Skripsi Munaiyah-R2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 53

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN STRES

KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH


SAKIT UMUM KABUPATEN MAJENE

MUNAIYAH
B0218356

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
2022

HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Dengan Judul :
HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT KABUPATEN MAJENE

Yang di ajukan oleh :


MUNAIYAH
B0218356

Telah di setujui untuk dipertahankan di hadapan dewan penguji sebagai bagian


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi
Barat.

Pembimbing I Pembimbing II

Hermin Husaeni, S.Kep., Ns., M.,Kep Aco Mursyid, S.Kep.,Ns.,M.,Kep

NIDN. 0924068702 NIDN. 0002079002

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan

Indrawati, S.Kep. Ns., M.Kes


NIDN. 0030067903

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | ii


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal ini. Penulisan proposal ini dengan
judul “Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Ruang
Rawat Inap Ruma Majene Kabupaten Majene” dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat.
Pada kesempatan ini penulis persembahkan rasa terimahkasih tak terhingga
khusus kepada Bapak (Kombo), Ibu (Nurma), Kakak (Alimuddin dan Maslia), Adik
(Nurul) serta semua keluarga atas dorongan, semangat, serta bantuan dan
dukungannya baik spiritual maupun material. Penulis juga ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupum materil baik
langsung maupun tidak langsung sehingga proposal penelitian ini dapat selesai.
Ucapan terimah kasih ini di tunjukkan kepada yang saya hormati:
1. Dr. Ir. H. Akhsan Djalaluddin, M.S, Selaku Rektor Universitas Sulawesi Barat.
2. Prof.Dr.Muzakkir.M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Sulawesi Barat.
3. Bapak Muhammad Irwan,S.Kep Ners,.M.Kes Selaku wakil Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat.
4. Ibu Nurgadima Achmad Djalaluddin SKM,M.Kes. Selaku Wakil Dekan II
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat.
5. Ibu Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kes, Selaku koordinator Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat.
6. Bapak Hermin Husaeni,S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku pembimbing I dan Bapak Aco
Mursid S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing II yang senantiasa menyediakan
waktu tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun proposal
penelitian ini.
7. Pihak staff Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu dalam
memperoleh data-data yang diperlukan.
8. Para dosen dan staff pada program studi keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sulawesi Barat.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | iii


9. Para staff dan perawat Rumah Sakit Umum Majene
10. Rekan-rekan mahasiswa FIKES UNSULBAR khususnya kelas C 2018, Terkhusus
sahabat-sahabat ku, Dina, Sutini, Regina, Lesni, Aida, Reski, dan Fitri, penulis
sangat bersyukur atas segala bantuan dan dukungan dari teman-teman semua.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kelanjutan penelitian dimasa mendatang.
Terimakasih untuk semua pihak atas segala bantuan, dukungan, dan do’anya
yang telah mereka berikan kepada penulis. Semoga Skripsi ini bisa memberikan
mamfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam Ilmu Kesehatan. Aamiin ya
rabbalalamiiin.2022

Terima kasih

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | iv


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................................ 6
BAB II TINTAUAN PUSTAKA.................................................................... 7
A. Lingkungan Kerja Perawat............................................................................... 7
1. Pengertian Perawat.................................................................................... 7
2. Pengertian lingkungan kerja perawat......................................................... 7
3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja perawat.............. 8
4. Lingkungan kerja fisik perwat.................................................................. 8
5. Lingkungan kerja non fisik........................................................................ 11
B. Stres Kerja Perawat........................................................................................... 12
1. Pengertian stres kerja perawat.................................................................. 12
2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat......................... 13
3. Faktor yang dapat menyebabkan stres kerja pada perawat........................ 13
4. Penyebab stres kerja.................................................................................. 15
C. Kerangka Teori................................................................................................. 16
BAB III KERANGKA KONSEP HIPOTESIS PENELITIAN.................. 17
1. Kerangka Konsep...................................................................................... 17
2. Hipotesis Penelitian................................................................................... 17
BAB IV METODE PENELITIAN............................................................... 18
1. Tempat penelitian...................................................................................... 18
2. Waktu penelitian........................................................................................ 18
3. Populasi, Sampel, dan penentu besar sampel............................................ 18
a. Populasi.............................................................................................. 18
b. Sampel................................................................................................ 18
c. penentu jumlah sampel....................................................................... 18
D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi.............................................................................. 20

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | v


E. Alur Penelitian.................................................................................................. 21
F. Variabel Penelitian............................................................................................ 22
G. Defenisi Operasional........................................................................................ 22
H. Instrument Penelitian........................................................................................ 23
I. Metode Analisis Data....................................................................................... 23
J. RencanaPengolahan Data................................................................................. 24
K. Etika Penelitian................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 28
LAMPIRAN.................................................................................................... 33

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | vi


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi
untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar atau kesehatan rujukan
dan upaya kesehatan penunjang. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam
menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat diperoleh oleh beberapa
faktor. Faktor yang paling dominan adalah sumber daya manusia. (Fauzan,
2017 ). Sumber daya manusia terbanyak di rumah sakit adalah perawat.
Keperawatan memberikan pelayanan di rumah sakit selama 24 jam sehari,
serta mempunyai kontak yang konstan dengan pasien. Oleh kaena itu,
perawat dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal,
kemampuan teknis dan moral. Dengan adanya tuntutan tugas tersebut, maka
perawat harus senantiasa tetap menjaga interaksi social, Kesehatan fisik dan
psikis. Salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami perawat adalah
stress kerja (Fauzan, 2017 ).
Saat ini stres kerja merupakan isu global yang berpengaruh pada
seluruh profesi dan pekerja di negara maju maupun berkembang. Sektor
kesehatan merupakan salah satu sektor dengan prevalensi stres kerja paling
tinggi (ILO, 2016). Menurut (Perwisari, 2016) bahwa seluruh tenaga
profesional di rumah sakit memiliki risiko stres, namun perawat memiliki
tingkat stres yang lebih tinggi. Angka prevalensi stres kerja perawat di
Vietnam sebesar 18,5% (Tran, 2017 ) sementara di Hongkong mencapai
41,1% (Cheung, 2015). PPNI pada tahun 2006 menyebutkan, bahwa 50,9%
perawat Indonesia pernah mengalami stres kerja. (Herqutanto , 2017).
Faktor – faktor yang mempengaruhi stress yaitu beban kerja yang
terlalu banyak dapat menyebabkan terjadinya stres. Menurut (Tarwaka,
2015). Hal ini disebabkan oleh tuntutan kerja yang terlalu tinggi, kecepatan
kerja tidak semestinya, volume kerja yang terlalu banyak, lingkungan fisik
dan sebagainya.
Stres kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang menciptakan
adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis,yang mempengaruhi emosi,
proses berfikir, dan kondisi seseorang karyawan. Stres merupakan hal
negatif yang disebabkan oleh suatu yang buruk yang disertai kejadian-
kejadian negatif disebabkan tekanan yang berlebihan serta tuntutan yang
tidak masuk akal terhadap waktu. Bentuk stres ini biasanya menghasilkan
konsekuensi-konsekuensinegatif bagi seseorang. Stres kerja yang terlalu
tinggi memiliki dampak yang negatif bagi perawat. Stres yang berlangsung
terus menerus dalam waktu yang lama dalam intensitas yang tinggi dapat
mengakibatkan kelelahan fisik ataupun mental seorang perawat. (Rivai ,
2010).
Stres kerja tidak hanya berdampak pada individu, namun juga pada
organisasi, bahkan sosial. Bagi organisasi, dampak stres kerja seperti
ketidakhadiran, kerugian terkait kesehatan pekerja, dan turnover. Bagi
lingkungan sosial stres kerja mengakibatkan tekanan tinggi bagi masyarakat
dan layanan jaminan sosial, terutama bila permasalahan bertambah buruk
dan menyebabkan kehilangan pekerjaan, pengangguran, atau pensiun atas
alasan kesehatan (Petreanu, 2013).
(Badri) menyatakan bahwa stress kerja dapat dipengaruhi oleh
lingkungan kerja perawat. Lingkungan kerja sebagai salah satu penyebab
dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan juga dapat
menyebabkan suatu kegagalan. Penyebab masalah yang di hadapi perawat
ialah pekerjaan yang berada didalam lingkungan tidak sesuai serta ketidak
nyamanan dapat menyebabkan kualitas pekerjan serta prestasinya yang
buruk. Bila perawat berada dalam lingkungan yang tidak mendukung seperti
komposisi kerja serta ketidakcocokannya pengelolaan terhadap jati diri
pekerjaan, dapat menyebabkan kendala pada keakraban sesama pekerja
maupun terhadap pimpinannya. Interaksi antara individu di dalam
lingkungan pekerjaan dapat berdampak negatif seperti memacu kejadian
perselisian serta permasalahan di dalam pekerjaan. Namun juga dapat
berdampak positif seperti membentuk lingkungan kerja yang sangat
bersemangat karena adanya adaptasi terhadap dunia luar dan dalam karena

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 2


pengaruh globalisasi, berita dari teknologi, obsesi kualitas yang bisa
berdampak terhadap perselisihan antar rekan kerja (Riana, 2022).
Menurut (Sedermanyanti, 2017). lingkungan kerja dibagi menjadi
dua, yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik dalam suatu
rumah sakit merupakan kondisi pekerjaan untuk memberi rasa nyaman,
aman, dan merasa dilindungi dalam mencapai tujuan yang diinginkan rumah
sakit. Kenyamanan tempat kerja dapat dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan ruangan, memberikan penerangan yang cukup, ventilasi udara
yang memadai, tidak ada kebisingan dan tata ruang yang nyaman.
Lingkungan kerja juga dapat menjalin hubungan antar rekan kerja, dan
perawat dengan atasan dengan baik di dalam suatu lingkungan. Sedangkan
lingkungan non fisik merupakan seluruh situasi yang terjadi dan memiliki
keterkaitan dengan hubungan kerja seperti hubungan antar perawat ,
kebersamaan, sikap dan prilaku perawat, karakter individu, dan keadaan
emosional individu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Musyaddat,
2017). menunjukkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh negatef dan
signifikan terhadap stres kerja. Hal ini berarti semakin baik lingkungan
kerjanya maka semakin menurun tingkat stress yang dialami perawat.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja Menurut
(Garmida , 2019). Siklus Udara Komposisi udara sekitar manusia, terdiri
dari 21% oksigen 78%, nitrogen 0,03% karbondioksida dan 0,97% gas
lainnya (campuran). Oksigen terutama merupakan gas yang dibutuhkan oleh
makhluk hidup. Udara sekitar dinyatakan kotor apabila kadar oksigen dalam
udara tela berkurang atau bercampur dengan populasi gas buang atau bau-
bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, biasanya ditandai sesak nafas.
Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat obyek secara
jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang kurang
mengakibatkan lelahnya mental dan menimbulkan kerusakan mata.
Kebisingan dapat menganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran, dan
kesalahan komunikasi.
Permenkes No.56 tahun 2014 menyebutkan pentingnya bangunan,
dan prasarana, serta alat kesehatan dalam menjamin mutu pelayanan

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 3


kesehatan. Kenyataannya, bahwa masih banyak kendala yang ditemui dalam
manajemen alat kesehatan di Indonesia. peralatan kerja yang kuran memadai
merupakan salah satu penyebab stres perawat (Kowel,2018 ).
1

Memiliki pasien yang banyak atau cenderung meningkat, tentunya


sangat membutuhkan sumber daya manusia andalah yang bekerja dalam
situasi yang kondusif sehingga dapat menjamin mutu pelayanan. Banyak hal
yang dapat menyebabkan para perawat terpapar pada keadaan stres kerja,
baik berasal dari diri sendiri ataupun kondisi/keadaan tempat kerja yang
kurang menunjang. Berdasarkan wawancara awal dengan perawat di ruang
rawat inap, mayoritas keluhan perawat ialah jumlah pasien yang
banyak/meningkat dan tidak diimbangi dengan jumlah perawat yang
memadai. Menurut mereka, banyak perawat yang ijin cuti dalam jangka
lama, serta tidak sedikit pula yang berhenti bekerja (keluar dari RS).
Keadaan tersebut diperparah dengan kurang disiplinnya beberapa teman
dinas perawat, seperti datang terlambat. Ada pula yang mengeluhkan
kontrol kepala ruangan yang kurang dan ketersediaan sarana/prasarana. RS
juga sedang dalam tahap pembangunan, sehingga mengakibatkan
lingkungan rumah sakit kurang nyaman. Juga didapatkan informasi bahwa 9
dari 14 perawat mengatakan pernah mengalami kendala lingkungan kerja
selama bekerja di Rumah Sakit Majene. Beliau mengatakan keluarga pasien
tidak mendengar atau tidak mematuhi peraturan jaga pasien cukup 2 orang
yang jaga pasien, fasilitas kurang lengkap. Sedangkan informasi tentang
linkungan kerja yaitu terdapat 11 perawat mengatakan stress kalau lagi full
pasien, merasa capek, jika ada pasien gawat darurat bersamaan datang dan
sedikit perawat yang sif kalau perawat yang lain lagi sakit.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa beban kerja yang
berat membuat perawat berisiko untuk mengalami stress. Disisi lain,
perawat mengeluh tentang kondisi lingkungan yang kurang memadai untuk
mereka dapat melaksanakan perannya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Lingkungan Kerja dengan
Stress Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Majene
Kabupaten Majene”.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 4


B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan lingkungan kerja dengan stress kerja perawat
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Majene?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan lingkungan kerja dengan stress kerja
perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Majene
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui lingkungan kerja Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Majene
b. Untuk mengetahui tingkat stress kerja perawat Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Majene
c. Untuk menganalisis hubungan lingkungan kerja dengan stress
kerja perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Majene
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan
perkembangan ilmu pengtahuan tentang lingkungan kerja perawat
dalam pelanyana keperawatan dan stress kerja perawat, serta
keterkaitannya dalam mendukung mutu pelanyanan keperawatan.
b. Manfaat Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan untuk
pihak pelanyanan kesehatan khususnya rumah sakit dalam memonitor
lingkungan kerja dan stress kerja perawat serta dapat menjadi sumber
data dalam meninjau mutu pelanyanan keperawatan.
c. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan para
manajer keperawatan dalam menetapkan kebijakan dalam
meningkatkan mutu pelanyanan di rumah sakit
d. Manfaat Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar pemikiran manajer
perawat dalam mengelola maupun menciptakan lingkungan kerja fisik

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 5


maupun non fisik dalam menurunkan stress kerja perawat dalam upaya
meningkatkan kinerja perawat dan kepuasan pasien.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lingkungan Kerja Perawat


1. Pengertian lingkungan kerja perawat
Lingkungan kerja adalah suatu tempat yang terdapat sejumlah
kelompok dimana di dalamnya terdapat beberapa fasilitas pendukung
untuk mencapai tujuan perusahaan untuk dapat menyesuai dengan visi
misi pada perusahaan tersebut (Sedarmayanti,2018).
Lingkungan Kerja merupakan faktor yang dapat berpengaruh
dengan kinerja seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaanya maka
diperlukan perhatian khusus dari perusahaan agar dapat memberikan
dampak yang positif bagi pekerjaan(Kemala,2018).
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah suatu kondisi
dimana perawat dalam suatu rumah sakit yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik perawat baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga lingkungan kerja dapat dikatakan baik apabila perawat dapat
bekerja dengan optimal, tenang dan produktivitasnya tinggi.
Hubungan dengan rekan kerja yang harmonis dan tanpa ada saling
intrik diantara sesama rekan kerja dapat mempengaruhi suasana kerja
yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan semangat kerja.
Begitu pula hubungan perawat rawat inap dengan keluarga pasien, jika
hubungan perawat dengan keluarga pasien baik dapat menyebabkan
suasana kerja yang menyenangkan. Dengan lingkungan kerja yang
menyenangkan diharapkan perawat cenderung akan bekerja dengan
sikap disiplin yang tinggi dari kemungkinan terjadi pelanggaran
peraturan yang dapat terjadi, semangat kerja yang meningkat , serta m
emiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas pekerjaannya dan merasa
tidak ada yang mengganggu dalam pelaksanaan tugas tersebut
(Sutrisnoputri , 2018).
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi lingkungan perawat

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 7


Menurut (Kemala, 2018) menyatakan bahwa secara garis besar,
jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua faktor yaitu :
a. Faktor Lingkungan Kerja Fisik
Beberapa faktor dari Lingkungan Kerja Fisik antara lain sebagai
berikut :
a) Pewarnaan.
b) Penerangan.
c) Udara.
d) Suara bising.
e) Ruang gerak.
f) Keamanan.
g) Kebersihan
b. Faktor Lingkungan Kerja Non Fisik
Beberapa faktor- faktor terkait Lingkungan Kerja Non Fisik
sebagai berikut
a) Struktur Kerja.
b) Tanggung jawab kerja.
c) Perhatian dan dukungan pemimpin.
d) Kerja sama antar Kelompok.
e) Kelancaran komunikasi
3. Lingkungan kerja fisik perawat
Lingkungan kerja fisik maupun psikososial yang kurang baik
sehingga dapat menghambat pekerjaan. Hal ini diperkuat berdasarkan
hasil wawancara dengan Kepala Keperawatan pada tanggal 9 Mei 2017
yang menunjukkan bahwa adanya perawat yang sering datang terlambat
masuk kerja, bersikap pasif terhadap pekerjaan, tidak tepat waktu dalam
menyelesaikan pekerjaannya, laporan status pasien yang tidak lengkap,
adanya keterlambatan dalam pengembalian catatan status klinis pasien,
dan kurang kesadaran serta kesediaan untuk berperilaku sesuai norma
dan peraturan atau undangundang. Dengan adanya kondisi tersebut, hal
ini tentu saja membuat perawat rawat inap menjadi tidak disiplin dalam
bekerja serta akan mempengaruhi terhadap kinerja masing-masing

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 8


perawat rawat inap. Disiplin merupakan salah satu hal yang harus terus
dijaga dan ditingkatkan secara terus menerus agar karyawan yang
bersangkutan menjadi terbiasa bekerja dengan penuh kedisiplinan dan
tanggung jawab sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Rumah Sakit
Umum Daerah.(Sutrisnoputri, 2018).
Faktor yang mempengaruhi lingkungan fisik perawat, yaitu :
a. Pencahanyaan
Faktor yang mempengaruhi pencahayaan di beberapa ruangan
memenuhi syarat adalah luas ukuran ruangan, warna cat, warna
lantai, warna langit-langit, bahan pintu, dan ventilasi. Luas ruangan
cukup besar dan sudah sesuai dengan jumlah titik lampu yang
dibutuhkan di dalam ruangan, pemilihan cat tembok ruangan
berwarna putih kehijauan, warna lantai putih, langit-langit berwarna
terang yaitu putih, pintu terbuat dari kayu dengan penambahan kaca
ditengahnya, ventilasi di beberapa ruangan dibuat dengan ukuran
yang cukup besar dan menghadap kearah keluar sehingga tidak
terhalang oleh ruangan lain.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi pencahayaan yang tidak
memenuhi syarat diantaranya adalah pembangunan gedung rumah
sakit yang bertahap sehingga beberapa tata letak ruangan masih ada
yang belum strategis, kondisi lampu yang sudah kusam atau kotor,
beberapa letak ruangan rawat inap yang terhalang oleh ruangan lain
sehingga menimbulkan bayangan, ukuran ventilasi alami dibeberapa
ruangan tidak cukup besar. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat
pencahayaan tidak memenuhi syarat adalah kelelahan mata, mata
menjadi memerah dan berair, pandangan menjadi kabur, serta dapat
menimbulkan kerusakan pada sel syaraf pada retina (Nurnyani ,
2018).
b. Suhu
Faktor yang dapat mempengaruhi suhu ruangan menjadi tinggi
yaitu pada saat pengukuran cuaca sedang panas, AC dan kipas angin
tidak dinyalakan karena dibeberapa ruang rawat inap sedang ada

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 9


perbaikan AC dan kipas angin, lampu di ruangan dibiarkan
menyala, kurangnya ventilasi alami sehingga tidak dapat menjamin
pertukaran udara yang masuk, dan pembangunan gedung rumah
sakit yang baru dan bertahap. Suhu udara yang tidak memenuhi
standar dapat menyebabkan pertumbuhan kuman dalam ruangan.
Faktor lainnya bagi keperawatan adalah suhu yang terlalu
dingin dapat menyebabkan hypothermia, dan suhu yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan dehidrasi sampai dengan heat stroke
(Anggraeni,2018). Usaha yang dapat dilakukan untuk menghasilkan
suhu yang baik dapat dilakukan dengan cara menggunakan ventilasi
gabungan yaitu ventilasi alami dan gabungan. Ventilasi alami dapat
berupa jendela dengan sistem yang dapat dibuka dan ditutup,
sedangkan ventilasi buatan seperti kipas angin dan AC yang
dipasang pada ketinggian minimum 2 meter dari atas lantai
(Nurnyani, 2018).
c. Kelembaban
Faktor kelembaban yang tidak memenuhi syarat bagi kesehatan
adalah udara yang terlalu lembab akan menyebabkan jamur mudah
berkembang, sedangkan udara yang terlalu kering akan
menyebabkan keringnya lapisan jamur. Faktor lainnya adalah bagi
pasien, pasien menjadi kurang nyaman saat berada di dalam ruangan
sehingga dapat mempengaruhi proses penyembuhan, selain itu
dapat mempengaruhi produktivitas kerja bagi pekerja sehingga
dalam melakukan pekerjaan menjadi kurang maksimal. Usaha yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki kelembaban di ruang rawat
inap adalah dengan cara membatasi jumlah pengunjung, dan
pembuatan ventilasi baik ventilasi alami maupun ventilasi buatan
yang sesuai dengan standar Kepmenkes RI Nomor 1204
MENKES/SK/X/2004 yaitu 15% dari luas lantai. (Anggraeni ,
2018).
d. Kebisingan

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 10


Faktor yang dapat ditimbulkan akibat kebisingan tidak
memenuhi standar yaitu dapat menyebabkan kerusakan pada indra
pendengaran misalnya ketulian. Selain pada indra pendengaran,
kebisingan juga dapat berdampak pada gangguan fisiologis
(peningkatan tekanan darah, dan nadi); gangguan psikologis (rasa
tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan mudah emosi);
gangguan terhadap komunikasi akan mengganggu kerjasama antara
pekerja dan dapat mengakibatkan kesalahan pengertian yang secara
tidak langsung). Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi
tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas yaitu dengan
cara membuat pagar atau dinding, pemberian tanaman, pemakaian
pintu yang terbuat dari kaca, serta membuat rambu-rambu agar
pengunjung dapat mengurangi suaranya (Subaris , 2018).
4. Lingkungan Non Fisik Perawat
Lingkungan kerja non fisik merupakan dapat mempengaruhi
kepuasan kerja pada perawat karena perawat sudah merasa nyaman
dengan sesama rekan kerja maupun atasan sehingga perawat memiliki
perasaan menyenangkan dan positif yang terhadap pekerjaannya yang
kemudian akan berpengaruh positif pula terhadap kepuasan kerja.
Perlunya membangun kerjasama tim yang kompak, memperlakukan
semua perawat dengan adil dan membangun rasa kekeluargaan di dalam
lingkungan pekerjaan akan meningkatkan rasa nyaman dan senang
terhadap pekerjaan akan berdampak pada produktivitas perawat dalam
bekerja sehinggan akan berdampak baik pula terhadap pasien dan
Rumah Sakit (Wibowo , 2018).
Pada lingkungan kerja non fisik dapat mempengaruhi kepuasan
kerja pada perawat karena perawat sudah merasa nyaman dengan
sesama rekan kerja maupun atasan sehingga perawat memiliki perasaan
menyenangkan dan positif yang terhadap pekerjaannya yang kemudian
akan berpengaruh positif pula terhadap kepuasan kerja. Perlunya
membangun kerjasama tim yang kompak, memperlakukan semua
perawat dengan adil dan membangun rasa kekeluargaan di dalam

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 11


lingkungan pekerjaan akan meningkatkan rasa nyaman dan senang
terhadap pekerjaan akan berdampak pada produktivitas perawat dalam
bekerja sehinggan akan berdampak baik pula terhadap pasien dan
Rumah Sakit.(Wijayanto , 2020).
Hubungan dengan rekan kerja yang harmonis dan tanpa ada saling
intrik diantara sesama rekan kerja dapat mempengaruhi suasana kerja
yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan semangat kerja.
Begitu pula hubungan perawat rawat inap dengan keluarga pasien, jika
hubungan perawat dengan keluarga pasien baik dapat menyebabkan
suasana kerja yang menyenangkan. Dengan lingkungan kerja yang
menyenangkan diharapkan perawat cenderung akan bekerja dengan
sikap disiplin yang tinggi dari kemungkinan terjadi pelanggaran
peraturan yang dapat terjadi, semangat kerja yang meningkat , serta
memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas pekerjaannya dan merasa
tidak ada yang mengganggu dalam pelaksanaan tugas tersebut.
(Sutrisnoputri, 2018)
5. Masa kerja perawat yang di pengaruhi stres
Timbulnya stress pada perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu tuntutan kerja yang tinggi, jumlah pasien yang tidak
menentu, keluhan dan kondisi pasien yang bervariasi serta aktivitas di
luar jam rumah sakit. Hal ini menyebabkan beberapa perawat
mengalami kurang tidur, tidak dapat mengontrol emosi dan tidak dapat
berkonsentrasi yang membuat keluhan pada beban kerja dari perawat
semakin bertambah. Semakin bertambahnya beban kerja dari perawat,
maka semakin bertambah juga tingkat stress pada perawat. Perawat
dituntut untuk harus berkonsentrasi dan bertindak cepat dalam melayani
pasien. Terlebih lagi perawat yang mendapatkan shift malam memiliki
kekurangan waktu untuk tidur yang menyebabkan mereka sering
merasakan kaku pada leher, sakit kepala dan lelah pada mata
(Pongantung et al., 2019).
B. Stress Kerja pada Perawat

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 12


Stres merupakan sebuah respon adaptif terhadap situasi yang
dirasakan individu. Stres dianggap sebagai bagian yang wajar dalam
kehidupan kerja yang pada beberapa waktu dibutuhkan untuk memotivasi
individu dalam meningkatkan kapasitas fungsionalnya. Stres telah dianggap
sebagai bahaya kerja sejak pertengahan tahun 1950an. Stres dapat diartikan
sebagai hubungan antara individu dengan lingkungan sekitarnya yang
dinilai memaksa atau melampaui kemampuan dan membahayakan
kesehatannya (Ojekou & Dorothy, 2015). Keadaan stres yang terjadi dalam
jangka waktu yang lama dan intensitas yang cukup tinggi pada pekerja akan
mengakibatkan kelelahan (burnout), yang mengakibatkan penurunan
kesehatan dan produktivitas.
1. Pengertian Stress Kerja Perawat
Robbins & Judge (2015) stres kerja suatu kondisi ketegangan yang
dapat mempengaruhi terhadap emosi, ataupun jalan pikiran dan kondisi
fisik seseorang, yang mengakibatkan individu mengalami seperti
kelelahan dalam pekerja yang kemudian seseorangan yang mengalami
kelelahan emosionalnya dan akan berpengaruh pada kelelahan secara
fisik.
Stres Kerja adalah suatu kondisi dinamis dimana seseorang individu
dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait
dengan apa yang di rasakan oleh individu itu sendiri yang hasilnya di
pandang tidak pasti dan penting (Rizaldi, 2021). Stres kerja merupakan
suatu kondisi seseorang atau pun keadaan yang akan muncul didalam
interaksi antara manusia dan pekerjaan (Wijono, 2015).
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja
merupakan suatu tanggapan seseorang baik fisik maupun mental
seseorang saat diharapkan dengan keadaan yang tidak sesuai antara
tuntutan dengan kemampuan untuk mengatasinya.
2. Tingkat stres
Klasifikasi stres dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu stres ringan,
sedang dan berat.
1) Stres ringan

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 13


Pada tingkat stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek
fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh
setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres
ringan sering terjadi pada kehidupan seharihari dan kondisi dapat
membantu individu menjadi waspada. Situasi ini tidak akan
menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
2) Stres sedang
Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa
hari. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pada lambung
dan usus misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan
pada otot, gangguan pola tidur, perubahan siklus menstruasi, daya
konsentrasi dan daya ingat menurun. Contoh dari stresor yang
menimbulkan stres sedang adalah kesepakatan yang belum selesai,
beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan
anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama.13
3) Stres berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan
pencernaan berat, debar jantung semakin meningkat, sesak napas,
tremor, persaan cemas dan takut meningkat, mudah bingung dan pa
nik. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah
hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan
penyakit fisik yang lama (Herqutanto Et Al , 2017).
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi stress kerja perawat Menurut
(Rahmadyrza, 2015 )terdapat 3 faktor yang smenjadi penyebab
terjadinya stres kerja, yaitu:
a) Beban Kerja
Beban kerja adalah jumlah kegiatan tugas yang harus dapat
diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang selama
periode waktu tertentu dalam keadaan normal.
b) Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3)

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 14


Keselamatan Kerja dapat diartikan Menunjukan kondisi yang
aman ataupun selamat dari penderitaan kerusakan dan kerugian
ditempat kerja, resiko tersebut merupakan dari aspek aspek
lingkungan kerja.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja adalah suatu faktor lingkungan yang berperan
sangat perawabesar dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan
suatu instansi.
4. Faktor yang dapat menyebabkan stres kerja pada perawat
Faktor yang dapat menyebabkan stres kerja pada perawat yaitu shift
kerja malam, konflik peran ganda, kurangnya dukungan social, konflik
antara pekerjaan dengan keluarga tuntutan tugas yang beragam dan
tidak sesuai dengan kompetens, beban kerja berlebih, kondisi kerja
tidak nyaman, ketidakpastian pekerjaan,tidak adanya pengahargaan,
promosi yang berlebih atau promosi yang kurang dan tidak
seimbangnya jumlah rasio tenaga perawat dengan jumlah pasien. Selain
itu, perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi
terhadap keselamatan nyawa manusia, dipacu untuk selalu maksimal
dalam melayani pasien, melakukan pencatatan kondisi pasien secara
rutin dan kontinyu, mempertahankan kondisi pasien agar tidak
memburuk, serta menyampaikan segala kondisi pasien dengan jujur
kepada pihak keluarga. (Irma , 2019).
5. Penyebab stress kerja perawat
Penyebab stress kerja perawat ada 3 yaitu:
1) Penyebak karakteristik organisasi yaitu:
a) Otonomi, kemandirian seseorang perawat dalam menjalankan
tugasnya.
b) Mutasi relokasi pekerjaan, yaitu perpindahan tempat seseorang
dari unit satu ke unit yang lainnya.
c) Karir yaiitu, jabatan yang di miliki oleh seorang pekerja dalam
pekerjaannya.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 15


d) Beban kerja yaitu, tanggung jawab yang di terimah dari
pekerjan yang di lakukan
e) Interaksi perawat yaitu, kontak langsung terhadap pasien atau
keluarga pasien asuhan keperawatan yang di lakukan oleh
seorang perawat.
f) Masa kerja, yaitu pada awal bekerja perawat mengalami stress
kerja yang lebih tinggi, dan akan semakin menurun seiring
dengan berjalannya waktu secara bertahap lima atau sepuluh
tahun .
g) Shif kerja, yaitu pada pekerja shift terutama yang bekerja pada
malam hari dapat terkena berbagai gangguan kesehtan, antara lai
gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi dan gangguan gastrointestinal. Segalah gangguan tersebut
di tambah dengan tekanan stress yang besar dapat meningkatkan
resiko terjadinya kecelakaan kerja shift malam.
2) Penyebab karakteristik individu yaitu:
1. Dukungan keluarga, yaitu dukungan yang di berikan suami/istri
dan anak-anak serta saudara dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Kejenuhan, yaitu rasa bosan terhadap pekerjaan yang selalu di
rasakan.
3. Komplik dengan rekan kerja, yaitu ketidak seimbangan antara dua
atau lebih anggota atau kelompok di tempat kerja.
4. Usia perawat yaitu: yang berumur di bawah 40 tahun lebih banyak
mengalami stress kerja dari pada perawat yang berumur di atas 40
tahun. Pekerja dengan umur lebih tua yaitu sekitar 41-50 tahun
lebih memiliki kemampuan dalam mengendalikan stress. Jenis
kelamin yaitu kecenderungan perempuan mengalami stres kerja
lebih besar dari pada laki-laki, hal ini disebabkan karena
perempuan memiliki emosi yang lebih meledak-meledak dari pada
laki-laki.
5. Status perkawinan yaituh, perawat yang sudah menikah lebih
banyak yang mengalami stress di bandingkan perawat yang belum

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 16


menikah. Bagi perawat wanita akan memiliki peran ganda yaitu
didalam pekerjaan yang di rumah sebagai seorang ibu rumah
tangga, sedangkan bagi perawat laki-laki akan memiliki beban dan
kewajiban dan yang lebih besar bilah sudah berkeluarga.

3) Penyebab karakteristik lingkungan yaitu:


Penyebab stres kerja bisa di sebabkan terhadap kejadian-kejadian
kerja,seperti kejadian beban kerja yang berlebihan, sikap dan perilaku
pimpinan yang kurang adil terhadap pegawai, waktu dan peralatan kerja
kurang memadai, komflik dengan rekan kerja maupun pimpinan, dan
upa yang terlalu rendah.
Stress kerja dapat dirasakan sebagai profesi, salah satunya adalah
profesi sebagai perawat. Hal-hal yang dapat menjadi pencetus
timbulnya stress kerja perarawat. Yaitu terlalu banyak beban kerja,
tanggung jawab atas seseorang, kurang dukungan dari kelompok
lingkungan pekerjaan dan pengaruh dari pimpinan. (Indriyani, 2018).

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 17


C. Kerangka teori
Menurut (Irma , 2019) Faktor yang
dapat menyebabkan stress kerja pada
perawat yaitu :

a) Shif kerja malam


b) Konflik peran ganda
c) Kurangnya dukungan sosial
d) Komflik antara pekerjaan dengan
Menurut (Kemala A, 2018 )Faktor-Faktor yang keluarga tuntutan tugas yang
mempengaruhi Lingkungan kerja perawat beragam
A. Lingkungan kerja fisik perawat e) Tidak sesuai dengan kompetensi
a) Pewarnaan f) Beban kerja berlebihan
b) Peneranga g) Kondisi kerja tidak nyaman
c) Udara h) Ketidak pastian pekerjaan
d) Suara bising i) Tidak adanya penghargaan
e) Ruang gerak
f) Keamanan Menurut (Rahmadyrza, 2015 ) Faktor
g) Kebersihan – Faktor yang mempengaruhi stress
B. Lingkungan kerja non fisik kerja perawat
a) Struktur Kerja
a) Beban kerja
b) Tanggung jawab kerja
b) Kesehatan dan keselamatan
c) Perhatian dan dukungan pemimpin
kerja (K3)
d) Kerja sama antar Kelompok
c) Kompotensi
e) Kelancaran komunikasi
d) Lingkunga kerja

Stres Kerja Perawat:


a) Normal
b) Ringan
c) Sedang
d) Parah
e) Sangat Parah

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 18


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan konsep yang di gunakan sebagai
landasan berfikir dalam kegiatan ilmu. Berdasarkan uraian pada tinjauan
pustaka maka dapat dirumuskan kerangka konsep dalam penelitian
tentang “Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Stes Kerja Perawat Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Majene Kabupaten Majene”.
Berdasarkan pemikiran diatas maka di gambarkan kerangka
konsep sebagai berilkut :

Variabel Indevenden Variabel Devenden

Lingkungan Kerja Perawat


Stres Kerja Perawat

Gambar 2. Kerangka Konsep


Keterangan :
: Garis penghubung

: Variable Independen

: Variable Devenden

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini yaitu: ada hubungan antara
lingkungan kerja dengan stres kerja perawat.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 19


BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah analitik
dengan pendekatan korelasi. Penelitian korelasi adalah metode yang
memiliki tujuan untuk mengembangkan lebih dari dua hasil penelitian.
Dimana penelitian ini akan mencari hubungan linkungan kerja perawat
terhadap stress kerja perawat.
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitia ini di lakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
Majene.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2022
3. Populasi, sampel, dan penentuan besar sampel
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2015:148), populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya.Perawat di Ruang Rawat Inap
RS majene, jumlah perawat pelaksana 136 orang
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2018) sampel dalam
penelitian ini yakni perawat yang ada di ruangan rawat inap di
Rumah Sakit Majene.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 20


Tehnik sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan simple random sampling. Simple random sampling
adalah metode pengambilan sampel secara acak sederhana dengan
asumsi bahwa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh populasi
tidak dipertimbangkan dalam penelitian. (Kelana , 2011)

C. Penentual Jumlah sampel


Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi dalam penelitian ini
menggunakan rumus besar sampel penelitian korelatif (Dahlan, 2010).
2
Zα + Zβ
n=
0,5In[(1+r)/(1-r)] +3

Keterangan:
Zα :Deviat Baku Alfa
Zβ : Deviat Baku Beta
r : Korelasi minimal yang dianggap bermakna
n : jumlah sampel
Pada penelitian ini korelasi minimal yang dianggap bermakna oleh peneliti
ditetapkan 0,4 melalui pertimbangan hasil penelitian sebelumnya. Dengan
kesalahan tipe I sebesar 5% dengan Zα=1,645, kesalahan tipe II sebesar
10% dengan Zβ=1,282. Sehingga besar sampel yang digunakan adalah:

2
Zα + Zβ
n=
0,5In[(1+r)/(1-r)] +3
2
1,64 + 1,28
+3
n= 0,5In[(1+0,4)/(1-0,4)]

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 21


2,92
n= +3
0,5In[2,33]

2
n= 2,92 +3
0,423

n= 51 responden

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


a. Kriteria Inkslusi adalah dimana subjek penelitian yang dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
Majene.
2. Bersedia menjadi responden.
3. Memiliki pendidikan menimal D3 Keperawatan.
b. Kriteria Ekslusi adalah dimana subyek penelitian tidak bisa mewakili
sampel, karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Perawat tidak berada ditempat penelitian saat pelaksana
penelitiaan.
2. Perawat bersedia yang sedang dalam masa cuti.
3. Tidak bersedia menjadi responden
4. Kepala Rungan (Karu)
5. Ketua Tim (Katim)

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 22


E. Alur Penelitian
Penentuan Judul Penelitian

Pengurusan Izin Penelitian dan


pengambilan data

Populasi : Perawat

Menentukan Besar Sampel

Sampel Penelitian Sesuai Dengan


Kriteria Sampel Dengan Jumlah 51
Responden.

Pengisian Kuesioner

Analisa Data Menggunakan


Komputer/SPSS Untuk Melihat
Distribusi.

Penyajian Dan Pembahasan Hasil


Penelitian

Kesimpulan Dan Saran

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 23


F. Variariabel Penelitian
Variabel penelitian suatu atribut atau sebuah sifat atau pun nilai-nilai
seseorang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang di
tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2018). Adapun jenis-jenis variabel dalam penelitian yaitu
sebagai berikut :
1. Variabel Independen ( variabel bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab adanya perubahan atau timbulnya variabel independen
dalam penelitian ini yaitu lingkungan kerja perawat
2. Variabel Dependen (variabel terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018). Variabel
terikat dalam penelitian ini ialah stres kerja perawat
G. Definisi Operasional

Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

Lingkungan Lingkungan Pertanyaan Kuisioner Rendah < 22 Ordinal


kerja kerja perawat dalam Sedang 23-33
perawat adalah bentuk Tinggi > 33
kenyamana Kuisioner
tempat kerja
dan
ketersediaan
berbagai

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 24


sarana yang di
butuhkan
dalam
melaksanakan
pekerjaan.

Stress kerja Stress kerja Pertanyaan Kuisioner Normal 0 -14 Ordinal


perawat perawat adalah dalam Ringan 15-18
suatu kondisi bentuk Sedang 19-25
dari hasil kuisioner Parah 26-33
penghanyatan Sangat Parah
subjektif > 34
perawat berupa
interaksi antara
individu dan
lingkungan
kerja yang
dapat
mengancam
dan memberi
tekanan secara
psikologis
pada perawat.

H. Instrumen Penelitian
1. Lingkungan kerja

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 25


Instrument data berupa kuesioner skala likert akan dibagikan
kepada responden. Lingkungan kerja perawat terdiri dari 11 pertanyaan
dengan pilihan jawaban 4= Sangat baik, 3= Baik, 2= Kurang, 1= Tidak
Ada. Kuesioner stres kerja perawat terdiri dari 14 pertanyaan dengan
pilihan jawaban 0= Tidak Ada, 1= Kadang-Kadang, 2= Sering, 3=
Sangat sering.
2. Tingkat Stres
Tingkat stres perawat menggunakan kuesioner Dass 42
(Depresion,ansiety,stress scale) Menurut (Nilamastuti, 2016). Terdiri 42
pertanyaan yang terdiri dari tiga skala yang didesain untuk untuk mengukur
tiga jenis keadaan emosional, yaitu depresi, kecemasan dan stres pada
perawat. Oleh karna penelitian menetapkan variable independen pada
lingkup keadaan stres saja, maka item pertanyaan yang di gunakan yaitu
pada nomor 1,6,8,11,12,14,18,22,,27,29,32,33,35,39. Indicator tingkat stres
pada kuesioner ini yaitu :
a. Normal : 0 – 14
b. Ringan : 15 – 18
c. Sedang : 19 – 25
d. Parah : 26 – 33
e. Sangat parah : > 34
I. Uji Validitas dan Rehabilitas
Kuesioner stres kerja perawat tingkat stres kerja responden diukur
dengan menggunakan kuesioner Depression, Anxiety, and Stress Scale-42
(DASS-42) dengan nilai validitas dan reliabilitasnya sebesar r = 0.933 dan p
= 0.001 dengan interpretasi nilai reliabilitas sangat kuat sebanyak 14 item
pertanyaan tentang stres kerja skala ordinal. Sedangkan Kuesioner
lingkungan kerja perawat mendapatkan nilai uji validitas dan rehabilitas
dengan nilai r = 0,923 dan p = 0,011
J. Metode Analisis Data
Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
analisis univariat dan analisis bivariate dengan bantuan perangkat lunak
SPSS (Statistical Package For The Social Science).

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 26


1. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk
menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti yaitu
lingkungan kerja perawat dan stress kerja perawat.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariate adalah analisa yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen (lingkungan kerja
perawat) dan variabel dependen (stress kerja perawat). Analisis
bivariat pada penelitian ini menggunakan Uji Chi Square dengan
alternatif uji Fischere
K. Rencana Pengolahan Data
1. Editing
Editing adalah upaya yang dilakukan untuk memeriksa kembali
kebenaran data yang diperoleh atau di kumpulkan.
2. Coding
Coding dilakukan dengan memberikan kode atau nomor untuk setiap
kuesioner yang dibagikan kepada responden untuk memudahkan entry
dan analisa data.
3. Entry Data ( Pemasukan Data)
Kegiatan memasukkan data yang telah di kumpul ke dalam master tabel
atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana.
4. Tabulating
Tabulasi ialah memasukkan data-data hasil dari penelitian ke dalam
tabel-tabel sesuai kriteria yang ditentukan skornya.
5. Cleaning Data ( Pembersihkan Data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak.
L. Etika Penelitian

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 27


Penelitian ini di lakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
etika. Aspek-aspek etika ini bertujuan untuk melindungi subjek penelitian.
Aspek-aspek yang harus di pertimbangkan antara lain respect for human
dignity, respect for privacy and confidentially, respect for justice
inclusiveness, balangcing harm and benefits (Hamdayama, 2021)
1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia ( Respect for Human
Dignity)
Penelitian di lakukan dengan menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia. Responden memilki hak asasi dan kebebasan untuk
menentukan pilihan menerima atau menolak penelitian (autonomy).
Sebelum menentukan pilihan, peneliti dapat menjelaskan secara
terbuka dan lengkap terkait tujuan dan manfaat p enelitian, prosedur
penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang di dapatkan dan
kerahasiaan informasi. Prinsip ini juga di jelaskan secara lengkap
dalam lembar persetujuan yang tandatangani oleh responden setelah
mendapat penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang
keseluruhan pelaksanaan penelitian.
2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subyek (Respect for Privacy
and Confidentially).
Subyek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk
mendapatkan kerahasiaan informasi. Peneliti merahasiakan berbagai
informasi yang menyangkut privasi subyek dan segala informasi
tentang dirinya. Dengan meniadakan indentitas seperti nama diganti
dengan kode berupa nomor, alamat dan nomor telepon tidak di
cantumkan dalam hasil penelitian.
3. Menghormati Keadilan dan Inklusivitas (Respect for Justice
Inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dalam penelitian ini di lakukan dengan cara
yang jujur, tepat cermat, hati-hati, dan professional. Sedangkan prinsip
keadilan dalam penelitian dilakukan tidak ada deskriminasi terhadap
kriteria yang tidak relevan dalam penelitian responden, akan tetapi

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 28


berdasarkan alas an ilmiah yang berhubungan langsung dengan
masalah penelitian.
4. Mempertahankan Manfaat dan Kerugian yang di timbulkan
( Balangcing Harm and Benefits)
Manfaat yang di dapat oleh responden pada penelitian ini adalah
penambah pengetahuan responden dengan pengetahuan dan komitmen
terhadap penerapan standar akreditas.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Majene diresmikan pada tanggal 18 Maret
1987 oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dr.Suwarjono
Suryaningrat bertempat di RSU Bulukumba. Selanjutnya penyerahan
dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Gubernur KDH
Tk.I Sulawesi Selatan No.189/MENKES/BA/III/1987 tanggal
09/II/1987. Penyerahan perlengkapan dari Gubernur KDH Tk.I
Sulawesi Selatan kepada pemerintahan Kabupaten Majene
No.109/III/1987 Tentang penyerahan Bangunan Rumah Sakit Umum
type D beserta Perlengkapan/peralatan kesehatan kepada
pemerintahan daerah tingkat II Bulukumba dan pemerintahan daerah
tingkat II Majene.
Rumah Sakit Umum Majene merupakan Rumah Sakit yang ada
di wilayah Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Rumah Sakit Majene
dengan luas tanah 40.000m² terletak di Kecamatan Banggae yaitu
salah satu dari 8 kecamatan,yaitu : Ulumanda,Malunda,Tubo
Sendana,Tammero’do,Sendana,Pamboang,BanggaeTimur,dan
Banggae.
Berdasarkan Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
Nomor : KARS-SERT/1439/XII/2019 tanggal 29 Desember 2019

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 29


tentang Pengakuan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Majene telah
memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit dan dinyatakan Lulus
Tingkat Dasar. Profil kesehatan merupakan penyajian data/informasi
sebagai hasil dari indikator kegiatan baik lintas program maupun
lintas sektor yang terdiri dari indikator proses dan indikator hasil
(keluaran).

2. Karakteristik Responden
Penelitian ini telah di laksanakan pada tanggal 2 – 5 Agustus
2022 di Rumah Sakit Umum Majene. Responden dalam penelitian
ini merupakan semua Perawat yang bertugas di rawat inap Rumah
Sakit Majene yang berusia 25 – 30 Tahun. Data yang di dapatkan
dari responden yaitu berupa data demografi dan jawaban dari
kuesioner mengenai lingkungan kerja dan stres kerja perawat di
Rumah Sakit Umum Majene.
Sebelum pengisian kuesioner, maka terlebih dahulu di berikan
penjelasan kepada responden tentang penelitian yang akan di
lakukan, termasuk cara pengisian kuesioner dan permintaan
persetujuan responden. Setelah itu membagikan kuesioner kepada
perawat. Data karakteristik responden yang dikumpulkan meliputi
usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan terakhir, dan masa kerja.
Tabel. 5.1
Distribusi karakteristik responden
Karakteristik Kategori f %
Usia produktif 18-60 51 100%
Jenis kelamin Laki-laki 6 11,8%
Perempuan 45 88,2%
Pendidikan Terakhir D3 28 54,9%
Ners 4 7,8%
S1 19 37,3%
Masa Kerja ≤ 5 Tahun 49 96,1%
>5 Tahun 2 3,9%
Sumber : Data primer 2022
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik
responden dilihat dari usia mayoritas responden berusia produkti

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 30


yaitu (18-60 tahun) jenis kelamin lebih dominan pada perempuan
sebanyak (88,2%) responden tingkat pendidikan terakhir paling
banyak pada tingkat D3 yaitu sebanyak 54,9% dan masa kerja
responden mayoritas ≤ 5 tahun yaitu 96,1%.

3. Analisis Univariat
a. Lingkungan kerja perawat
Tabel. 5.2
Distribusi lingkungan kerja perawat di RSUD Majene
Lingkungan kerja f %
Rendah 0 0
Sedang 17 33.3
Tinggi 34 67.0
Total 51 100
Sumber: Data primer tahun 2022
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, Sebagian besar perawat menilai
lingkungan kerja dalam kategori tinggi 67%, sedangkan perawat
yang menilai lingkungan kerja kategori sedang sebanyak 33,3%..
b. Stres kerja perawat
Tabel. 5.3
Distribusi stres kerja perawat di RSUD Majene
Stres Kerja f %
Normal 41 80.0%
Sangat parah 10 20.0%
Total 51 100%
Sumber: Data primer 2022
Berdasarkan tabel 5.3 diatas, stres kerja perawat sebagian
besar normal 80.0% sedangkan perawat yang mengalami stres
sangat parah yaitu 20%.
4. Analisis Bivariat
Tabel. 5.4

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 31


Uji statistik hubungan lingkungan kerja dengan stres
kerja perawat di RSUD Majene
Tingkat Stres
Lingkungan
Normal Sangat parah p-value
kerja
n % n %
Sedang 17 100 0 0,0
0,013
Tinggi 24 70,6 10 29,4
Sumber : data primer, 2022
Berdasarkan tabel 5.4 diatas, seluruh perawat yang mempunyai
lingkungan kerja sedang mempunyai tingkat stress kerja normal
sebanyak 100%. Perawat dengan lingkungan kerja tinggi
mempunyai tingkat stress normal sebanyak 70,6%, dan yang
mempunyai tingkat stress sangat parah sebanyak 29,4%. Nilai p-
value lingkungan kerja dengan tingkat stress didapatkan 0,013 yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lingkungan kerja
dengan tingkat stress.
B. Pembahasan
1. Lingkungan kerja perawat
Berdasarkan tabel 5.4 dengan uji statistik menggunakan uji chi
square, diperoleh lingkungan ruang rawat dalam kategori tinggi.
Berdasarkan data tersebut, didapatkan informasi bahwa
lingkungan kerja perawat telah dapat memenuhi peran perawat
dalam melaksanakan seluruh tanggungjawabnya. Perawat telah
difasiltiasi dengan lingkungan fisik dan non fisik yang memadai
seperti pencahayaan, suhu, kelembaban dan tidak ada kebisingan
yang mengganggu serta hubungan dan komunikasi perawat dengan
atasan, rekan sekerja berlangsung dengan baik.
Pencahayaan ruangan yang cukup mendukung perawat
melaksanakan aktifitas di ruangan rawat inap. Pencahayaan yang
cukup tidak menimbulkan bayangan, tidak terjadi kelelahan mata,
yang dapat membuat pandangan menjadi kabur, serta dapat
menimbulkan kerusakan pada sel syaraf pada retina. Suhu ruangan
juga menjadi pendukung perawat. Suhu ruangan yang tidak

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 32


memenuhi standar dapat menyebabkan pertumbuhan kuman dalam
ruangan. Suhu yang terlalu dingin dapat menyebabkan hypothermia,
dan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi sampai
dengan heat stroke (Anggraeni,2018). Lingkungan fisik dengan suhu
20C -25C merupakan kondisi ideal perawat dalam melakukan
aktifitas perawat suhu yang ideal tersebut dapat diupayakan dengan
cara menggunakan ventilasi gabungan yaitu ventilasi alami dan
gabungan (Nurnyani, 2018). Hal ini juga mempengaruhi
kelembaban. Kelembaban yang tidak memenuhi syarat bagi
kesehatan adalah udara yang terlalu lembab akan menyebabkan
jamur mudah berkembang, sedangkan udara yang terlalu kering akan
menyebabkan keringnya lapisan jamur. Pasien dapat menjadi kurang
nyaman saat berada di dalam ruangan sehingga dapat mempengaruhi
proses penyembuhan, selain itu dapat mempengaruhi produktivitas
kerja bagi pekerja sehingga dalam melakukan pekerjaan menjadi
kurang maksimal (Anggraeni , 2018). Faktor lain yang
mempengaruhi idealnya lingkungan bagi perawat adalah kebisingan.
Kebisingan dapat menyebabkan kerusakan pada indra pendengaran
misalnya ketulian. berdampak pada gangguan fisiologis seperti
peningkatan tekanan darah, dan nadi, gangguan psikologis seperti
rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan mudah
emosi serta gangguan komunikasi yang akan mengganggu kerjasama
antara perawat dan dapat mengakibatkan kesalahan pengertian yang
secara tidak langsung (Subaris , 2018).
Lingkungan fisik dalam kategori tinggi memberikan motivasi
kepada perawat yang bekerja di ruangan tersebut. Kondisi
lingkungan kerja yang dikatakan baik atau sesuai dapat memotivasi
perawat untuk melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman
dan nyaman. Perawat yang bekerja di lingkungan kerja yang
mendukung untuk bekerja maka secara optimal akan menghasilkan
kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang perawat bekerja dalam
lingkungan kerja yang tidak memadai dan tidak mendukung untuk

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 33


bekerja maka secara optimal akan membuat perawat yang
bersangkutan menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja perawat
tersebut akan rendah (Badri I. A., 2020)
Setiap perawat dituntut untuk dapat melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan jabatan yang dipegang dan beradaptasi dengan
lingkungan serta rekan kerja yang memiliki karakter berbeda-beda.
Interaksi antara individu dalam lingkungan kerja dapat menimbulkan
dampak negative yang memicu terjadinya konflik dan masalah
dalam pekerjaan dan dampak positif yaitu terciptanya kondisi
lingkungan kerja yang dinamis karena adanya penyesuaian terhadap
tantangan dalam lingkungan internal organisasi dan eksternal karena
pengaruh globalisasi, ledakan informasi melalui teknologi, obsesi
kualitas, yang dapat menimbulkan terjadinya konflik di tempat kerja
(Anatan, 2009).
Lingkungan kerja buruk menjadi penyebab perawat mudah jatuh
sakit, mudah stress, sulit berkosentrasi dan menurunnya
produktivitas kerja. Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, cahaya,
suhu, udara terpolusi, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja
kurang bersih akan menurunkan kinerja perawat.
Selain lingkungan fisik, perawat juga membutuhkan lingkungan
kerja non fisik seperti komunikasi yang baik, hubungan kerja antara
atasan dengan bawahan berjalan dengan baik, hubungan rekan kerja
sekitar berjalan dengan lancar, komunikasi dengan atasan berjalan
dengan baik
Perawat pada ruang rawat inap mendapat kepuasan kerja pada
perawat karena sudah merasa nyaman dengan sesama rekan kerja
maupun atasan. Perawat memiliki perasaan senang dan positif
terhadap pekerjaannya yang kemudian berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja. kerjasama tim mampu terbentuk dengan kompak,
perawat diperlakukan dan memperlakukan sesame perawat dengan
adil dan membangun rasa kekeluargaan di dalam lingkungan
pekerjaan. Hal ini meningkatkan rasa nyaman dan senang terhadap

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 34


pekerjaan yang berdampak pada produktivitas perawat dan
berdampak baik pula terhadap pasien dan Rumah Sakit (Wibowo ,
2018).
Hubungan dengan rekan kerja yang harmonis dan tanpa ada
saling intrik diantara sesama rekan kerja dapat mempengaruhi
suasana kerja yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan
semangat kerja. Begitu pula hubungan perawat rawat inap dengan
keluarga pasien, jika hubungan perawat dengan keluarga pasien baik
dapat menyebabkan suasana kerja yang menyenangkan. Dengan
lingkungan kerja yang menyenangkan diharapkan perawat
cenderung akan bekerja dengan sikap disiplin yang tinggi dari
kemungkinan terjadi pelanggaran peraturan yang dapat terjadi,
semangat kerja yang meningkat , serta memiliki rasa tanggung jawab
terhadap tugas pekerjaannya dan merasa tidak ada yang mengganggu
dalam pelaksanaan tugas tersebut. (Sutrisnoputri, 2018)
2. Tingkat stres
Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Stres dapat muncul
apabila seseorang mengalami beban atau tugas berat dan orang
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan. Tubuh akan
berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut sehingga
orang tersebut dapat mengalami stres kerja (Hidayat , 2011).
Stres kerja perawat dapat terjadi apabila perawat dalam bertugas
mendapatkan beban kerja yang melebihi kemampuannya sehingga
perawat tersebut tidak mampu memenuhi atau menyelesaikan
tugasnya, maka perawat tersebut dikatakan mengalami stres kerja.
Manifestasi dari stres kerja perawat antara lain akibat karakterisasi
pasien, pengkajian terhadap pasien, dan aspek lingkungan kerja yang
mengganggu merupakan langkah awal dalam menangani masalah-
masalah yang datang mengenai tingkat kepadatan ruangan
emergency, efisiensi pelaksanaan tugas, serta adanya tuntutan untuk
menyelamatkan pasien (Levint , 2004).

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 35


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas
responden menagalami stres kerja perawat dalam kategori normal
80.3%. Hal ini berarti cenderung semua faktor stres tidak dirasakan
oleh perawat tersebut sehingga tingkat stres dalam kategori normal.
Apabila stres mencapai titik puncak yang kira-kira sesuai dengan
kemampuan maksimum kinerja perawat maka pada titik ini stres
tambahan cenderung tidak menghasilkan perbaikan kinerja
selanjutnya bila stres yang dialami perawat terlalu besar, maka
kinerja akan mulai menurun, karena stres tersebut mengganggu
pelaksanaan kerja karyawan dan akan kehilangan kemampuan untuk
mengendalikannya atau menjadi tidak mampu untuk mengambil
keputusan dan perilakunya menjadi tidak menentu. Akibat yang
paling ekstrim adalah kinerja menjadi nol, karyawan mengalami
gangguan, menjadi sakit dan tidak kuat lagi untuk bekerja, menjadi
putus asa, keluar atau menolak bekerja (Munandar, 2008).
Stres dapat terjadi pada hampir semua perawat, baik tingkat
manajer perawat maupun perawat pelaksana. Kondisi kerja yang
lingkungannya tidak baik sangat potensial untuk menimbulkan stres
bagi pekerjanya. Stres dilingkungan kerja memang tidak dapat
dihindarkan, yang dapat dilakukan adalah bagaimana mengelola,
mengatasi atau mencegah terjadinya stres tersebut, sehingga tidak
menganggu pekerjaan (Hardjana, 2004).
Setiap orang pernah stres dan akan mengalaminya, akan tetapi
kadarnya berbeda-beda serta dalam jangka waktu yang tidak sama.
(Suliswati , 2005 ) menyatakan bahwa stres merupakan tanggapan
menyeluruh dari tubuh baik fisik maupun mental terhadap setiap
tuntutan ataupun perubahan yang mengganggu, mengancam rasa
aman dan harga diri individu. Pengalaman stres adalah pengalaman
pribadi dan bersifat subjektif. Stres terjadi apabila individu menilai
situasi yang ada pada dirinya adalah situasi yang mengancam.

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 36


3. Hubungan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat Berdasarkan
hasil penelitian yang didapatkan dengan menggunakan uji chi square
yaitu terdapat hubungan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat
Lingkungan kerja perawat pada ruang rawat inap RS Majene
merupakan kondisi yang sesuai dengan harapan perawat sehingga
tidak ada pemicu perawat untuk mengalami stres. Kondisi
lingkungan seperti ini telah dapat memenuhi kebutuhan perawat
dalam bekerja maupun berinteraksi dengan siapapun baik sesama
perawat maupun dengan pimpinan.
Lingkungan kerja yang baik dapat mencegah timbulnya
gangguan dan ancaman, yang akan menyebabkan perawat menjadi
pelupa, lebih banyak kesalahan dalam aktivitas dan penurunan
kemampuan dalam membuat rencana. Lingkungan kerja yang tidak
dapat diterima oleh perawat cenderung memicu stres kerja.
Lingkungan kerja fisik dalam suatu rumah sakit merupakan
suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi kerja
perawat yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
Lingkungan kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab perawat
mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya
produktivitas kerja. Jika ruangan kerja perawat tidak nyaman, panas,
sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat,
lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya
pada kenyamanan kerja karyawan. alam mencapai kenyamanan
tempat kerja antara lain dapat dilakukan dengan jalan memelihara
prasarana fisik seperti seperti kebersihan yang selalu terjaga,
penerangan cahaya yang cukup, ventilasi udara, suara musik dan tata
ruang kantor yang nyaman. Karena lingkungan kerja dapat
menciptakan hubungan kerja yang mengikat antara orang- orang
yang ada di dalam lingkungannya (Badri I. A., 2020)
Hubungan baik dengan sesama perawat akan mempengaruhi
kinerja perawat tersebut. Dengan adanya hubungan baik sesama
perawat di suatu ruangan akan mempermudah dalam melakukan

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 37


tindakan dan saling berkoordinasi. Jika hubungan antara perawat
dengan perawat tidak baik maka tidak dalam melakukan pekerjaan
tidak ada koordinasinya. Hubungan baik ini tidak hanya antara
perawat dengan perawat saja namun perawat dengan tenaga
kesehatan lainnya juga harus dibina apalagi dengan pimpinan (Badri
I. A., 2020)
Stres kerja pada perawat sangat dipengaruhi oleh lingkungan
kerja baik fisik maupun non fisik. Lingkungan kerja yang kurang
baik menimbulkan gangguan dan ancaman, dalam lingkungan kerja
seperti ini akan menyebabkan perawat menjadi pelupa, lebih banyak
kesalahan dalam aktivitas dan penurunan kemampuan dalam
membuat rencana. Perubahan kondisi kerja menimbulkan reaksi
pekerja untuk dapat menyesuaikan diri dalam kondisi yang ada.
Apabila pekerja kurang mampu beradaptasi dengan kondisi kerja
yang ada maka akan cenderung mengalami stres kerja (Abraham ,
2009).
Lingkungan kerja akan mempengaruhi timbulmya stres karena
perubahan lingkungan akan merangsang sikap pekerja untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Lingkungan kerja tidak
hanya secara fisik saja namun lingkungan non fisik juga sangat
mempengaruhi timbulnya stres kerja. Dalam menjalani kehidupan
kita tidak akan luput dari kerjasama dengan orang disekitar kita. Hal
itu juga akan dirasakan oleh perawat yang bekerja di ruangan rawat
inap Rumah Sakit (Susilawati , 2004).
Lingkungan kerja fisik dalam suatu rumah sakit merupakan
suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi kerja
karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang diinginkan
oleh suatu perusahaan. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi
penyebab perawat mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit
berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Lingkungan
kerja fisik yang baik bagi perawat yaitu mendapatkan pencahayaan
dan kelembaban yang cukup, suhu ruangan 20C -25C serta tidak

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 38


terdapat kebisingan yang mengganngu fungsi fisiologi, psikologis
dan komunikasi perawat. Selain itu, hubungan baik antar sesama
perawat, dengan pimpinan dan tenaga kesehatan yang lain harus
senantiasa dijaga untuk mempermudah perawat dalam melakukan
tindakan, koordinasi dan kolaborasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni . (2018). Karya Ilmia Untuk Peningkatan Kesehatan Bangsa . Analisis


Karakteristik Komdisi Lingkungan Fisik Ruang Rwat Inap Di Rumah Sakit
Umum Nurussyifa Kudus .
Badri. (2022). Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat . Beban Kerja, Dukungan Rekan
Kerja, Lingkungan Kerja dan Iklim Kerja Terhadap Tingkat Stres Kerja
Perawat .
Cheung, Y. a. (2015). E-Jurnal Kepwrawatan . Hubungan Stres Kerja Dengan
Produktifitas
Perawat Di RSUD GMIM Bethesda Tomohon .
Dewi , S. (n.d.). Jurnal Manajemen Dan Bisnis Indonesia .
Dhelvia, R. (2018). Pengaruh Beban Kerja, Kompetensi,Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Mitra Medika
Bondowoso .
Fauzan , M. (2017 ). jurnal Mawasan Masyarakat . Pengaruh Stres Dan
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah
Pematangangsiaantar.
Fauzan, M. (n.d.). Wawasan Manajemen. Pengaruh Stres Dan Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Di Rumah Sakit Umum Daerah Pematangsiatar.
Garmida , P. (2019). Pengaruh Stres Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap
Keinginan Perawat Untuk Berhenti Bekerja Pada Rumah Sakit Columbia
Asia Medan .

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 39


Hadmawan . (2015). Pengaruh Beban Kerja, Kompetensi Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Di Rs Mitra Medika Bondowoso.
Herqutanto Et Al . (2017). E-Jurnal Keperawatan . Hubungan Stres Kerja Dengan
Produktivitas Kerja Perawat Di RSUD GMIM Bethesda Tomohon .
ILO. (2016). E-Journal Keperawatan . Hubungan Stress Kerja Dengan
Produktivitas Kerja Perawat Di RSU GMIM Bethesda Tomohon .
Indriyani . (n.d.). Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Shif Malam Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Saki Islam Siti Aisyah Tahun 2018.
Irma , R. (2019). Jurnal Kesehatan Cehadum . Faktor Yang Mempengaruhi Stres
Kerja Perawat Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Simeulue Tahun 2019.
Kelana , K. D. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan .
Kemala A. (2018 ). jurnal psikologis . Faktor Psikologi Lingkungan Kerja( Studi
kasus).
Kowel et al , K. (2018 ). E-Jurnal Keperawatan . Hubungan Stres Kerja Dengan
Produktivitas Kerja Perawat Di RSU GMIM Bethesda Tomohon .
Mewengkan R.E. (2017). E-Jurnal Keperawatan . Hubungan Stres Kerja Dengan
Produktivitas Kerja Perawat Di rumah Sakit GMIM BETHESDA
TOMOHON .
Nilamastuti. (2016). Hubungan antara Beban Kerja Dan Stress Kerja Pada
Perawat di Ruangan Perawatan Bedah Lantai 5 Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2011.skripsi esa
unggul .
Nurhanyati dkk. (2018). Karya Ilmia Untuk Peningkatan Kesehatan Bangsa .
Analisis Karakteristik Kondisi Lingkungan Fisik Ruang Rawat Inap Di
Rumah Sakit Umum Nurussyi Kudus.
Nurnyani . (2018). Karya Ilmia Untuk Peningkatan Kesehatan Bangsa. Analisis
Karakteristik Kondisi Lingkungan Fisik Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit
Umum Nurussyifa Kudus.
Perwisari, E. A. (2016). E-Jurnal Keperawatan . Hubungan Stres Kerja Dengan
Produktivitas Kerja Perawat Di RSUD GMIM Bethesda Tomohon .

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 40


Petreanu, E. A. (2013). E-Journal Keperawatan . Hubungan Stres Kerja Dengan
Produktivitas Kerja Perawat Di RSU GMIM BETHESDA TOMOHON .
Rahmadyrza. (n.d.). Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya stres kerja
perawat di ruang rawat inap cendrawasih RSUD arifni ahmad provensi
riau .
Rahmadyrza. (2015 ). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Stres kerja
Perawat Di Ruang Rawat Inap Cendrawasih RSUD Arifin Provinsi Riau .
Riana , A. (2022). Jurnal Ilmu Kesehatan Massyarakat . Beban Kerja, Dukungan
Rekan Kerja, Lingkungan kerja dan Iklim Kerja terhadap Tingkat Stres
Kerja Perawat.
Rivai , E. A. (2010). Jurnal Magistre Manajemen . Penagaruh Beban Kerja,
Kompotensi, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Perawat
Di Rs Mitra Medika Bondowoso .
sedarmanyanti. (2018). Jurnal Manajemen Dan Bisnis Indonesia . Pengaruh Strres
Kerja, Lingkungan Kerja Dan Kompesasi Terhadap Kinerja Karyawan
Rumah Sakit Umum Kaliwates ( RSU K ) jEMBER .
Sedermanyanti . (2017). Pengaruh Beban Kerja, kompetensi, Dan Lingkungan
Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Di Rs Mitra Medika Bondowoso.
Selvia . (2013). Perbedaan Stres Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pada perawat Di
Rsud Dr.Suetomo Surabaya.
Subaris . (2018). Karya Ilmia Untuk Peningkatan Kesehatan Bangsa . Analisis
Karakteristik Kondisi Lingkungan Fisik Rungan Rawat inap Di Rumah Sakit
Umum Nurussyifa Kudus.
Sugiyono. (2016). Metedologi penelitian keperawatan .
Sutrisnoputri , A. L. (2018). Jurnal Kesehatan Masyarakat . Hubungan Disiplin
Kerja Dan Lingkungan Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tugerjo Semarang.
Tarwaka. (2015). Pengaruh Beban Kerja, Kompetensi, Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Mitra Medika
Bondowoso.
Tran . (2017 ). E-Jrnal Keperawatan . Hubungan Stress Kerja Denga Produktivitas
Kerja Perawat Di RSUD GMIM Bethesda Tomohon .

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 41


Wibowo . (2018). Karya Imia Untuk Peningkatan Kesehatan Bangsa .
Wijayanto , N. W. (2020). Jurnal Kesehatan Masyarakat . Hubungan Work - Life
Balance Dan Lingkungan Kerja Non Fisik Terhadap Kepuasan Kerja
Perawat Di Rusd. Dr. Soedjati Kabupaten Grobongan .

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
No.Tlp/Hp :
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian yang
berjudul
“HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
KABUPATEN MAJENE “

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 42


Demikian pernyataan ini saya sampaikan dengan sadar dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.

Peneliti Responden

( Munaiyah )
(..............................)

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM
KABUPATEN MAJENE

A. Identitas Responden
a. Nomor Responden :
b. Nama :
c. Umur :………..Tahun
d. Jenis Kelamin : a. laki-laki

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 43


b. perempuan
e. Pendidikan Terakhir : a. D3 Keperawatan
b. S1 Keperawatan
c. Ners
d. S2 Keperawatan
f. Masa kerja : …………….. tahun

B. Petunjuk pengisian Kuesioner


1. Isilah identitas respondeng dengan dengan jaeaban singkat dan jelas.
2. Berikan jawaban anda dengan memberikan tanda (√) pada kuensioner
lingkungan kerja perawat dan kuensioner stress kerja perawat pada kolom
yang tertera yang yang ada di sebelah kanan pada masing-masing
pertanyaan dengan pilihan sesuai dengan anda alami.
3. Mohon semua pertanyaan di jawab
4. Katerangan :
1:Tidak ada
2: kurang
3:baik
4:sangat baik

A. LINGKUNGAN KERJA PERAWAT

No. Pernyataan 1 2 3 4
Lingkungan Kerja Fisik:
1. Penerangan di ruang kerja
2. Kelembaban udara
3. Sirkulasi udara
4. Kualitas udara
5. Suhu atau temperatur ruangan

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 44


6. Ketergangguan (tidak ada kebisingan )

7. Fasilitas kerja

Lingkungan Kerja Non Fisik:


8. Hubungan kerja antara atasan dengan
Bawahan berjalan dengan baik

9. Hubungan dengan rekan kerja sekitar pada


rumah sakit berjalan dengan lancer

10. Hubungan komunikasi dengan atasan selama


ini berjalan dengan baik
11. Hubungan komunikasi dengan rekan sekerja
jarang terhambat

B. STRES KERJA PERAWATAN

Keterangan :
0 : Tidak ada atau tidak perna
1 : Kadang – kadang
2 : Sering
3 : sangat sering
s

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 45


No Pernyataan 0 1 2 3
1 Menjadi marah hal-hal kecil
/sepele
2 Cenderung bereaksi berlebihan
pada situasi
3 Kesulitan untuk reslaksa/bersantai

4 Mudah merasa kesal

5 Merasa banyak menghabiskan


energi karena cemas
6 Tidak sabaran

7 Mudah tersinggung

8 Sulit untuk beristirahat

9 Mudah marah

10 Kesulitan untuk tenang setelah


sesuatau yang mengganggu
11 Sulit mentolerasi gangguan –
gangguan terhadap hal yang
sedang di lakukan
12 Berada pada keadaan tegang

13 Tidak dapat memaklumi hal


apapun yang menghalangi anda
untuk menyelesaikan hal yang
sedang anda lakukan
14 Mudah gelisah

Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 46


Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR | 47

Anda mungkin juga menyukai