeri, demam, hiperkapnia, dan atau kelainan fungsi
jantung
2) Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui
volume dan aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak adekwat dan
tidak teraba pada satu sisi menandakan berkurangnya aliran darah
atau tersumbatnya aliran darah pada daerah tersebut. Perfusi kulit
kulit yang memburuk dapat dilihat dengan adanya bercak, pucat
dan sianosis
21
e. Gangguan neuromuskular
f. Gangguan neurologis
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energi
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma
m. Cedera medula spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan
Gejala dan tanda mayor
a. Subjek
Dispnea
b. Objektif
Penggunaan otot bantu pernapsan
Fase ekspirasi memanjang
Pola napas abnormal
i. Respon alergi
j. Efek agen farmakologi
Situasional :
a. Merokok aktif
b. Merokok pasif
c. Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif : Tidak tersedia
b. Objektif
Batuk tidak efektif
Tidak mampu batuk
Sputum berlebih
Mengi, wheezing dan/ ronchi kering
Mekonium di jalan napas
Gejala dan tanda minor
a. Subjektif
Dispnea
Sulit bicara
Ortopnea
b. Objektif
Gelisah
Sianosis
Bunyi napas menurun
Frekuensi napas berubah
Pola napas berubah
Kondisi klinis terkait
a. Gullian barre syndrome
b. Sklerosis multiple
c. Myasthenia gravis
d. Prosedur diagnostik
e. Depresi SSP
24
f. Cedera kepala
g. Stroke
h. Kuadri plegia
i. Sindromaspirasi mekonium
j. Infeksi saluran napas
3. Defisit Nutrisi
Diare
Kondisi klinis terkait
a. Stroke
b. Parkinson
c. Mobius sindrom
d. Cerebral palsy
e. Cleftlip
f. Cleftpalate
g. Amvotropic lateral sclerosis
4. Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
j. Hipotensi
k. kanker
5. Risiko Infeksi
6. Ansietas
Pemantauan Respirasi
Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b. Monitor pola napas
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi napasMonitor saturasi oksigen
h. Monitor hasil x-ray thorax
Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Diagnosa III : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Luaran Keperawatan :
a. Tujuan dan kriteria hasil
Jalan napas tetap paten dengan kriteria hasil :
1) Produksi sputum menurun
2) Tidak ada sianosis
3) Pola napas membaik
4) Frekuensi napas membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Jalan Napas
Observasi
a. Monitor pola napas
b. Monitor bunyi napas
c. Monitor sputum
30
Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas
b. Posisikan semi fowler atau fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada
e. Lakukan pengisapan lendir <15 detik
f. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
g. Berikan oksigen
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3. Diagnosa IV : Defisit Nutrisi
Luaran Keperawatan :
a. Tujuan dan kriteria hasil
Kebutuhan nutrisi klien tercukupi dengan kriteria hasil :
1) Berat badan dalam batas normal
2) Indeks Masa Tubuh (IMT) dalam batas normal
3) Membran mukosa membaik
4) Nafsu makan membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nutrisi
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleran makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor BB
31
Luaran Keperawatan :
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tidak terjadi tanda-tanda perfusi perifer tidak efektif dengan kriteria
hasil :
1) Warna kulit pucat menurun
2) Pengisian kapuler membaik
b. Intervensi keperawatan
Perawatan Sirkulasi
Observasi
a. Periksa sirkulasi perifer
b. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
c. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstermitas
32
Terapeutik
a. Hindari pemasangan infus dan pengambilan darah di area
keterbatasan perifer
b. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
c. Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
a. Anjurkan berhenti merokok
b. Anjurkan berolahraga dengan rutin
c. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan
dan penurun kolesterol, jika perlu
d. Anjurkan melakukan perawatan kulit
e. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
5. Diagnosa V : Risiko Infeksi
Luaran Keperawatan :
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2) Kebersihan badan baik
3) Kebersihan tangan baik
4) Kadar sel darah putih dalam batas normal
b. Intervensi keperawatan
Pencegahan Infeksi
Observasi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
a. Batasi jumlah pengunjung
b. Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
d. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
33
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
c. Ajarkan etika batuk
d. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
e. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi : kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
6. Diagnosa VI : Ansietas
Luaran Keperawatan :
a. Tujuan dan kriteria hasil
Ansietas klien menurun dengan kriteria hasil :
1) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
2) Perilaku gelisah menurun
3) Verbalisasi kebingungan menurun
4) Perilaku tegang menurun
b. Intervensi keperawatan
Reduksi Ansietas
Observasi
a. Identifikasi tingkat ansietas berubah
b. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c. Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
c. Pahami situasi yang membuat ansietas
d. Dengarkan dengan penuh perhatian
e. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
f. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
g. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
h. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
34
Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
b. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis pengobatan dan
prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif sesuai
kebutuhan
e. Anjurkan menggunakan perasaan dan persepsi
f. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
2.2.5 Implementasi Keperawatan
2.3.1 Pengertian
2.3.3 Indikasi
4. Fase terminasi
Melakukan evaluasi tindakan pada menit ke 10, menit ke 20, menit 30,
1. Artikel utama :
(Ginting & Nurhaeni, 2021, Posisi Semi Prone Dapat Memberikan
Kenyamanan Pada Anak Dengan Pneumonia, Google Scholer)
2. Artikel Pendukung :
(Efendi, Sari, dkk, 2019, Pemberian Posisi (Positioning) Dan Nesting
Pada Bayi Prematur : Evaluasi Implementasi Perawatan Di Neonatal
Intensive Care Unit (NICU), Google Scholer)
3. Artikel Pendukung :
(Apriliawati & Rosalina, 2016, The Effect Of Prone Position To Oxygen
Aturation „Level and Respiratory Rate Among Infants Who Being
Installed Mechanical Ventilation In NICU Koja Hospital, Google
Scholer)
4. Artikel Pendukung :
(Atika, 2019, Faktor Risiko Kejadian Respiratory Distress Newborn Di
Neonatal Intensive Care Unit RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo,
Google Scholer)
5. Artikel Pendukung :
(Lestari, Susmarini & Awaludin, 2018, Quarter Turn From Prone
Position Increases Position Oxygen Saturation In Premature Babies
With Respiratory Distress Syndrom, Google Scholer)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek dalam studi kasus ini adalah Bayi “R” usia 13 hari yang mengalami
RDN. Subjek dalam studi kasus ini telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi meliputi diagnosa medis, dan kesediaan orangtua
pasien menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi meliputi neonatus
dengan keadaan umum buruk, neonatus dengan penyakit jantung bawaan,
hidrosefalus, dan hiperbilirubinemia yang harus di fototerapi karena
intervensi pemberian posisi semi prone ini dilakukan reposisi setiap 30 menit
3.3 Fokus Studi Kasus
Fokus studi kasus ini adalah melakukan proses asuhan keperawatan pada bayi
yang mengalami RDN dengan masalah pola napas tidak efektif dengan
intervensi pemberian posisi semi prone
3.4 Instrumen Studi Kasus
Instrumen yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu format asuhan
keperawatan neonatus, lembar observasi penilaian respiratory rate dan alat
ukur waktu/ jam tangan
3.5 Prosedur Pengambilan Data
38
39
Analisis data dan penyajian data pada studi kasus disajikan secara tekstual
dengan fakta-fakta dijadikan didalam teks dan bersifat naratif
3.8 Etika Studi Kasus
LAPORAN KASUS
4.1.1 Biodata
DATA BAYI
Nama Bayi : By. “R”
BB/PB : 2080 gram / 43cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Apgar Score :8
Tanggal Lahir : 13 Juli 2021
DATA ORANGTUA
Nama Ibu : Ny. R
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Barua
1. Pengkajian Nyeri
4.1 Tabel Pengkajian Nyeri
No KATEGORI SKOR
1. Ekspresi Wajah
Otot wajah rileks, ekspresi netral (0) 0
40
41
Otot wajah tegang, alis berkerut, rahang dan dagu mengunci (1) 1
2. Tangisan
Tenang, tidak menangis (0) 0
Mengerang, sebentar-sebentar menangis (1) 0
Terus menerus menangis, menangis kencang melengking (2) 0
3. Pola napas
Rileks, napas reguler (0) 0
Pola napas berubah : tidak teratur, lebih cepat dari biasanya, tersedak, 1
menahan napas (1)
4. Tangan
Rileks, otot tangan tidak kaku, kadang bergerak tidak beraturan (0) 0
Rileks, otot tangan tidak kaku, kadang fleksi/ekstensi yang kaku, 0
meluruskan tangan tapi dengan cepat melakukan fleksi/ekstensi yang
kaku (1)
5. Kaki
Rileks, otot kaki tidak kaku, kadang bergerak tidak beraturan (0) 0
Fleksi//ekstensi yang kaku, meluruskan tangan tapi dengan cepat 0
melakukan fleksi/ekstensi yang kaku (1)
6. Kesadaran
Tidur pulas atau cepat bangun, tenang (0) 0
Rewel, gelisah dan meronta-ronta (1) 1
Nilai Total Skor 3
Catatan :
0-2 : Nyeri ringan Nyeri
3-4 : Nyeri sedang Sedang
> 4 : Nyeri berat
Postur :4
Square window : 3
Arm recoil :2
Poplitea angle : 4
Scarf sign :2
Heel to ear :3
b. Penilaian Maturitas Fisik
Gambar 4.2 Penilaian Maturitas Fisik
Kulit :1
Lanugo :2
Garis Plantar :4
Payudara :2
Mata / Telinga : 4
Genitalia Laki-laki : 4
Interpretasi hasil :
Skor Maturitas Neuromaskuler : 18
Skor Maturitas Fisik : 17
Total Ballard’s skor : 35 yang artinya usia gestasi 38 minggu
43
3. Refleks
4.2 Tabel Refleks
Interpretasi hasil :
Saat dilakukan pengkajian pada bagian kepala nampak normal,
tidak ada pembesaran kepala, distribusi rambut merata, tidak ada kelainan,
tidak ada massa, wajah nampak simetris, mata bersih, hidung nampak
simetris, ada pernapasan cuping hidung, terpasang nasal CPAP FiO 2 25%
8L/menit, mulut nampak bersih, mukosa bibir kering, bibir nampak
sianosis, terpasang OGT, perawat mengatakan bayi di stop oral sementara
waktu, leher nampak normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, telinga
bersih tidak ada serumen.
45
Bentuk dada simetris kiri dan kanan, nampak retraksi dada ringan
saat bernapas, ada bunyi napas tambahan (ronchi), terpasang alat bantu
napas CPAP, pernapasan 68 kali/menit, SpO2 96%, tidak ada bunyi mur-
mur dan gallop, frekuensi nadi 140 kali/menit, CRT <3 detik, abdomen
nampak supel, lingkar perut 30 cm, tali pusar telah kering dan terlepas,
tidak ada tanda-tanda infeksi, kedua tangan dan kaki serta jari-jari lengkap,
nampak sianosis perifer, gerakan ekstermitas pasif, nadi teraba keras,
terpasang IVFD Dextrose 10%/13ml/jam/SP pada ekstermitas kiri atas,
jenis kelamin laki-laki, nampak testis dan skrotum, anus normal tidak ada
kelainan, warna kulit merah muda/pink, bayi dirawat di penghangat radian
dengan suhu 36,5 ºC
4.1.3 Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Pemeriksaan 0 1 2
Hasil :
0-4 = Gangguan napas ringan : Membutuhkan O2 nasal atau
headbox
4-7 = Gangguan napas sedang : Membutuhkan Nasal CPAP
>7 = Gangguan napas berat : Membutuhkan intubasi (perlu
diperiksa AGD)
Interpretasi Hasil : Saat dilakukan penilaian diperoleh hasil skor down
yaitu 5
2. Usaha napas : Bayi di bantu dengan alat ventilator
3. Apgar score menit pertama: Ny. R mengatakan tidak mengetahui nilai
apgar skor bayinya saat lahir
4. Kebutuhan resusitasi : Tidak dilakukan resusitasi
5. Kebutuhan nutrisi : Perawat mengatakan bayi dianjurkan untuk
stop oral sementara waktu
6. Adanya trauma lahir : Ny. R mengatakan anaknya tidak memiliki
trauma lahir
7. Keluarnya urin : Nampak ada pengeluaran urin
8. BAB : Nampak ada pengeluaran urin
48
? ? ?
? 35 ? 25
? ? ? ? ? ? ? ?
8 7 13
Keterangan :
: Pasien : Meninggal
? : Umur tidak diketahui : Tinggal serumah
b. Agama : Islam
c. Bahasa utama : Indonesia
3. Perencanaan makanan bayi : Ny. R mengatakan belum
merencanakan makanan untuk
bayinya nanti
4. Problem sosial yang penting : Ny. R mengatakan bahwa tidak ada
masalah sosial yang dialami
5. Hubungan orangtua dan bayi : Ny. R mengatakan hubungannya
dengan bayi baik, begitupun dengan
ayah sang bayi
6. Orang terdekat yang dapat : Ny. R mengatakan orang terdekat
dihubungi yang dapat dihubungi yaitu keluarga,
seperti kedua orangtuanya, dan
kakak serta adiknya
7. Respon
a. Orangtua berespon terhadap : Ny. R dan suaminya sedih saat
penyakit bayi anaknya sakit
b. Orangtua berespon terhadap : Ny. R dan suaminya sedih karena
hospitalisasi saat ini bayinya dirawat di ruang
NICU dan hanya bisa dijenguk 2 kali
seminggu
4.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 24 Juli 2021
4.5 Tabel Hasil Pemeriksaan Laboratorium
ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Ketidakmampuan paru-paru Pola Napas Tidak
1. Ny. R mengatakan mengembang,alveolus Efektif
bayinya di bawa ke RS imatur,kelainan di dalam dan
karena sesak napas, diluar paru-paru,lahir prematur
kebiruan pada bibir, kaki
dan tangan bayi
DO : Gang.endothelium alveolac
1. Keadaan umum bayi Ny.
R pasif
2. Bayi nampak sianosis 2
PO menurun
3. Nampak retraksi dinding
dada Usaha nafas meningkat
4. Nampak pernapasan
cuping hidung
5. Nilai Score Down 5 2
2 Menurunnya ventilasi dan CO
6. Terpasang terapi O meningkat
dengan menggunakan
2
CPAP FiO 30% flow
8L/menit Tekanan darah arteri menurun
7. TTV :
HR : 140x/m
RR : 68 x/m Atelektasis alveoli,edema
Crt : < 3detik dan kerusakan sel
2
SpO : 96%
Kekurangan surfaktan
Sesak nafas
Batuk
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral 1. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
sesuai instruksi
55
Hasil : Bayi nampak nyaman, tidur dengan nyenyak dan pernapasan 5. Atur posisi semi prone
21.00 bayi nampak teratur 6. Monitor frekuensi napas setelah mengatur
7. Memonitor frekuensi napas setelah mengatur posisi posisi
21.10 Hasil : 10 menit pertama RR : 60x/menit, 10 menit kedua RR :
21.20 59x/menit, 10 menit ketiga RR : 54x/menit, 1 jam setelah mengatur
21.50 posisi RR : 53x/menit
8. Mengatur posisi setiap 30 menit
Hasil : Bayi nampak nyaman
6. Memonitor frekuensi napas setelah mengatur posisi 5. Monitor frekuensi napas setelah mengatur
11.46 Hasil : 10 menit pertama RR : 48x/menit, 10 menit kedua RR : posisi
11.56 47x/menit, 10 menit ketiga RR : 42x/menit, 1 jam setelah mengatur
12.06 posisi RR : 45x/menit
7. Mengganti posisi setiap 30 menit
12.36 Hasil : Bayi nampak nyaman
PEMBAHASAN
60
61
teori dalam (Suriadi et al., 2010) yang menyebutkan manifestasi klinis dari
RDN adalah pernapasan cepat/ takipnea, retraksi dada, pernapasan cuping
hidung dan sianosis. Menurut analisis peneliti kemungkinan pasien
mengalami RDN disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya yaitu pasien
lahir dengan berat badan rendah yaitu 2100 gram sejalan dengan teori yang
jelaskan oleh (Suriadi et al., 2010) dalam bukunya yaitu seringkali bayi lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram mengalami RDN. Kemudian
lingkungan pasien juga menjadi salah satu faktor terjadinya RDN yaitu ayah
pasien sering merokok didalam rumah. Sehingga pasien sering terpapar asap
rokok yang sangat tidak baik untuk kesehatan paru-paru. Sehingga pasien
mengalami RDN dengan tanda utamanya yaitu pernapasan cepat/ sesak
لا
َ ار لا اَو ا
َض ار ا َ ار
َضِ ار ا
Artinya :
“Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan juga tidak boleh membahayakan
(orang lain)” (HR. Ibnu Majah, kitab al-Ahkam, no. 2340)
dibuktikan dengan Berat badan saat ini 1080 gram, bayi dianjurkan stop oral
sementara waktu, mukosa bibir kering. RDN merupakan sekumpulan gejala
gangguan pernapasan pada bayi yang baru lahir yang ditandai dengan retraksi
dinding dada, pernapasan cuping hidung, sianosis, dan takipnea/ pernapasan >
60x/menit (Atika, 2019). Maka diagnosa utama yang diangkat yaitu Pola
Napas Tidak Efektif.
5.1.3 Analisis Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa diatas, adapun rencana intervensi yang akan
diberikan untuk Bayi R yaitu diagnosa pertama rencana tindakan yang akan
diberikan yaitu Pemantauan Respirasi dan pemberian posisi semi prone.
Intervensi dilakukan selama 3x24 jam. Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan sesak menurun dengan kriteria hasil frekuensi napas
membaik dari kriteria 1 (memburuk) ke kriteria 5 (membaik), tidak ada
penggunaan otot bantu napas dari kriteria 1 (meningkat) ke kriteria 5
(menurun), dan tidak ada pernapasan cuping hidung dari kriteria 1
(meningkat) ke kriteria 5 (menurun)
Untuk diagnosa kedua rencana tindakan yang akan diberikan yaitu
Manajemen Jalan Napas, intervensi dilakukan selama 3x24 jam. Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan jalan napas tetap paten dengan
kriteria hasil produksi sputum menurun dari kriteria 1 (meningkat) ke kriteria
4 (cukup menurun), tidak ada sianosis dari kriteria 1 (meningkat) ke kriteria 5
(menurun), dan pola napas membaik dari kriteria 1 (memburuk) ke kriteria 5
(membaik)
Serta diagnosa ketiga rencana tindakan yang akan diberikan yaitu
Manajemen Nutrisi, intervensi dilakukan selama 3x24 jam. Setelah diberikan
tindakan keperawatan diharapkan nutrisi tercukupi dengan kriteria hasil berat
badan membaik dari kriteria 1 (menurun) ke kriteria 4 (cukup meningkat) dan
membran mukosa membaik dari kriteria 1 (memburuk) ke kriteria 4 (cukup
membaik)
Berdasarkan hasil analisis penulis tentang rencana tindakan yang akan
dilakukan sudah sesuai dengan pedoman buku yang ada yaitu Standar
63
Implementasi dilakukan selama tiga hari yaitu dari tanggal 27-29 Juli
2021. Sebelum diberikan intervensi posisi semi prone pada Bayi “R”, peneliti
menerapkan etik keperawatan justice dimana peneliti melakukan informed
concent dengan orangtua Bayi “R”, kemudian sebelum masuk ke ruangan
tidak lupa mengucapkan salam, mengobservasi keadaan umum bayi, mencuci
tangan, membaca basmalash, kemudian melakukan pengukuran frekuensi
napas, mengobservasi penggunaan otot bantu pernapasan dan pernapasan
cuping hidung. Serta pemberian posisi semi prone dilakukan reposisi tiap 30
menit. Saat pemberian intervensi peneliti menerapkan etik keperawatan non
64
malefecience dimana peneliti wajib untuk tidak melakukan hal yang dapat
membahayakan pasien.
Pada hari pertama saat diobservasi nampak penggunaan otot bantu
napas dan ada pernapasan cuping hidung, serta frekuensi napas sebelum
pemberian posisi semi prone yaitu 64x/ menit. Setelah diberikan intervensi
posisi semi prone dilakukan pengukuran frekuensi napas, pada 10 menit
pertama frekuensi napas 60x/ menit, 20 menit setelah intervensi frekuensi
napas 59x/ menit, 30 menit setalah intervensi frekuensi napas 54x/ menit dan
1 jam setelah pemberian posisi semi prone frekuensi napas 53x/ menit.
Pada hari kedua frekuensi napas sebelum diberikan intervensi yaitu
56x/ menit. 10 menit setelah diberikan intervensi fekuensi napas 54x/ menit,
20 menit setelah intervensi frekuensi napas 54x/ menit, 30 menit setelah
intervensi frekuensi napas 51x/ menit, dn 1 jam setelah pemberian intervensi
pemberian posisi semi prone frekuensi napas 50x/ menit.
Pada hari ketiga frekuensi napas sebelum diberikan intervensi yaitu
49x/ menit. 10 menit setelah diberikan intervensi frekuensi napas 48x/ menit,
20 menit setelah intervensi frekuensi napas 47x/ menit, 30 menit setelah
intervensi frekuensi napas 45x/ menit dan 1 jam setelah pemberian intervensi
posisi semi prone yaitu 42x/ menit. Pada implementasi hari ketiga alat bantu
pernapasan/ ventilator telah dilepas, pola napas bayi R nampak teratur, tidak
ada penggunaan otot bantu napas dan pernapasan cuping hidung, frekuensi
napas dalam batas normal
Untuk diagnosa kedua dengan masalah bersihan jalan napas tidak
efektif peneliti memberikan intervensi manajemen bersihan jalan napas sesuai
dengan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, mulai dari
memonitor pola napas, melakukan nebulizer dan suction. Pada hari pertama
dilakukan suction terdapat sputum atau lendir sebanyak ± 5 cc.
Pada hari kedua masih tetap mempertahankan intervensi manajemen
bersihan jalan napas. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu nebulizer
dan suction. Saat di suction jumlah sputum sebanyak ± 3 cc. Dan pada hari
ketiga saat dimonitor, pola napas baik nampak membaik dan CPAP telah
65
posisi semi prone dapat menurunkan masalah gangguan pernapasan pada bayi
yang mengalami sesak
Berdasarkan hasil analisis peneliti terkait evaluasi pemberian intervensi
selama 3x24 jam yaitu terjadi penurunan frekuensi napas pada bayi RDN
yang mengalami sesak saat diberikan posisi semi prone. Evaluasi hasil
intervensi dapat dilihat pada tabel berrikut :
HASIL INTERVENSI DAN EVALUASI PEMBERIAN POSISI SEMI
PRONE TERHADAP FREKUENSI NAPAS
Tabel 4.10 Evaluasi
N Hari / Sebelum 10 Menit Setelah 20 Menit Setelah 30 Menit Setelah 1 Jam Setelah
o. Tanggal Pemberian Posisi Pemberian Posisi Pemberian Posisi Pemberian Posisi Pemberian Posisi
Semi Prone Semi Prone Semi Prone Semi Prone Semi Prone
1. Selasa/ 27 64x/menit 60x/menit 59x/menit 54x/menit 53x/menit
Juli 2021
2. Rabu/ 28 56x/menit 54x/menit 54x/menit 51x/menit 50x/menit
Juli 2021
3. Kamis/ 29 49x/menit 48x/menit 47x/menit 45x/menit 42x/menit
Juli 2021
ٖ ََل َٰي
ت لِّقَ ۡى ٖم َ ض ِل ِٓهۦ ِإ َّى ِفي َٰ َذ ِل
َٓ ك ِ ََو ِه ۡي َءا َٰيَ ِت ِهۦ َهٌَا ُه ُكن ِبٱل َّ ۡي ِل َوٱلٌَّه
ۡ َار َو ۡٱبتِ َغآ ُؤ ُكن ِّهي ف
٣٢ ُىى َ يَ ۡس َوع
Terjemahnya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam
dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang mendengarkan”. (QS. Ar-Rum : 23)
Berdasarkan ayat diatas telah dijelaskan tanda-tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah. Manusia tidur agar badannya mendapatkan ketenangan.
Posisi semi prone merupakan salah satu posisi yang bisa diberikan pada bayi
saat tidur. Selain mendapatkan ketenangan dan kenyamanan saat tidur, posisi
semi prone ini juga bermanfaat bagi bayi kesehatan bayi yang mengalami
gangguan pernapasan.
68
napas dan juga melihat pengaruh dari intervensi posisi semi prone terhadap
saturasi oksigen bayi dengan gangguan pernapasan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Karya akhir ini bisa dijadikan sebagai salah satu intervensi bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam pemberian terapi
nonfarmakologi pada bayi yang mengalami Respiratory Distress Newborn
(RDN) dengan masalah pola napas tidak efektif
6.2.2 Bagi Pelayanan Rumah Sakit
Karya akhir ini menjadi masukan bagi bidang keperawatan dan para perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi yang mengalami RDN
dengan masalah pola napas tidak efektif
6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Karya akhir ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada bayi yang mengalami RDN. Perlu juga dilakukan
penelitian lebih lanjut terkait perbedaan efektivitas pemberian posisi untuk
masalah pola napas tidak efektif
70
DAFTAR PUSTAKA
71