Nyeri

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 50

Asuhan Keperawatan Pada Ny.

N Dengan Prioritas Masalah


Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
di RSUD. dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

VINNI VIRI FIONITA


112500046

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Di RSUD. dr. Pirngadi Medan”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
3. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan
4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua Program Studi DIII Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes, selaku sekretaris Program Studi DIII
keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di fakultas
keperawatan dan memberikan masukan yang bermanfaat
6. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II dan sekaligus
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta
pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS, selaku penguji yang telah meluangkan waktu serta
dengan sabar memberikan saran-sarannya.
8. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
9. Yang terkhusus kepada kedua orang tua, Bapak (Eddy ) dan Ibu (Nuryati), yang
selalu memberi support dan ispirasi kepada saya untuk tetap semagat dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Universitas Sumatera Utara


10. Terima kasih buat pacar saya Muhammad Jefri yang selalu memberikan dukungan
moril maupun materil dan dengan penuh kasih sayang dan buat sahabat saya
Anggi(biber) yang selalu memberikan bantuan kepada saya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Teman-teman seperjuangan Mahsarni Simahate(Aceh), Indah Purnama Sari, Siti
Nurul Idrus(Uun) di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan
khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah mendukung
dan memberi semangat selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini. Harapan penulis semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2014

Vinni Viri Fionita

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................. 2
1.3 Manfaat

BAB II PENGELOLAAN KASUS ............................................................ 4


2.1 Konsep Dasar Nyeri.................................................................. 4
2.1.1 Defenisi Nyeri .............................................................. 4
2.1.2 Sifat Nyeri .................................................................... 5
2.1.3 Fisiologi Nyeri .............................................................. 5
2.1.4 Klasifikasi Nyeri ........................................................... 6
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri................................ 8
2.1.7 Penilaian Nyeri ............................................................. 11
2.2 Asuhan Keperawatan dan Nyeri ............................................... 12
2.2.1 Pengkajian Nyeri .......................................................... 12
2.2.2 Penetapan Diagnosa ...................................................... 14
2.2.3 Perencanaan .................................................................. 15
2.2.4 Implementasi................................................................. 16
A. Tindakan Nyeri Nonfarmakologis ......................... 17
B. Tindakan Terapi Nyeri Farmakologis.................... 18
2.3 Pengkajian ................................................................................ 20
2.4 Analisa Data ............................................................................. 27
2.5 Rumusan Masalah..................................................................... 27
2.6 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional ................................. 28

Universitas Sumatera Utara


2.7 Implementasi Dan Evaluasi ...................................................... 32

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 34


3.1 Kesimpulan ............................................................................... 35
3.2 Saran ......................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis ...................................... 7
2.2 Skala Nyeri Menurut Hayward ..................................................... 11
2.3 Analisa Data .................................................................................. 27
2.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional ....................................... 28
2.5 Pelaksanaan Keperawatan ............................................................. 32

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
2.1 Skala FACES................................................................................. 12
2.2 Skala Nyeri Menurut Hayward ..................................................... 11

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang


Kebutuhan dasar manusia terdiri atas unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia. Kebutuhan Dasar Manusia
menurut teori Hirarki Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan,
cinta, hargadiri, danaktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Teori Hirarki merupakan
teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami kebutuhan dasar manusia ketika
mengaplikasikan asuhan keperawatan. Kebutuhan dasar manusia merupakan focus
dalam asuhan keperawatan. Bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan maka
kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan dasar klien yang terganggu. Menurut
tingkatan pada teori Hirarki Maslow, pemenuhan kebutuhan dasar manusia diawali
dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis yang meliputi oksigenasi, nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi, personal hygene, tidur dan istirahat, seksualitas. Jika pemenuhan
kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, maka kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada
tingkatan selanjutnya yang harus dipenuhi.
Kebutuhan rasa nyaman dapat dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Ada
yang mempersepsikan bahwa hidup tersa nyaman bila mempunyai banyak uang, ada
juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks asuhan
keperawatan ini, maka perawat harus memerhatikan dan memenuhi rasa nyaman.
Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi
keperawatan. Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah nyeri. Nyeri
merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespons
terhadap nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan
lain-lain (Asmadi, 2008). Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama
dengan njmyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual,
psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan
merasakan nyeri. Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang
konsisten pada pengalaman subjektif klien. Sehingga penting bagi perawat untuk
memahami makna nyeri bagi setiap individu karena nyeri bersifat subjektif dan sangat
individual.
Nyeri merupakan sumber penyebab rasa tidak nyaman pasien yang merupakan
faktor utama penghambat kemampuan mekanisme koping individu dan healing proses

Universitas Sumatera Utara


untuk pulih dari suatu penyakit. Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan sebagai
suatu keadaan yang harus terpenuhi sebagai kebutuhan dasar manusia. Sehingga
diharapkan perawat dapat memberi asuhan keperawatan kepada klien diberbagai
keadaan dan situasi untuk menghilangkan nyeri dan dapat meningkatkan kenyamanan.
Pentingnya pemenuhan kebutuhan klien akan kenyamanan dan bebas dari nyeri
selama dilakukan perawatan, menarik minat penulis untuk membahas dan menyusun
asuhan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri.

1.5 Tujuan
1.5.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan keperawatan secara kemprehensif terhadap pasien dengan
masalah gangguan pemenuhan kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman nyeri di
RSUD dr. Pirngadi Medan

1.5.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan masalah
kebutuhan gangguan dasar rasa nyaman:nyeri
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman:nyeri
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman: nyeri
4. Melakukan implementasi yang dilakukan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar dengan gangguan rasa nyaman:nyeri
5. Melakukan evaluasi keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar
gangguan rasa nyaman:nyeri
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan
dasar gangguan rasa nyaman:nyeri

1.6 Manfaat
1. Institusi Pendidikan
Hasil penulisan KTI ini mahasiswa memperoleh evidencecase dalam praktek
klinik Asuhan Keperawatan di RSUD dr.Pirngadi Medan yang dapat di jadikan
sebagai masukan dan informasi kasus tentang nyeri bagi mahasiswa
keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


2. Pelayanan keperawatan
Memberikan informasi tambahan bagi pelayanan keperawatan tentang
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan nyeri dengan
karakteristik pasien yang berbeda.

3. Penulis
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini memberikan pengalaman khusus kepada penulis
dalam melakukan Asuhan Keperawatan pasien dengan gangguan rasa nyaman
nyeri dengan karakteristik pasien yang berbeda dengan pengalaman sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Nyeri


2.1.1 Defenisi Nyeri
Nyeri merupakan fenomena yang multidimensi, karena itulah sulit untuk memberikan
batasan yang pati terhadap nyeri. Sensasi nyeri yang dilaporkan tiap individu berbeda-beda,
hal inilah yang menyebabkan pengertian nyeri dari masing-masing individu berbeda pula.
Individu A yang tertusuk paku akan melaporkan nyeri yang berbeda dibandingkan individu B
yang merasakan nyeri karena tersandunh batu, bahkan individu A dan B yang sama-sama
tertusuk paku akan menghasilkan respon dan persepsi yang berbeda pula terhadap nyeri
(Prasetyo, 2010). Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri
beragam dan tidak disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut dapat menjadi dasar bagi
perawat dalam mengatasi nyeri pada pasien.
Nyeri diartika berbeda-beda antar individu, bergantung pada persepsinya. Walaupun
demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat
diartikan sebagai suatu sensasi yang tidakmenyenangkan baik secara sensori maupun
emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain,
sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas
sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Asmadi, 2008).
Bagaimanapun, tidak mudah untuk memberikan batasan terhadap nyeri, yang jelas
nyeri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang hanya dapat diungkapkan oleh
individu yang mengalaminya(bersifat subjektif) dan persepsinya berbeda antara satu orang
dengan yang lainnya (Prasetyo, 2010).
Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan kronis. Nyeri akut biasanya
berlangsung secara singkat, misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan abdomen.
Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala-gejala antara lain: respirasi
meningkat, percepatan jantung, tekanan darah meningkat, dan palor. Respon seseorang
terhadap nyeri bervariasi. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu
lebih lama dan pasien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
Nyeri juga dinyatakan sebagai nyeri somatogenik atau psikogenik. Nyeri
somatogenik merupakan nyeri secara fisik, sedangkan nyeri psikogenik merupakan nyeri
psikis atau mental.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Sifat Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual.
Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental, sedangkan
kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu (Mahon,
1994). Menurut McCaffery (1980) : ”nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang
tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.”
Mahon menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat
individu, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi dan bersifat
tidak berkesudahan (Mahon 1994). Nyeri melelahkan dan menuntut energi seseorang.
Nyeri dapat menganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan
(Mahon, 1994). Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan sinar-
X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan tanda dan gejala yang
dapat diprediksi, seringkali perawat hanya mengkaji nyeri dengan mengacu pada kata-kata
dan perilaku klien. Hanya klien yang mengetahui apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri
tersebut.
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi nyeri.
Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah. Misalnya, seseorang
yang kakinya terkilir menghindari aktivitas mengangkat barang yang memberi beban penuh
pada kakinya untuk mencegah cedera lebih lanjut. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa
terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat
mengkaji nyeri (Clancy dan McVicar, 1992).
Nyeri mengarah pada penyebab ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia
harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik, dengan nyeri merupakan
suatu gejala yang umum.

2.1.3 Fisiologi Nyeri


Nyeri selalu di kaitkan dengan adanya stimulus(rangsang nyeri) dan receptor.
Reseptor yang di maksud adalah nosiceptor,yaitu ujung-ujung saraf bebas pada kulit yang
berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus
nyeri. Stimulu-stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik
(Prasetyo, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan akibat benturan,gesekan,ataupun luka. Trauma termis menimbulkan nyeri karena
ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas,dingin.
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan
yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan,jepitan,atau metastase. Nyeri pada
peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan
atau terjepit oleh pembengkakan.
Dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan
terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan
kulit dan pada jaringan tertentu.
Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan
karena penyebab organik, melainkanakibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik
(Asmadi, 2008).

2.1.4 Klasifikasi Nyeri


Nyeri dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan, yaitu berdasarkan pada
tempat, sifat, berat ringannya, dan waktu (Asmadi, 2008).
a. Nyeri berdasarkan tempatnya :
- Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tuubuh misalnya pada
kulit, mukosa.
- Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
atau pad organ-organ tubuh visceral.
- Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah
yang berbeda,bukan daerah asal nyeri.
- Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf
pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dan lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya :


- Incidental pain, yaitu nyeri timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
- Stedy pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama.

Universitas Sumatera Utara


- Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya:


- Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah
- Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
- Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan


- Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir
kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa
nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada
suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
- Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis
ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi
interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri, dan begitu seterusnya.
Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-
menerus tersa makin lama semakin meningkat intensitasnya walaupun telah
diberikan pengobatan
(Asmadi, 2010).
Tabel 2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Awitan Mendadak Terus menerus/intermittent
Durasi Durasi singkat (kurang Durasi lama (lebih dari
dari enam bulan) enam bulan)
Respon otonom Takikardia,tekanan Tidak dapat repon otonom,
darah meningkat, pucat, penurunan tekanan darah,
lembab, berkeringat, bradikardia, kulit kering,
dilatasi pupil panas, dan pupil kontriksi
meningkat,
Respon Cemas, gelisah, dan Depresi, putus asa, mudah
psikologis terjadi ketegangan otot tersinggung/marah, menarik
diri
Sumber : Prasetyo, 2010

Universitas Sumatera Utara


2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor
fisiologi, spiritual, psikologis, dan budaya. Setiap individu mempunyai pengalaman yang
berbeda tentang nyeri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut:

1. Faktor Fisiologi
Berbagai Faktor fisiologi yang dapat mempengaruhi nyeri meliputi berbagai faktor,
yaitu umur, jenis kelamin dan kelelahan
a. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu.
Usia juga mempengaruhi persepsi nyeri seseorang yaitu anak-anak dan orang tua
mungkin lebih merasakan nyeri dibandingkan dengan orang dewasa muda karena
mereka sering tidak dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan. Pada
orang dewasa nyeri yang mereka rasakan sangat kompleks, karena mereka
umumnya memiliki berbagai macam penyakit dengan gejala yang sering sama
dengan bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu, perawat harus teliti melihat di
mana sumber nyeri yang dirasakan pasien (Prasetyo, 2010).

b. Jenis kelamin
Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri (Gil, 1990). Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja
yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan
yang mempengaruhi jenis kelamin (misalnya menganggap bahwa seorang anak
laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama).
Toleransi nyeri sejak lama telah menjdi subjek penelitian yang melibatkan pria
dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor
biokimia dan merupakan faktor yang unik bagi setiap individu, tanpa
memperhatikan jenis kelmain (Prasetyo, 2010).

c. Kelelahan
Kelelahan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping (Prasetyo, 2010).

Universitas Sumatera Utara


2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi nyeri terdiri dari perhatian, pengalaman nyeri
sebelumnya, serta keluarga dan dukungan keluarga.
a. Perhatian
Seseorang yang memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons
nyeri yang menurun (Gil, 1990). Konsep ini merupakan salah satu konsep yang
perawat terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi,
teknik imajinasi terbimbing (guided imagery), dan masase (Potter & Perry, 2005).

b. Pengalaman nyeri sebelumnya


Hal ini juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu dan kepekaannya
terhadap nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu
tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa
pernah sembuh dan menderita nyeri yang berat, maka ansietas dan bahkan rasa
takut dapat muncul. Sebaliknya apabila individu mengalami nyeri dengan jenis
yang berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan,
akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk menginterpretasikan sensasi nyeri.
Akibatnya, klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk menghilangkan nyeri (Potter & Perry, 2005).

c. Keluarga dan dukungan keluarga


Seorang yang merasakan nyeri sering bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk mendukung, menemani, atau melindunginya. Walaupun nyeri
masih ada, kehadiran keluarga atau teman-teman dapat mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan (Prasetyo, 2010). Misalnya, individu yang sendirian, tanpa
keluarga atau teman-teman yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri
yang lebih berat dibandingkan dengan individu yang mendapat dukungan dari
keluarga dan orang-orang terdekatnya (Mubarak & Chayatin, 2007).

Universitas Sumatera Utara


3. Faktor Spiritual
Spiritual membuat seseorang mencari tahu makna atau arti dari nyeri yang
dirasakannya, seperti mengapa nyeri ini terjadi pada dirinya, apa yang telah dia
lakukan selama ini, dan lain-lain (Potter & Perry, 2009).

4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi nyeri terdiri dari kecemasan dan koping
individu.
a. Kecemasan
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas (Prasetyo, 2010)
b. Koping individu
Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan nyeri.
Seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus internal merasa bahwa diri
mereka sendiri mempunyai kemampuan untuk mengatasi nyeri. Sebaliknya,
seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus eksternal lebih merasa bahwa
faktor-faktor lain di dalam hidupnya seperti perawat merupakan orang yang
bertanggung jawab terhadap nyeri yang dirasakanya. Oleh karena itu, koping
apsien sangat penting untuk diperhatikan (Potter & Perry, 2009).

5. Faktor Budaya
Faktor budaya yang mempengaruhi nyeri terdiri dari makna nyeri dan suku.
a. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri
dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat
dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan
nyeri dengan berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu
kehilangan, hukuman, dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang sedang
bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang
mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya (Prasetyo, 2010).

Universitas Sumatera Utara


b. Kebudayaan
Begitu juga dengan kebudayaan, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi
cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi
terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).
2.1.7 Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri yang
efektif. Skala penilaian nyeri dan ketenangan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri.
Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan
menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan.
Hayward (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painometer) dengan skala
longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan tanpa nyeri) dan
ujung lainnya nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat). Untuk mengukurnya, penderita
memilih salah satu bilangan yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri
yang terakhir kali ia rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat
menurut waktu. Intensitas nyeri ini sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti
tingkat kesadaran, konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga.
Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan beberapa kategori.
Tabel 2.2 Skala Nyeri Menurut Hayward
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang
biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol

Sedangkan skala nyeri McGill (McGill scale) mengukur intensitas nyeri dengan
menggunakan lima angka, yaitu :
0 = tidak nyeri
1 = Nyeri ringan
2 = Nyeri sedang
3 = Nyeri berat
4 = Nyeri sangat berat
5 = Nyeri hebat

Universitas Sumatera Utara


Selain kedua skala di atas, ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker FACES Rating
Scale yang ditujukan untuk klien tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala
angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia
yang mengalami gangguan kognisi dan berkomunikasi.

Gambar 2.1 Skala FACES

2.2 Asuhan Keperawatan dan Nyeri


2.2.1 Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk
menegakkan diagnose keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan
untuk mengevaluasi respon klien terhadap terapi. Walaupun pengkajian nyeri merupakan
aktivitas yang paling umum dilakukan perawat, pengkajian nyeri merupakan salah satu
pengkajian yang sulit dilakukan. Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut
pandang klien. Penting untuk menginterpretasi secara cermat tanda-tanda nyeri mengingat
komponen fisik dan psikologis dari suatu nyeri mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri.
Saat mengkaji nyeri, perawat harus sensitif terhadap tingkat kenyamanan klien.
Apabila nyeri bersifat akut atau parah, ada kemungkinan klien dapat memberi penjelasan
yang terinci tentang pengalaman nyerinya secara keseluruhan. Selama episode nyeri akut,
tindakan perawat yang utama adalah mengkaji perasaan klien, menetapkan respon fisiologi
klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri, tingkat keparahan, dan kualitas nyeri. Untuk klien yang
mengalami nyeri kronik, cara pengkajian yang paling baik adalah dengan memfokuskan
pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif, perilaku dari pengalaman nyeri dan pada
riwayat nyeri tersebut atau konteks nyeri tersebut (NIH. 1986; McGuire, 1992).
Pengkajian nyeri yang dilakukan meliputi pengkajian data subjektif dan data objektif.
1. Data Subjektif
a. Intensitas (skala) nyeri
Karakteristik nyeri yang paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien sering diminta untuk mendeskripsikan nyeri

Universitas Sumatera Utara


sebagai nyeri ringan, sedang, atau parah. Namun, makna istilah tersebut berbeda
bagi klien dan perawat.
Skala deskriptif merupakan pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale) merupakan sebuah
garis yang terdiri dari lima kata pendeskripsi yaitu “tidak nyeri, sampai nyeri
tidak tertahankan”. Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scale) lebih
digunakan sebagai alat pengganti deskripsi kata yang menggunakan skala 0-10
dimana 0 mengindikasikan adanya nyeri, dan 10 mengindikasikan nyeri yang
sangat hebat.
b. Karakteristik nyeri
Laporan tunggal klien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indikator tunggal
yang paling dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun
yang berhubungan dengan ketidaknyamanan (NIH, 1986).
Pengkajian karakteristik nyeri antara lain; awitan dan durasi (kapan, berapa lama,
terjadi pada waktu yang sama atau tidak, kekambuhan nyeri), lokasi nyeri, irama
(terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas
atau keberadaan dari nyeri), dan kualitas nyeri (seperti ditusuk, terbakar, sakit,
nyeri seperti ditekan).
c. Faktor yang meredakan nyeri, misalnya gerakan, kurang bergerak, pengerahan
tenaga, istirahat, obat-obatan bebas, dan apa yang dipercaya pasien dapat
membantu mengatasi nyerinya.

d. Efek nyeri terhadap klien


Apabila klien mengalami nyeri maka perawat perlu mengkaji kata-kata yang
diucapkan, respon verbal (meringis, menangis), gerakan wajah dan tubuh
(meringis sambil mengguling ke kanan, melindungi area nyeri), interaksi sosial
klien, dan aktivitas klien. Pada aktivitas sehari-hari nyeri menyebabkan klien
kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin. Seperti pada kehidupan
sehari-hari, misalnya tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain,
gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai.
e. Kekhawatiran klien tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai maslah yang luas,
seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra
diri (Smeltzer & Bare, 2001).

Universitas Sumatera Utara


2. Data Objektif
Data objektif didapatkan dengan mengobservasi respons pasien terhadap
nyeri. Menurut Taylor (1997), respons pasien terhadap nyeri berbeda-beda, dapat
dikategorikan sebagai :
a. Respons Perilaku
Respons perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal, perilaku
vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau
perubahan respons terhadap lingkungan. Respons perilaku ini sering ditemukan
dan kebanyakan diantaranya dapat diobservasi. Klien yang mengalami nyeri akan
menangis, merapatkan gigi, mengepalkan tangan, melompat dari satu sisi ke sisi
lain, memegang area nyeri, gerakan terbatas, menyeringai, mengerang,
pernyataan verbal dengan kata-kata. Perilaku ini beragam dari waktu ke waktu
(Berger, 1992).
b. Respons Fisiologik
Respons fisiologik antara lain seperti meningkatnya peranfasan dan denyut nadi,
meningkatnya tekanan darah, meningkatnya ketegangan otot, dilatasi pupil,
berkeringat, wajah pucat, mual dan muntah (Berger, 1992). Respon fisiologik ini
dapat digunakan sebagai pengganti untuk laporan verbal dari nyeri pada klien
tidak sadar (Smeltzer & Bare, 2001).
c. Respons Afektif
Respons afektif seperti cemas, marah, tidak nafsu makan, kelelahan, tidak punya
harapan, dan depresi juga terjadi pada klien yang mengalami nyeri. Cemas sering
diasosiasikan sebagai nyeri akut dan frekuensi dari nyeri tersebut dapat
diantisipasi. Sedangkan depresi sering diasosiasikan sebagai nyeri kronis (Taylor,
1997).

2.2.2 Penetapan Diagnosa


Diagnosa yang akurat dibuat hanya setelah pengkajian lengkap semua variabel.
Dalam contoh diagnosa nyeri, perawat dapat mengkaji perilaku klien yang menarik diri dari
komunikasi, postur tubuh kaku, klien mengeluh, ungkapan verbal ketidaknyamanan klien.
Perawat harus dapat menyeleksi pola data untuk mengidentifikasi nyeri sebagai diagnosa
yang tepat.
Diagnosa keperawatan harus berfokus pada sifat khusus nyeri untuk membantu
perawat mengidentifikasi jenis intervensi yang paling berguna untuk menghilangkan nyeri

Universitas Sumatera Utara


dan meminimalkan efek intervensi itu pada gaya hidup dan fungsi klien. Nyeri yang
berhubungan dengan trauma fisik melawan nyeri yang berhubungan dengan proses
melahirkan membutuhkan intervensi yang sangat berbeda. Identifikasi yang akurat pada
faktor terkait memastikan pemilihan terapi keperawatan yang sesuai.
Menurut NANDA (2003), diagnosa keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri
atau ketidaknyamanan adalah :
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis
Saat menuliskan pernyataan diagnostik, perawat harus menyebutkan lokasinya secara
jelas, misalnya: nyeri pada pergelangan kaki kanan. Lebih lanjut, nyeri dapat memengaruhi
banyak aspek pada fungsi individu, sehingga nyeri tidak hanya menjadi masalah tetapi dapat
menjadi etiologi untuk diagnosa keperawatan yang lain. Diagnosa keperawatan menurut
NANDA yang dapat terjadi terkait dengan masalah nyeri adalah :
1. Nyeri yang berhubungan dengan:
− Cedera fisik atau trauma
− Penurunan suplai darah ke jaringan
− Proses melahirkan normal
2. Nyeri kronik yang berhubungan dengan:
− Jaringan parut
− kontrol nyeri yang tidak adekuat
3. Ansietas yang berhubungan dengan :
− Nyeri yang tidak hilang
4. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan:
− Nyeri maligna kronik
5. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan:
− Nyeri kronik
6. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan:
− Nyeri muskuloskeletal
− Nyeri insisi

2.2.3 Perencanaan
Untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi, perawat
mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan klien. Hasil akhir yang diharapkan

Universitas Sumatera Utara


dan tujuan perawatan diseleksi berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien.
Terapi yang tepat dipilih berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Terapi
yang tepat dipilih berdasarkan pada faktor-faktor terkait yang menyebabkan nyeri atau
masalah kesehatan klien. Misalnya, nyeri yang berhubungan dengan nyeri insisi akut
berespons terhadap analgesik, sedangkan nyeri yang berhubungan dengan kontraksi
persalinan dini dapat dikurangi dengan latihan relaksasi.
Saat mengembangkan rencana perawatan, perawat menyeleksi prioritas berdasarkan
tingkat nyeri klien dari efeknya pada kondisi klien. Untuk nyeri akut dan berat, adalah
penting untuk melakukan upaya untuk menghilangkan nyeri sesegera mungkin. Analgesik
dapat menghilangkan nyeri dengan cepat dan menurunkan kesempatan nyeri mengalami
perburukan. Setelah nyeri yang klien rasakan hilang, perawat merencanakan terapi lain,
seperti relaksasi atau aplikasi panas untuk meningkatkan efek analgesik.
Perawat memberi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami nyeri, tujuan
berorientasi pada klien dapat mencakup hal-hal berikut:
1. Klien menyatakan merasa sehat dan nyaman
2. Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri
3. Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini
4. Klien menjelaskan faktor-faktor penyebab ia merasa nyeri
5. Klien menggunakan terapi yang diberikan di rumah dengan aman.

2.2.4 Implementasi
Sifat nyeri dan sejauh mana nyeri tersebut mempengaruhi kesejahteraan individu
menentukan pilihan terapi penanganan nyeri. Terapi nyeri membutuhkan pendekatan yang
individual, yang mungkin lebih dibandingkan dengan masalah klien yang lain. Klien dan
perawat harus menjadi rekan kerja dalam melakukan upaya mengontrol nyeri. Perawat
memberi dan memantau terapi yang diprogramkan dokter untuk penghilang nyeri dan
penggunaan tindakan penghilang nyeri yang mandiri sehingga melengkapi terapi
diprogramkan dokter. Pengobatan klien seringkali merupakan cara menghilangkan nyeri yang
paling berhasil, khususnya apabila klien pernah mengalami nyeri. Umumnya terapi yang
paling aman atau terapi yang membutuhkan tindakan invasif minimal yang dilakukan
pertama kali. Apabila ada keraguan mengenai terapi keperawatan, maka perawat harus
berkonsultasi dengan dokter.

Universitas Sumatera Utara


A. TINDAKAN NYERI NONFARMAKOLOGIS
Ada sejumlah terapi nonfarmakologis yang mengurangi resepsi dan persepsi nyeri dan
dapat digunakan pada keadaan perawatan nyeri akut. Tindakan nonfarmakologis mencakup
intervensi perilaku-kognitif dan penggunaan agen-agen fisik. Tujuan intervensi perilaku-
kognitif adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan
memberi klien rasa pengendalian yang lebih besar. Agens-agens fisik bertujuan memberi rasa
nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respons fisiologis, dan mengurangi rasa
takut yang terkait dengan imobilisasi. Beberapa tindakan nonfarmakologis yaitu:
1. Distraksi
Sistem aktivasi retikular menghambat stimulus yang menyakitkan jika sesorang
menerima masukan sensori yang cukup ataupun berlebihan. Stimulus sensori yang
menyenangkan menyebabkan pelepasan endorphin. Individu yang merasa bosan atau
diisolasi hanya memikirkan nyeri tersebut dengan lebih akut. Distraksi mengalihkan
perhatian klien ke hal yang lain dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan
terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Namun, distraksi bekerja
memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri
intensif hanya berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan prosedur
invasif atau saat menunggu kerja analgesik.
2. Hipnosis Diri
Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
Suatu pendekatan holistik, hipnosis-diri menggunakan sugesti-diri dan kesan tentang
perasaan yang rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi-
kondisi yang menghasilkan respons tertentu bagi mereka (Edelman dan Mandel, 1994).
Hipnosis-diri sama dengan melamun. Konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan
dan stress karena individu berkonsentrasi hanya pada satu pikiran.
3. Mengurangi Persepsi Nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah mencegah stimulus
nyeri. Hal ini terutama penting bagi klien imobilisasi atau tidak mampu merasakan
sensasi ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat diatasi dengan mengantisipasi kejadian yang
menyakitkan. Upaya ini hanya membutuhkan suatu pertimbangan sederhana tentang rasa
tidak nyaman yang klien alami dan sedikit waktu ekstra dalam upaya menghindari situasi
yang menyebabkan nyeri. Misalnya, klien yang mengalami artritis lutut, maka perawat
terlebih dulu memastikan adanya tempat duduk yang tinggi di kamar mandi untuk
menghindari fleksi ekstrem lutut.Hal ini dapat meminimalkan rasa tidak nyaman.

Universitas Sumatera Utara


4. Stimulasi Kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri.
Masase, mandi air hangat, kompres es, merupakan langkah-langkah sederhana dalam
upaya menurunkan persepsi nyeri. Teori Gate-Control mengatakan bahwa stimulasi
kutaneus mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih
cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta A berdiameter
kecil. Gerbang sinap mengatakan transmisi impuls nyeri. Meek (1993) mengatakan
bahwa sentuhan dan masase merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi
aktivitas system saraf otonom. Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai
stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi.
5. Relaksasi dan Teknik Imajinasi
Klien dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi-afektif dengan melakukan
relaksasi dan teknik imajinasi. Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rasa nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi dapat digunakan, saat
individu sehat atau sakit. Teknik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk
membantu agar tubuh sehat kembali dan beregenerasi setiap hari dan merupakan
alternatif terhadap alkhohol. Merokok, atau makan berlebihan (Asmadi, 2008)

B. TINDAKAN TERAPI NYERI FARMAKOLOGIS


Beberapa agen farmakologis digunakan untuk menangani nyeri. Semua agen tersebut
memerlukan resep dokter. Keputusan perawat, dalam menggunakan obat-obatan dan
penatalaksanaan klien yang menerima terapi farmakologis, membantu dalam upaya
memastikan penanganan nyeri yang mungkin dilakukan.
1. Penatalaksanaan Nyeri Akut
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang menjalani pembedahan
dan prosedur medis, dan kepada klien yang nerupakan korban akibat trauma.AHCPR
(1992) telah menetapkan suatu bagan alur terapi nyeri untuk penanganan
pascaoperasi. Pedoman yang diberikan juga diterapkan pada klien yang sedang dalam
proses pemulihan dari prosedur dan trauma medis yang menyakitkan. Pendekatan
sistemik memungkinkan tenaga kesehatan berespon cepat terhadap ketidaknyamanan
yang klien alami. Tim perawatan kesehatan berkolaborasi untuk menemukan
kombinasi terapi yang paling baik bagi klien.

Universitas Sumatera Utara


2. Analgesik
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun
analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih
cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam penanganan nyeri karena
informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami
ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan anlgesik
markotik, dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan. Perawat harus
mengetahui obat-obatan yang tersedia untuk menghilangkan nyeri dan efek-efek
farmakologi obat-obatan tersebut.

Ada tiga jenis analgesik, yaitu:


a. Non-narkotik dan obat antiinflamai nonsteroid (NSAID)
Jenis ini umumnya untuk menghilangkan nyeri ringan dan sedang, seperti nyeri
yang terkait dengan artritis, prosedur pengobatan gigi, dan bedah minor.
b. Analgesik narkotik atau opiat
Analgesik opiat atau narkotik umumnya diresepkan untuk nyeri yang sedang
sampai berat, seperti nyeri pascaoperasi dan nyeri maligna.
c. Obat tambahan (adjuvan)
Adjuvan seperti seperti sedatif, anticemas, dan relaksan otot meningkatkan
control nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri, seperti
depresi dan mual. Sedatif seringkali diresepkan untuk penderita nyeri kronik.
3. Analgesik Dikontrol Pasien
Klien menerima keuntungan, apabila ia mampu mengontrol terapi nyeri. Sistem
pemberian metode yang aman untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri
pascaoperasi, dan nyeri traumatik. ADP merupakan pompa infus yang dapat dibawa
(diatur komputer), yang didalamnya terdapat ruang tempat spuit atau merupakan alat
khusus yang dirancang, seperti pengatur dosis yang menggunakan jam tangan yang
diperlengkapi pengaturan dini pemberian obat dalam dosis kecil yang tidak melebihi
dosis yang dianjurkan.

Universitas Sumatera Utara


B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
2.3 Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Agama : Kriaten
Pendidikan : SMA
Alamat : Dusun I kab. Labuhan Batu Utara
Tanggal Masuk RS : 30- 05-2014
No. Register :00927354
Ruangan/kamar : Ruang XIV Asoka II Wanita
Golongan darah :B
Tanggal Pengkajian : 02-06-2014
Tanggal operasi :-
Diagnosa Medis : Gastritis

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengeluhkan rasa nyeri ulu hati, yang dialami sejak 1 bulan yang bersifat
hilang timbul, tersa ditusuk-tusuk, disayat, disertai mual dan muntah

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/ Palliative
1. Apa penyebabnya : Nyeri timbul secara tiba-tiba yang disebabkan karena
asam lambungnya naik
2. Hal-hal apa yang memperbaiki keadaan : Keadaan pasien membaik apabila
diberi obat anti nyeri .
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan : Pasien merasakan nyerinya tajam seperti ditusuk-
tusuk
C. Bagaimana dilihat:
Wajah pasien tampak pucat , khawatir akan penyakit yang dialaminya

Universitas Sumatera Utara


D. Region
1. Dimana lokasinya : di perut sebelah kiri bagian bawah
2. Apakah menyebar : Nyeri menyebar ke ulu hati
E. Severity : Keadaan ini mengganggu aktivitas pasien, pasien kehilangan peran
nya sebagai seorang ibu yang biasanya mengurus semua pekerjaan rumah kini
menjadi sebaliknya pasien hanya bisa dibantu oleh anak dan keluarga
terdekatnya.
F. Time : Keluhan ini dirasakan pasien jika pasien terlambat makan perut terasa
nyeri dan biasanya dirasakan ± 1 menit nyerinya hilang timbul dengan frekuensi
2-3 kali dalam sehari

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien belum pernah mengalami hal ini, klien
mengalami ini baru dalam 1 bulan ini
2. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : tidak pernah
3. Pernah dirawat/dioperasi : Pasien tidak pernah dirawat/ dioperasi sebelumnya.
4. Lama dirawat : Tidak pernah dirawat.
5. Alergi : Pasien tidak memiliki alergi.
6. Imunisasi : Lengkap

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orangtua : Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit.
Ayah klien juga tidak memiliki riwayat penyakit serius.
B. Saudara kandung : Pasien memiliki lima saudara kandung.
Kelima saudara pasien tidak mengalami penyakit serius.
C. Penyakit keturunan yang ada : tidak ada penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang meninggal : Suami dari klien meninggal.
E. Penyebab meninggal : Sakit

Universitas Sumatera Utara


VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya : Pasien mengatakan penyakitnya pasti
sembuh.
B. Konsep diri :
− Gambaran diri : Pasien merasa tubuhnya tetap seperti biasa.
− Ideal diri : Pasien mengatakan malu karena aktivitasnya harus
selalu dibantu.
− Harga diri : Pasien merasa malu karena aktivitasnya harus selalu
dibantu oleh anak-anaknya.
− Peran diri : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang kini
berperan menjadi seorang kepala keluarga semenjak
meninggalnya suami pasien
− Identitas : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
C. Keadaan emosi : Emosi pasien terkontrol dengan baik.
D. Hubungan sosial
− Orang yang berarti : orang yang berarti bagi pasien yaitu adalah anak-
anaknya.
− Hubungan dengan keluarga :Pasien berhubungan baik dengan orangtua, anak
dan cucunya.
− Hubungan dengan orang lain : Pasien berinteraksi dengan baik dengan orang
lain, misalnya perawat.
− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien tidak memiliki
hambatan berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
− Nilai dan keyakinan : Pasien mau berdoa agar penyakitnya sembuh.
− Kegiatan ibadah : Pasien tidak melakukan kegiatan ibadah selain
berdoa di tempat tidur
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Pasien tampak lemas berbaring di tempat tidur
B. Tanda-tanda vital
− Suhu tubuh : 37, 6o C
− Tekanan darah : 120/80 mmHg
− Nadi : 80 kali/ menit

Universitas Sumatera Utara


− Pernafasan : 20 kali/ menit
− Skala nyeri :6
− TB : 155cm
− BB : 60kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan Rambut
- Bentuk : simetris
- Ubun-ubun : normal
- Kulit Kepala : kurang bersih.
Rambut
- Penyebaran rambut : Rambut lebat dan tersebar merata
- Bau : Tidak berbau
- Warna kulit : Sawo matang.
Wajah
- Warna kulit : Coklat
- Struktur wajah : Simetris
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Jumlah lengkap dan simetris
- Palpebra : Tidak ada kelainan
- Konjungtiva dan sklera : Tidak pucat. tidak ikterik
- Pupil : diameter pupil normal, respon terhadap
cahaya baik.
- Cornea dan iris : cornea tidak ada kelainan, iris berwarna
coklat.
- Visus : tidak dilakukan pemeriksaan visus
- Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan .
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : letak normal di medial.
- Lubang hidung : lubang hidung lengkap dan bersih.
- Cuping hidung : cuping hidung normal.
Telinga
- Bentuk telinga : bentuk normal.
- Ukuran telinga : ukuran telinga normal.

Universitas Sumatera Utara


- Lubang telinga : lubang telinga bersih.
- Ketajaman pendengaran : dapat mendengar dengan baik.

Mulut dan faring


- Keadaan bibir : bentuk bibir normal, lembab.
- Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi terlihat bersih.
- Keadaan lidah : lidah bersih.
Leher
- Posisi trachea : Posisi trachea normal di medial.
- Thyroid : Tidak ada tampak kelainan.
- Suara : suara bersih dan jelas.
- Kelenjar limfe : Tidak ada tampak pembengkakan.
- Vena jugularis :Tidak ada tampak pembesaran vena jugularis.
- Denyut nadi karotis : Denyut teraba normal.
Pemeriksaan integument
- Kebersihan : Kulit bersih
- Kehangatan : Kulit hangat
- Warna : Sawo Matang
- Turgor : kembali 1 detik
- Kelembaban : Lembab
- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit.
Pemeriksaan thoraks/ dada
- Inspeksi thoraks :Thoraks simetri, tidak ada kelainan bentuk.
- Pernafasan :Frekuensi 20x/menit, irama reguler.
- Tanda kesulit bernafas :Tidak ada kesulitan bernafas,
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara :Terasa simetris kanan dan kiri
- Perkusi :Sonor
- Auskultasi :Vesikuler
Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : Tidak tampak kelainan, atau pembesaran
- Palpasi : Tidak teraba pembesaran.
- Perkusi : Dullnes

Universitas Sumatera Utara


- Auskultasi : Denyut jantung terdengar normal, 80x/menit
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : Abdomen simetris
- Palpasi : Abdomen teraba soepel, tidak ada distensi.
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : Terdengar suara peristaltic normal
Pemeriksaan kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan musculoskeletal :Kekuatan otot normal, simetris kanan dan kiri,
tidak ada oedem.
Pemeriksaan neurologi :Tidak dilakukan pemeriksaan khusus secara
keseluruhan terlihat normal.
Fungsi motorik : Fungsi motorik normal.
Fungsi sensorik : Fungsi sensorik normal, dapat mengidentifikasi
sentuhan dengan baik.
Refleks : Semua refleks normal.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan : 3 kali/ hari.
- Nafsu makan : selera makan.
- Nyeri ulu hati : ada nyeri ulu hati
- Alergi : tidak ada alergi.
- Mual dan muntah : Pasien mengalami muntah sebelum dibawa ke rumah
sakit.
- Waktu pemberian makan : pagi 07.00, siang 12.00, malam 18.00
- Jumlah dan jenis makan : Rata-rata setengah piring, jenis
makanan yaitu makanan lunak
- Waktu pemberian cairan/minum : setiap pasien haus.
- Masalah makan dan minum : Pasien tidak mengalami masalah
2. Perawatan diri
- Kebersihan tubuh :kebersihan tubuh terpenuhi karena klien
dibantu anaknya untuk mandi.
- Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut tampak bersih.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tampak bersih.

Universitas Sumatera Utara


3. Pola kegiatan
- Aktivitas klien : Pasien beraktivitas di tempat tidur dan
dibantu oleh keluarga.
- Aktivitas ibadah klien : Pasien tidak melakukan ibadah selama
dirawat
4. Pola eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : Pasien biasanya BAB dua hari sekali
- Karakter feses : lembek
- Riwayat perdarahan : tidak pernah perdarahan
- BAB terahir : dua hari yang lalu
- Diare : tidak mengalami diare
2. BAK
- Pola BAK : 3-4 kali sehari
- Karakter urin : kuning
- Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada nyeri/ kelainan saat
BAK
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit
ginjal
- Upaya mengatasi masalah: Tidak ada masalah

Universitas Sumatera Utara


2.4 Analisa Data
Masalah
No. Data Penyebab
Keperawatan
1. DS = klien mengeluhkan nyeri Iritasi mukosa lambung Nyeri
pada ulu hati

DO = skala nyeri 6
klien tampak meringis
menahan nyeri
klien tampak memegangi
bagian bawah perutnya
klien tampak gelisah
2. DS= pasien mengatakan kurang Kurang informasi Kurang pengetahuan
mengerti tentang proses tentang penyakitnya
penyakit, penyebab dan terapi
apa yang harus dilakukan
DO= pasien tampak bingung
pasien sering bertanya
mengenai penyakitnya
3. DS = pasien mengeluh mual dan Muntah berlebihan Kecemasan
muntah
DO= pasien tampak cemas, lemas,
pucat

2.5 Rumusan Masalah


MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
2. Kurang pengetahuan
3. Cemas

Universitas Sumatera Utara


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d iritasi mukosa lambung d/d klien meringis menahan nyeri, dengan skala
nyeri 6
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakitnya(faktor penyebab dan terapi diet) ditandai dengan pasien sering bertanya
mengenai penyakitnya
3. Kecemasan b/d adanya nyeri dan muntah berlebihan d/d pasien tampak pucat dan
lemah

2.6 Perencanaan Keperawatan dan Rasional


Hari /
No.Dx Perencanaan Keperawatan Rasional
Tanggal
Selasa 1 Tujuan:
03 - 06 Nyeri berkurang/hilang
-2014
Kriteria hasil :
a. Pasien melaporkan nyeri
berkurang
b. Skala nyeri menurun 0-3
c. Pasien tampak tenang
d. Tanda-tanda vital normal
e. Pasien dapat melakukan
aktivitas sesuai kemampuan
Misalnya, makan
Rencana Keperawatan:
a. Kaji nyeri, lokasi nyeri, a. Berguna dalam pengawasan
karakteristik nyeri, skala keefektifan obat, dan
nyeri kemajuan penyembuhan.

b. Kaji tanda-tanda vital klien. b. Mengetahui keadaan umum


klien melalui tanda-tanda
vital.

Universitas Sumatera Utara


c. Beri posisi nyaman pada c. Memberikan kenyamanan
klien pada klien untuk
mengurangi nyeri yang
dirasakan

d. Ajarkan tehnik relaksasi d. Membantu mengurangi


nafas dalam pada saat nyeri ketegangan akibat nyeri
berlangsung.
e. Membantu menurunkan
e. Beri kesempatan klien untuk stress klien dalam keadaan
menceritakan keluhannya. sakit.

f. Beri kesempatan klien untuk f. Memulihkan kekuatan


istirahat pada saat nyeri tubuh
berkurang.

g. Anjurkan keluarga untuk g. Menurunkan stress klien


berbincang dengan klien pada dan membantu klien
saat sedang tidak nyeri. mengalihkan perhatian dari
rasa nyeri.

h. Beri analgesik(ranitidin dan h. Untuk menghilangkan atau


ketorolak) sesuai program. mengurangi nyeri.
Selasa/ 2 Tujuan:
03-06- Informasi kesehatan terpenuhi
2014
Kriteria hasil:
a. Pasien mampu menjelaskan
kembali pendidikan
kesehatan yang diberikan
b. Pasien termotivasi
melaksanakan penjelasan
yang diberikan

Universitas Sumatera Utara


Rencana Keperawatan:
a. Melibatkan keluarga dalam a. Keluarga/orang terdekat
penerimaan informasi. perlu dilibatkan dalam
pemenuhan informasi untuk
mendukung dan membantu
perawatan.

b. Anjurkan untuk makan b. Perawat menjelaskan


teratur penyebab makan tidak
teratur.

c. Dorong klien untuk berobat c. Untuk menghindari


apabila penyakit kambuh penyakit bertambah parah

d. Jelaskan teknik aktivitas d. Hindari pekerjaan yang


selama perawatan di rumah melelahkan.

e. Beri masukkan sumber- e. Memberi referensi


sumber tertulis/ gambar pascapulang untuk
mendukung upaya klien
pada perawatan diri di
rumah.

Selasa / 3 Tujuan:
03-06- Cemas berkurang
2014
Kriteria Hasil:
a. Pasien tampak tenang tidak
gelisah
b. Pasien mampu menunjukkan
pengendalian diri terhadap
cemas
c. Pasien mampu menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


lokasi nyeri
d. Pasien dapat rileks dan tidur/
istirahat dengan baik

Rencana Keperawatan
a. Kaji tingkat kecemasan a. Mengetahui seberapa
pasien tinggi tingkat kecemasan
pasien

b. Kaji penyebab yang menjadi b. Memudahkan


terjadinya kecemasan menentukan intervensi
untuk mengurangi
tingakat kecemasan
pasien

c. Beri dorongan kepada pasien c. Mengurangi tingkat


untuk mengungkapkan kecemasan pasien
pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan
ansietas

d. Beri penguatan positif ketika d. Mendorong pasien untuk


pasien mampu meneruskan melakukan aktivitas dan
aktivitas sehari-hari dan mengalihkan kecemasan
aktivitas lainnya meskipun pasien
mengalami cemas

Universitas Sumatera Utara


2.7 Implementasi dan Evaluasi

Hari/tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa 1 a. Mengkaji nyeri, lokasi S= pasien melaporkan


03-06-2014 nyeri, karakteristik nyeri, nyerinya berkurang
skala nyeri klien.
O= Tanda-tanda vital:
TD= 130/90mmHg
b. Mengkaji tanda-tanda vital
HR= 80x/menit
pasien.
RR= 20x/menit
T= 37,2 oC
c. Mengajarkan tehnik
Skala nyeri 6
relaksasi nafas dalam.
Klien tampak meringis
kesakitan, wajah tampak
d. Mendengarkan klien
pucat.
menceritakan keluhannya.

A= masalah sebagian
e. Memberikan
teratasi
analgesik(ranitidin dan
ketorolak) sesuai program. P= intervensi dilanjutkan.
Selasa 2 a. Melibatkan keluarga dalam S= Keluarga klien
03-06-2014 penerimaan informasi. mengatakan tidak tau
penyebab penyakit
b. Menganjurkan untuk
klien dan bagaimana
makan teratur
perawatan yang harus
dilakukan dirumah.
c. Mendorong klien untuk
O=Keluarga
berobat apabila penyakit
mendengarkan dan
kambuh
memahami informasi
d. Menjelaskan teknik yang diberikan
aktivitas selama perawatan perawat.
di rumah A= masalah sebagian
teratasi.
e. Memberikan masukkan
P= intervensi dilanjutkan

Universitas Sumatera Utara


sumber-sumber tertulis/
gambar

Selasa
3 a. Mengkaji tingkat S = Pasien mengatakan
03-06-2014
kecemasan pasien cemas nya berkurang

b. Mengkaji penyebab yang O= pasien tampak lebih


menjadi terjadinya tenang dan tidak gelisah
kecemasan
A= masalah teratasi
c. Memberi dorongan kepada sebagian
pasien untuk
mengungkapkan pikiran P= intervensi dilanjutkan
dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan
ansietas
d. Memberi penguatan positif
ketika pasien mampu
meneruskan aktivitas
sehari-hari dan aktivitas
lainnya meskipun
mengalami cemas

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Nyeri adalah sensori sertaemosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat
adanya kerusakan jaringan yan, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan. Nyeri
merupakan sumber penyebab frustasi, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Nyeri dapat merupakan factor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan
individu untuk pulih dari suatu penyakit.
Karya Tulis Ilmiah ini membahas kasus pada seorang klien yaitu Ny. N berusia
55 tahun,Perempuan,dengan diagnose medis Gastritis, masuk ke RS dr.Pirngadi pada
tanggal 02 juni 2014. Pada klien dilakukan pengkajian, ditemukan data subjektif klien
mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah kiri dan data objektif antara lain skala
nyeri 6, klien tampak meringis, gelisah, dan banyak berkeringat. Dengan data-data
diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman :nyeri
sebagai masalah prioritas. Untuk menangani masalah nyeri tersebut maka dilakukan
tindakan keperawatan antara lain : mengkaji nyeri, lokasi, skala nyeri, dan tanda-tanda
vital, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, member posisi nyaman saat tidur atau
duduk, mendengarkan keluhan klien, dan melakukan tindakan kolaborasi dalam
pemberian analgetik. Pasien mengalami penurunan skala nyeri setiap hari, lalu pada hari
keempat kliens udah dapat beradaptasi sepenuhnya terhadap nyeri dengan skala 3,
masalah nyeri teratasi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap nyeri yang sudah teratasi
dengan keadaan pasien yang sudah tampak lebih tenang dan dilakukan pemberian obat
seperti ranitidine obat lambung, ketorolak, antasida untuk menetralkan asam lambung,
dan dengan diberikan tindakan terapi nyeri nonfarmakologi seperti distraksi,hipnosis
diri, mengurangi persepsi nyeri,stimulus kutenus dan teknik relaksasi imajinasi.
Selain data diatas, ditemukan data lain yaitu keluarga pasien mengatakan
penyakit ibunya penyakit biasa, keluarga bertanya mengenai penyebab penyakit ibunya
berulang, dan bertanya apa yang harus dilakukan untuk merawat ibunya. Dari data
tersebut penulis menegakkan diagnosa keperawatan kedua yaitu kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpaparnya sumber informasi tentang penyakit. Untuk
memenuhi kebutuhan keluarga akan informasi maka dilakukan tindakan keperawatan
antara lain: mengkaji tingkat pengetahuan tentang penyakit, dan rencana perawatan

Universitas Sumatera Utara


rumah, menganjurkan untuk menghindari aktivitas yang berlebihan, menganjurkan klien
untuk istirahat yang cukup, mendorong klien berobat apabila penyakit kambuh lagi, atau
menganjurkan klien makan teratur. Setelah dilakukan tindakan dan pendidikan
kesehatan keluarga memahami, dapat menjelaskan kembali informasi yang telah
diajarkan, dan mengatakan akan melakukan perawatan di rumah pada Ny.N seperti yang
diajarkan, masalah kurang pengetahuan teratasi.

Universitas Sumatera Utara


3.2 Saran
1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan Rumah Sakit Umum khususnya RSUD dr. Pirngadi dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja sama baik
antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya klien dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat


Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan agar lebih maksimal, khususnya pada pasien dengan
kebutuhan rasa nyaman nyeri. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang professional terutama dalam memfasilitasi pasien dalam memenuhi
kebutuhannya sehingga cemas dapat berkurang serta pasien mengerti akan penyakitnya.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan
profesional agar tercipta perawat yang profesional, terampil, inovatif, aktif dan bermutu
yang dapat memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik
keperawatan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatann: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Dongoes dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Kumala Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Volume 2). Jakarta: EGC

Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri (edisi 1).
Yogyakarta: Graha Ilmu

Wartonah tarwoto . 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan (edisi
3). Jakatra: Salemba Medika

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi
No. dan Evaluasi
Tindakan keperawatan Evaluasi
Dx Kepererawatan
Hari/ Tanggal Pukul
1 Selasa 14.10 − Mengkaji nyeri, S= Klien melaporkan
04-06-2014 lokasi nyeri, nyerinya pada daerah
karakteristik nyeri, perutnya
skala nyeri
O= Skala nyeri 6
14.20 − Memberikan klien pasien tampak
posisi yang nyaman meringis, pesien
gelisah

14.30 − Memberikan A=Masalah belum


kesempatan klien teratasi, karena
untuk menceritakan pasien masih
keluhannya pada merasakan nyeri
perawat
P= Intervensi
16.00 − Kolaborasi dilanjutkan.
memberikan terapi
nonfarmakologi
tehknik
relaksasi(tarik
napas dalam) dan
Kolaborasi
memberikan terapi
farmakologi
analgesik(ranitidin
dan ketorolak)
sesuai program.

2 Selasa 16.30 − Melibatkan S=Keluarga bertanya


04-06-2014 keluarga dalam pada perawat
penerimaan mengenai hal lain
informasi. yang dapat dilakukan
untuk merawat klien
17.00 − Menganjurkan dirumah.
untuk makan teratur
O= Keluarga memahami
dan dapat
− Mendorong klien mengulangi kembali
17.25
untuk berobat informasi yang telah
apabila penyakit diajarkan perawat.
kambuh

Universitas Sumatera Utara


17.45 − Menjelaskan teknik A=Masalah belum
aktivitas selama teratasi
perawatan di rumah
P= Intervensi
17.55 − Memberikan dilanjutkan
maasukan sumber-
sumber tertulis/
gambar

3 Selasa 18.25 − Mengkaji tingkat S = Pasien mengatakan


04-06-2014 kecemasan pasien cemas terhadap
pemyakitnya
19.00 − Mengkaji penyebab
yang menjadi O=Pasien tampak
terjadinya gelisah dan sering
kecemasan bertanya-tanya

− Memberi dorongan A=Masalah belum


19.55 sebagian
kepada pasien
untuk
mengungkapkan P=Intervensi dilanjutkan
pikiran dan
perasaan untuk
mengeksternalisasi
kan ansietas

20.00 − Memberi
penguatan positif
ketika pasien
mampu meneruskan
aktivitas sehari-hari
dan aktivitas
lainnya meskipun
mengalami cemas

1 Rabu 14.20 − Mengkaji tanda- S = Klien melaporkan


05-06-2014 tanda vital klien. nyerinya sudah mulai
berkurang
14.25 − Mengkaji nyeri,
lokasi nyeri, O = Tanda-tanda vital:
karakteristik nyeri, TD= 120/90mmHg
skala nyeri HR= 82x/menit
RR= 20x/menit
− Menganjurkan T= 36,8oC
14.40
keluarga dan orang Skala nyeri 4
terdekat klien untuk Klien tampak sedikit
berbincang dengan lebih tenang
klien.

Universitas Sumatera Utara


14.50 − Mengajarkan tehnik A = Masalah teratasi
relaksasi nafas sebagian
dalam.
P = Intervensi
16.00 − Kolaborasi dilamjutkan
Memberikan
analgesik (ranitidin
dan ketorolak)
sesuai program.

2 Rabu 16.30 − Menjelaskan teknik S = Pasien mengatakan


05-06-2014 aktivitas selama sudah memahami
perawatan di rumah informasi yang
diberikan oleh
16.40 − Melibatkan perawat
keluarga dalam
penerimaan O = Pasien menerima
informasi. masukan yang
diberikan perawat.
17.00 − Menganjurkan
untuk makan teratur A = Masalah teratasi
sebagian
17.20 − Mendorong klien
untuk berobat
apabila penyakit P = Intervensi
kambuh dilanjutkan

17.35 − Menjelaskan teknik


aktivitas selama
perawatan di rumah

17.45 − Memberikan
maasukan sumber-
sumber tertulis/
gambar

18.15 − Mengkaji tingkat


kecemasan pasien

3 Rabu 18.45 − Mengkaji penyebab S = Pasien mengatakan


05-06-2014 yang menjadi cemasnya sedikit lebih
terjadinya berhurang
kecemasan
O = Pasien masih
19.00 − Memberi dorongan tampak sedikit gelisah
kepada pasien
untuk A = Masalah teratasi
mengungkapkan sebagian
pikiran dan

Universitas Sumatera Utara


perasaan untuk P=Intervensi dilanjutkan
mengeksternalisasi
kan ansietas

19.25 − Memberi penguatan


positif ketika pasien
mampu meneruskan
aktivitas sehari-hari
dan aktivitas
lainnya meskipun
mengalami cemas

1 Kamis 14.30 − Mengkaji tanda-


06-06-2014 tanda vital pasien S = Klien melaporkan
nyerinya berkurang
14.40 − Mengkaji nyeri,
lokasi nyeri, O = Skala nyeri 2
karakteristik nyeri, Klien tampak tenang,
skala nyeri Tidak gelisah.

14.47 − Memberikan klien


posisi yang nyaman A = Masalah sebagian
teratasi, karena skla
nyeri berkurang
14.50 − Memberikan
kesempatan klien
P = Intervensi
untuk menceritakan
dilanjutkan.
keluhannya pada
perawat

15.00 − Mengajarkan tehnik


relaksasi nafas
dalam.

16.00 − Kolaborasi
memberikan terapi
farmakologi
analgesik(antasida)
sesuai program

2 Kamis 16.30 − Menjelaskan teknik S = Pasien mengatakan


06-06-2014 aktivitas selama sudah mengerti.
perawatan di rumah
O = Pasien sudah
− Melibatkan mengerti
16.45 keluarga dalam
penerimaan A = Masalah teratasi
informasi.
P = Intervensi dihentikan

Universitas Sumatera Utara


16.50 − Menganjurkan
untuk makan teratur

17.00 − Mendorong klien


untuk berobat
apabila penyakit
kambuh

17.20 − Menjelaskan teknik


aktivitas selama
perawatan di rumah

17.40 − Memberikan
maasukan sumber-
sumber tertulis/
gambar

3 Kamis 17.50 − Mengkaji tingkat S = Pasien mengatakan


06-06-2014 kecemasan pasien cemas nya berkurang
18.00 − Mengakaji O = Pasien tampak lebih
penyebab yang tenang dan tidak gelisah
menjadi terjadinya
kecemasan A = Masalah teratasi

18.40 − Memberi dorongan P = Intervensi selesai


kepada pasien
untuk
mengungkapkan
pikiran dan
perasaan untuk
mengeksternalisasi
kan ansietas

19.25 − Memberi penguatan


positif ketika pasien
mampu meneruskan
aktivitas sehari-hari
dan aktivitas
lainnya meskipun
mengalami cemas

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai