Skripsi Lengkap-Fapet-N U R A e N I
Skripsi Lengkap-Fapet-N U R A e N I
Skripsi Lengkap-Fapet-N U R A e N I
SKRIPSI
Oleh:
NURAENI
I111 12 322
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
i
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa
oleifera) DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK
KARKAS DAN NONKARKAS BROILER
SKRIPSI
Oleh:
NURAENI
I111 12 322
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Nama : Nuraeni
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab Hasil
dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan atau
Nuraeni
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Nuraeni
Fakultas : Peternakan
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc
NIP. 19641231 198903 1 025 NIP. 19640712 198911 2 002
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
Pemilik alam dan seluruh isinya karena atas Kehendak, Rahmat dan Hidaya-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula Salam serta Salawat
senantiasa penulis haturkan kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai Suri Tauladan
ummat manusia.
1. Ibunda Hj.Murni Abu dan Ayahanda Patang Dg Manai sebagai malaikat tak
motivator terbesarq yang telah membesarkan semangat dan kekuatan penulis serta
senantiasa melimpahkan kasih sayang dan dukungan yang tiada redah kepada
penulis dan juga kakak tercinta Nurwahidah Dg Marannu, kakak ipar Rahmat T. Dg
S, beserta seluruh keluarga besar yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
2. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan seluruh Bapak
Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan Bapak Ibu Staf
3. Bapak Ir. Mustakim Mattau, MS selaku pembimbing utama dan Bapak Prof. Dr. Ir.
v
4. Bapak Dr. Ihsan A Dagong, S.Pt., M.Si selaku Pembimbing Akademik. Bapak Dr.
6. Team asisten Laboratorium Ilmu reproduksi Ternak ( kk rido, ica, muharni, kandi
teman-teman.
Kab.Pangkep teman seatap selama lebih kurang 2 bulan, meski dari asal daerah
dan fakultas yang berbeda-beda namun layaknya keluarga yang saling membantu
9. Larva 013, Seluruh teman angkatan Flock Mentality 012 terlebih khusus kelas D
salam kompak selalu, solandeven 011, Kakak kader kami Lion 010, Merpati 09,
10. Sahabat terbaik Unge, Tute, Cimo, Imu, Rita, Awu dan Ica terima kasih semuanya
sudah jadi sahabat yang baik, sukses semua dan tidak ada kata mantan sahabat.
11. Tempat kediaman selama kuliah Pondok Annisa, Pondok Putri Mulya Indah dan
Apartemen Kuning terima kasih, di tempat ini saya belajar untuk mandiri.
12. Kakanda A. Abd, Malik Wahid, S.Pt selaku teman dekat yang senantiasa
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis hingga semua tahap bisa
vi
13. Kakanda Muhammad Yunus yang telah memfasilitasi dan mengikutsertakan dalam
penelitiannya, serta rekan seperjuangan dalam penelitian Tri Astuti dan Yessy A.S.
14. Kanda Rachman Hakim S.Pt, Ms, Dariatmo S.Pt.,M.Si, Azhar S.Pt, Urfiana Sara
S.Pt, Rajma Fastawa S.Pt, Yusri S.Pt, Trianta Tahir S.Pt, Sem S.Pt, Ridwan S.Pt,
15. Teman-teman yang telah banyak membantu selama di kampus Irma, Tika, Fatma,
Mila, Appe, Tenry, Rahma, Andar, Suprapto, Jihad, Sukandi, Erwin, Rahim,
Hasman, Sulkifli, Nasrun, Zuhal, Uriyah, Bambang, Yasin, Kanzul, serta teman-
16. Adik-adikku di pondokan Fitri, Anti, Uni, Devi, Sari, Ifa, Thomas dan Fhia
Universitas Hasanuddin dan Ikatan Keluarga Mahasiswa Sinjai IKMS yang telah
banyak memberi wadah terhadap penulis untuk berproses dan belajar serta untuk
Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik serta saran pembaca sangat diharapkan
adanya oleh penulis demi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan nantinya,
terlebih khusus di bidang peternakan. Semoga makalah skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca terutama bagi saya sendiri. AAMIIN YA ROBBAL
AALAMIN. Akhir Qalam Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penulis
vii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tepung daun kelor dalam
ransum terhadap karakteristik karkas dan nonkarkas broiler. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 3 perlakuan dengan masing-masing 3
ulangan, menggunakan 8 ekor broiler berjenis kelamin jantan pada setiap kelompok.
Perlakuan P0 (tanpa penambahan tepung daun kelor), P1 (2% tepung daun kelor) dan P2
(4% tepung daun kelor) yang mulai diberikan pada umur 15 hari. Pengambilan sampel
secara acak sebanyak 2 ekor dari setiap kelompok dilakukan di akhir pemeliharaan
umur 35 hari dengan parameter yang meliputi: berat hidup akhir, berat karkas utuh,
persentase karkas utuh, persentase bagian-bagian karkas (dada, paha, leher dan
punggung), persentase bagian-bagian nonkarkas (darah, kepala, leher, kaki, bulu, usus,
gizzard, hati dan jantung) serta persentase lemak abdomen. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa penambahan tepung daun kelor (Moringa oleifera)
dalam ransum broiler tidak berpengaruh nyata terhadap berat badan akhir, berat karkas,
persentase karkas dan bagian-bagian karkas serta persentase bagian-bagian nonkarkas.
Penggunaan tepung daun kelor 4% menunjukkan cenderung lebih tinggi pada berat
hidup, berat karkas dan penurunan lemak abdomen.
Kata Kunci: Tepung Daun Kelor, Broiler, Karkas, Nonkarkas, Lemak Abdomen
viii
ABSTRACT
Nuraeni. I111 12 322. Effect of Moringa oleifera Leaf Meal (MOLM) in the Ration
on Carcass and Non-carcass Characteristics Broiler. Supervisor: Mustakim
Mattau and Sudirman Baco.
The purpose of this study to know the effects of Moringa leaf powder in the
ration on carcass and non-carcass characteristic broiler. This study using completely
randomized design (CRD), which consists of 3 treatments with 3 replicates and each,
using the 8 tails sex male broilers in each replication. Treatment P0 (without the addition
of moringa leaf powder), P1 (2% Moringa leaf powder) and P2 (4% Moringa leaf
powder), which began to be given at the age of 15 days. Random sampling as much as 2
tails of each replications. Performed at the end of the maintenance age of 35 days with
parameters that include: live weight, carcass weight, carcass percentage, the percentage
of carcass parts (breasts, thighs, neck and back), the percentage of non-karkas parts
(blood, head, neck, feet, feathers, intestines, gizzard, liver and heart) and percentage of
abdominal fat. The result shows that the addition of moringa leaf powder (Moringa
oleifera) in broiler woof did not affect to live weight, carcass weight, carcass
percentage and carcass parts as well as the percentage of noncarcas parts. The use of
Moringa leaf powder 4% results tend to be better on live weight, carcass weight and
lowes abdominal fat.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
x
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 27
LAMPIRAN ....................................................................................................... 41
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Komposisi Kimia dan Nutrisi Daun Kelor ................................................ 6
2. Komposisi Senyawa Anti-Nutrisi Daun Kelor .......................................... 7
3. Komposisi Ransum Basal Finisher (Umur 15-35 Hari) ............................ 20
4. Komposisi Nutrisi Tepung Daun Kelor ..................................................... 21
5. Komponen Nutrisi Pakan Komersil Starter (Umur 1-14 Hari) ................. 22
6. Komposisi Nutrisi Pakan Basal Finisher (15-35 Hari) ............................. 22
7. Konsumsi pakan, tepung daun kelor dan air minum umur 15-35 hari ...... 23
8. Berat Badan Akhir dan Berat Karkas Utuh Broiler ................................... 27
9. Persentase Karkas broiler .......................................................................... 29
10. Persentase Nonkarkas Broiler .................................................................... 31
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 41
2. Data Mentah Penelitian.............................................................................. 43
3. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Badan Akhir ........................................ 45
4. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Karkas Utuh ........................................ 46
5. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Karkas Utuh ...................... 47
6. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Darah ................................. 48
7. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Bulu ................................... 49
8. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Kaki ................................... 50
9. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Kepala ............................... 51
10. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Usus .................................. 52
11. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Gizzard .............................. 53
12. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Jantung .............................. 54
13. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Hati.................................... 55
14. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Leher ................................. 56
15. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Lemak abdomen ................ 57
16. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Paha ................................... 58
17. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Dada .................................. 59
18. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Punggung .......................... 60
19. Hasil Analisis Sidik Ragam Persentase Berat Sayap ................................. 62
xiii
PENDAHULUAN
Ayam ras pedaging merupakan salah satu dari ternak alternative untuk
mengalami peningkatan dari waktu kewaktu, dengan ciri khas ayam ras pedaging
penggunaan ransum, masa panen pendek, serta memiliki tekstur daging yang
berserat lunak sehingga diminati oleh masyarakat. Olehnya itu, perlu upaya
yang berkualitas.
ayam pedaging sekarang ini khususnya penimbunan lemak pada karkas yang
bagi para konsumen dan produsen sebab hal ini menyebabkan penurunan berat
lemak karkas, hal ini merupakan suatu permasalahan dimana dianggap sebagai
hasil ikutan yang penghamburan energi ransum. Menurut Havenstein et al. (2005)
bahwa kandungan lemak pada ayam pedaging 43 hari berkisar antara 10 sampai
15% dari total bobot karkas. Olehnya itu perlu adanya suatu tekhnologi dalam
1
Peningkatan produksi ternak bergantung pula dari pola dan kualitas
Sebagaimana disebutkan oleh Teteh et al. (2013); Ologhobo et al. ( 2014) bahwa
salah satu jenis pakan herba yang sudah dikenal sebagai pengganti penggunaan
kelor dengan dosis rendah 0,1-2%, mampu memperbaiki tingkat pertumbuhan dan
Sejak dulu tanaman kelor telah dikenal sebagai sumber nutrisi yang
sangat baik dengan kandungan protein yang cukup tinggi dan baik bagi ternak
monogastrik dan dikenal pula sebagai sumber antioksidan alami oleh karena
untuk menjaga struktur makromolekul dasar biologis, zat yang secara nyata
Zat aktif dalam daun kelor yang mempunyai aktifitas antibakteri dan
penyerapan nutrisi (karbohidrat, lemak dan protein) dalam tubuh ternak (Analysa,
2
2007), untuk proses pertumbuhan yang menghasilkan keseimbangan antara
informasi yang cukup mengenai sejauh mana pengaruh yang diberikan terhadap
karakteristik karkas dan nonkarkas ayam pedaging, olehnya itu perlu adanya
kajian lebih lanjut ditinjau dari persentasi bobot karkas dan nonkarkas yang
dihasilkan.
pada penelitian ini ialah tepung daun kelor (Moringa oleifera) diketahui
kinerja dan mencegah kerusakan organ dalam sehingga berpengaruh baik terhadap
peningkatan metabolisme dan penyerapan nutrisi dalam tubuh ternak yang dapat
memicu pertumbuhan, dalam hal ini pertambahan bobot badan broiler yang terdiri
atas peningkatan bobot karkas dan nonkarkas dimana pada umumnya juga diikuti
dengan proses deposisi lemak abdomen yang berkorelasi positif dengan total
lemak karkas yang dianggap hasil ikutan yang menghamburkan energi ransum
dan menyebabkan penurunan kualitas dan bobot karkas yang dapat dikonsumsi.
Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk level suplementasi yang aman dan
dapat digunakan pada ayam pedaging tanpa mengganggu perfoma ayam dan
3
TINJAUAN PUSTAKA
kering tropis dan. Species ini merupakan salah satu tanaman di dunia yang sangat
bermanfaat, karena semua bagian dari tanaman seperti daun, bunga dan akar dapat
(Sjofjan, 2008). Tumbuhan ini juga sering kali dikonsumsi oleh masyarakat
dengan cara diolah menjadi sayur, tanaman ini selain bernilai nutrisi tinggi juga
memiliki citarasa yang enak serta sering pula digunakan sebagai obat-obatan
sapi, babi, kelinci dan cocok untuk pakan ikan-ikan budidaya seperti gurami. Kulit
kayu, daun dan akar mempunyai bau yang sangat tajam dan menyengat, juga
2008). Kelebihan lain dari tanaman ini memiliki kemampuan adaptasi dengan
lingkungan yang baik olehnya itu dapat tumbuh dengan muda dan cepat meskipun
dijelaskan oleh Donovan (2007) bahwa Tanaman kelor dikenal sebagai tanaman
4
pakan yang tumbuh hingga mencapai 10-12 m, mempunyai dahan dan batang
yang rapuh, daun kecil-kecil berbulu berwarna hijau dengan jumlah yang banyak
sepanjang 30-60 cm, dengan lebar 0,3-0,6 cm dan panjang 2 cm. Bunga tanaman
ini berwarna putih dengan ukuran diameter 2,5 cm, kelopak bunga menggantung,
dan serbuk sari berwarna putih. Buah kelor berbentuk memanjang dengan jumlah
biji sekitar 20 buah. Adapun Klasifikasi tanaman kelor menurut Cwayita (2014)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Order : Brassicales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Selain itu daun kelor (Moringa oleifera, lam) juga memiliki zat antioksidan antara
lain sitosterol dan glukopyranoside, daun kelor (Moringa oleifera, Lam) juga
sebagai suplemen yang mempunyai nilai gizi tinggi dan dianggap sebagai
suplemen protein dan kalsium, dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa pada
daun kelor (Moringa oleifera, Lam) terdapat komposisi vitamin A, B dan kalsium,
zat besi dan protein yang tinggi (Sarjono, 2008). Sebagai sumber protein, daun
5
Afrika menunjukkan bahwa daun kelor mengandung vitamin C tujuh kali lebih
banyak dari buah jeruk, mengandung empat kali kalsium lebih banyak dari susu
kesehatan ternak jika diberikan dengan dosis yang berlebih, sebab selain
mengandung zat-zat nutrisi tinggi yang bermanfaat bagi tubuh ternak, tepung daun
kelor juga mengandung zat-zat antinutrisi baik itu secara alami ada dalam
tanaman maupun diperoleh dari pestisida ataupun pupuk yang diberikan pada
tanaman. Beberapa senyawa yang terkandung di dalam daun kelor baik itu yang
6
Fe (ppm) 107,48 Ogbe et al., 2012
Zn (ppm) 60,06 Ogbe et al., 2012
P (ppm) 30,15 Ogbe et al., 2012
Mn (ppm 81,65 Ogbe et al., 2012
Cu (ppm) 6,10 Ogbe et al., 2012
Ayam broiler atau dikenal juga dengan ayam niaga pedaging merupakan
jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsi ransum dalam jumlah relatif
sedikit. Saat ini, ayam ras pedaging merupakan usaha peternakan yang
orde baru, ayam ras pedaging telah menggeser komoditi-komoditi ternak lainnya
dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Usaha ayam ras pedaging sukup
prospektif karena selera masyarakat terhadap cita rasa ayam ras sangat tinggi di
semua lapisan dan harga daging yang dihasilkan lebih murah dibandingkan nilai
jual daging yang bersumber dari ternak besar sehingga hampir semua kalangan
bisa membelinya. Disamping itu, nilai keuntungan yang diperoleh juga cukup
7
Ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu sumber protein hewani
dijual sebelum usia 8 minggu. Pada usia itu berat tubuhnya hampir sama dengan
tubuh ayam kampung berusia sekitar satu tahun, sehingga ayam pedaging
pakan dan manajemen. Oleh karena itu, pakan merupakan salah satu faktor
pakan, pertambahan bobot hidup, konversi pakan, angka mortalitas, income over
feed cost). Pemilihan bahan pakan yang tepat akan menghasilkan pakan
sekarang ini memiliki asupan pakan yang lebih rendah per unit berat badan,
dengan ayam pedaging komersial masa lalu. Kondisi ini diakibatkan oleh lebih
dari lima puluh tahun terakhir ahli gizi telah mengembangkan sistem yang cukup
8
memberikan nutrisi dengan tingkat yang lebih tepat sesuai yang diperlukan untuk
dengan berbagai masalah antara lain seperti suhu lingkungan yang sangat tinggi
pada musim kemarau. Cekaman panas akibat suhu lingkungan tinggi yang terus
glukokortikoid yang dapat mengganggu perfomans pada ayam broiler (Sugito dan
Delima, 2009; Salam dkk., 2013) jika dibiarkan tanpa adanya perbaikan
manajemen yang dapat mengatasi permasalan ini maka hal ini akan menjadi
ancaman yang semakin besar terhadap kualitas produksi peternakan ayam broiler.
nutrisi dari pakan yang tersedia dalam pemeliharaan untuk kebutuhan produksi.
Langkah yang paling logis untuk diambil yaitu memecahkan masalah kekurangan
memanfaatkan tanaman dan produk olahan limbah untuk dijadikan bahan pakan
unggas. Tumbuhan kelor merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan
dalam penyusunan ransum unggas. Tanaman ini selain menjadi sumber vitamin
dan asam amino yang baik, ia memiliki kegunaan di bidang medis sebagai obat
(Banjo, 2012).
bahwa apabila tujuan utama pemeliharaan ayam pedaging untuk perbaikan kondisi
9
perlemakan, bukan pertumbuhan yang menjadi perhatian utama, maka daun kelor
dapat diberikan sejak ayam berumur satu hari walaupun dengan level yang tidak
terlalu tinggi (2%). Berbeda dengan Banjo (2012) dan Teteh et al. (2013)
melaporkan bahwa pemberian tepung daun kelor hingga 2% dan 3% dalam pakan
selama 4 minggu, tidak menunjukkan dampak negatif pada ayam pedaging. Pada
Selanjutnya suatu percobaan yang lain telah dilakukan oleh (Tesfaye et al.,
2013), dengan pemberian tepung daun kelor dengan level 5-20% pada ayam
al., (2010) juga melaporkan studi yang menggunakan ransum dengan campuran
ubi kayu dan ditambahkan 5% daun kelor tidak menunjukkan pengaruh terhadap
petambahan berat badan, konversi pakan, berat badan akhir dan biaya pakan (feed
cost) per kg pertambahan berat badan apabila dibandingkan dengan pakan yang
tidak mengandung campuran ubi kayu dan daun kelor. Namun demikian
pencapaian berat akhir dan efisiensi penggunaan pakan jelas dipengaruhi oleh
penambahan daun kelor dalam pakan. Oleh karena itu Aderinola et al. (2013)
10
atau hanya sebagai pakan tambahan disebabkan adanya kandungan anti-nutrisi
pada daun kelor yang akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap kesehatan
pengaruh negatif pemberian daun kelor pada ayam misalnya memberikan ayam
pedaging dengan daun kelor dengan level tertinggi 2%, dan diperoleh nilai
pada ayam yang tidak diberi daun kelor. nilai kadar hemoglobin yang lebih rendah
pada perlakuan pemberian daun kelor, dan kondisi ini mengindikasikan kapasitas
pengangkutan oksigen (oxygen carrying capacity) oleh darah yang juga menurun.
Salah satu jenis pakan herba yang dikenal sebagai pengganti penggunaan
pertumbuhan atau membunuh jasad renik lainnya yang bersifat pathogen yang
additive pada pakan broiler telah berlangsung secara luas sejak tahun 1950 an,
additive yang sangat efektif dan efisien. Di Indonesia, penggunaan antibiotik pada
ransum broiler tidak dapat dielakkan lagi, sebahagian masyarakat peternak broiler
11
Kandungan senyawa fenolik dan flavonoid yang tinggi menunjukkan
daya ikat radikal anion superoksida dan nitrit oksida. Aktivitas antioksidan
antioksidan seperti pada vitamin E, dan aktivitas ini tetap dipertahankan pada
kisaran pH 4 9 dengan kondisi gelap, suhu 5 atau 25oC dan penyimpanan selama
15 hari, namun demikian aktvitias ini menurun cepat apabila dipanaskan pada
Pemanfaatan zat aktif antioksidan alami yang terdapat dalam daun kelor
Cwayita (2014) bahwa penggunaan daun kelor sebagai pakan tambahan pada
ayam pedaging dilaporkan dapat menjadi antioksidan kuat yang dapat melindungi
dan menjaga kondisi ayam terhadap stress oksidatif sehingga memberikan hasil
Daun dan polong hijau dari tanaman kelor digunakan sebagai sayuran
oleh manusia dan kaya akan karoten dan asam askorbat sebagai profil yang baik
dari asam amino (Makkar dan Becker, 1996; Oludoyi and Toye, 2012). Daun
kelor Ini memiliki tingkat kandungan anti-nutrisi yang rendah (Makkar dan
Becker, 1997), dan oleh sebab itu dapat difungsikan sebagai bahan pakan non-
konvensional ada ransum unggas dan tumbuhan ini memiliki ketersediaan dalam
jumlah yang cukup banyak sehingga dapat menurunkan biaya pakan ternak
12
Karakteristik Karkas Broiler
Gambaran umum dari karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah
dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam (Abubakar dkk,
1991). Karkas ayam dibedakan menjadi karkas kosong yaitu ayam yang telah
disembelih dan dikurangi dengan darah, alat tubuh bagian dalam, kepala dan kaki.
Adapun karkas segarnya diisi dengan hati, jantung dan rempela yang telah
Rata-rata berat karkas ayam berkisar antara 65-75% dari berat hidup pada
waktu siap potong. Selanjutnya North (1972) menyatakan, persentase karkas pada
ayam umur 7 minggu sekitar 65,7% untuk ayam betina dan 6,5% untuk ayam
jantan (Murtidjo, 1987). Ditambahkan oleh Zaenab, dkk (2005), bahwa persentase
bagian-bagian karkas terdiri dari persentase karkas dada sekitar 23,45 -25,5% dan
dada merupakan bagian yang banyak mengandung daging, persentase karkas paha
sekitar 21,80%, persentase karkas punggung sekitar 20%, dan persentase karkas
sayap 8,6%.
langsung dengan proses pertumbuhan (Winedar dkk., 2004), oleh karena itu
pakan yang mengandung protein yang cukup sesuai dengan kebutuhan ayam
broiler untuk memenuhi asupan asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh.
13
Menurut Brake et al. (1993) persentase karkas berhubungan dengan jenis
kelamin, umur dan bobot badan. Karkas meningkat seiring dengan meningkatnya
umur dan bobot badan. Hal yang sama dilaporkan oleh Tillman et al. (1998)
bahwa pada umumnya meningkatnya bobot badan ayam diikuti oleh menurunnya
hidup berkorelasi positif terhadap bobot karkas. Semakin berat bobot hidup ayam
yang dipotong, maka karkasnya akan semakin tinggi pula. Hasil penelitian ini
memiliki implikasi bahwa jika ayam dipasarkan dalam bentuk karkas disarankan
64,6%, kepala dan leher 6,5%, kaki 3,3%, hati 2,6%, ampela 4,4%, jantung 0,6%,
usus 6,6%, darah 5,4%, dan bulu 6,0%. Untuk betina karkas 71%, kepala dan
leher 4,8%, kaki 4,5%, hati 3,1%, ampela 5,6%, jantung 0,6%, usus 0,5%, darah
Kepala merupakan bagian organ yang masak dini artinya kepala tumbuh
(Bahij, 1991). Kaki digunakan untuk menopang tubuh ternak, bulu berfungsi
untuk melindungi tubuh dari kerusakan fisik, panas tubuh dan untuk terbang dan
14
Darah berfungsi sebagai zat perantara yang membawa zat-zat makanan ke
2015).
Giblet atau jeroan merupakan hasil ikutan yang dapat dimakan, biasanya
terdiri dari hati, jantung dan ampela. Hati merupakan organ yang berfungsi
sebagai alat penyaring zat-zat makanan yang diserap sebelum masuk dalam
peredaran darah dan jaringan-jaringan terdiri dari lobi kanan dan kiri yang hampir
sama ukurannya, bagian tepinya secara normal adalah lancip dan bila terjadi
Menurut Scott et al. (1982) persentase bobot non karkas dipengaruhi oleh
pakan, jika kandungan nutrien di dalam ransum melebihi rekomendasi yang telah
ditetapkan, pembentukan komponen non karkas akan lebih tinggi bila kebutuhan
untuk produksi dan hidup pokok telah dipenuhi hingga mencapai tingkat
maksimal.
Lemak pada tubuh ternak terbagi atas subkutan (bawah kulit), bawah
perut, dalam otot (intramuskuler), Lemak abdominal: jantan lebih banyak dan
pertambahan umur. Pada periode ternak awal, lemak yang disimpan dalam tubuh
15
akan berlangsung cepat dan lemak akan disimpan di bawah kulit, di sekitar organ
dalam, antara lain empedal, usus, dan otot ( Soeparno, 2005). Penimbunan lemak
abdominal di dalam rongga perut akan berpengaruh terhadap berat karkas (Akiba,
1992).
efisien dan dalam waktu lama. Pemeliharaan broiler di daerah tropis akan
menghasikan lemak abdomen 2,85% dari berat hidup umur 6 minggu. Kelebihan
energi akan menghasilkan lemak, lemak disimpan dalam tubuh sehingga ayam
broiler akan terlihat gemuk, penimbunan lemak akan semakin meningkat setelah
ayam broiler memasuki masa akhir, karena setelah puncak pertambahan bobot
lemak ini akan semakin intensif kalau ayam broiler kurang bergerak (Yulianti,
2007).
Salah satu dari beberapa bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan
lemak pada ayam pedaging adalah bagian di sekitar perut yang disebut lemak
2,63,6%. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan strain dan kandungan nutrisi
ransum, tingkat energi dan asam amino pada ransum nyata mempengaruhi lemak
16
Pemeliharaan intensif memungkinkan pergerakan ternak terkontrol, sehingga
tidak banyak energi yang terbuang, akibatnya ternak mengalami over energi dan
disimpan dalam bentuk lemak lemak abdomen. Adapun fungsi lemak abdomen
bantalan terhadap benturan, dan sebagai penahan dingin waktu suhu lingkungan
total lemak karkas, semakin tinggi kandungan lemak abdominal maka semakin
tinggi kandungan lemak karkas pada ayam broiler (Salam, 2013). Sejalan dengan
broiler berkisar antara 0,73% sampai 3,78%. Sehingga hal ini dianggap suatu
dikonsumsi dan juga dianggap hasil ikutan karkas yang menghamburkan energi
Crespo and Gracia (2001), bahwa dari beberapa hasil studi menunjukkan
pemberian pakan dengan kandungan Energi Metabolis (EM) lebih tinggi juga
berakibat pada peningkatan desposisi lemak tubuh, dan umumnya pakan yang
mengandung lemak tidak jenuh (unsaturated fat) memiliki Energi Metabolis lebih
17
tinggi. Sehingga, broiler yang diberi pakan dengan kandungan EM tinggi akan
banyak sebagai usaha untuk tetap nyaman dengan cara panting ( Salam, 2013).
bobot karkas dan bagian-bagian karkas yang dipelihara pada suhu sedang
memiliki berat yang lebih besar dibandingkan dengan pemeliharaan pada suhu
18
METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: ayam ras
komersil finisher, dan tepung daun kelor (Moriga oleifera Lam). Bahan-bahan
pendukung lainnya adalah: kertas koran, litter, plastik dan kertas label dan isolasi.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dibagi atas dua yaitu peralatan
peralatan brooding, lampu neon (40 watt), gasolek, tempat pakan, tempat air
Rancangan Penelitian
3) dengan menggunakan ayam ras pedaging strain Lohmann MB 202 dengan berat
awal 40 g, berumur satu hari (Day Old Chicks) berkelamin jantan (sexed)
19
1. Pakan Basal finisher tanpa tepung daun kelor (P0)
perlakuan terdiri atas 3 kali ulangan sehingga terdapat 9 unit percobaan masing-
masing diisi dengan 8 ekor ayam. Perlakuan pemberian tepung daun kelor
dilakukan melalui pakan dimulai setelah pertumbuhan usus halus telah maksimal
hari hingga akhir periode pemeliharaan (35 hari) dengan level penambahan sesuai
perlakuan.
Daun kelor yang digunakan berasal dari tanaman kelor lokal yang sehat.
Daun tanaman kelor segar dikumpulkan dan dipisahkan dari tangkai tanaman.
Pengeringan pada suhu ruang dilakukan selama tiga hari tanpa sinar matahari
hingga kadar air mencapai 20%. Penggilingan hingga halus dilakukan, dan
hasilnya berupa tepung ditimbang dan dicampurkan bersama dengan bahan pakan
20
Sampel tepung daun kelor yang digunakan dalam penyusunan ransum
Pemeliharaan
indukan, pada umur 12 hari ayam dipindahkan di kandang yang telah dibuat
berpetak-petak berukuran panjang 120 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 50 cm agar
perlakuan penambahan pakan tepung daun kelor (Moringa oleifera) pada ransum
finisher yakni pada umur 15-35. Petak kandang yang dibuat ditempatkan secara
berjejer dan pengacakan dilakukan pada setiap unit percobaan untuk mengisi
masing-masing satu petak kandang, setiap petak diisi 8 ekor ayam. Sumber cahaya
berasal dari dua buah lampu neon (40 watt) yang ditempatkan pada bagian atas
21
kandang setinggi 2 m. Lama pencahayaan selama penelitian masing-masing 24
jam.
pakan yaitu pakan starter berupa pakan komersil butiran (crumble) yang diberikan
pada umur 1-14 hari, dan pakan basal finisher ( umur 15 - 35 hari) yang
pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6. Pakan diberikan dua kali
dilakukan pada umur 1-7 hari, antibiotik komersil tidak diberikan, dan vaksinasi
22
hanya dilakukan pada umur 4 hari untuk penyakit ND dengan menggunakan
Tabel 7. Konsumsi pakan, tepung daun kelor dan air minum umur 15-35 hari
Tepung daun kelor Air minum
Perlakuan Pakan (g/ekor/hari)
(g/ekor/hari) (ml/ekor/hari)
P0 122,70 5,70 0,00 0,00 308,43 26,42
P1 131,09 6,48 2,62 0,13 312,6721,43
P2 129,43 14,43 5,18 0,60 319,13 45,90
Sumber: Yunus, 2016 (data belum dipublikasi)
Pada saat ayam berumur 35 hari, sebanyak 2 ekor dari setiap unit
Setelah itu, dipotong dan dipisahkan antara karkas dan nonkarkas, kemudian
dipersentasikan.
ekor dari setiap unit percobaan diambil secara acak, kemudian dilakukan
penimbangan berat hidup satu persatu sebagai berat badan akhir periode
leher dekat kepala dengan memotong vena jugularis, arteria carotis, esofagus dan
trakhea
23
Karkas unggas didefinisikan sebagai bagian dari tubuh unggas yang telah
disembelih, dicabut bulu, dikeluarkan isi rongga perut, dan dibersihkan tanpa
Berat karkas utuh adalah berat karkas secara keseluruhan yang terdiri atas
c. Persentasi Karkas
bulu, darah, kepala, leher, kaki dan organ dalam ( gram) dengan bobot hidup
yaitu bagian daging pada tulang radius ulna dan humerus dengan tulang-
tulangnya, dada yaitu dipotong pada persendian tulang rusuk sampai pada laju
pertautan tulang belikat dan clavicula dengan leher, paha yaitu bagian daging
yang melekat pada tulang pelvis tanpa tulang-tulangnya dengan ditambah daging
dan tulang paha, serta punggung yaitu bagian yang memanjang dari pangkal leher
24
Persentasi bagian-bagian karkas dapat dihitung dengan rumus sebagai
d. Persentasi Nonkarkas
yang telah dipisahkan dari karkas setelah pemotongan, terdiri atas: darah, kepala,
bulu, leher, kaki dan isi perut yang terdiri atas hati, gizzard, jantung dan usus,
tulang atlas pertama, leher dipotong pada tulang atlas ke-1 sampai tulang atlas ke-
14, kaki dipotong pada bagian persendian kaki (flock point), iscera (Usus)
dipotong pada bagian ventrikularis sampai kloaka dan jantung, hati serta gizzard
(Jull, 1972).
25
e. Persentasi Lemak Abdomen
lemak yang didapat dari lemak yang berada pada sekeliling gizzard dan lapisan
yang menempel antara otot abdomen serta usus dan selanjutnya ditimbang.
Analisis Data
j = 1, 2, 3, 4, 5,
Keterangan:
Yij = Hasil pengamatan dari peubah pada penggunaan ekstrak daun kelor ke-I
= Rata-rata pengamatan
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
berat badan akhir pada ayam untuk mendapatkan bobot potong, selanjutnya
karkas utuh broiler. Rataan berat hidup broiler dan berat karkas utuh yang
Tabel 8. Berat Badan Akhir (Bobot Potong) dan Berat Karkas Utuh Broiler
Rata- Rata Rata- Rata
Perlakuan
Berat Badan Akhir (gr) Berat Karkas Utuh (gr)
P0 1776.17 100.06 1199.3357.57
P1 1746.83 146.90 1186.1789.07
P2 1804.50 106.41 1230.3384.05
Ket: P0: Kontrol (0%); P1: 2%; P2: 4% Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)
pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera) pada percobaan P1 dan P2 tidak
berbeda nyata dengan P0 (kontrol). Hal ini diduga karena adanya kesamaan
manajemen dalam pemeliharaan, jenis klamin, dan umur yang seragam, bibit yang
sama serta kandungan asam amino yang kurang bervariasi dalam ransum yang
berat badan disebabkan secara langsung oleh ketersediaan asam amino pembentuk
Rata-rata berat badan akhir dan berat karkas utuh tertinggi terlihat pada
perlakuan P2 dengan pemberian tepung daun kelor sebanyak 4%. Hal ini diduga
27
adanya kinerja zat aktif dalam daun kelor berupa antibakteri dan antioksidan yang
cukup berperan dalam perbaikan dan meningkatkan kinerja organ dalam untuk
memicu pertumbuhan. Sesuai dengan pendapat Analisa (2007) bahwa zat aktif
dalam daun kelor yang mempunyai aktifitas antibakteri dan antioksidan yang
selenium, flavonoid, dan fenolik yang dapat memperbaiki kualitas daging dan
oksidasi zat yang mudah teroksidasi, serta menangkal radikal bebas oksigen
dengan berat potong yang didapatkan. Persentase karkas yang didapatkan dalam
28
Tabel 9. Persentase Karkas Broiler
Perlakuan
Bagian-Bagian Karkas
P0 P1 P2
Karkas Utuh (%)* 67.55 1.00 67.94 0.87 68.15 0.66
Bagian-Bagian Karkas (%)**
Paha 31.843 0.33 32.390 0.78 31.593 0.38
Dada 42.833 0.30 43.213 1.03 44.360 1.05
Punggung 14.220 0.19 13.263 0.42 13.343 0.36
Sayap 11.587 0.64 11.137 0.44 10.703 0.58
Ket: *: Persentasi terhadap Berat Hidup; **: Persentasi terhadap Berat Karkas
P0: Kontrol (0%); P1: 2%; P2: 4% Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)
penambahan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam ransum, P1 dan P2 tidak
berbeda nyata (P>0,05) dengan P0 (kontrol), dilihat dari persentase karkas utuh
karkas. Akan tetapi persentasi karkas terhadap berat hidup yang dihasilkan masih
North (1972) bahwa rata-rata berat karkas ayam berkisar antara 65-75% dari
terkecil yakni dada, paha, punggung kemudian sayap. Hal ini sejalan dengan
Didukung dengan pendapat Soeparno (1994) bahwa terdapat hubungan yang erat
antara berat karkas dan bagian-bagian karkas dengan berat potong. Semakin tinggi
berat karkas maka semakin tinggi pula persentase bagian karkas, sehingga apabila
29
dari hasil analisis bobot potong dan karkas didapat hasil yang tidak berpengaruh
bagian karkas yang didapatkan pada penelitian Zaenab, dkk (2005), yaitu
persentase bagian-bagian karkas terdiri dari persentase karkas dada sekitar 23,45
-25,5% dan dada merupakan bagian yang banyak mengandung daging, persentase
karkas paha sekitar 21,80%, persentase karkas punggung sekitar 20%, dan
dengan kadar 0%, 2% dan 4% berdasarkan Persentase karkas utuh dan bagian
(2005) bahwa dada merupakan bagian dari karkas yang banyak mengandung
daging, sebagai produk utama dari broiler. Namun pada bagian karkas lainnya
terbaik yang didapatkan yakni pada 2% >0%>4% dan pada bagian punggung
0%>4%>2%.
30
Persentase Bagian-Bagian Nonkarkas Broiler
persentase bobot nonkarkas broiler dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 10.
broiler yang diberikan tepung daun kelor (Moringa oleifera) masing-masing 0%,
2% dan 4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung daun kelor
non karkas dipengaruhi oleh pakan, jika kandungan nutrien di dalam ransum
akan lebih tinggi bila kebutuhan untuk produksi dan hidup pokok telah dipenuhi
31
metabolisme. Persentase darah yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar
mengatur panas tubuh dan untuk terbang juga berfungsi dalam keindahan fisik
ternak. Persentasi bulu yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 1,37-2,03%.
persentase bulu.
selain itu kaki berparan penting dalam menopang tubuh ternak. Rataan persentasi
kaki yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 3,91-3,99%. Penggunaan tepung
daun kelor (Moringa oleifera) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kaki
yang dihasilkan.
merupakan bagian organ yang masak dini artinya kepala tumbuh lebih awal,
bobot hidup.
dengan peningkatan bobot hidupnya (Bahij, 1991). Pemberian tepung daun kelor
32
(Moringa oleifera) dalam ransum dalam penelitian ini tidak berpengaruh secara
nyata terhadap persentasie leher broiler yang diperoleh. Hasil persentase leher
terdiri dari usus, hati, jantung dan gizzard. Pemberian tepung daun kelor (Moringa
oleifera) dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bagian-
ini antara lain: usus 4,72-4,81%, gizzard 1,75-2,12%, jantung 0,44-0,49 dan hati
bahwa Berat gizzard hasil penelitian meningkat sesuai dengan peningkatan bobot
diakibatkan oleh adanya penambahan jaringan otot jantung dan pada dinding
penelitian Bakrie et al., (2003) dalam Sidiq (2015) yakni mencapai 3,88%. Akan
tetapi persentase hati pada penelitian ini hampir sama dengan Erwan dan resmi
(2003) yaitu secara umum bobot hati berada pada kisaran normal yaitu 2-2,5%.
Dijelaskan bahwa hati merupakan organ masak dini yang pertumbuhannya pada
saat mencapai dewasa adalah konstan. Hati termasuk organ masak dini yang
yakni masih dalam kisaran normal sebagaimana dijelaskan oleh Maffudz (2009)
bahwa Persentase lemak abdominal ayam broiler berkisar antara 0,73% sampai
3,78%. Hasil rata-rata persentasi lemak abdomen dari P0, P1 dan P2 cenderung
33
mengalami penurunan yang menunjukkan bahwa kondisi perlemakan yang
olehnya itu semakin rendah persentasi lemak abdomen maka semakin baik sebab
menunjukkan bahwa semakin rendah pula kandungan lemak dalam daging. Ini
berarti energi yang dikonsumsi tidak berubah menjadi lemak melainkan terserap
disebabkan oleh pergerakan ayam yang aktif sehingga sebagian energi yang
dikonsumsi digunakan untuk pergerakan ayam yang aktif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anggorodi (1985) bahwa energi yang dikonsumsi dari ransum dapat
34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
penambahan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam ransum broiler tidak
berpengaruh nyata terhadap berat hidup akhir, berat karkas, persentase karkas dan
Saran
daun kelor lebih dari 4% karena pada penelitian ini tidak nampak adanya efek
35
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar., Triyantini dan H. Setianto. 1991. Kualitas Fisik Karkas Broiler (Studi
Kasusdi Empat Ibukota Propisi Pulau Jawa). Prosiding Seminar
Pengembangan Peternakan dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi
Nasional. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman
Purwekerto. Hlm. 31-35.
36
Cwayita, W. 2014. Effects of Feeding Moringa Oleifera Leaf Meal as An
Additive on Growth Performance Of Chicken, Physico- Chemical
Shelf-Life Indicators, Fatty Acids Profiles and Lipid Oxidation of
Broiler Meat. Masters Thesis Faculty of Science and Agriculture,
University of Fort Hare, Alice, South Africa.
Donovan, P. 2007. Moringa oleifera: The miracle tree. www.naturalnews.com
(Diakases 20 Juni 2015).
Erwan, E. dan Resmi. 2003. Pengaruh penggantian tepung ikan dengan tepung
limbah udang olahan dalam ransum terhadap bobot organ pencernaan
ayam lurik. Jurnal Ilmu- Ilmu Peternakan. 8 (2) : 145-153.
Fadli, H., Zohdin., Extander, R dan Bagas, M. 2011. Prosessing Broiler. Jurusan
peternakan. Fakultas pertanian. Universitas Bengkulu.
Fuglie, L. 2001. The Miracle Tree. (The Multiple Atributes of Moringa). CWS.
Dakar, Sinegal.
Gadzirayi, C.T and J. F. Mupangwa. 2014. Feed Intake and Growth Performance
of Indigenous Chicks Fed Diets with Moringa oleifera Leaf Meal as A
Protein Supplement During Early Brooding Stage. Int. J. Poult. Sci.,
13 (3): 145-150.
Gaspersz. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung.
Havenstein, G. B., P. R. Ferket and M. A. Qureshi. 2005. Growth, Livability and
Feed Conversion of 1957 versus 2001 broilers when fed representative
1957 and 2001 broiler diets. Poult. Sci. 82: 1500- 1508.
Jull, M.A., 1972. Poultry Husbandry. Tata McGraw Hill Publ. Co. Ltd., New
Delhi.
Makkar, H. P. S and Becker, K. 1996. Nutritional Value and Nutritional
Components of Whole and Extracted Moringa oleifera Leaves.
Animal Feed Science and Technology 63, 211 228.
Makkar, H. P. S and Becker, K. 1997. Nutrient and Anti Guality Factors on
Different Morphological Parts of the Moringa Tree. Journal of
Agricultural Science 128: 31.
Moyo, B., S. Oyedemi, P. J., Masika and V. Muchenje. 2011. Polyphenolic
Content and Antioxidant Properties of Moringa oleifera Leaf Meal
Extracts and Enzymatic Activity of Liver from Goats Supplemented
with Moringa oleifera/ Sunflower cake. Meat Sci., 02: 29.
37
Nirwana. 2011. Pemberian Berbagai Bentuk Ransum Berbahan Baku Lokal
terhadap Persentasi Karkas, Lemak Karkas dan Lemak Abdominal
Ayam Broiler. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Makassar.
NRC (National Research Centre).1994. Nutrient Requirements of Poultry.9ed.
National Academy Press, Washington DC.
Ogbe, A. O and J. P. Affiku. 2012. Effect of Polyherbal Aqueous Extract
(Moringa oleifera, Arabic Gum, and wild Ganoderma lucidum) in
Comparison with Antibiotic on Growth Performance and
Haematological Parameters of Broilers Chickens. Res. J. Recent Sci.,
1(7):10-18.[online article at:www.isca.in]
Oludoyi, I. A and A. A. Toye. 2012. The Effect of Early Feeding Moringa
oleifera Leaf Meal on Performance of Broiler and Pullet chicks.
Agrosearch, 12(2): 160-172.
Olugbemi, T. S., S. K. Mutayoba, and F. P. Lekule. 2010. Effect of Moringa
oleifera Inclusion in Cassava Based Diets Feed to Broiler Chickens.
Int. J. Poult. Sci., 9: 363-367.
Pamungkas, G. S. 2014. Persentase Bagian Karkas Dan Non Karkas Broiler
dengan Ransum yang Mengandung Lumpur Digestat Kotoran Ayam
Petelur Hasil Fermentasi Kapang Aspergillus Niger. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Setia Budi.
Prilyana, J.D., 1984. Pengaruh Pembatasan Pemberian Jumlah Ransum terhadap
Persentase Karkas, Lemak Abdominal, Lemak Daging Paha dan
Bagian-bagian Giblet Ayam Pedaging. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
38
Sarjono, H. T. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera,
Lam) Dalam Pakan Terhadap Persentase Karkas, Persentase Deposisi
Daging Dada, Persentase Lemak Abdominal Dan Kolesterol Daging
Ayam Pedaging. Fakultas Bioteknologi. Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Scott ML, Nesheim MC, Young RJ. 1982. Nutrition of Chicken, 3rdEdition. New
York (US): M L Scott and Associates.
Sidiq, S. 2015. Pengaruh Pemberian Tepung Pucuk Indigofera Zollingeriana
untuk Substitusi Bungkil Kedelai terhadap Komposisi Karkas dan Non
Karkas Ayam Broiler. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
39
Waldroup, P.W., Rondon, E.O dan Fritts C.A., 2003. Comparison of Bio-Mos and
Antibiotic Feeding Progmms in Broiler Diets Containiig Copper
Sulfate. International Journal of Poultry Science 2 (1) : 28-31
Wangcharoen, W and S. Gomolmanee. 2013. Antioxidant Activity Changes
During Hot-Air Drying of Moringa oleifera Leaves. Maejo Int. J. Sci.
Technol., 7(3): 35-363.
Whitehead, C. C, J. Armstrong and K. M. Herron. 1990. The Growth to Maturity
of Lean and Fat Lines of Broiler Chickens Given Diets of Different
Protein Content: Body Composition, Plasma Lipoprotein
Concentration and Initial Egg Production. Anim. Prod. 50:183 190.
Winedar, H., Listyawati, S dan Sutarno. 2004. Daya Cerna Protein Pakan,
Kandungan Protein Daging, dan Pertambahan Berat Badan Ayam
Broiler setelah Pemberian Pakan yang Difermentasi dengan Effective
Microorganisms-4 (EM-4). Universitas Sebelas Maret (UNS).
Surakarta.
Witantra. 2011. Pengaruh Pemberian Lisin dan Metionin Terhadap Persentase
Karkas dan Lemak Abdominal pada AyamPedaging Asal Induk Bibit
Mudadan Induk Bibit Tua. Artikel Ilmiah. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Yulianti, D. 2007. Persentase Berat Karkas dan Berat Lemak Abdominal Broiler
yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Daun Katuk (Sauropus
Androgynus), Tepung Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica) dan
Kombinasinya. Fakultas Peternakan. Universitas hasanuddin.
Zaenab, A. B., Bakrie, T., Ramadhan dan Nasrullah. 2005. Pengaruh Pmberian
Jamu Ayam Terhadap Kualitas Karkas Ayam Buras Potong. Balai
Pengkajian Tekhnologi Pertanian DKI Jakarta, Jakarta.
40
LAMPIRAN I
1. DOKUMENTASI
41
Pencampuran pakan
42
LAMPIRAN II
43
% BH 2.32 2.6033 1.9144 1.9322 2.0992 2.324 2.3063 2.103 2.0324
10 Berat leher 79 54 81 78 75 97 75 79 76
78 69 82 72 59 82 71 70 66
Rata-Rata 78.5 61.5 81.5 75 67 89.5 73 74.5 71
% BH 4.67 3.4805 4.334 4.459 4.0767 4.674 4.317 3.917 3.9
11 Karkas Utuh 1189 1150 1250 1188 1183 1278 1275 1298 1228
1085 1271 1251 1085 1083 1300 1010 1322 1249
Rata-Rata 1137 1210.5 1250.5 1136.5 1133 1289 1142.5 1310 1238.5
% BH 67.64 68.506 66.498 67.568 68.938 67.31 67.564 68.87 68.031
Lemak
30 31 31 18 9 18 18 16 21
12 Abdomen
28 27 30 16 37 20 18 5 16
Rata-Rata 29 29 30.5 17 23 19 18 10.5 18.5
% BH 1.725 1.6412 1.6219 1.0107 1.3995 0.992 1.0645 0.552 1.0162
% BK 2.551 2.3957 2.439 1.4958 2.03 1.474 1.5755 0.802 1.4937
13 Berat Paha 369 385 398 378 373 441 400 385 403
350 382 408 372 341 401 328 431 384
Rata-Rata 359.5 383.5 403 375 357 421 364 408 393.5
% BH 21.39 21.703 21.43 22.295 21.722 21.98 21.526 21.45 21.615
% BK 31.62 31.681 32.227 32.996 31.509 32.66 31.86 31.15 31.772
14 Berat Dada 496 467 558 523 510 511 581 628 505
470 575 517 464 490 574 434 561 567
Rata-Rata 483 521 537.5 493.5 500 542.5 507.5 594.5 536
% BH 28.73 29.485 28.583 29.34 30.423 28.33 30.012 31.26 29.442
% BK 42.48 43.04 42.983 43.423 44.131 42.09 44.42 45.38 43.278
Berat
183 176 184 155 169 179 159 160 179
15 Punggung
143 171 166 136 134 172 141 184 162
Rata-Rata 163 173.5 175 145.5 151.5 175.5 150 172 170.5
% BH 9.697 9.8189 9.306 8.6504 9.2181 9.164 8.8705 9.043 9.3656
% BK 14.34 14.333 13.994 12.802 13.372 13.62 13.129 13.13 13.767
16 Berat Sayap 141 122 146 132 131 147 135 125 141
122 143 160 113 118 153 107 146 136
Rata-Rata 131.5 132.5 153 122.5 124.5 150 121 135.5 138.5
% BH 7.823 7.4986 8.1361 7.283 7.5753 7.833 7.1555 7.124 7.6078
% BK 11.57 10.946 12.235 10.779 10.989 11.64 10.591 10.34 11.183
44
LAMPIRAN III
HASIL ANALISIS SIDIK RAGAM ( SPSS)
BERAT BADAN AKHIR
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.HIDUP
UNIT Mean Std. Deviation N
0 1776.1667 100.06540 3
1 1746.8333 146.90331 3
2 1804.5000 106.40606 3
Total 1775.8333 106.54840 9
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:BERAT.HIDUP
Source Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4988.667a 2 2494.333 .174 .844
Intercept 2.838E7 1 2.838E7 1984.037 .000
UNIT 4988.667 2 2494.333 .174 .844
Error 85831.833 6 14305.306
Total 2.847E7 9
Corrected Total 90820.500 8
a. R Squared = .055 (Adjusted R Squared = -.260)
Estimated Marginal Means
Grand Mean
Dependent Variable:BERAT.HIDUP
95% Confidence Interval
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
1775.833 39.868 1678.279 1873.387
Post Hoc Tests UNIT
Multiple Comparisons
Dependent Variable:BERAT.HIDUP
(I) UNIT (J) UNIT Mean 95% Confidence Interval
Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
LSD 0 1 29.3333 97.65690 .774 -209.6245 268.2912
2 -28.3333 97.65690 .781 -267.2912 210.6245
1 0 -29.3333 97.65690 .774 -268.2912 209.6245
2 -57.6667 97.65690 .576 -296.6245 181.2912
2 0 28.3333 97.65690 .781 -210.6245 267.2912
1 57.6667 97.65690 .576 -181.2912 296.6245
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 14305.306.
Homogeneous Subsets
BERAT.HIDUP
UNIT Subset
N 1
Duncana,b 1 3 1746.8333
0 3 1776.1667
2 3 1804.5000
Sig. .588
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 14305.306.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
45
BERAT KARKAS UTUH
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.KARKAS.UTUH
PERLAKUAN Mean Std. Deviation N
P0 1199.33 57.568 3
dimensi P1 1186.17 89.073 3
on1 P2 1230.33 84.048 3
Total 1205.28 70.453 9
46
PERSENTASE BERAT KARKAS UTUH
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.KARKAS
UNIT Mean Std. Deviation N
0 67.5500 1.00802 3
1 67.9400 .87573 3
2 68.1533 .66365 3
Total 67.8811 .79124 9
BERAT.KARKAS
UNIT Subset
N 1
Duncana,b 0 3 67.5500
1 3 67.9400
2 3 68.1533
Sig. .438
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .741.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
47
PERSENTASE BERAT DARAH
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.DARAH
UNIT Mean Std. Deviation N
0 4.2433 .50540 3
3.9533 .33501 3
2 4.3433 .36665 3
Total 4.1800 .39535 9
48
PERSENTASE BERAT BULU
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.BULU
UNIT Mean Std. Deviation N
0 1.3667 .57830 3
1 2.0333 .77784 3
2 1.8067 .65225 3
Total 1.7356 .65376 9
UNITMultiple Comparisons
Dependent Variable:BERAT.BULU
(I) UNIT (J) UNIT Mean 95% Confidence Interval
Difference Lower
(I-J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD 0 dimension 1 -.6667 .55074 .272 -2.0143 .6809
3 2 -.4400 .55074 .455 -1.7876 .9076
1 dimension 0 .6667 .55074 .272 -.6809 2.0143
dimension2
3 2 .2267 .55074 .695 -1.1209 1.5743
2 dimension 0 .4400 .55074 .455 -.9076 1.7876
3 1 -.2267 .55074 .695 -1.5743 1.1209
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .455.
Homogeneous Subsets
BERAT.BULU
UNIT Subset
N 1
Duncana,b 0 3 1.3667
2 3 1.8067
1 3 2.0333
Sig. .286
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .455.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
49
PERSENTASE BERAT KAKI
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.KAKI
UNIT Mean Std. Deviation N
0 3.9367 .11504 3
1 3.9933 .25502 3
2 3.9067 .26083 3
Total 3.9456 .19501 9
50
PERSENTASE BERAT KEPALA
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.KEPALA
UNIT Mean Std. Deviation N
0 2.5900 .03606 3
1 2.4600 .08185 3
2 2.4567 .09018 3
Total 2.5022 .09148 9
Dependent Variable:BERAT.KEPALA
Source Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model .035a 2 .017 3.225 .112
Intercept 56.350 1 56.350 10478.314 .000
UNIT .035 2 .017 3.225 .112
Error .032 6 .005
Total 56.417 9
Corrected Total .067 8
a. R Squared = .518 (Adjusted R Squared = .357)
Estimated Marginal Means
Grand Mean
Dependent Variable:BERAT.KEPALA
95% Confidence Interval
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
2.502 .024 2.442 2.562
Post Hoc Tests
UNIT
Multiple Comparisons
Dependent Variable:BERAT.KEPALA
(I) UNIT (J) UNIT Mean 95% Confidence Interval
Difference Lower
(I-J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD 0 1 .1300 .05988 .073 -.0165 .2765
dimension3
2 .1333 .05988 .068 -.0132 .2798
dimension 1 0 -.1300 .05988 .073 -.2765 .0165
dimension3
2 2 .0033 .05988 .957 -.1432 .1498
2 0 -.1333 .05988 .068 -.2798 .0132
dimension3
1 -.0033 .05988 .957 -.1498 .1432
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .005.
Homogeneous Subsets
BERAT.KEPALA
UNIT Subset
N 1
Duncana,b 2 3 2.4567
1 3 2.4600
0 3 2.5900
Sig. .075
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .005.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
51
PERSENTASE BERAT USUS
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.USUS
UNIT Mean Std. Deviation N
0 4.7167 .38371 3
1 4.8133 .23352 3
2 4.7867 .10693 3
Total 4.7722 .23488 9
52
PERSENTASE BERAT GIZARD
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.GIZARD
UNIT Mean Std. Deviation N
0 1.7467 .08622 3
1 2.1233 .49217 3
2 1.7900 .14731 3
Total 1.8867 .31575 9
53
PERSENTASE BERAT JANTUNG
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.JANTUNG
UNIT Mean Std. Deviation N
0 .4367 .04041 3
1 .4933 .06658 3
2 .4533 .02887 3
Total .4611 .04859 9
Homogeneous Subsets
BERAT.JANTUNG
UNIT Subset
N 1
Duncana,b 0 3 .4367
2 3 .4533
1 3 .4933
Sig. .211
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .002.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
54
PERSENTASE BERAT HATI
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.HATI
UNIT Mean Std. Deviation N
0 2.2767 .34704 3
1 2.1167 .19553 3
2 2.1467 .14572 3
Total 2.1800 .22450 9
Multiple Comparisons
Dependent Variable:BERAT.HATI
(I) UNIT (J) UNIT Mean 95% Confidence Interval
Difference Std.
(I-J) Error Sig. Lower Bound Upper Bound
LSD 0 1 .1600 .19994 .454 -.3292 .6492
dimension3
2 .1300 .19994 .540 -.3592 .6192
dimension 1 0 -.1600 .19994 .454 -.6492 .3292
dimension3
2 2 -.0300 .19994 .886 -.5192 .4592
2 0 -.1300 .19994 .540 -.6192 .3592
dimension3
1 .0300 .19994 .886 -.4592 .5192
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .060.
Homogeneous Subsets
BERAT.HATI
UNIT Subset
N 1
Duncana,b 1 3 2.1167
2 3 2.1467
0 3 2.2767
Sig. .468
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .060.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
55
PERSENTASE BERAT LEHER
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT.LEHER
UNIT Mean Std. Deviation N
0 4.1600 .61294 3
1 4.4033 .29905 3
2 4.0467 .23692 3
Total 4.2033 .39399 9
56
PERSENTASE LEMAK ABDOMEN
Descriptive Statistics
Dependent Variable:LEMAK.ABD
UNIT Mean Std. Deviation N
0 2.4633 .07767 3
1 1.6667 .31501 3
2 1.2900 .42673 3
Total 1.8067 .58395 9
Multiple Comparisons
Dependent Variable:LEMAK.ABD
(I) UNIT (J) UNIT Mean 95% Confidence Interval
Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
LSD 0 1 .7967* .25270 .020 .1783 1.4150
dimension3
2 1.1733* .25270 .004 .5550 1.7917
1 0 -.7967* .25270 .020 -1.4150 -.1783
dimension2 dimension3
2 .3767 .25270 .187 -.2417 .9950
2 0 -1.1733* .25270 .004 -1.7917 -.5550
dimension3
1 -.3767 .25270 .187 -.9950 .2417
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .096.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
LEMAK.ABD
UNIT Subset
N 1 2
Duncana,b 2 3 1.2900
1 3 1.6667
0 3 2.4633
Sig. .187 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .096.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
57
PERSENTASE PAHA
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PAHA
UNIT Mean Std. Deviation N
0 31.8433 .33620 3
1 32.3900 .78083 3
2 31.5933 .38657 3
Total 31.9422 .58527 9
58
PERSENTASE DADA
Descriptive Statistics
Dependent Variable:DADA
UNIT Mean Std. Deviation N
0 42.8333 .30746 3
1 43.2133 1.03558 3
2 44.3600 1.05128 3
Total 43.4689 1.02068 9
Homogeneous Subsets
DADA
UNIT Subset
N 1
Duncana,b 0 3 42.8333
1 3 43.2133
2 3 44.3600
Sig. .083
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .757.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
59
PERSENTASE PUNGGUNG
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PUNGGUNG
UNIT Mean Std. Deviation N
0 14.2200 .19925 3
1 13.2633 .42028 3
2 13.3433 .36950 3
Total 13.6089 .54725 9
Homogeneous Subsets
PUNGGUNG
UNIT Subset
N 1 2
Duncana,b 1 3 13.2633
2 3 13.3433
0 3 14.2200
Sig. .785 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .118.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
60
PERSENTASE SAYAP
Descriptive Statistics
Dependent Variable:SAYAP
UNIT Mean Std. Deviation N
0 11.5867 .64516 3
1 11.1367 .44837 3
2 10.7033 .43132 3
Total 11.1422 .58919 9
Multiple Comparisons
Dependent Variable:SAYAP
(I) UNIT (J) UNIT Mean 95% Confidence Interval
Difference Std.
(I-J) Error Sig. Lower Bound Upper Bound
LSD 0 1 .4500 .42251 .328 -.5838 1.4838
dimension3
2 .8833 .42251 .082 -.1505 1.9172
dimension 1 0 -.4500 .42251 .328 -1.4838 .5838
dimension3
2 2 .4333 .42251 .345 -.6005 1.4672
2 0 -.8833 .42251 .082 -1.9172 .1505
dimension3
1 -.4333 .42251 .345 -1.4672 .6005
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .268.
Homogeneous Subsets
SAYAP
UNIT Subset
N 1
Duncana,b 2 3 10.7033
1 3 11.1367
0 3 11.5867
Sig. .090
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .268.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
61
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
62