Nyeri
Nyeri
Nyeri
Oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Di RSUD. dr. Pirngadi Medan”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
3. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan
4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua Program Studi DIII Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes, selaku sekretaris Program Studi DIII
keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di fakultas
keperawatan dan memberikan masukan yang bermanfaat
6. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II dan sekaligus
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta
pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS, selaku penguji yang telah meluangkan waktu serta
dengan sabar memberikan saran-sarannya.
8. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
9. Yang terkhusus kepada kedua orang tua, Bapak (Eddy ) dan Ibu (Nuryati), yang
selalu memberi support dan ispirasi kepada saya untuk tetap semagat dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No Judul Halaman
2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis ...................................... 7
2.2 Skala Nyeri Menurut Hayward ..................................................... 11
2.3 Analisa Data .................................................................................. 27
2.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional ....................................... 28
2.5 Pelaksanaan Keperawatan ............................................................. 32
No Judul Halaman
2.1 Skala FACES................................................................................. 12
2.2 Skala Nyeri Menurut Hayward ..................................................... 11
1.5 Tujuan
1.5.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan keperawatan secara kemprehensif terhadap pasien dengan
masalah gangguan pemenuhan kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman nyeri di
RSUD dr. Pirngadi Medan
1.6 Manfaat
1. Institusi Pendidikan
Hasil penulisan KTI ini mahasiswa memperoleh evidencecase dalam praktek
klinik Asuhan Keperawatan di RSUD dr.Pirngadi Medan yang dapat di jadikan
sebagai masukan dan informasi kasus tentang nyeri bagi mahasiswa
keperawatan.
3. Penulis
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini memberikan pengalaman khusus kepada penulis
dalam melakukan Asuhan Keperawatan pasien dengan gangguan rasa nyaman
nyeri dengan karakteristik pasien yang berbeda dengan pengalaman sebelumnya.
1. Faktor Fisiologi
Berbagai Faktor fisiologi yang dapat mempengaruhi nyeri meliputi berbagai faktor,
yaitu umur, jenis kelamin dan kelelahan
a. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu.
Usia juga mempengaruhi persepsi nyeri seseorang yaitu anak-anak dan orang tua
mungkin lebih merasakan nyeri dibandingkan dengan orang dewasa muda karena
mereka sering tidak dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan. Pada
orang dewasa nyeri yang mereka rasakan sangat kompleks, karena mereka
umumnya memiliki berbagai macam penyakit dengan gejala yang sering sama
dengan bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu, perawat harus teliti melihat di
mana sumber nyeri yang dirasakan pasien (Prasetyo, 2010).
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri (Gil, 1990). Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja
yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan
yang mempengaruhi jenis kelamin (misalnya menganggap bahwa seorang anak
laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama).
Toleransi nyeri sejak lama telah menjdi subjek penelitian yang melibatkan pria
dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor
biokimia dan merupakan faktor yang unik bagi setiap individu, tanpa
memperhatikan jenis kelmain (Prasetyo, 2010).
c. Kelelahan
Kelelahan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping (Prasetyo, 2010).
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi nyeri terdiri dari kecemasan dan koping
individu.
a. Kecemasan
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas (Prasetyo, 2010)
b. Koping individu
Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan nyeri.
Seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus internal merasa bahwa diri
mereka sendiri mempunyai kemampuan untuk mengatasi nyeri. Sebaliknya,
seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus eksternal lebih merasa bahwa
faktor-faktor lain di dalam hidupnya seperti perawat merupakan orang yang
bertanggung jawab terhadap nyeri yang dirasakanya. Oleh karena itu, koping
apsien sangat penting untuk diperhatikan (Potter & Perry, 2009).
5. Faktor Budaya
Faktor budaya yang mempengaruhi nyeri terdiri dari makna nyeri dan suku.
a. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri
dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat
dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan
nyeri dengan berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu
kehilangan, hukuman, dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang sedang
bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang
mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya (Prasetyo, 2010).
Sedangkan skala nyeri McGill (McGill scale) mengukur intensitas nyeri dengan
menggunakan lima angka, yaitu :
0 = tidak nyeri
1 = Nyeri ringan
2 = Nyeri sedang
3 = Nyeri berat
4 = Nyeri sangat berat
5 = Nyeri hebat
2.2.3 Perencanaan
Untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi, perawat
mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan klien. Hasil akhir yang diharapkan
2.2.4 Implementasi
Sifat nyeri dan sejauh mana nyeri tersebut mempengaruhi kesejahteraan individu
menentukan pilihan terapi penanganan nyeri. Terapi nyeri membutuhkan pendekatan yang
individual, yang mungkin lebih dibandingkan dengan masalah klien yang lain. Klien dan
perawat harus menjadi rekan kerja dalam melakukan upaya mengontrol nyeri. Perawat
memberi dan memantau terapi yang diprogramkan dokter untuk penghilang nyeri dan
penggunaan tindakan penghilang nyeri yang mandiri sehingga melengkapi terapi
diprogramkan dokter. Pengobatan klien seringkali merupakan cara menghilangkan nyeri yang
paling berhasil, khususnya apabila klien pernah mengalami nyeri. Umumnya terapi yang
paling aman atau terapi yang membutuhkan tindakan invasif minimal yang dilakukan
pertama kali. Apabila ada keraguan mengenai terapi keperawatan, maka perawat harus
berkonsultasi dengan dokter.
DO = skala nyeri 6
klien tampak meringis
menahan nyeri
klien tampak memegangi
bagian bawah perutnya
klien tampak gelisah
2. DS= pasien mengatakan kurang Kurang informasi Kurang pengetahuan
mengerti tentang proses tentang penyakitnya
penyakit, penyebab dan terapi
apa yang harus dilakukan
DO= pasien tampak bingung
pasien sering bertanya
mengenai penyakitnya
3. DS = pasien mengeluh mual dan Muntah berlebihan Kecemasan
muntah
DO= pasien tampak cemas, lemas,
pucat
Selasa / 3 Tujuan:
03-06- Cemas berkurang
2014
Kriteria Hasil:
a. Pasien tampak tenang tidak
gelisah
b. Pasien mampu menunjukkan
pengendalian diri terhadap
cemas
c. Pasien mampu menunjukkan
Rencana Keperawatan
a. Kaji tingkat kecemasan a. Mengetahui seberapa
pasien tinggi tingkat kecemasan
pasien
A= masalah sebagian
e. Memberikan
teratasi
analgesik(ranitidin dan
ketorolak) sesuai program. P= intervensi dilanjutkan.
Selasa 2 a. Melibatkan keluarga dalam S= Keluarga klien
03-06-2014 penerimaan informasi. mengatakan tidak tau
penyebab penyakit
b. Menganjurkan untuk
klien dan bagaimana
makan teratur
perawatan yang harus
dilakukan dirumah.
c. Mendorong klien untuk
O=Keluarga
berobat apabila penyakit
mendengarkan dan
kambuh
memahami informasi
d. Menjelaskan teknik yang diberikan
aktivitas selama perawatan perawat.
di rumah A= masalah sebagian
teratasi.
e. Memberikan masukkan
P= intervensi dilanjutkan
Selasa
3 a. Mengkaji tingkat S = Pasien mengatakan
03-06-2014
kecemasan pasien cemas nya berkurang
3.1 Kesimpulan
Nyeri adalah sensori sertaemosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat
adanya kerusakan jaringan yan, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan. Nyeri
merupakan sumber penyebab frustasi, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Nyeri dapat merupakan factor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan
individu untuk pulih dari suatu penyakit.
Karya Tulis Ilmiah ini membahas kasus pada seorang klien yaitu Ny. N berusia
55 tahun,Perempuan,dengan diagnose medis Gastritis, masuk ke RS dr.Pirngadi pada
tanggal 02 juni 2014. Pada klien dilakukan pengkajian, ditemukan data subjektif klien
mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah kiri dan data objektif antara lain skala
nyeri 6, klien tampak meringis, gelisah, dan banyak berkeringat. Dengan data-data
diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman :nyeri
sebagai masalah prioritas. Untuk menangani masalah nyeri tersebut maka dilakukan
tindakan keperawatan antara lain : mengkaji nyeri, lokasi, skala nyeri, dan tanda-tanda
vital, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, member posisi nyaman saat tidur atau
duduk, mendengarkan keluhan klien, dan melakukan tindakan kolaborasi dalam
pemberian analgetik. Pasien mengalami penurunan skala nyeri setiap hari, lalu pada hari
keempat kliens udah dapat beradaptasi sepenuhnya terhadap nyeri dengan skala 3,
masalah nyeri teratasi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap nyeri yang sudah teratasi
dengan keadaan pasien yang sudah tampak lebih tenang dan dilakukan pemberian obat
seperti ranitidine obat lambung, ketorolak, antasida untuk menetralkan asam lambung,
dan dengan diberikan tindakan terapi nyeri nonfarmakologi seperti distraksi,hipnosis
diri, mengurangi persepsi nyeri,stimulus kutenus dan teknik relaksasi imajinasi.
Selain data diatas, ditemukan data lain yaitu keluarga pasien mengatakan
penyakit ibunya penyakit biasa, keluarga bertanya mengenai penyebab penyakit ibunya
berulang, dan bertanya apa yang harus dilakukan untuk merawat ibunya. Dari data
tersebut penulis menegakkan diagnosa keperawatan kedua yaitu kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpaparnya sumber informasi tentang penyakit. Untuk
memenuhi kebutuhan keluarga akan informasi maka dilakukan tindakan keperawatan
antara lain: mengkaji tingkat pengetahuan tentang penyakit, dan rencana perawatan
Dongoes dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Volume 2). Jakarta: EGC
Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri (edisi 1).
Yogyakarta: Graha Ilmu
Wartonah tarwoto . 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan (edisi
3). Jakatra: Salemba Medika
20.00 − Memberi
penguatan positif
ketika pasien
mampu meneruskan
aktivitas sehari-hari
dan aktivitas
lainnya meskipun
mengalami cemas
17.45 − Memberikan
maasukan sumber-
sumber tertulis/
gambar
16.00 − Kolaborasi
memberikan terapi
farmakologi
analgesik(antasida)
sesuai program
17.40 − Memberikan
maasukan sumber-
sumber tertulis/
gambar