Arfah Skripsi
Arfah Skripsi
Arfah Skripsi
SKRIPSI
O11110260
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
1
NURUL MUTHMAINNAHARFAH
O11110260
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Program Studi Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
2
3
PERNYATAAN KEASLIAN
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab
hasil dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia
seperlunya.
KATA PENGANTAR
11. Saudara-saudaraku, Ihsan Anwar, Adnan Arfah, Akbar Arfah, dan Dwi Putri
yang selalu memberikan dukungan kepada penulis baik moril maupun
materil selama menempuh pendidikan.
12. Sahabat sepanjang masa dan sekaligus saudara tidak sedarah, Nurul
Nahdyah (Nunu), Ulfah Ariani (Upek), Apriani N Sardillah (Bro), dan Ella
Elizah (Ela) yang selalu memberikan dukungan dan nasehat kepada penulis.
Sahabat yang selalu menemani disaat susah dan senang, penulis ucapkan
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada kalian.
13. Teman seperjuangan selama menempuh pendidikan di Program Studi
Kedokteran Hewan, St. Mughniati dan Nurul Inayah Anwar
14. Ryan Payung, Eka Syafrizal, Noer Khalid Chaidir, Syukur Hamdan, Ihwal
Nur Kasmar, Muhtadin dan Ibnu Abdillah yang telah membantu penulis
selama penelitian dan penyusunan skripsi.
Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
mendapat limpahan rahmat dari Allah SWT senantiasa tercurah kepada kita
semua. Saran dan kritik yang sifatnya konstruktif senantiasa Penulis harapkan
untuk menyempurnakan penulisan yang serupa di masa yang akan datang.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Penulis
6
ABSTRAK
NURUL MUTHMAINNAH ARFAH. O 111 10 260. Pengaruh Penambahan
Tepung Kunyit pada Ransum terhadap Jumlah Eritroit, Hemoglobin, PCV dan
Leukosit Ayam Broiler. Dibimbing oleh A. MAGFIRA SATYA APADA dan
MERIAM SIRUPANG
ABSTRACT
NURUL MUTHMAINNAH ARFAH. O 111 10 260. The Effect of Turmeric
Meal Suplementation on Total Erithrochyte, Haemoglobin, PCV, and Leucocyte
of Broilers. Supervised by A. MAGFIRA SATYA APADA and MERIAM
SIRUPANG
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 2
1.3.Tujuan Penelitian 2
1.4.Manfaat Penelitian 2
1.5.Hipotesis 2
1.6.Keaslian Penelitian 2
2. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Kunyit 3
2.1.1. Klasifikasi Kunyit 3
2.1.2. Kandungan dan Manfaat 4
2.2. Ayam Broiler 5
2.2.1. Darah 5
2.2.2. Eritrosit 6
2.2.3. Hemoglobin 7
2.2.4. Hematokrit/PCV 7
2.2.5. MCV, MCH, dan MCHC 8
2.2.6. Leukosit 9
3. METODE PENELITIAN 13
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 13
3.2. Materi Penelitian 13
3.3. Metode Penelitian 14
3.4. Pengamatan dan Pengumpulan Data 16
3.5. Alur Penelitian 16
3.6. Analisis Data 17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Nilai Eritrosit 19
Kadar Hemoglobin 20
Nilai Hematokrit 21
MCV dan MCHC 22
Nilai Leukosit 22
Berat Badan Ayam Broiler 23
5. KESIMPULAN SAN SARAN 25
5.1. Kesimpulan 25
5.2. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 31
9
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. Kunyit 3
2. Ayam Broiler 5
3. Eritrosit Unggas 7
4. Heterofil Ayam Broiler 10
5. Eosinofil Ayam Broiler 11
6. Basofil Ayam Broiler 11
7. Monosit Ayam Broiler 12
8. Limfosit Ayam Broiler 12
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
Tujuan Khusus
1.5. Hipotesis
Penambahan tepung kunyit berpengaruh terhadap jumlah eritrosit, Hb, PCV,
dan leukosit. Pengaruh yang dimaksud adalah bertambahnya jumlah eritrosit, Hb,
PCV dan leukosit dibanding kelompok kontrol serta tetap berada dalam kadar
normal.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kunyit
2.1.1. Klasifikasi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat.
Habitat asli tanaman ini meliputi wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara.
Tanaman ini kemudian menyebar ke daerah Indonesia Malaysia, Indonesia
Australia bahkan Afrika (Hartati, 2013). Winarto (2003) mengklasifikasikan
tanaman kunyit sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestic
Tanaman kunyit berupa semak dengan tinggi ±70 cm. Batang semu, tegak,
bulat, dan membentuk rimpang. Berwarna hijau kekuningan, daun tunggal dan
berbentuk lanset memanjang. Helai daun tiga sampai delapan. Ujung dan pangkal
daun runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun
menyirip. Daun berwarna hijau pucat. Bunga majemuk, berambut, bersisik.
Panjang tangkai 16-40 cm. Panjang mahkota ±3 cm, lebar ±1cm, berwarna
kuning. Kelopak silindris, tipis dan berwarna ungu. Pangkal daun pelindung putih.
Akar berupa akar serabut dan berwarna coklat muda (Anonim, 2008).Kunyit
merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga
dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna alami (Rahardjo dan Rostiana,
2005).
13
2.2.1. Darah
Darah merupakan jaringan cair yang berfungsi sebagai transportasi berbagai
bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri (Lestari,
2008). Darah unggas terdiri atas plasma darah dan sel darah. Plasma darah terdiri
atas protein (albumin, globulin, dan fibrinogen), lemak darah bentuk kolesterol,
15
fosfolipid, lemak netral, asam lemak, dan mineral anorganik terutama kalsium,
potassium, dan iodium. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), trombosit,
dan leukosit (heterofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit) (Yuwanta, 2004).
Peran utama darah adalah sebagai media transportasi untuk membawa
oksigen dari paru-paru ke sel-sel jaringan tubuh dan CO2 ke paru-paru, membawa
bahan makanan dari usus ke sel-sel tubuh, mengangkut zat-zat yang tidak terpakai
sebagai hasil metabolisme untuk di keluarkan dari tubuh, mentransfer enzim-
enzim dan hormon, mengatur suhu tubuh, keseimbangan cairan asam-basa, dan
untuk pertahanan tubuh terhadap infiltrasi benda-benda asing dan mikroorganisme
(Suwandi, 2002).
Hematologis ayam broiler dianalisis berdasarkan jenis kelamin. Penelitian
yang dilakukan pada ayam menunjukkan bahwa jantan memiliki lebih banyak
total eritrosit dan leukosit dalam darah serta kandungan hemoglobin yang tinggi
(Sharmin dan Myenuddin, 2004).
Tubuh hewan yang mengalami gangguan fisiologis akan memberi
perubahan pada gambaran profil darah. Adanya perubahan profil darah tersebut
dapat disebabkan oleh faktor internal, dan eksternal. Faktor internal misalnya
kesehatan, stres, status gizi, suhu tubuh, sedangkan faktor eksternal misalnya
akibat perubahan suhu lingkungan, dan infeksi kuman (Ginting, 2008).
2.2.2. Eritrosit
Sebagian besar eritrosit bersirkulasi dalam waktu yang terbatas dengan
kisaran bervariasi dari 2-5 bulan pada hewan domestikasi dan tergantung spesies
(Meyer dan Harvey, 2004). Eritrosit di dalam aliran darah mamalia merupakan
sel-sel yang tidak berinti dan bergerak (Theml et.al., 2004) sedangkan eritrosit
pada unggas intinya terletak ditengah dan berbentuk oval (Rosmalawati, 2008). Di
dalam eritrosit terdapat hemoglobin (Hb) yang mempunyai fungsi penting dalam
mengangkut oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan tubuh. Produksi eritrosit
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kandungan oksigen dimana protein
penginduksi akan menginduksi pertumbuhan dan diferensiasi sehingga produksi
eritrosit akan meningkat. Hemoglobin merupakan komponen dari eritrosit
(Sturkie, 1998).
Pembentukan eritrosit melalui sebuah proses yang disebut eritropoesis.
Eritropoesis pada masa embrional unggas terjadi dalam kantung kuning telur.
(Guyton dan Hall 1997).Hati dan kelenjar limfe dapat berfungsi sebagai penghasil
eritrosit pada kondisi tertentu setelah lahir. Limpa turut berperan dalam
pembentukan eritrosit tetapi dalam jumlah yang sedikit. Masa hidup eritrosit pada
unggas rata-rata 28 sampai 35 hari (Sturkie, 1998).
16
Jumlah eritrosit normal pada ayam adalah 2,95 x 106/mm3 (Sturkie dan
Griminger, 1976). Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa jumlah
eritrosit normal pada ayam yaitu 2,0–3,2 x 106/mm3 (Rosmalawati, 2008).
2.2.6. Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang berinti dengan ukuran sel lebih besar dan
jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit (Bacha dan Bacha, 2000).
Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dengan
menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi.
Leukosit dibagi menjadi dua kelompok yaitu granulosit yang terdiri dari heterofil,
eosinofil, basofil dan kelompok agranulosit terdiri dari monosit dan limfosit
(Cahyaningsih et al., 2007).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asing (Effendi, 2003). Fungsi leukosit adalah untuk
pertahanan tubuh suatu organisme. Pertahanan ini dilakukan dengan cara
menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis atau dengan
pembentukkan antibodi (Guyton dan Hall, 1997). Sistem pertahanan ini sebagian
terbentuk di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi di dalam organ limfosit
termasuk kelenjar limfe, timus, tonsil dan sel-sel limfoid lain. Leukosit yang telah
dibentuk akan diangkut dalam darah menuju ke bagian tubuh untuk digunakan.
Kebanyakan leukosit secara khusus diangkut menuju daerah-daerah yang
mengalami peradangan (Guyton dan Hall, 1997). Di dalam aliran darah
kebanyakan sel-sel darah putih bersifat nonfungsional dan hanya diangkut ke
jaringan ketika dibutuhkan saja (Svendsen, 1974).
Jumlah leukosit pada unggas lebih banyak dibandingkan dengan leukosit
pada mamalia, yaitu berkisar antara 20.000-30.000/mm3 (Swenson, 1984).
Sedangkan Feldman et.al. (1995), mengemukakan bahwa jumlah sel leukosit
normal pada ayam adalah antara 12.000-30.000/μL (Julendra et.al., 2010). Jumlah
leukosit pada tiap-tiap unggas berbeda-beda dan mempunyai fluktuasi yang tinggi,
keadaan ini bisa terjadi pada kondisi stress, aktivitas biologis yang tinggi, gizi,
dan umur. Faktor lain yang turut berpengaruh adalah jenis kelamin, lingkungan,
efek hormon, obat-obatan serta sinar ultraviolet atau sinar radiasi (Hodges, 1977).
Perbandingan jumlah leukosit ayam berdasarkan umur ayam:
Tabel 1. Perbandingan jumlah leukosit berdasarkan umur ayam
Perbandingan (%)
Umur
Limfosit Heterofil Eosinofil Basofil Monosit
0 Hari 15,9 72,4 2,5 1,1 8,1
3 Hari 38,7 52,7 1,6 0,67 6,4
8 Hari 48,3 50,0 0,25 0 1,5
10 Hari 68,6 26,7 1,7 0,64 2,4
1 Minggu 75 24 0 0 0
2 Minggu 66 20,6 3,1 1,9 8,1
6 Minggu 69 26 0 1 2
(Hodges, 1977)
19
Perbandingan (%)
Umur
Limfosit Heterofil Eosinofil Basofil Monosit
Betina
59,1 20,9 1,9 1,7 10,2
Dewasa
Jantan
64,4 22,8 1,9 1,7 8,9
Dewasa
(Sturkie, 1976; Malichatin, 2003)
a. Heterofil
Secara khusus heterofil sering disebut sebagai leukosit polimorfonuklear.
Heterofil pada ayam biasanya berbentuk bulat dengan diameter 10-15 mikron,
granula sitoplasmanya berbentuk batang pipih seperti jarum (Sturkie, 1998).
Heterofil memiliki kesamaan fungsi seperti neutrofil pada mamalia. Heterofil
(pada unggas) atau neutrofil (pada mamalia) merupakan jenis leukosit di dalam
sirkulasi darah dengan jumlah terbanyak dibandingkan dengan granulosit lainnya.
Sel ini dicirikan dengan bentuk yang cenderung bulat dengan sitoplasma berwarna
lebih muda yaitu eosinofilik. Inti kasar, tidak teratur, biasanya memiliki dua
sampai tiga lobus. Lobus pada beberapa sel terlihat tidak tersambung karena inti
tertutup granul. Granul sitoplasma pada heterofil berbentuk batang atau jarum
(Clark et al., 2009).
Heterofil dibentuk dalam sumsum tulang (Guyton, 1996). Heterofil
berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap pengaruh luar, apabila partikel asing
terkurung kedalam sitoplasma heterofil, maka partikel tersebut akan menempatkan
diri kedalam ruang yang disebut fagosom (Mayes et al., 1997). Heterofil
mempunyai fungsi utama menghancurkan bahan asing melalui proses fagositosis.
Heterofil yang sangat aktif akan cepat menjadi lelah karena terbatasnya cadangan
energi sehingga kemampuan fagositosisnya terbatas. Heterofil dianggap sebagai
garis pertahanan pertama karena bergerak cepat ke arah bahan asing dan
menghancurkannya segera. Persentase heterofil normal adalah 20-30% pada ayam
umur 2-21 minggu (Tizard, 1982).
b. Eosinofil
Sel eosinofil dibentuk dalam sumsum tulang dan sangat motil dan berbentuk
ramping. Sel eosinofil mempunyai granular sitoplasma berwarna merah terang
bila diwarnai dengan zat warna eosin (Suzanti, 2006).
Dalam darah normal biasanya jumlah eosinofil sekitar 2%-5% dari jumlah
leukosit. Eosinofil berfungsi mengendalikan atau mengurangi hipersensitivitas
(Kresno, 2001). Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik
dan alergi (Hoffbrand, 2006). Fungsi utama eosinofil adalah detoksifikasi, baik
20
terhadap protein asing yang masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru ataupun
saluran cerna, maupun racun yang dihasilkan oleh bakteri dan parasit (Frandson et
al., 2009).
c. Basofil
Basofil disebut juga sebagai makrofag karena merupakan leukosit yang
bergranulosit, bersifat polomofonuklear-basofil. Basofil sulit ditemukan dalam
darah, ada sekitar 0,5-5,1% dari total leukosit, bentuk inti tidak teratur dengan inti
dua gelambir (Dellman dan Brown, 1987; Leni, 2006). Basofil merupakan
granulosit yang paling jarang dijumpai dalam sirkulasi darah mamalia, namun
kemungkinan lebih sering dijumpai pada darah unggas (Schalm 2010; Latimer
2011). Basofil hanya mampu bertahan hidup 10-12 hari dalam darah (Leni, 2006).
Basofil dibentuk dalam sumsum tulang dan kemampuan fagositnya hampir
tidak ada. Basofil mempunyai fungsi yang sama dengan sel mast yaitu
membangkitkan proses perdarahan akut pada tempat deposisi antigen (Tizard,
1982)
d. Monosit
Monosit memiliki kemampuan memfagosit dan berkembang menjadi
makrofag ketika keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan.
Seperti neutrofil, monosit ditarik oleh faktor-faktor kemotaktik menuju jaringan
rusak atau jaringan yang mengalami invasi mikroba. Makrofag berfungsi dalam
fagositosis serta inisiasi dan pengaturan dalam peradangan dan respon kekebalan.
Makrofag melepaskan sejumlah sinyal kimia yang mengkoordinasikan berbagai
fungsi sel-sel lainnya dalam merespon kerusakan jaringan dan invasi mikroba.
Makrofag juga berfungsi dalam memproses antigen yang merupakan tahap awal
dalam inisiasi respon kekebalan (Frandson et.al., 2009). Monosit digolongkan
sebagai sel sistem mononuklir yang berperan melakukan fagositosis,
menghancurkan partikel asing dan jaringan mati kemudian mengolah bahan asing
sedemikian rupa sehingga bahan asing itu dapat membangkitkan tanggap kebal
(Tizzard, 1982).
21
e. Limfosit
Yalcinkaya et al. (2008) menyatakan bahwa limfosit merupakan unsur
penting dalam sistem kekebalan tubuh, yang berfungsi merespon antigen dengan
membentuk antibodi. Limfosit adalah jenis leukosit dengan jumlah paling banyak
dalam darah ayam (Bacha dan Bacha, 2000). Diproduksi dalam tulang belakang,
limfa, saluran limfa dan timus. Fungsi utam limfosit adalah merespon adanya
antigen (benda asing) dengan membentuk antibodi yang bersirkulasi dalam darah
atau dalam pengembangan imunitas (Tizard, 1982).
3. METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler, kunyit,
larutan hayem, larutan turk, aquades, dan larutan HCl 0,1 N.
Ayam broiler
Ayam broiler sebanyak 24 ekor, diberi perlakuan mulai dari umur 1 minggu
sampai 4 minggu
Pakan
Penelitian ini menggunakan tepung kunyit sebagai tambahan dalam pakan
ayam broiler. Tepung kunyit ditambahkan ke dalam pakan komersil sesuai dengan
perlakuan yang telah ditentukan.
23
Pengambilan Sampel
Darah diambil dari vena pectoralis, yang letaknya dibawah sayap. Setelah
itu darah ditampung dalam vacum tube dengan antikoagulan EDTA sesuai dengan
kebutuhan.
Pemeriksaan hematologi
a. Pemeriksaan Eritrosit
Perhitungan jumlah butir eritrosit menggunakan cara manual dengan metode
kamar hitung.Darah ayam yang telah dimasukkan ke vacum tube dengan
antikoagulan EDTA dihisap dengan menggunakan pipet thoma eritrosit hingga
skala 0,5. Ujung pipet dibersihkan dan larutan hayem dihisap hingga skala 101.
Pipet thoma dikocok hingga sampel darah dan larutan hayem homogen. Larutan
sampel kemudian diteteskan pada neubeur(kamar hitung) yang telah ditutupi
dengan cover glass. Sel-sel eritrosit dihitung di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 kali. Darah yang diencerkan dalam larutan hayem adalah untuk
memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Sel eritrosit dihitung
pada 5 bidang sedang di tengah pada kamar hitung Improved Neubauer.
b. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode sahli.Larutan HCl 0,1 N
dimasukkan ke pipet sahli sampai tanda 2. Hisap darah dari vacum tube dengan
24
pipet sahli sampai tanda 20µl. Darah dengan HCl kemudian dimasukkan ke dalam
tabung hemometer secara perlahan dan tunggu hingga terjadi pembentukan asam
hematin (berwarna cokelat). Kemudian warna yang terjadi dibandingkan dengan
standar warna dalam alat sahli Selanjutnya tetesi dengan aquadest sedikit demi
sedikit hingga warnanya sesuai dengan standar alat hemoglobinometer dan kadar
hemoglobin dapat dihitung
c. Pemeriksaan PCV/ hematokrit
Prinsip pengukuran hematokrit cara manual (metode mikro/mikrohematokrit)
adalah darah vena dimasukkan ke dalam tabung kapiler yang salah satu ujungnya
ditutup dengan bahan khususdisentrifus selama 4-5 menit dengan kecepatan 10.000
rpm sehingga terjadi pemadatan sel-sel darah merah. Apabila sejumlah darah
disentrifus dengan kecepatan tinggi maka elemen-elemen darah akan terpisah menjadi
plasma, bagian keruh (trombosit dan leukosit), dan eritrosit. Tingginya eritrosit
diukur dengan menggunakan skala mikro-hematokrit yang dinyatakan dalam persen
terhadap seluruh darah.
Selanjutnya dengan adanya hasil dari pemeriksaan eritrosit, Hb, dan PCV,
perhitungan MCV, MCH, dan MCHC dapat dihitung dengan menggunakan rumus
untuk mengetahui ukuran rata-rata eritrosit dan konsentrasi Hb per eritrosit.
d. Pemeriksaan Leukosit
Perhitungan jumlah leukosit menggunakan cara manual dengan metode
kamar hitung. Darah ayam yang telah dimasukkan ke dalam vacum tube dengan
antikoagulan EDTA dihisap dengan pipet thoma leukosit sampai tanda 0,5.
Bersihkan ujung pipet bagian luar dan hisap larutan turk sampai tanda 111. Darah
yang diencerkan dengan larutan turk akandilisiskan selain sel-sel leukosit. Pipet
thoma kemudian dikocok hingga sampel darah dan larutan turk homogen. Larutan
sampel kemudian diteteskan pada neubeur (kamar hitung). Sel-sel leukosit
dihitung dibawah mikroskop dengan perbesar 40 kali.
.
25
Tepung kunyit
Perlakuan pada
hewan uji
Pengambilan Darah
Pengamatan dan
Pengumpulan data Analisis data
26
Nilai Eritrosit
Kadar Hemoglobin
(g/dL)
Nilai Hemoglobin
8,7
8,6
8,5
8,4
8,3
8,2 Nilai Hemoglobin
8,1
8
7,9
7,8 Perlakuan
P0 P1 P2 P3
26
25
24
Nilai PCV
23
22
21 Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Nilai PCV merupakan persentase butir eritrosit dalam darah sehingga nilai
PCV berhubungan dengan jumlah eritrosit. Nilai PCV pada perlakuan 1 (P1) dan
perlakuan 3 (P3) mengalami sedikit peningkatan walaupun tidak secara signifikan
(P>O,05). Peningkatan nilai hematokrit memiliki manfaat yang terbatas karena
dapat menaikan viskositas (kekentalan) darah yang akan memperlambat aliran
darah pada kapiler dan meningkatkan kerja jantung. Meyer dan Harvey (2004)
mengatakan bahwa jumlah eritrosit, nilai hematokrit (PCV) dan kadar hemoglobin
31
berjalan sejajar satu sama lain apabila terjadi perubahan. Hasil penelitian
menunjukkan nilai PCV pada kelompok kontrol dan perlakuan masih berada
dalam kisaran normal, hal ini menandakan status kesehatan hewan berada dalam
kondisi yang baik.
Pemberian tepung kunyit pada pakan puyuh tidak menyebabkan defisien
nutrien yang berkaitan dengan proses pembentukan sel darah merah (Napirah
et.al., 2013). Piliang et.al. (2009) mengatakan bahwa hematokrit (PCV), Hb, dan
butir darah merah yang normal menunjukkan puyuh tidak kekurangan protein dan
asam amino yang diperlukan untuk proses metabolisme tubuhnya.
Nilai Leukosit
Grafik 4. Nilai leukosit ayam broiler
Leukosit merupakan sel yang berperan aktif dalam sistem pertahanan tubuh
suatu organisme. Kunyit memiliki efek imunomodulator yaitu bahan yang dapat
mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun (Napirah, 2013). Chattopaday
et.al. (2004) dalam tulisannya mengemukakan bahwa kurkumin memiliki aktifitas
antibakteri, antifungal, dan antivirus. Kurkumin dan minyak atsiri menekan
pertumbuhan beberapa bakteri seperti streptococcus, staphylococcus, dan
lactobacillus.
Penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak ada pengaruh yang
signifikan (P>0,05) pada jumlah leukosit antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan. Perlakuan 1 (P1) dan perlakuan 3 (P3) memiliki jumlah leukosit yang
tidak jauh berbeda dari kelompok kontrol. Tidak adanya perbedaan tersebut
berarti tidak ada perbedaan kondisi (perbedaan perlawanan terhadap benda asing)
pada tubuh ayam tersebut (Isroli et.al., 2009). Hal tersebut dapat diakibatkan
karena rendahnya kadar zat aktif kurkuminoid dan minyak atsiri sehingga tidak
mempengaruhi pembentukan leukosit (leukopoiesis). Fahruruozi et.al. (2014) juga
mengemukakan bahwa pemberian kunyit dan temulawak pada air minum tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah leukosit ayam broiler.
Kelompok perlakuan 2 (P2) menunjukkan gejala klinis berupa bersin dan
sulit bernafas pada minggu ke tiga pemeliharaan. Pemeriksaan darah
menunjukkan bahwa kelompok P2 memiliki jumlah leukosit yang rendah dari
kelompok lainnya. Jumlah leukosit ini kemungkinan karena leukositopenia
yaitupenurunan konsentrasi jumlah sel darah putih (Clark et.al., 2009). Sherwood
(1996) mengatakan bahwa penurunan jumlah leukosit dapat disebakan karena
adanya masalah dengan sumsum tulang sehingga terjadi penurunan pembentukan
fagosit profesional, yang menyebabkan penurunan bermakna kemampuan
pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme invasif. Kerusakan sumsum tulang
dapat disebabkan karena adanya infeksi viral atau reaksi toksik terhadap agen
kimia. Menurut Guyton dan Hall (1997) jumlah sel darah putih dipengaruhi oleh
stres, lingkungan, aktivitas fisiologis, status gizi, panas tubuh, dan umur.Pada
penelitian tidak dilakukan ulas darah tipis, sehingga diferensial leukosit tidak
dapat dihitung.
5.1. Kesimpulan
Profil darah ayam yang diberi tambahan tepung kunyit masih berada dalam
kisaran normal sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan tepung kunyit pada
ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah eritrosit, Hb, PCV dan
leukosit ayam broiler.
5.2. Saran
1. Perlu penambahan tepung kunyit dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
2. Perlu perlakuan khusus (seperti pemberian stress atau perlukaan) pada ayam
broiler untuk melihat pengaruh yang lebih maksimal.
3. Perlu dilakukan pemeriksaan diferensial leukosit agar diketahui jumlah
masing-masing dari jenis leukosit yang dapat digunakan sebagai parameter
pendukung dalam menentukan keadaan klinis hewan.
4. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap ayam yang sakit untuk mengetahui hasil
yang lebih maksimal.
35
DAFTAR PUSTAKA
Adams, C.A. 2000. The Role of Nutricine in Health and Total Nutrition. Proc.
Aust. Poult. Sci. Sym. 12:17-24
Agustina, Laily. 2013. Penggunaan Ramuan Herbal sebagai Feed Additive untuk
meningkatkan Performans Broiler. Lokakarya Nasional Inovasi
Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdayasaing. JITV
Anonim. [Badan POM RI] 2008. Curcuma domestica Val. Direktorat Obat Asli
Indonesia.
Atmaja, Dhanu Ari. 2008. Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica)
terhadap Gambaran Mikroskopik Mukosa Lambung Mencit BALB/c yang
Diberi Parasetamol. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro:
Semarang
Bacha L.M dan Bacha W.J. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. Ed ke-2.
Newyork (US): Lippincot Williams & Wilkins
Banks, S. 1979. The Complete Handbook of Poultry Keeping. Van Nonstrand
Reinnold Co. New York
Barton M. D dan Hart W.S. 2001. Public Health Risk: Antibiotic Resistance.
Review. Asian-Aus. J. Anim. Sci. 14: 414-422.
Bashar Y.A, Tukur H.m, Sekoni A.A, dan Hassan W.A. 2010. Nutrient Retention
and Haematological Indices of Broiler Starters Fed Lablab Seed Meal as
the Source of Protein. Nigerian Journal of Basic and Applied Science.
18(2): 185-291
Bintang I.A.K. dan Nataamijaya A.G. 2005. Pengaruh Penambahan Tepung
Kunyit (Curcuma domestica Val.) dalam Ransum Broiler. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
Cahyaningsih U, Malichatin H, dan Hedianto YE. 2007. Diferensial Leukosit
pada Ayam setelah diinfeksi Eimeria tenella dan Pemberian Serbuk
Kunyit (Curcuma domestica) Dosis Bertingkat. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. IPB: Bogor
Chattopadhyay I, Biswas K, dan Bandyopadhyay U. 2004. Turmeric and
Curcumin: Biological Actions and Medicinal Applications. Review
Article. Current Science. 87(1): 44-53
Clark P, Boardman W, dan Raidal SR. 2009. Atlas of Clinical Avian Hematology.
Wiley-Blackwell. 3rd Edition. USA. pg 175
Cobett, JV. 2004. Hematology Test in Laboratory Test and Diagnostic
Procedures with Nursing Diagnosis. 6th Edition. New Jersey: USA
Cunningham, J.G. 2002. Textbook of Veterinary Phisiology. Saunders: USA
Davey, C., Lill, A. and Baldwin, J. 2000. Variation During Breeding in
Parameters that Influence Blood Oxygen Carrying Capacity in
Shearwaters. Aust. J. Zool. 48, 347-356
Dharmawan N.S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner. Pelawa Sari.
Denpasar (ID)
Effendi, Zukesti. 2003. Peranan Leukosit sebagai Antiinflamasi Alergik dalam
Tubuh. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran. USU: Medan
36
Erniasih I dan Saraswati TR. 2006. Penambahan Limbah Padat Kunyit pada
Ransum Ayam dan Pengaruhnya terhadap Status Darah dan Hepar
Ayam. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 17(2): 1-6
Fahrurozi N, Tantalo S, dan Santosa P E. 2014. Pengaruh Pemberian Kunyit dan
Temulawak Melalui Air Minum terhadap Gambaran Darah pada Broiler.
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 2(1): 39-46
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edise ke-4. Terjemahan: B.
Srigandono dan Koen Praseno. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Frandson R.D, Wilke W.L, dan Fails A.D. 2009. Anatomy and Physiology of
Farm Animal 7th Edition. Iowa (US): Willey-Blackwell
Ginting, Indri A. 2008. Profil Darah Ayam Broiler yang Diberi Ransum
Mengandung Tepung Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Skripsi.
IPB: Bogor
Guyton A.C. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 7th Edition. Bagian I.
Tengadi, K. A, et.al., penerjemahan. EGC. Terjemahan dari Text Book of
Medical Physiology. Jakarta (ID)
Guyton A.C. dan Hall J.E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan: Irawati, Ken
Ariata Tengadi dan Alex Santoso. EGC: Jakarta (ID)
Hartati, S Y. 2013. Khasiat Kunyit sebagai Obat Tradisional dan Manfaat
Lainnya. Warta penelitian dan pengembangan Tanaman Indsutri. 19(2):5-
9
Hernawan E dan Abun 2014. Effect of Banana Peel Aplication in Ration on
Hematological Level, Nitrogen Retention, and Body Weight Gain of Heat
Exposed Broiler Chicken. Scientific Paper. Series D Animal Science.
Vol. LVII: 101-107
Himawan HC, Surjana V, dan Prawira L. 2012. Karakterisasi dan Identifikasi
Komponen Kimia Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai
Inhibitor Bakteri Patogen. Fitofarmaka. 2(2): 116-125
Himma, Atiq. 2010. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit Kuning (Curcuma
dimestica Val.) dengan Pelarut Etanol terhadap Pertumbuhan Bacillus
subtilis, Escheria coli, Salmonella typhi, dan Shigella dysentriae. Skripsi.
FKIP. Unversitas Jember.
Hodges, R.D. 1977. Normal Avian Haematology. Comparative Clinical
Haematolgy. Blackwell Scientific: Oxford
Hoffbrand V. 2006. At a Glance Hematology. Jakarta (ID): EMS
Indarto, . 1990. Beternak Unggas Berhasil. Armico: Bandung(ID)
Ismail, Fahmillah. 2014. Status Hematologis dan Biokimia Darah Ayam Ras
Petelur yang Dipelihara pada Sistem Pemeliharaan Intensif dan Free-
Range pada Muim Kemarau. Skripsi. Universitas Hasanuddin: Makassar
Ismawati. 2009. Kelebihan Rantai A pada Talasemia β. JILK. 3(1):1-5
Isroli, Susansi S, Widiastuti E, Yudiarti T, dan Sugiharto. 2009. Observasi
Beberapa Variabel Hematologis Ayam Kedu pada Pemeliharaan
Intensif. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Universitas
Diponegoro.
Jain, N.C. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Lea & Febiger: Philadelpia
Julendra H, Zuprizal, dan Supadmo. 2010. Penggunaan Tepung Cacing Tanah
(Lumbricus rubellus) sebagai Aditif Pakan terhadap Penampilan
37
LAMPIRAN 1.
P0 Standar
Parameter Rata-rata
P0 1 P0 2 P0 3 P0 4 P0 5 P0 6 Deviasi
RBC (×106/µL) 1,17 2,38 2,6 1,74 2,23 2,34 2,076666667 0,528040402
Hemoglobin (g/dL) 6,03 9,6 8,35 5,81 9,64 9,4 8,138333333 1,782934846
Hematokrit (%) 27 26 27 22 25 25 25,33333333 1,861898673
3 21,28 22,89 13,42 23,94 13,42 18,9 18,975 4,626297656
WBC (×10 /µL)
MCV (fl) 230,77 109,24 103,85 126,44 112,11 106,84 131,5403333 49,24285883
MCHC (%) 22,33 36,92 30,92 26,41 38,56 37,6 32,12333333 6,699733328
MCH (pg) 51,53 40,34 32,11 33,4 43,23 40,17 40,13 7,060155806
P1 Standar
Parameter Rata-rata
P1 1 P1 2 P1 3 P1 4 P1 5 P1 6 Deviasi
6 1,82 2,24 1,98 2,02 2,24 2,18 2,08 0,168760185
RBC (×10 /µL)
Hemoglobin (g/dL) 8,72 7,4 8,75 8,32 8,5 9,5 8,53166666 0,685169079
Hematokrit (%) 25 30 25 25 27 26 26,3333333 1,966384161
3 17,88 25,4 14,18 17,64 18,95 19,24 18,88166667 3,668037168
WBC (×10 /µL)
MCV (fl) 137,36 133,93 126,26 123,76 120,54 119,27 126,8529968 7,31965187
MCHC (%) 34,88 24,667 35 33,28 31,481 36,538 32,64 4,268746999
MCH (pg) 47,912 33,036 44,192 41,188 37,946 43,578 41,3087084 5,231233615
P2 Standar
Parameter Rata-rata
P2 1 P2 2 P2 3 P2 4 P2 5 P2 6 Deviasi
RBC (×10^6/µL) 1,69 1,98 2,09 2,12 2,08 2,26 2,036666667 0,192319179
Hemoglobin (g/dL) 7,1 12,1 6,6 7,3 8,1 7,5 8,11666667 2,012378361
Hematokrit (%) 24 25 20 26 22 24 23,5 2,167948339
WBC (×10^3/µL) 14,29 14,26 13,51 15,22 14,87 21,22 15,56166667 2,833114305
MCV (fl) 142,01 126,26 95,694 122,64 105,77 106,19 116,4289452 16,95935151
MCHC (%) 29,583 48,4 33 28,077 36,818 31,25 34,52140637 7,440742514
MCH (pg) 42,012 61,111 31,579 34,434 39,942 33,186 40,21066724 10,94446517
41
P3 Standar
Parameter Rata-rata
P3 1 P3 2 P3 3 P3 4 P3 5 P3 6 Deviasi
RBC (×10^6/µL) 1,96 2,24 2,17 2,08 1,96 2,14 2,091666667 0,114265772
Hemoglobin (g/dL) 7,65 9,56 8,75 8,57 7,9 9,2 8,605 0,734486215
Hematokrit (%) 27 17 22 26 29 29 26,6666667 2,5819888897
WBC (×10^3/µL) 27,19 21,94 17,27 15,97 16,5 14,26 18,855 4,826695557
MCV (fl) 137,76 120,54 101,38 125 147,96 135,51 128,0244179 16,2677313
MCHC (%) 28,333 35,407 39,773 32,962 27,241 31,724 35,57342062 4,629091027
MCH (pg) 39,031 42,679 40,323 41,202 40,306 42,991 40,93333333 4,342034853
42
LAMPIRAN 2.
Lampiran Hasil Analisis Statistik
Oneway
[DataSet0]
ANOVA
Hasil
ONEWAY Hb BY Perlakuan
/MISSING ANALYSIS.
Oneway
[DataSet0]
ANOVA
Hb
Oneway
[DataSet0]
ANOVA
PCV
Oneway
[DataSet0]
ANOVA
Leukosit
Oneway
[DataSet0]
ANOVA
MCV
Oneway
[DataSet1]
ANOVA
mch
Oneway
[DataSet0]
ANOVA
MCHC
LAMPIRAN 3.
a. Umur 5 hari
Rata-
Berat Badan (gram)
rata
P0 (kontrol) 111 92 92,4 120 71,1 94,3 96,8
P1 (0,4 g) 66,4 82,3 88 85,5 97,8 71,3 85
P2 (0,8 g) 87,2 107 79 105,7 107,6 85 95,25
P3 (1,2 g) 62 90 120 80 85 93 85,25
b. Umur 7 hari
Rata-
Berat Badan (gram)
rata
P0 (kontrol) 140 145 110 150 190 210 157,5
P1 (0,4 g) 120 135 144 145 170 130 140,67
P2 (0,8 g) 135 170 120 167 160 132 147,33
P3 (1,2 g) 140 180 190 135 130 165 156,67
c. Umur 14 hari
Rata-
Berat Badan (gram)
rata
P0 (kontrol) 480 380 460 440 300 410 411,67
P1 (0,4 g) 420 330 400 370 520 450 475
P2 (0,8 g) 420 370 360 560 480 430 436,67
P3 (1,2 g) 460 440 470 310 510 480 445
d. Umur 21 hari
Rata-
Berat Badan (gram)
rata
P0 (kontrol) 630 700 740 690 540 720 670
P1 (0,4 g) 700 630 850 850 890 860 796,67
P2 (0,8 g) 750 840 860 720 700 730 766,67
P3 (1,2 g) 740 920 840 850 790 810 825
47
e. Umur 28 hari
Rata-
Berat Badan (gram)
rata
P0 (kontrol) 920 910 860 1080 880 985 939,17
P1 (0,4 g) 900 960 1080 1030 950 980 983,33
P2 (0,8 g) 840 1000 1070 980 1040 860 965
P3 (1,2 g) 1040 1120 1140 1200 980 995 1079,17
f. Umur 34 hari
Rata-
Berat Badan (gram)
rata
P0 (kontrol) 1620 1570 1480 1530 1700 1450 1558,33
P1 (0,4 g) 1540 1620 1570 1730 1780 1660 1650
P2 (0,8 g) 1480 1500 1530 1620 1470 1550 1525
P3 (1,2 g) 1820 1760 1810 1790 1900 1850 1821,67
48
LAMPIRAN 4.
Lampiran Gambar
Skala mikro-hematokrit
Sentrifus
neubeur
49
Pipet thoma
Alat sahli
RIWAYAT HIDUP