Laporan Ma 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan Galian adalah aneka ragam unsur kimia, mineral, kumpulan mineral,
batuan, bijih, termasuk batubara, gambut, bitumen padat, dan mineral radioaktif yang
terjadi secara alami dan mempunyai nilai ekonomis. Pengolahan bahan galian adalah
suatu proses pemisahan mineral-mineral berharga dari mineral-mineral pengganggu
yang tidak diinginkan sehingga didapat suatu kosentrat dari mineral yang diolah.
Selain itu juga merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas bahan galian. Karena umumnya material bahan berharga pada saat proses
penambangan masih belum bisa digunakan secara langsung karena masih bercampur
dengan zat pengotor (tailing) yang umumnya berasal dari material koalisinya.
Uji Pengendapan adalah uji untuk mengetahui seberapa cepat suatu partikel
untuk mengendap. Gaya-gaya yang bekerja pada saat partikel mengendap adalah
gaya gravitasi/gaya berat partikel, gaya Arcchimedes dan gaya gesek. Pada saat
partikel mengendap, partikel awalnya memiliki kecepatan dan percepatan akibat
gravitasi. Namun, seiring bertambahnya kecepatan partikel, maka gaya gesek atau
gaya hambat partikel tersebut makin besar. Akhirnya partikel akan mengalami suatu
keadaan konstan yaitu dimana percepatannya adalah nol karena gaya gesek tersebut
besarnya sama dengan gaya berat partikel dan kecepetannya tidak akan bertambah.
Kecepatan ini disebut kecepatan terminal. Kecepatan terminal bervariasi secara
langsung dengan rasio gaya hambat.
Pada Praktikum settling test atau uji pengendapan dilakukan pengujian
pengendapan menggunakan flokulan dengan berbagai macam berat serta tanpa
menggunakan flokulan. Analisis melalui pengendapan adalah suatu cara untuk
menghitung persentase dari suatu zat yang mengendap. Praktikum Settling Test ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pengendapan suatu material. Adapun
dari pengendapan ialah salah satu cara pemisahan antara kompenen atau partikel
berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir. Flokulasi adalah proses
pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan
ukuran yang lebih besar (Wills et al., 2006).

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan kami mengikuti praktikum ini yaitu :
1. Mengenal Prosedur Uji Pengendapan;
2. Mengamati Pengaruh Bahan Penggumpal (Floculating Reagent);
3. Menghitung Luas Thickener yang Diperlukan.

1.3 Alat dan Bahan


I.3.1 Alat
1. Alat Tulis Menulis;
2. Buah gelas ukur;
3. Stopwatch;
4. Tanah;
5. Penggaris;
6. Reagent.
1.3.2 Bahan
1. Kertas A4;
2. Problem Set.

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

2.3 Mekanisme sedimentasi

Beberapa Mekanisme Sedimentasi atau Pengendapan Secara Umum


1. Pengendapan partikel flokulen berlangsung secara gravitasi.
2. Flok yang dihasilkan pada proses koagulasi-flokulasi mempunyai ukuran
yang makin besar, sehingga kecepatan pengendapannya makin besar.
3. Untuk menghindari pecahnya flok selama proses pengendapan, maka aliran
air dalam bak harus laminer. Untuk tujuan ini, digunakan indikator bilangan
Reynold (NRe) dan bilangan Froud (NFr).
4. Aliran air yang masuk pada inlet diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu pengendapan. Biasanya dipasang diffuser wall / perforated
baffle untuk meratakan aliran ke bak pengendap dengan kecepatan yang
rendah. Diusahakan agar inlet bak langsung menerima air dari outlet bak
flokulator.
5. Air yang keluar melalui outlet diatur sedemikian, sehingga tidak mengganggu
flok yang telah mengendap. Biasanya dibuat pelimpah (weir) dengan tinggi
air di atas weir yang cukup tipis (1,5 cm) (Meran, 2017).

2.4 Tipe-tipe Pengendapan

Gambar 2. 1 Empat tipe sedimentasi

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

2.4.1 Tipe 1 (pengendapan diskrit)


Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel
yang dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi
antar partikel. Pengendapan discrete membutuhkan konsentrasi padatan tersuspensi
paling rendah dan analisisnya paling sederhana. Sebagai contoh sedimentasi tipe I
antara lain pengendapan lumpur kasar pada bak prasedimentasi untuk pengolahan air
permukaan dan pengendapan pasir pada grit chamber. Sesuai dengan definisi di atas,
maka pengendapan terjadi karena adanya interaksi gaya-gaya di sekitar partikel,
yaitu gaya drag dan gaya impelling. Massa partikel menyebabkan adanya gaya drag
dan diimbangi oleh gaya impelling, sehingga kecepatan pengendapan partikel
konstan.
2.4.2 Tipe 2 (pengendapan flokulen)
Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspensi
encer, di mana selama pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel. Selama
dalam operasi pengendapan, ukuran partikel flokulen bertambah besar, sehingga
kecepatannya juga meningkat. Hal ini terjadi dimana konsentrasi partikel cukup
tinggi sehingga terjadi tumpukan. Kenaikan massa partikel rata-rata ini menyebabkan
partikel jatuh lebih cepat. Pengendapan flokulasi digunakan pada clarifier utama dan
zona bagian atas dari clarifier kedua. Sebagai contoh sedimentasi tipe II antara lain
pengendapan pertama pada pengolahan air limbah atau pengendapan partikel hasil
proses koagulasi-flokulasi pada pengolahan air minum maupun air limbah.
2.4.3 Tipe 3 (Pengendapan zona atau disebut hindered)
Sedimentasi tipe III adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang
lebih pekat, dimana antar partikel secara bersama-sama saling menahan
pengendapan partikel lain di sekitarnya. Karena itu pengendapan terjadi secara
bersama-sama sebagai sebuah zona dengan kecepatan yang konstan. Pada bagian
atas zona terdapat interface yang memisahkan antara massa partikel yang
mengendap dengan air jernih. Pada hindered, atau zona pengendapan, konsentrasi
partikel sedang sehingga partikel terganggu dengan pengendapan partikel lainnya
dan akhirnya jatuh bersama. Pengendapan hindered utamanya digunakan pada
clarifier kedua.

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

2.4.4 Tipe 4 (Pengendapan Kompresi)


Sedimentasi tipe IV merupakan kelanjutan dari sedimentasi tipe III, di
mana terjadi pemampatan (kompresi) massa partikel hingga diperoleh konsentrasi
lumpur yang tinggi. Sebagai contoh sedimentasi tipe III dan IV ini adalah
pengendapan lumpur biomassa pada final clarifier setelah proses lumpur aktif.
Tujuan pemampatan pada final clarifier adalah untuk mendapatkan konsentrasi
lumpur biomassa yang tinggi untuk keperluan resirkulasi lumpur ke dalam reaktor
lumpur aktif. Pengendapan kompresi memilki konsentrasi partikel tersuspensi paling
tinggi dan terjadi pada daerah yang lebih rendah pada clarifier. Pengendapan partikel
dengan memampatkan massa partikel-partikel bagian bawah. Kompresi terjadi tidak
hanya pada zona lebih rendah dari clarifier kedua tapi juga pada tangki pengentalan
lumpur (sludge thickening tanks) (Meran, 2017).

2.5 Flokulasi
Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel
terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan
oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah proses
pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan
ukuran yang lebih besar (makroflok).
Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama
partikel-partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi
lebih besar dan begerak menuju proses sedimentasi. Ide dasar dari flokulasi adalah
untuk mengendapkan flok-flok dengan penambahan flokulan.
Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan pengadukan atau
agitasi yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah penambahan
flokulan. Flokulasi adalah proses fisika yang mana air yang terpolusi diaduk untuk
meningkatkan tumbukan interpartikel yang memacu pembentukan partikel-partikel
besar sehingga dalam waktu 1-2 jam partikel-partikel tersebut akan mengendap.
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses
penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-
partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan
proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain
bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan
mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak
memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok
besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien
kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik.
Untuk membantu instalasi dalam mengoptimalkan proses-proses koagulasi
flokulasi, perlu ditentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan dalam
proses pengolahan limbah. Jartest adalah rangkaian test untuk mengevaluasi proses-
proses koagulasi dan flokulasi serta menentukan dosis pemakaian bahan kimia.
Standar nasional untuk metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest
ditetapkan dalam SNI 19-6449-2000 termasuk prosedur umum untuk pengolahan
dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid dan yang tidak mengendap
dalam air dengan menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi flokulasi, yang
dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi. Jartest floculattor adalah alat yang
digunakan untuk mengevaluasi proses-proses koagulasi dan flokulasi serta
menentukan dosis pemakaian bahan kimia.
2.6.1 Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan, seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi;
2. Jumlah energi yang diberikan;
3. Jumlah koagulan;
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu;
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu;
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan).
1.6.2 Jenis Flokulan dalam proses flokulasi:
a. Kopolimer dari akrilamida dan N,N−dimetil amino propilen akrilat
Sifat muatan elektrostatik : Ionik
Sifat : Kopolimer yang linier dan kationik kepadatan muatan elektrostatik
tergantung dari status kopolomerisasi (n/m + n) dan pH,membentuk jarak
yang sensitif terhadap hidrolisab.
b. Poli (Natriumakrilat)

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Sifat muatan elektrostatik : Anionik


Sifat : Polimer yang paling penting anionik dan segmen linier dalam
kopolimer dengan akril amida dan anionikc.
c. Poli akrilamida
Sifat muatan elektrostatik : Nonionogen
Sifat : Molekul yang sangat panjang dan linier yang dikenal sebagai flokulan
pembantu yang ionogen.
Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk
membantudalam proses flokulasi dan untuk mempengaruhi sifat flok.Pembubuhan
Koagulan/flokulan pembantu dilakukan setelah pembubuhankoagulan.
Hubungan Jar Test dengan Unit Operasi dan Proses Secara garis besar,
mekanisme koagulasi dan flokulasi adalah :
1. Destabilisasi muatan negatif partikel oleh muatan positip dari koagulan
2. Tumbukan antar partikel
3. Adsorpsi
Contoh bahan kimia untuk pengolahan: Koagulan (TawasAl/Fe, Al2(SO4)3,
Poly Ammonium Chloride) Flokulan (Kation Polimer Elektrolit dan Anion Polimer
Elektrolit)
1.6.3 Mekanisme kerja dari penambahan koagulan dan atau Flokulan
Prinsip pengerjaannya merupakan proses destabilisasi partikel koloid
(mentidakstabilkan partikel koloid). Partikel-partikel koloid yang berukuran sangat
kecil memiliki muatan negatif, interaksi antar partikel saling tolak-menolak karena
memiliki muatan yang sama sehingga partikel koloid menyebar. Dengan
penambahan Koagulan (misal tawas Al), maka ion Al yang berukuran lebih besar
dari ukuran partikel koloid dan memiliki muatan positif akan mengikat partikel-
partikel koloid sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar. 
Penambahan Flokulan bertujuan untuk mengikat gumpalan-gumpalan yang terbentuk
akibat penambahan Koagulan (inti flok) sehingga gumpalan yang terbentuk lebih
besar lagi dan dapat disaring. Penambahan Flokulan dan atau Flokulan harus sesuai
dengan dosis, apabila kurang maka penggumpalan partikel koloid tidak sempurna,
sedangkan apabila ditambahkan berlebih akibatnya akan menambah kekeruhan pada

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

air. Sehingga ada metode yang biasa digunakan untuk menentukan takaran atau dosis
dari penggunaan Koagulan atau Flokulan yaitu dengan metode Jartest.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan Reagent dan Tanah yang akan di uji yang beratnya telah
ditentukan.

Gambar 3. 1 Menyiapkan sampel

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

2. Menyiapkan Reagent dengan berat 2, 4, dan 6 gram yang akan di uji


bersamaan dengan tanah tersebut.

Gambar 3. 2 Menyiapkan Reagent


3. Menyiapkan dua gelas yang beukuran 1000 ml, kemudian isi kedua gelas itu
dengan air hingga tinggi masing-masing gelas setinggi 30 cm.

Gambar 3. 3 Proses Pengisian gelas

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

4. Kemudian isi yang telah diisi oleh gelas kemudian di isi oleh tanah yang telah
diambil atau dipersiapkan tadi.

Gambar 3. 4 Memasukkan tanah seberat 50 gram ke dalam gelas


5. Kemudian gocok tanh beserta air tersebut yang berada dalam gelas tersebut
hingga tanah dan air terebut menyatu.

Gambar 3. 5 Proses Pengadukan yang berisi tanah dan air

6. Setelah itu di gelas yang satu setelah tanah di masukkan ke dalam gelas
tersebut, maka dimasukkan flokulan dengan berat 3, 6, 9 gram dan non

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

flokulan kemudian diocok hingga menyatu, hal ini dilakukan untuk


mempercepat proses praktikum setelah digocok kemudian didiamkan selama
2, 4, 6, 8 dan 10 menit dan ukur tinggi gelas yang material mengendap setiap
2 menitnya, lalu catat datanya.

.
Gambar 3. 6 Hasil Pengocokan Ragent, tanah dan air

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 4. 1 Hasil Pengamatan tanpa flokulant

No Waktu (menit) Tinggi Pulp


1 2 5,3
2 4 4,7
3 6 4,4
4 8 4,2
5 10 3,9

TANPA FLOKULAN
12

10 10

8 8

6 6
5.3
4.4 4.7
4 3.9 4.2 4

2 2

0
1 2 3 4 5

WAKTU TINGGI PULP


Linear (TINGGI PULP)
Gambar 4. 1

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Tabel 4. 2 Hasil Pengamatan menggunakan flokulant 3 gr


No Waktu (menit) Tinggi Pulp
1 2 7,9
2 4 7,8
3 6 7,7
4 8 7,6
5 10 7,7

FLOKULAN 3 gr
12

10 10

8 7.7 8 7.7 7.8 7.9


7.6

6 6

4 4

2 2

0
1 2 3 4 5

WAKTU TINGGI PULP


Linear (TINGGI PULP)
Gambar 4. 2

Tabel 4. 3 Hasil Pengamatan Menggunakan Flokutant 6 gr

No Waktu (menit) Tinggi Pulp


1 2 9,3
2 4 9,2
3 6 9,1
4 8 8,9
5 10 8,2

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

FLOKULAN 6 gr
12

10 10
9.1 9.2 9.3
8.9
8 8.2 8

6 6

4 4

2 2

0
1 2 3 4 5

WAKTU TINGGI PULP


Linear (TINGGI PULP)
Gambar 4. 3 Grafik Hubungan Waktu dan Tinggi pulp dengan 6 gr Folkulant
Tabel 4. 4 Hasil Pegamatan Menggunakan Flokulant 9 gr
No Waktu (menit) Tinggi Pulp
1 2 14,8
2 4 14,4
3 6 14,2
4 8 14,2
5 10 14,4

FLOKULAN 9 gr
12

10 10
9.1 9.2 9.3
8.9
8 8.2 8

6 6

4 4

2 2

0
1 2 3 4 5

WAKTU TINGGI PULP


Linear (TINGGI PULP)
Gambar 4. 4 Grafik Hubungan Waktu dan Tinggi pulp dengan 9 gr Folkulant

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tabel I (Tanpa Flouklant)


a. Tinggi Air = y - x
1. 27,5 – 5,3 = 22,2 cm
2. 27,5 – 4,7 = 22,8 cm
3. 27,5 – 4,4 = 23,1 cm
4. 27,5 – 4,2 = 23,3 cm
5. 27,5 – 3,9 = 23,6 cm
Berat tanah
b. Volume Padatan =
Total Pulp
50
= =2,22 gr/cm
22,5
c. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 2,22
= 497,78 gr/cm
d. Massa Berat Air = volume air x p air
= 497,78 x 1
= 497,78 gr/cm
Berat Kering
e. % Padatan = x 100 %
Berat Kering + Berat Air
50
= x 100 %
500+49 7,78
= 20,09%
y−x
f. Volume Pengendapan =
t
27,5−5,3
1. VP 1 =
2
= 11,1 cm/menit
27,5−3,7
2. VP 2 =
4
= 5,7 cm/menit
27,5−4,4
3. VP 3 =
6
= 3,8 cm/menit

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

27,5−4,2
4. VP 4 =
8
= 2,9 cm/menit
27,5−2,9
5. VP 5 =
10
= 2,4 cm/menit
g. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
2
g ( ps− pf )x d
Vt (Stoke) =
18 x μ
= 9,81(1,5−1) x ¿ ¿
= 0,0122
16,038
=0,0007 gr/cm
Berat Air
h. Dilusi =
Berat Padatan
497,78
¿
50
= 9,95 gr
4.2.2 Tabel II (3 gr Flokulant)
a. Tinggi Air = y - x
1. 27,5 – 7,9 = 19,6 cm
2. 27,5 – 7,8 = 19,7 cm
3. 27,5 – 6,7 = 20,8 cm
4. 27,5 – 7,6 = 19,9 cm
5. 27,5 – 6,7 = 20,8 cm
Berat Pasir
b. Volume Padatan =
Total Pulp
50
= =0,78 gr/cm
36,7
c. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 0,78 gr/cm
= 499,22

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

d. Massa Berat Air = volume air x p air


= 499,22 x 1
= 499,22 gr/cm
Berat Kering
e. % Padatan = x 100 %
Berat Kering + Berat Air
50
= x 100 %
50+499,22
= 9,10 %
y−x
f. Volume Pengendapan =
t
27,5−7,9
VP 1 =
2
= 9,8 cm/menit
27,5−7,8
VP 2 =
4
= 5,2 cm/menit
27,5−6,7
VP 3 =
6
= 3,46 cm/menit
27,5−7,6
VP 4 =
8
= 2,48 cm/menit
27,5−6,7
VP 5 =
10
= 2,08 cm/menit
g. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
2
g ( ps− pf )x d
Vt (Stoke) =
18 x μ
= 9,81(1,5−1) x ¿ ¿
= 0,0122
16,038
=0,0007 gr/cm
Berat Air
h. Dilusi =
Berat Padatan

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

499,22
¿
50
= 9,98 gr

4.2.3 Tabel III (6 gr Flokulant)


a. Tinggi Air = y - x
1. 27,5 – 9,3 = 18,2 cm
2. 27,5 – 9,2= 18,3 cm
3. 27,5 – 9,1 = 18,4 cm
4. 27,5 – 8,9 = 18,6 cm
5. 27,5 – 8,2 = 19,3 cm
Berat Pasir
b. Volume Padatan =
Total Pulp
50
= =1,12 gr/cm
44,7
c. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 1,12
= 498,88 gr/cm
d. Massa Berat Air = volume air x p air
= 498,88 x 1
= 498,88 gr/cm
Berat Kering
e. % Padatan = x 100 %
Berat Kering + Berat Air
50
= x 100 %
50+498,88
=9,26 %
y−x
f. Volume Pengendapan =
t
27,5−9,3
VP 1 =
2
= 9,1 cm/menit
27,5−9,2
VP 2 =
4
= 4,5 cm/menit

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

27,5−9,1
VP 3 =
6
= 3,06 cm/menit
27,5−8,9
VP 4 =
8
= 2,3 cm/menit
27,5−8,2
VP 5 =
10
= 1,93 cm/menit
g. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
2
g ( ps− pf )x d
Vt (Stoke) =
18 x μ
= 9,81(1,5−1) x ¿ ¿
= 0,0122
16,038
=0,0007 gr/cm
Berat Air
h. Dilusi =
Berat Padatan
498,88
¿
50
= 9,97 gr
4.2.4 Tabel IV(9 gr Flokulant)
a. Tinggi Air = y - x
6. 27,5 – 14,8 = 12,7 cm
7. 27,5 – 14,4 = 13,1 cm
8. 27,5 – 14,2 = 13,3 cm
9. 27,5 – 14,2 = 13,3 cm
10. 27,5 – 14,4 = 13,1 cm
Berat Pasir
b. Volume Padatan =
Total Pulp
50
= =0,69 gr/cm
72
c. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 0,69

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

= 499,31 gr/cm
d. Massa Berat Air = volume air x p air
= 499,31 x 1
= 499,31 gr/cm

Berat Kering
e. % Padatan = x 100 %
Berat Kering + Berat Air
50
= x 100 %
50+499,31
= 9,10 %
y−x
f. Volume Pengendapan =
t
27,5−14,8
VP 1 =
2
= 6,35 cm/menit
27,5−14,4
VP 2 =
4
= 3,32 cm/menit
27,5−14,2
VP 3 =
6
= 2,21 cm/menit
27,5−14,2
VP 4 =
8
= 1,66 cm/menit
27,5−14,4
VP 5 =
10
= 1,31 cm/menit

g. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes


2
g ( ps− pf )x d
Vt (Stoke) =
18 x μ
= 9,81(7,9−1) x ¿ ¿
= 0,0122
16,038

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

=0,0007 gr/cm
Berat Air
h. Dilusi =
Berat Padatan
499,31
¿
50
= 9,98 gr
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Proses pengendapan umumnya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti berat


jenis, jumlah partikel dan fluida, dan gravitasi. Pada proses pengendapan hal yang
perlu diketahui adalah %padatan yang dipengaruhi oleh berat kering dan basah dari
suatu partikel, kemudian laju pengendapan yang dipengaruhi oleh tinggi fluida,
tinggi pengendapan dan waktu pengendapan. Kemudian laju pengendapan menurut
hukum stokes yang dipengaruhi oleh berat jenis partikel dan fluida, percepatan
gravitasi, diameter partikel, serta gaya gesek antara partikel dan fluida. Dan yang
terakhir adalah dilusi atau pengotor yang dipengaruhi oleh volume fluida dan berat
partikel.
Settling test adalah pengujian pada suatu larutan yang berisi material bahan
galian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kecepatan pengendapan
material tersebut dan membandingkannya dengan pemberian reagent dan tanpa
reagent pada percobaan
Analisis melalui pengendapan adalah suatu cara untuk menghitung persentase
dari suatu zat yang mengendap. Suatu zat akan mengendap apabila hasil kali
kelarutan ion-ion (Q) lebih besar daripada tetapan hasil kali kelarutan (Ksp). Ksp
suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat memberikan informasi tentang kelarutan
senyawa tersebut dalam air, ”semakin besar harga Ksp suatu zat maka semakin
mudah larut senyawa tersebut”.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Saran untuk laboratorium agar kiranya memperbaiki alat-alat yang di


gunakan agar praktikum bisa berjalan dengan lancar.
5.2.2 Saran untuk asisten
Saran untuk asisten yaitu keramahannya tetap dipertahankan dan selalu
membantu praktikan dalam pengerjaan perhitungan.

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

DAFTAR PUSTAKA

Kelly, Errol, G. and Spottiswood, David J., 1982, Intoduction to Mineral


Processing, John Wiley & Sons, Inc, Canada.
Meran, 2017 ‘’Methodes Fourth Edition”, Investment Evaluations Corporation,
Colorado.

ZUL FAHMI NIRA LA BAUCE


09320180181 09320190001

Anda mungkin juga menyukai