Analisis Kandungan Bakteri Coliform Dan E-Coli

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 69

ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI Coliform

DAN Escherichia coli PADA AIR MINUM DALAM


KEMASAN DAN AIR MINUM ISI ULANG
DI KECAMATAN SUKARAME
BANDAR LAMPUNG

Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam
Ilmu Biologi

Oleh:
ANNISA AULIA RESTIYANI
NPM. 1711060143
Prodi: Pendidikan Biologi

Pembimbing I : Dr. Rina Budi Satiyarti, M.Si.


Pembimbing II : Iip Sugiharta, M.Si.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H/2021 M

i
ABSTRAK

ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI COLIFORM I DAN


ESCHERICHIA COLI PADA AIR MINUM DALAM KEMASAN
DAN AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN SUKARAME
BANDAR LAMPUNG
Oleh:
Annisa Aulia Restiyani
1711060143
Air minum menjadi kebutuhan penting dan pokok bagi makhluk
hidup. Pasalnya 75% tubuh manusia terisi dengan air. Air minum yang
dikonsumsi harus melalui pengolahan maksimal untuk menghindari
kontaminasi bakteri. Escherichia dan Coliform sering dijadikan
sebagai indikator kontaminasi pada air minum, menandakan adanya
mikroba patogen. Tujuan penelitian untuk mengetahui adakah
kandungan bakteri Coliform dan Escherichia coli pada air minum
dalam kemasan dan air minum isi ulang yang ada di Kecamatan
Sukarame, tergolong memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat
Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010.
Penelitian di Laboratorium Balai Veteriner Kota Bandar Lampung.
Sampel air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang diambil di
Kecamatan Sukarame dengan teknik pengambilan sampel, sampel
jenuh. Metode yang digunakan, yaitu metode Angka Paling Mungkin
(APM) tabung seri 3 untuk mengetahui total Coliform dan Escherichia
coli pada sampel, menghitung jumlah mikroorganisme mengunakan
media kultur cair di dalam tabung reaksi.
Hasil penelitian yang didapatkan dari 16 sampel air minum 1
sampel positif mengandung bakteri Coliform dengan nilai APM
Coliform 43/100 ml, yaitu pada sampel air minum isi ulang yang tidak
memenuhi syarat Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 dan 15
telah memenuhi syarat Permenkes dengan nilai APM Coliform <3/100
ml. Seluruh sampel tidak mengandung bakteri Escherichia coli telah
memenuhi syarat Permenkes nilai APM Escherichia coli <3/100 ml.
Ada beberapa faktor terjadinya kontaminasi bakteri Coliform pada 1
sampel air minum isi ulang, yaitu lokasi depot air minum yang berada
dipinggir jalan, kondisi depot yang kurang terawat, kurang menjaga
kebersihan, dan tidak melakukan pemeriksaan secara rutin.

Kata kunci: Coliform, Escherichia coli, air minum dalam kemasan, air
minum isi ulang, dan Angka Paling Mungkin (APM).

ii
MOTTO

َ ُ‫… َو َج َع ۡهىَا ِم َه ۡٱن َمآ ِء ُك َّم َش ۡي ٍء َح ٍّۚي أَفَ ََل ي ُۡؤ ِمى‬
٠٣ ‫ىن‬

“…Dan Kami Jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari


air, maka mengapa mereka tidak beriman?”(Q.S Al-Anbiya’:30)

vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Saya ucapkan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua yang Saya sayangi, Suyatno dan Rusmiyati
yang telah bekerja keras dan mendukung Saya selama menjalani
pendidikan hingga saat ini, serta selalu memberikan kasih
sayang kepada keluarga. Semoga selalu dalam lindungan Allah
SWT.
2. Seluruh keluarga yang telah mendoakan dan mendukung Saya.
3. Almamater kebanggaan, Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.

vii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Annisa Aulia Restiyani, lahir pada hari Rabu


tanggal 7 April 1999 di Bandar Lampung. Tempat tinggal dari kecil di
Bandar Lampung. Putri pertama dari Bapak Suyatno dan Ibu
Rusmiyati. Mengawali pendidikan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1
pada tahun 2004. Melanjutkan ke jenjang sekolah dasar di MIN
Sukajawa atau MIN 9 Bandar Lampung. Mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler Pramuka, seni musik, seni tari, dan paduan suara.
Lulus pada tahun 2011 dan melanjutkan ke jenjang pendidikan
menengah pertama di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung, aktif
dalam bidang akademik dan non akademik, seperti lomba cerdas
cermat antar sekolah, aktif dalam ekstrakulikuler Hisbul Wathan, dan
Pasukan Baris Berbaris (PBB). Kemudian melanjutkan pendidikan
kejenjang menengah atas di MAN 1 Bandar Lampung, dengan aktif
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler multilingual club, dengan
mempelajari bahasa inggris, bahasa korea, dan bahasa mandarin.
Lulus pada tahun 2017 dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Prodi Pendidikan Biologi.

viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam
semoga selalu tersampaikan kepada nabi yang selalu disanjung
agungkan, yakni Nabi Muhammad SAW yang dinantikan syafaatnya
dihari akhir kelak.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana (S.Pd) dalam ilmu Pendidikan Biologi di Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung dengan judul ―Analisis Kandungan Bakteri Colifom dan
Escherichia coli pada Air Minum Dalam Kemasan dan Air Minum Isi
Ulang di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung‖. Dalam menyusun
skripsi ini penulis merasa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dan
penulisan. Oleh sebab itu, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
menjadi manfaat sebagaimana mestinya, dan mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun.
Dalam penulisan skripsi ini banyak bantuan yang penulis terima
dukungan dan bantuan dari beberapa pihak, baik berupa materil
ataupun moril. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang mendukung dalam menyelesaikan
skripsi ini. Sacara khusus mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Nirvana Diana, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Dr. Eko Kuswanto, M.Si selaku ketua Prodi Pendidikan Biologi
UIN Raden Intan Lampung.
3. Dr. Rina Budi Satiyarti, M.Si selaku pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing penulis.
4. Iip Sugiarta, M.Si selaku pembimbing II, yang telah
membimbing dan memberikan dukungan dalam penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Nurhaida Widiani, M.Biotech selaku Pembimbing Akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan khususnya Prodi Pendidikan Biologi yang telah
memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis selama
menempuh perkuliahan.

ix
7. Abi, Umi, dan adik-adik yang telah mendukung, bekerja keras,
dan mendoakan penulis.
8. Sahabat-sahabat terbaik yang telah mendukung dan memberi
semangat, serta membantu satu sama lain dalam kebaikan.
9. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2017 khususnya
kelas F, terima kasih atas dukungan dan momen
kebersamaannya.

Bandar Lampung, 3 Oktober 2021


Penulis,

Annisa Aulia Restiyani


1711060143

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i


ABSTRAK ......................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ................................................................. iii
PERSETUJUAN ............................................................................... iv
PENGESAHAN ................................................................................. v
MOTTO ............................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................ vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ......................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ............................................................. 2
C. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................. 14
D. Rumusan Masalah .................................................................... 15
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 15
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 16
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................... 16
H. Sistematika Penulisan ............................................................... 18
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Air Minum ................................................................................ 20
1. Pengertian Air Minum ....................................................... 20
2. Sumber Air Minum............................................................ 20

xi
3. Persyaratan Air Minum ..................................................... 22
4. Penyakit Akibat Kontaminasi Air ...................................... 25
B. Bakteri Coliform ....................................................................... 28
C. Bakteri Escherichia coli............................................................ 29
D. Air Minum Dalam Kemasan ..................................................... 30
1. Pengertian Air Minum Dalam Kemasan ................................ 30
2. Standar Mutu Air Minum Dalam Kemasan .......................... 31
3. Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan ....................... 33
C. Air Minum Isi Ulang ................................................................ 36
1. Pengertian Air Minum Isi Ulang ........................................... 36
2. Standar Mutu Air Minum Isi Ulang ....................................... 36
3. Proses Produksi Air Minum Isi Ulang ................................... 37
D. Penelitian sebagai Sumber Belajar............................................ 40
E. Angka Paling Mungkin (APM) atau Most Probable Number
(MPN) ........................................................................................... 41
F. Kerangka Berpikir ..................................................................... 43
G. Pengajuan Hipotesis ................................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 45
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................... 45
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................ 45
D. Definisi Operasional Variabel .................................................. 46
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 46
1. Pengambilan Sampel ............................................................. 46
2. Alat dan bahan ....................................................................... 46
3. Cara Kerja ............................................................................. 47
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 49

xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian......................................................................... 51
B. Pembahasan .............................................................................. 54
1. Air Minum Dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang ......... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 65
B. Rekomendasi ............................................................................ 65
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Angka Paling Mungkin (APM)
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 3 Hasil Pengujian Laboratorium Veteriner
Lampiran 4 Surat Menyurat

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Depot Air Minum Isi Ulang....................... 12


Tabel 1. 2 Data Perusahaan Penghasil Air Minum Dalam Kemasan di
Lampung ........................................................................................... 12
Tabel 2. 1 Parameter Wajib Air Minum............................................ 24
Tabel 2. 2 Syarat Mutu Air Minum Dalam Kemasan ....................... 32
Tabel 4. 1 Hasil Penelitian Perhitungan APM dan Banyaknya Sampel
yang Mengandung Bakteri Coliform dan Escherichia coli ................ 51
Tabel 4. 2 Hasil Uji Pendugaan Air Minum Dalam Kemasan dan Air
Minum Isi Ulang ............................................................................... 52
Tabel 4. 3 Hasil Uji Penegasan Air Minum Isi Ulang ....................... 53
Tabel 4. 4 Hasil Uji Pelengkap Sampel Air Minum Positif .............. 53
Tabel 4. 5 Nilai APM/ml Coliform dan Escherichia coli Air Minum
Dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang ....................................... 54

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Generator Ozon Pengolahan Air Minum .................... 35


Gambar 2. 2 Sistem Injeksi Ozon Pengolahan Air Minum Skala
Kecil .................................................................................................. 35
Gambar 2. 3 Susunan Detail Peralatan Penyaringan ........................ 39
Gambar 2. 4 Contoh Aplikasi Penggunaan Desinfektan Ozon Untuk
Pengolahan Air Minum Skala Kecil .................................................. 39

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Skripsi berjudul “Analisis Kandungan Bakteri Coliform dan
Escherichia coli pada Air Minum Dalam Kemasan dan Air
Minum Isi Ulang di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung”.
Judul ini perlu ditegaskan dengan beberapa definisi untuk
memperjelas maksud dan arti dari judul tersebut, yaitu sebagai
berikut:
1. Analisis ialah studi tentang suatu kejadian perlakuan untuk
menentukan kondisi sebenarnya.1
2. Bakteri Coliform merupakan salah satu indikator kondisi dan
sanitasi yang buruk terhadap air serta kebersihan pengolahan
pangan. Bakteri Coliform ialah bakteri yang kebanyakan
ditemukan pada kotoran hewan dan manusia, serta termasuk
dalam famili Enterobacteriaceae, tergolong bakteri aerobik,
bentuk batang, bakteri gram negatif, dan mampu
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas
pada suhu 35 C dalam 48 jam.2
3. Bakteri Escherichia coli dijadikan sebagai indikator higienis
dan sanitasi dalam pangan dan kualitas air minum yang buruk.
Escherichia coli termasuk kelompok bakteri Coliform yang
berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob, bakteri gram
negatif, flora alami pada usus mamalia. Terdiri dari Escherichia
coli non patogen yang hidup secara alami di saluran pencernaan
manusia dan hewan serta Escherichia coli patogen sebagai
penyebab diare, infeksi, dan keracunan. 3
4. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ialah air dengan melalui
proses pengolahan, tidak menggunakan bahan pangan, dan

1
―https://kbbi.web.id/analisis,‖ n.d.
2
Priyo Waspodo Ingrid Suryanti Surono, Agus Sudibyo, Pengantar
Keamanan Pangan untuk Industri Pangan (Yogyakarta: Deepublish, 2016),
https://books.google.co.id/books?id=T6R3DAAAQBAJ.
3
Winiati P. Rahayu, Siti Nurjanah, dan Ema Komalasari, Escherichia coli:
Patogenitas, Analisis, dan Kajian Risiko, vol. 53 (Bogor: IPB Press, 2018).
1
2

tambahan bahan lainnya, kemudian disimpan dalam kemasan,


juga aman bagi yang mengonsumsi.4
5. Air Minum Isi Ulang (AMIU) ialah air minum yang proses
produksinya dikelola oleh badan usaha pengolahan air minum,
yaitu depot air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam jumlah besar dan belum dikemas. 5

B. Latar Belakang Masalah


Air menjadi salah satu aspek terpenting untuk kehidupan manusia,
hewan, tumbuhan, dan alam semesta. 6 Air sebagai sumber daya alam,
keberadaannya memiliki manfaat yang beragam serta dapat
mempengaruhi berbagai aktivitas kehidupan.7 Penggunaan air yang
terus-menerus akan mengakibatkan berkurannya persediaan air. Hal
tersebut menjadi alasan makhluk hidup untuk dapat menggunakan air
secara bijak, tidak boros, dan juga melindungi air dari pencemaran.8
Pencemaran air terjadi ketika mikroorganisme, bahan kimia beracun,
limbah industri, dan limbah rumahan secara bersamaan
mengontaminasi permukaan air dan sumber daya air.9
Air sebagai salah satu sarana utama dalam meningkatkan
kesehatan, kualitas air yang digunakan dan dikonsumsi dapat

4
Standar Nasional Indonesia dan Badan Standardisasi Nasional, Air
Mineral, 2015.
5
Prayudhy Yushananta dan Mei Ahyanti, ―Risiko Fotoreaktivasi terhadap
Kualitas Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang,‖ Jurnal Kesehatan 8, no. 2 (2017): 212,
https://doi.org/10.26630/jk.v8i2.482.
6
Fitrah Amelia, ―Identifikasi Bakteri Coliform pada Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) yang diproduksi di Kota Batam,‖ Simbiosa 8, no. 1 (2019): 85–92,
https://doi.org/10.33373/sim-bio.v8i1.1907.
7
Victoria Ire Tominik dan Mustika Sari H Hutabarat, ―Analisis Uji Kualitas
Bakteriologis Air Minum Isi Ulang (AMIU) Menggunakan Metode MPN pada
Pengolahan Air Sistem Reverse Osmosis (RO) dan Sistem Ultra Violet (UV),‖ Jurnal
Kesehatan Selmakers Perdana 1, no. 1 (2018): 20–24.
8
Maria Fransisca Zega dan Hasruddin, ―Uji Coliform dan Escherichia coli
pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Medan Deli,‖ Jurnal Biosains 4, no. 1
(2018): 11.
9
M K Daud, Muhammad Nafees, Shafaqat Ali, Muhammad Rizwan, Raees
Ahmad Bajwa, Muhammad Bilal Shakoor, Muhammad Umair Arshad, Shahzad Ali,
et al., ―Drinking Water Quality Status and Contamination in Pakistan,‖ BioMed
Research International, 2017, https://doi.org/https://doi.org/10.1155/2017/7908183.
3

mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. 10 Suplai air yang buruk


dan tidak layak sebagai sumber baku air minum memiliki risiko
kesehatan terbesar bagi masyarakat, maka perlu dipastikan sumber
baku air minum yang digunakan tidak tercemar. Air tanpa pengolahan
yang baik dapat memperburuk kualitas air dan menyebabkan efek
buruk bagi masyarakat. 11
Makhluk hidup terutama manusia sangat membutuhkan air bersih
sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari ataupun sebagai konsumsi air
minum.12 Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian lebih dalam memilih
sumber air baku untuk menjamin kualitas air minum. Sumber air baku
yang digunakan umumnya, yaitu air permukaan dan air bawah
permukaan. Air permukaan terdiri dari danau, air hujan, sungai, laut,
dan rawa. Air bawah permukaan terdiri dari mata air dan air sumur, air
sumur terbagi menjadi beberapa hal, yaitu air sumur dangkal (sumur
gali) dan sumur dalam (sumur bor). Sumber baku air minum yang
digunakan untuk air isi ulang berasal dari mata air, sumur gali, sumur
bor, dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). 13 Seperti dalam
firman-Nya yang menjelaskan dari mata air dan air hujan di
pegunungan sesungguhnya semua itu dapat dinikmati sebagai sumber
air dalam Al quran surat Al-Mursalat ayat 27:
ٖ ‫ي َٰ َش ِم َٰ َخ‬
٧٢ ‫ت َوأَ ۡسقَ ۡي َٰىَ ُكم َّمآءٗ فُ َس ٗاتا‬ َ ‫َو َج َع ۡهىَا فِيهَا َز َٰ َو ِس‬
Artinya:‖dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan
Kami beri minum kamu dengan air tawar?‖ (Q.S Al-Mursalat:27)
Dalam Al quran Allah telah menjelaskan bahwasanya Allah
menurunkan air yang sangat bersih untuk kehidupan di bumi sebagai
rahmat dari-Nya, terdapat dalam Surat Al Furqan ayat 48-49:

10
Dini Hariyanti Adam, ―Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Sekitar
Kampus Universitas Labuhan Batu Rantauprapat,‖ Jurnal Pendidikan Biologi Nukleus
5, no. 2 (2019): 35.
11
Daud, Nafees, Ali, Rizwan, Bajwa, Shakoor, Arshad, Ali, et al.,
―Drinking Water Quality Status and Contamination in Pakistan,‖ 2.
12
Abd Gafur dan Andi Darma Kartini, ―Studi Kualitas Fisik Kimia dan
Biologis pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merek yang Beredar di Kota
Makassar Tahun 2016,‖ Journal Higiene 3, no. 1 (2016).
13
Ari Khoeriyah dan Anies, ―Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat,‖ Majalah Kedokteran
Bandung 47, no. 3 (2015): 137–44, https://doi.org/10.15395/mkb.v47n3.594.
4

ٗ‫ي أَ ۡز َس َم ٱن ِّس َٰيَ َح ب ُۡش َۢ َسا بَ ۡي َه يَ َد ۡي َز ۡح َمتِ ٍّۚ ِهۦ َوأَوز َۡنىَا ِم َه ٱن َّس َمآ ِء َمآء‬ ٓ ‫َوهُ َى ٱنَّ ِر‬
‫يسا‬ ٗ ِ‫ي َكث‬ َّ ‫َاس‬ِ ‫ي ِب ِهۦ بَ ۡه َد ٗة َّم ۡي ٗتا َووُ ۡسقِيَهۥُ ِم َّما َخهَ ۡقىَآ أَ ۡو َٰ َع ٗما َوأَو‬
َ ِ‫ نِّىُ ۡح ۧـ‬٨٤ ‫ُىزا‬ ٗ ‫طَه‬
٨٤
Artinya: ―48. Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar
gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami
turunkan dari langit air yang sangat amat bersih, 49. agar Kami
menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami
memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami,
hewan ternak dan manusia yang banyak.‖ (Q.S. Al Furqan ayat 48-
49)14
Kebutuhan air untuk setiap makhluk hidup berbeda-beda, namun
kebutuhan air yang terpenting digunakan sebagai air minum. Surat An
Nahl ayat 10:
‫ىن‬ ٞ ‫ي أَو َز َل ِم َه ٱن َّس َمآ ِء َمآ ٗۖٗء نَّ ُكم ِّم ۡىهُ َش َس‬
َ ‫س فِي ِه تُ ِسي ُم‬ٞ ‫اب َو ِم ۡىهُ َش َج‬ ٓ ‫هُ َى ٱنَّ ِر‬
٠٣
Artinya:‖Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk
kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya
(menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu mengembalakan ternakmu.‖
(Q.S. An Nahl ayat 10)15
Semua kegiatan makhluk hidup yang ada di bumi memerlukan air
mulai dari kebutuhan pangan sampai menjaga kualitas dan kelestarian
lingkungan agar tetap baik dan tidak tercemar. Sebagai bukti juga
bahwa Allah telah memberikan rezeki melalui turunnya air bersih dari
langit untuk memberikan kehidupan yang ada di bumi. Bagi
kehidupan air sangat penting untuk bertahan hidup, terutama air
minum demi mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk makhluk hidup.
Air minum yang dikonsumsi perlu melalui proses pengolahan serta
memenuhi persyaratan kimiawi, fisika, dan mikrobiologi yang telah
ditentukan dalam peraturan menteri kesehatan.16 Menjamin serta

14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid & Terjemah (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2010).
15
Ibid.
16
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014,
―Higiene Sanitasi Depot Air Minum,‖ SSRN Electronic Journal, 2014, 4,
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/1268/1127;
Permenkes No. 492/Th.2010, ―Persyaratan Kualitas Air Minum,‖ Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2010.
5

memastikan tersediaannya air bersih dan sanitasi yang memadai telah


menjadi program pembangunan berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDG’s) dalam ranah global dicanangkan oleh
PBB.17 Pemerintah Indonesia masih kurang perhatian terhadap
tersedianya air bersih dan sanitasi layak, terlihat dari kehidupan
masyarakat yang masih banyak kekurangan air dan sulit mendapatkan
air bersih. Dilansir dari duajurai.co Provinsi Lampung masih buruk
dalam akses air minum dan sanitasi layak, rumah tangga dengan akses
sumber air minum yang memadai hanya 56,78% dan untuk sanitasi
yang memadai hanya mencapai 52,48% pada tahun 2018. Data
tersebut disampaikan oleh Badan Pusat Statistika (BPS) dalam
indikator perumahan dan kesehatan lingkungan tahun 2018.18
Air memainkan peran penting dalam proses kehidupan, baik dalam
pertumbuhan maupun perkembangan. Peningkatan jumlah penduduk
berakibat pada meningkatnya kebutuhan air sebagai konsumsi air
minum, menyebabkan banyak industri penyediaan air minum yang
bermunculan, yaitu air minum dalam kemasan sampai air minum isi
ulang. Industri ini mempermudah masyarakat dengan cara yang
praktis dalam mencukupi kebutuhan air minum. Pada awalnya air
minum dalam kemasan masih menjadi pilihan masyarakat. Namun,
karena semakin maju dan berkembangnya teknologi, kehadiran air
minum isi ulang lebih terjangkau dibandingkan dengan air minum
dalam kemasan, sebagai alternatifnya masyarakat lebih memilih air
minum isi ulang, karena lebih murah dalam mencukupi kebutuhan air
minum.19
Pasokan air minum yang bersih dan aman sangat berpengaruh
terhadap kesehatan yang baik bagi manusia, yaitu bebas dari bahan
kimia beracun dan mikroorganisme patogen. Oleh karena itu, kunci
untuk menentukan air minum tersebut aman atau tidak adalah
mendeteksi kontaminasi tinja. Kadar tinja yang tinggi dapat dikatakan

17
Suhariyanto dan M. Sairi Hasbullah, Mewujudkan Aksesibilitas Air
Minum dan Sanitasi yang Aman dan Berkelanjutan Bagi Semua: Hasil Survei
Kualitas Air di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 (Yogyakarta, 2015).
18
Umar Robani, ―Lampung Terendah Akses Sanitasi-Air Minum Layak,
Dinkes: Datanya Belum Lengkap,‖ DUAJURAICO, 2019.
19
Rizah Rizwana Wahyuni, ―Uji Bakteriologi Air Minum Isi Ulang di Pasir
Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu, Riau.,‖ Menara Ilmu XI, no. 76 (2017).
6

bahwa air tersebut mengandung patogen. Coliform dan Escherichia


coli sering dijadikan indikator kontaminasi tinja pada air minum. Air
yang terkontaminasi Escherichia coli dan Coliform dapat
menyebabkan bahaya bagi kesehatan dan banyak menyebabkan
masalah serius, seperti diare, enteritis dan dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan kematian. 20 Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kontaminasi air minum salah satunya adalah sumber air yang
digunakan. Air isi ulang salah satu sumber air yang digunakan, yaitu
mata air, umumnya sumber mata air adalah sumber terbaik untuk air
minum karena lokasinya yang jauh dari pemukiman dan aktivitas
peternakan. Namun, tidak dapat dipungkiri juga sumber dari mata air
dapat tercemar walaupun letaknya di lokasi yang sudah cukup baik.
Banyak faktor-faktor lain yang akhirnya membuat sumber mata air
tercemar, misalnya penyebab kontaminasi pada saat pengangkutan air
dipindahkan ke tangki penyimpanan, sumber air baku disimpan lebih
dari 3 hari dapat mempengaruhi kualitas air minum yang
menyebabkan tumbuhnya bakteri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lufiana dan Windi tahun
2018, 3 depot air isi ulang yang berasal dari sumber mata air
terkandung bakteri Coliform pada sampel D4, D8, dan D9. Sampel D4
mengandung bakteri Coliform dalam jumlah banyak, D8 sebanyak
111 CFU/100ml, dan D9 sebanyak 107 CFU/100 ml. Penelitian Anies
Ari Khoeriyah, sebanyak 5 depot air isi ulang mengandung bakteri
Coliform, yang menggunakan sumber air baku berasal dari mata air.
Penyebabnya adalah sumber mata air terletak di kawasan terbuka yang
memungkinkan terjadi kontaminasi. Selain itu juga karena kuranganya
perhatian akan kebersihan alat yang digunakan untuk memproduksi air
minum. Penelitian yang ditemukan oleh Nadya Khairunnisa Andrizal
di tahun 2019, 10 sampel air isi ulang berasal dari sumber baku mata
20
M. K. Daud, Muhammad Nafees, Shafaqat Ali, Muhammad Rizwan,
Raees Ahmad Bajwa, Muhammad Bilal Shakoor, Muhammad Umair Arshad,
Shahzad Ali Shahid Chatha, et al., ―Drinking Water Quality Status and Contamination
in Pakistan,‖ BioMed Research International 2017 (2017): 2,
https://doi.org/10.1155/2017/7908183; Neama Esmat Mahmoud, Hisham N. Altayb,
dan Reem Majzoub Gurashi, ―Detection of Carbapenem-Resistant Genes in
Escherichia coli Isolated from Drinking Water in Khartoum, Sudan,‖ Journal of
Environmental and Public Health 2020 (2020): 1,
https://doi.org/10.1155/2020/2571293.
7

air dari Gunung Talang, pada uji pelengkap didapatkan hasil 5 sampel
mengandung bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian ini didapatkan
karena adanya kemungkinan mata air sudah tercemar dan juga
kemungkinan tercemar akibat kurang memperhatikan selama
pengangkutan air di perjalanan ke kedai air isi ulang.
Air minum dalam kemasan ialah air dengan melalui proses, tidak
menggunakan bahan pangan, dan tambahan bahan lainnya, kemudian
disimpan dalam kemasan, juga aman bagi yang mengonsumsi. Air
minum kemasan menjadi air minum yang mendominasi pasar dengan
persentase sebanyak ±84%.21 Berdasarkan data yang dilaporkan oleh
Asosiasi perusahaan air minum dalam kemasan atau Aspadin dengan
anggota ±193 perusahaan, bahwasanya setiap tahun tingginya
permintaan air minum dalam kemasan, pada tahun 2013-2017 di
Indonesia volume penjualan air minum kemasan bertambah, 2013
sebanyak ±20 miliar liter dan pada tahun 2017 naik jadi ±28 miliar
liter.22 Hal ini menjadikan air minum dalam kemasan sangat dicari
karena masyarakat tidak perlu mengolah lagi sebelum dikonsumsi.
Namun, peredaran air minum kemasan dan keberadaan depot air
minum di Indonesia yang meningkat mengakibatkan kurangnya
pengawasan dari dinas terkait dan menyebabkan tidak terjaminnya
keamanan produk.23
Air Minum Isi Ulang ialah air minum yang melalui proses produksi
dengan dikelola oleh badan usaha pengolahan air minum, yaitu depot
air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam jumlah
besar dan belum dikemas.24 Air minum isi ulang melalui proses yang
kurang maksimal bahkan sampai ditemukannya bakteri Escherichia
coli, hal ini membuktikan bahwa masih tercemarnya air minum isi
ulang. Terkontaminasinya air minum isi ulang, bila dikonsumsi dalam
waktu lama dapat menyebabkan risiko kesehatan bagi konsumen,
21
Rinaldi Rizal Putra Vita Meylani, ―Analisis E.Coli Air Minum Dalam
Kemasan yang Beredar di Kota Tasikmalaya,‖ Journal Bioeksperimen 5, no. 2 (2019):
121–25, https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v5i2.2795.
22
Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia, Kebutuhan
Air Minum Dalam Kemasan, Web Resmi Aspadin, issued 2017.
23
Nurasia, ―Analisis Kualitas Kimia dan Fisika Air Minum Dalam Kemasan
yang diproduksi di Kota Palopo,‖ Jurnal Dinamika 09, no. 2 (2018): 35–41.
24
Yushananta dan Ahyanti, ―Risiko Fotoreaktivasi terhadap Kualitas
Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang,‖ 212.
8

terutama untuk bayi, anak-anak, dan orang yang lanjut usia. Risiko
kesehatan akibat konsumsi air minum isi ulang yang terkontaminasi
biasanya penyakit diare. 25
Adanya kontaminasi bakteri dalam air minum kemungkinan
disebabkan karena perhatian masyarakat terhadap kesehatan, kurang
menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan. Karena kebanyakan dari
pembeli air minum dalam kemasan adalah orang-orang yang sedang
beraktivitas di luar, karena botol kemasan plastik sekali pakai lebih
praktis dan mudah didapatkan. Faktor lain yang menyebabkan adanya
kontaminasi bakteri dalam air minum, yaitu saat pendistribusian air
minum dalam kemasan perlu adanya penyimpanan di tempat yang
tidak lembab dengan suhu yang sesuai. Dalam studi dikatakan bahwa
suhu sangat berpengaruh terhadap kualitas air minum, rendahnya suhu
penyimpanan dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada saat air
minum disimpan disuhu yang tidak sesuai maka akan menyebabkan
pertumbuhan bakteri di dalam air minum.26
Semua jenis air minum yang beredar di pasaran perlu memenuhi
persyaratan dari peraturan menteri kesehatan sebelum di pasarkan dan
dikonsumsi untuk menghindari pencemaran air. Air minum yang
tercemar dapat menularkan beberapa penyakit, jika semakin tersebar
luas akan menjadi wabah penyakit. Tercemarnya air minum dapat
disebabkan karena air baku yang menipis yang diakibatkan karena
rusaknya alam dan tercemarnya lingkungan. 27 Mayoritas kedai air
minum isi ulang berskala kecil masih minim perhatian dan
pengawasan, baik dari segi pengetahuan dan sarana-prasarananya, hal
ini bisa mengakibatkan kualitas air minum yang diproduksi dan

25
Ardini S. Raksanagara et al., ―Aspek Internal dan Eksternal Kualitas
Produksi Depot Air Minum Isi Ulang: Studi Kualitatif di Kota Bandung,‖ Jurnal
Penelitian 50, no. 1 (2018): 53–60, https://doi.org/10.15395/mkb.v50n1.114.
26
Eli Yulita, Florentina Andryanie, dan Hanifatul Islamiyati, ―Penyimpanan
Air Minum Dalam Kemasan Menggunakan Es dari Tepung Aci Tergelatinisasi,‖
Jurnal Dinamika Penelitian Industri 27, no. 2 (2016).
27
Nadia Ardani, ―Perlindungan Konsumen atas Produksi Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) yang Tidak Memenuhi Standar Kesehatan Menurut Permenkes
Nomor.492/Menkes/PER/IV/2010 (Suatu Penelitian di Kabupaten Aceh Besar),‖
Jurnal Ilmiah Mahasiswa 2, no. 4 (2018): 762–66.
9

dihasilkan belum sepenuhnya memadai dan belum sesuai dengan


syarat dan ketentuan permenkes. 28
Air kemasan yang biasanya dianggap sebagai air minum yang
bersih, aman, dan terjamin kualitasnya. Namun, hal ini tidak
menjamin air kemasan tidak terkontaminasi. Dalam sebuah studi di
Uni Emirat Arab air kemasan sekitar 90% penduduknya mengonsumsi
air kemasan yang telah terkontaminasi bakteri sebanyak 40%.29 Air
minum yang dikonsumsi tidak higienis atau terkontaminasi dapat
menyebabkan penyakit saluran pencernaan. Dalam persyaratan SNI
untuk air minum ditetapkan pada 250 ml sampel tidak boleh
ditemukan cemaran mikroba Coliform. Hal ini dapat menurunkan
kualitas dan mutu air minuman, dan berakibat terganggunya kesehatan
manusia.30
Beberapa negara mengaitkan wabah penyakit menular dengan
konsumsi air minum kemasan dalam beberapa tahun terakhir,
misalnya pada tahun 2006, di Nigeria terdapat Salmonella di air
minum dalam kemasan menjadi penyebab wabah penyakit pada bayi.
Di Jerman terdapat wabah infeksi Pseudomonas aeruginosa di rumah
sakit yang disebabkan oleh kontaminasi air minum dalam kemasan.31
Infeksi Pseudomonas aeruginosa terlalu berbahaya untuk masyarakat
yang memiliki imunitas tubuh rendah pada balita, bayi, anak-anak,
dan lanjut usia. Akibat infeksi Pseudomonas aeruginosa biasanya
pneumonia, infeksi luka, infeksi saluran kemih, dll.32

28
Awliya Nur Marhamah, Budi Santoso, dan Budi Santoso, ―Kualitas Air
Minum Isi Ulang pada Depot Air Minum di Kabupaten Manokwari Selatan,‖
Cassowary 3, no. 1 (n.d.): 61–71.
29
Gabriel R Kassenga, ―The Health-Related Microbiological Quality of
Bottled Drinking Water Sold in Dar es Salaam, Tanzania,‖ Journal of Water and
Health 05, no. 1 (2007): 179–85, https://doi.org/10.2166/wh.2006.052.
30
Fidela Devina Agrippina, ―Identifikasi Coliform dan Escherichia coli
pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Bandar Lampung,‖ Majalah Teknologi
Agro Industri 11, no. 2 (2019): 55.
31
Ahmad F Shahaby, Abdulla a Alharthi, dan Adel E El Tarras,
―Bacteriological Evaluation of Tap Water and Bottled Mineral Water in Taif, Western
Saudi Arabia,‖ International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences
4, no. 12 (2015): 602.
32
Georgieva Vesela dan Dimitrova Yulia, ―Study of the Microbiological
Quality of Bulgarian Bottle Water in Terms of its Contamination with Pseudomonas
aeruginosa,‖ Central European Journal of Public Health 24, no. 4 (2016): 326–30,
https://doi.org/10.21101/cejph.a4219.
10

Banyak negara di dunia mengkhawatirkan dampak dari air minum


yang tidak bersih dan tidak layak konsumsi, karena banyak penyakit
yang terbawa air menjadi pemicu utama terjadinya morbiditas serta
mortalitas. Air minum yang aman sangat penting bagi kesehatan dan
sangat berperan penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup
bayi dan anak. Organisasi kesehatan dunia World Health Organization
(WHO) memperkirakan sekitar lebih dari 1,7 juta orang di seluruh
dunia meninggal setiap tahunnya akibat diare, yang di antaranya
berhubungan dengan konsumsi air minum dan makanan laut. Sebagian
besar penyakit yang disebabkan oleh air ditandai dengan diare, yang
menyebabkan buang air besar berlebihan dan dehidrasi yang
mengakibatkan kematian. World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab tingginya
total penyakit global harian sekitar 4,1% dan penyebab atas kematian
sekitar 1,8 juta orang setiap tahunnya.33
Negara berkembang penyakit diare masih menjadi penyakit utama
yang menyebabkan kematian pada anak, diperkirakan mencapai 17%
kematian pada balita disebabkan karena penyakit diare. Setiap tahun
kasus mortalitas di negara berkembang akibat diare selalu dikaitkan
dengan air yang tidak aman, sanitasi, dan kebersihan.34 Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki kasus
tertinggi kematian akibat diare, menurut riset kesehatan dasar sekitar
±162 ribu pertahun atau ±460 balita meninggal perhari. 35 Bandar
Lampung menurut data Puskesmas Rawat Inap Permata Sukarame
tahun 2019, penyakit diare menjadi penyakit tertinggi yang
berhubungan dengan air dan sanitasi lingkungan meningkat setiap
tahunnya dengan jumlah penderita sekitar ±420 orang ditahun 2017,

33
Nwabor Ozioma Forstinus et al., ―Water and Waterborne Diseases: A
Review,‖ International Journal of Tropical Disease & Health 12, no. 4 (2016),
https://doi.org/10.9734/IJTDH/2016/21895.
34
Edessa Negera, Geritu Nuro, dan Mulugeta Kebede, ―Microbiological
Assessment of Drinking Water With Reference to Diarrheagenic Bacterial Pathogens
in Shashemane Rural District, Ethiopia,‖ African Journal of Microbiology Research
11, no. 6 (2017): 255, https://doi.org/10.5897/AJMR2016.8362.
35
Nurlaila dan Inayah, ―Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid di
Paud Kota Bandar Lampung,‖ Jurnal Keperawatan XIII, no. 1 (2017).
11

±310 orang pada tahun 2018, dan meningkat ditahun 2019 mencapai
±585 orang.36
Departemen Kesehatan RI Kemenkes No. 907 tahun 2002
menetapkan kriteria kualitas air minum secara mikrobiologis, air
minum tidak boleh terdapat bakteri Coliform dan Escherichia coli.
Dalam suatu studi menyatakan bahwa konsumsi air yang
terkontaminasi dengan Coliform seperti Escherichia coli, Salmonella,
dan Vibrio cholera dapat menyebabkan penyakit diare, demam,
enteritis, gastrointestinal, dan lain sebagainya.37 Seperti pada
penelitian yang dilakukan di India akibat air yang terkontaminasi
mikroorganisme pada setiap tahap produksinya, menjadi penyebab
penyakit berbahaya bagi manusia, seperti kolera, tifus, serta hepatitis
A dan E.38
Menyediakan air minum layak yang terjamin kualitasnya untuk
dikonsumsi sangat diperlukan demi menghindari penyakit-penyakit
akibat kontaminasi air. Dalam suatu penelitian memaparkan bahwa
hampir 10% penyakit akibat kontaminasi air dapat dicegah dengan
cara meningkatkan suplai air bersih, sanitasi, kebersihan lingkungan,
dan pengelolaan sumber daya air dengan baik. Penyakit yang
berhubungan dengan kontaminasi air masih menjadi masalah utama
kesehatan bagi kehidupan dan secara global. Dalam segi mikrobiologi,
keamanan air bergantung dari berbagai aspek, mulai dari produksi
sampai konsumsi akhir dengan pengolahan yang baik, dengan
menggunakan teknik ozonisasi, reverse osmosis, dan juga jika
menggunakan air sumur dapat direbus terlebih dahulu, sebagai usaha

36
Yulius Dewi Absari, ―Gambaran Kondisi Sarana Air Bersih Wilayah
Kerja Puskesmas Rawat Inap Permata Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2020‖
(2020), 5.
37
Hassan Momtaz et al., ―Detection of Escherichia coli, Salmonella
Species, and Vibrio cholerae in Tap Water and Bottled Drinking Water in Isfahan,
Iran,‖ BMC Public Health 13, no. 556 (2013).
38
Nitin Joseph et al., ―Bacteriological Assessment of Bottled Drinking
Water Available at Major Transit Places in Mangalore City of South India,‖ Journal
of Environmental and Public Health 2018 (25 Oktober 2018): 1–7,
https://doi.org/10.1155/2018/7472097.
12

pengolahan air minum dengan baik dan untuk mencegah serta


menurunkan tingkat kontaminasi bakteri.39
Kecamatan Sukarame menjadi bagian dari wilayah Kota Bandar
Lampung. Kecamatan Sukarame yang memiliki 6 kelurahan, yaitu
Kelurahan Sukarame, Way Dadi, Korpri Jaya, Way Dadi Baru, Korpri
Raya, dan Sukarame baru. Daerah ini memiliki berbagai sumber air
minum, yaitu air minum isi ulang, air minum dalam kemasan, sumur
bor atau pompa, dan sumur. Industri pengolahan air minum isi ulang
di Kecamatan Sukarame ada 16 (enam belas). Berikut adalah data
industri pengolahan AMIU Kecamatan Sukarame.40

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Depot Air Minum Isi Ulang


di Kecamatan Sukarame
No Kelurahan Jumlah
1 Sukarame 4
2 Way Dadi 2
3 Korpri Raya 3
4 Way Dadi Baru 3
5 Korpri Jaya 2
6 Sukarame Baru 2
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2020.
Tabel 1.1 di atas menyatakan air minum isi ulang di Kelurahan
Sukarame 4 dari 16 depot air sudah tidak beroperasi dan dapat
dikatakan sudah tutup dan depot air minum yang ada di Kecamatan
Sukarame jumlahnya berkurang menjadi 12 (dua belas).
Perusahaan air minum dalam kemasan yang ada di Lampung
beberapa perusahaan. Di bawah ini adalah tabel perusahaan air minum
dalam kemasan di Lampung.

Tabel 1. 2 Data Perusahaan Penghasil Air Minum Dalam Kemasan


di Lampung
No Perusahaan Produk
1 Perseroan Terbatas (PT) Air Minum Dalam Kemasan

39
Abhishek Chauhan et al., ―Microbiological Evaluation of Drinking Water
Sold by Roadside Vendors of Delhi, India,‖ Applied Water Science 7, no. 4 (2017):
1635–44, https://doi.org/10.1007/s13201-015-0315-x.
40
Badan Pusat Statistika, ―Kecamatan Sukarame dalam Angka 2020,‖ 2020.
13

Winex Lampung Aqua


2 Perseroan Terbatas (PT) Air Minum Dalam Kemasan
Prabu Tirtajaya Lestari Tripanca
3 Perseroan Terbatas (PT) Air Minum Dalam Kemasan
Waterindex Tirta Lestari Grand
4 Perseroan Terbatas (PT) Air Minum Dalam Kemasan
Trijaya Tirta Dharma Great
5 Perseroan Terbatas (PT) Air Minum Dalam Kemasan
Selaras Citra Jaya Tbk Bw
6 Perseroan Terbatas (PT) Air Minum Dalam Kemasan
Dharma Guna Citra Ceria
7 Commanditaire
Air Minum Dalam Kemasan
Vennoostschap (CV)
Andhes
Andhes
8 Commanditaire Air Minum Dalam Kemasan
Vennoostschap (CV) Vioss Vioss
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2020.
Terdapat 8 air minum dalam kemasan untuk data tahun 2017, yang
tersebar di Kecamatan Sukarame hanya terdapat 4 merek dari 4
perusahan berbeda, yaitu Great, BW, Grand, dan Tripanca, 4
perusahaan lainnya sudah tidak beroperasi dan tidak memproduksi air
minum dalam kemasan. Sedangkan untuk aqua, perusahaan tersebut
hanya sebagai distributor, bukan sebagai perusahaan produksi Aqua di
Lampung.41
Penduduk Sukarame mencapai lebih dari 60.000 penduduk lokal
pada tahun 2019, belum lagi para pendatang, seperti mahasiswa yang
tinggal di luar wilayah Bandar Lampung. Seluruh masyarakat
Kecamatan Sukarame tanpa terkecuali, setiap harinya membutuhkan
air untuk minum. Air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang
merupakan produk minuman yang sangat mudah ditemukan dipasaran
di daerah manapun, termasuk di Kecamatan Sukarame, Bandar
Lampung. Kedua jenis air minum ini selalu dicari konsumen karena
menjadi salah satu hal penting bagi kehidupan.
Umumnya masyarakat kurang memperhatikan kualitas air minum
yang dikonsumsi aman atau tidak. Mayoritas masyarakat terutama
41
Inti Bintang Fortuna, ―Pengaruh Kualitas Produk dan Harga terhadap
Keputusan Pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Merek Aqua dalam
Prespektif Ekonomi Islam‖ (2018).
14

mahasiswa yang membeli air minum, hanya karena lebih praktis tanpa
harus mengolahnya terlebih dahulu dan harganya yang murah, namun
tanpa memikirkan dampaknya untuk kesehatan. Jumlah air minum
yang dikonsumsi biasanya 1 sampai 2 liter per hari. Jika air minum
tersebut dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang serta telah
terkontaminasi bakteri Coliform dan Escherichia coli lebih dari
ambang batas yang telah ditetapkan, maka akan mengakibatkan
penyakit bagi yang mengonsumsinya.
Air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang melewati
proses pengolahan yang berbeda, proses pengolahan tersebut sudah
diatur dalam Permenkes dan Standar Nasional Indonesia, namun
masih banyak dalam proses pengolahannya tidak sesuai dengan
peraturan yang telah ditentukan yang menyebabkan perbedaan kualitas
air minum yang diproduksi, salah satunya kandungan bakteri pada air
minum. Oleh sebab itu, penelitian ini menjadi penting dilakukan untuk
mengetahui banyaknya kandungan bakteri yang ada pada air minum
dalam kemasan dan air minum isi ulang di Kecamatan Sukarame.
Karena jika terdapat bakteri patogen yang melebihi batas ketentuan
yang berlaku pada air minum tersebut dan dikonsumsi terus menerus
akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Berdasarkan informasi di
atas, peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai
Angka Paling Mungkin (APM) kandungan bakteri Coliform dan
Escherichia coli pada air minum kemasan dan air minum isi ulang.
Penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan dari penelitian
terdahulu, yaitu untuk penelitian ini terdapat analisis kandungan
bakteri Coliform dan Escheriachia coli untuk 2 air minum, yaitu air
minum dalam kemasan dan air minum isi ulang. Berdasarkan
informasi dilatar belakang masalah peneliti ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai analisis kandungan bakteri Coliform
dan Escherichia coli pada air minum dalam kemasan dan air minum
isi ulang di Kecamatan Sukarame.

C. Identifikasi dan Batasan Masalah


Berikut ini adalah identifikasi masalah:
1. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan peningkatan
akan kebutuhan dan ketersediaan air minum.
15

2. Jumlah depot air minum dan industri air minum dalam


kemasan semakin meningkat, menyebabkan kurangnya
pengawasan industri dan usaha penyediaan air minum dari
dinas terkait.
3. Kecamatan Sukarame Bandar Lampung memiliki dugaan
bahwa air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang
terkandung bakteri Coliform dan Escherichia coli yang
menjadi salah satu indikator kondisi dan sanitasi yang buruk
terhadap air.
4. Banyak masyarakat yang masih belum mengerti pentingnya
menjaga kesehatan dalam mengonsumsi air minum yang
higienis dan layak.

Berikut ini adalah batasan masalah berdasarkan identifikasi


masalah:
1. Air minum dalam kemasan yang digunakan sebagai sampel
adalah air minum dalam kemasan diproduksi di Lampung yang
diberedar di Kecamatan Sukarame, sebanyak 4 sampel.
2. Sampel air minum isi ulang yang digunakan sebanyak 12 depot
air minum dan beradar di Kecamatan sukarame.
3. Bakteri yang menjadi indikator penelitian adalah Coliform dan
Escherichia coli.

D. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah dari penelitian ini:
1. Apakah pada air minum dalam kemasan dan air minum isi
ulang yang beredar di Kecamatan Sukarame terdapat
kandungan bakteri Coliform dan Escherichia coli?
2. Apakah kandungan bakteri Coliform dan Escherichia coli
pada air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang yang
beredar di Kecamatan Sukarame telah memenuhi syarat
ketentuan PERMENKES No.429 Tahun 2010?

E. Tujuan Penelitian
Berikut ini adalah tujuan penelitian:
16

1. Untuk mengetahui kandungan bakteri Coliform dan Escherichia


coli pada air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang
yang beredar di Kecamatan Sukarame.
2. Untuk mengetahui hasil analisis kandungan bakteri Coliform
dan Escherichia coli pada air minum dalam kemasan dan air
minum isi ulang telah memenuhi syarat atau belum memenuhi
syarat ketentuan PERMENKES No.429 Tahun 2010.

F. Manfaat Penelitian
Berikut ini adalah manfaat dari penelitian:
1. Dapat dijadikan sebagai informasi untuk masyarakat tentang
kandungan bakteri pada air minum dalam kemasan dan air
minum isi ulang serta dampak dari konsumsi air minum dalam
kemasan dan air minum isi ulang yang tercemar bakteri
patogen terutama bakteri Coliform dan Escherichia coli.
2. Dapat dijadikan sebagai informasi untuk peneliti dalam hal
menambah wawasan ilmu biologi dan sebagai sumber data
dalam menyusun skripsi.
3. Dapat dijadikan sebagai informasi untuk organisasi serta pihak
terkait yang bekerja di bidang kesehatan pangan di luar
kampus atau di kampus UIN Raden Intan Lampung.
4. Dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi untuk
penelitian lebih lanjut.

G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian terdahulu oleh Narayan Dutt Pant, dkk, tentang analisis
kualitas bakteriologis air minum dalam kemasan yang ada di Nepal,
penelitiannya menghasilkan kurang lebih dari 80% sampel air yang
diamati pada air minum dalam kemasan terkontaminasi bakteri
heterotrofik dan kurang lebih 20% yang diuji terkontaminasi dengan
total Coliform. Air minum dalam kemasan seharusnya bebas dari
keberadaan berbagai spesies bakteri. 42 Penelitian lainnya terdapat di

42
Narayan Dutt Pant, Nimesh Poudyal, dan Shyamal Kumar Bhattacharya,
―Bacteriological Quality of Bottled Drinking Water Versus Municipal Tap Water in
Dharan Municipality, Nepal,‖ Journal of Health, Population and Nutrition 35, no. 17
(7 Desember 2016): 4, https://doi.org/10.1186/s41043-016-0054-0.
17

Kota Makassar oleh Gafur menunjukkan hasil bahwa lebih sedikit air
minum kemasan yang terkontaminasi bakteri, 17 sampel air minum
kemasan pada uji biologis yang dilakukan terdapat 1 yang belum
memenuhi syarat dengan total Coliform mencapai >23/100mL air dan
16 (enam belas) sampel air minum dalam kemasan lainnya telah
memenuhi syarat mikrobiologi yang ada.43 Penelitian uji air minum
dalam kemasan dengan metode MPN di Kota Batam oleh Fitrah
Amelia, 2019 menunjukkan hasil tidak ada kandungan bakteri
Coliform pada 2 sampel. Nilai MPN berkisar 2 hingga lebih dari 979
MPN/100 ml pada tahap uji praduga dan konfirmasi. Pada uji
complete, 8 sampel dari 16 sampel yang diuji mengandung bakteri
Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan Salmnonella sp.44
Hasil penelitian oleh Okky menunjukkan hasil bahwa pada uji
bakteriologis antara air minum isi ulang dan air minum dalam
kemasan tidak memiliki perbedaan signifikan, pada air minum dalam
kemasan 5 sampel menunjukkan hasil tidak terkontaminasi bakteri
Coliform, sedangkan air minum isi ulang 1 dari 5 sampel
terkontaminasi bakteri Coliform.45 Penelitian air minum isi ulang di
Kabupaten Badung hasil yang didapat 11,1% air minum isi ulang
terkontaminasi bakteri setelah dilakukan uji bakteriologis dan
dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Data yang didapat dari
11,1%, 4,4% terkontaminasi Escherichia coli dan 6,7%
terkontaminasi bakteri Coliform.46 Penelitian uji mikrobiologi di Kota
Ambon dengan metode MPN pada air minum isi ulang dengan hasil
tidak satupun depot air minum yang melebihi syarat total Coliform,
yaitu kadar Coliform yang ditetapkan pada Permenkes 0/100 ml

43
Gafur dan Kartini, ―Studi Kualitas Fisik Kimia dan Biologis pada Air
Minum Dalam Kemasan Berbagai Merek yang Beredar di Kota Makassar Tahun
2016.‖
44
Amelia, ―Identifikasi Bakteri Coliform pada Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) yang diproduksi di Kota Batam.‖
45
Okky Irtanto, ―Perbandingan Uji Bakteriologi Air Antara Air Minum Isi
Ulang dengan Air Minum Dalam Kemasan di Kota Surakarta‖ (Unversitas
Muhammadiyah Surakarta, 2010).
46
Made Partiana, Made Sudiana Mahendra, dan Wayan Redi Aryanta,
―Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang pada Tingkat Produsen di Kabupaten
Badung,‖ Ecotrophic 9, no. 2 (2015).
18

sampel, dan depot air minum di Kota Ambon telah memenuhi syarat
yang di uji, bebas dari bakteri Coliform.47
Dalam studi penelitian yang dilakukan di Dar es Salam, Tanzania
oleh Gabriel, penggunaan sebagai konsumsi air minum kemasan
mengalami kenaikan dan perlu dilakukan uji kualitas mikrobiologi
untuk air minum kemasan yang beredar di daerah tersebut. Setelah
dilakukan uji kualitas mikrobiologi, hasilnya menunjukkan bahwa dari
130 sampel yang mewakili 13 merek air minum dalam kemasan yang
diambil dari toko, supermarket, dan pedagang kaki lima, bakteri
heterotrofik terdeteksi di 92% sampel air minum dalam kemasan yang
dianalisis. Kualitas mikrobiologi air minum kemasan ini dibandingkan
dengan air keran. Dalam penelitiannya, air keran lebih banyak
terdeteksi bakteri dan kualitasnya lebih buruk, dengan 49% dan 26%
sampel terdeteksi Coliform total dan fekal Coliform.48
Penelitian yang dilakukan di Makassar dengan menggunakan
metode Angka Paling Mungkin (APM), hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa dari 6 kedai air minum isi ulang, 3 kedai sudah
memenuhi syarat dengan kualitas air layak konsumsi, sedangkan
untuk yang lainnya, dari sampel air bakunya menunjukkan belum
mencukupi syarat yang ditetapkan.49 Hasil penelitian Phiri
menyatakan bahwa air minum tanpa pengolahan tidak mungkin dapat
memenuhi persyaratan standar nasional untuk air minum sebagai
konsumsi bagi manusia, tindakan pengolahan air tambahan seperti
penyinaran UV sangat diperlukan.50

H. Sistematika Penulisan

47
Melkhianus Hendrik Pentury Adriana Ritja Nendissa, ―Uji Fisikokimia
dan Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang pada Deppo Air Minum di Kecamatan
Sirimau Kota Ambon,‖ Moluccas Health Journal 2, no. 1 (2020): 28–40.
48
Kassenga, ―The Health-Related Microbiological Quality of Bottled
Drinking Water Sold in Dar es Salaam, Tanzania,‖ 179.
49
A Mallongi A B Birawida, M Selomo, ―Potential Hazards From Hygiene,
Sanitation and Bacterium of Refill Drinking Water at Barrang Lompo Island (Water
and Food Safety Perspective),‖ Earth and Environmental Science, 2018,
https://doi.org/doi:10.1088/1755-1315/157/1/012034.
50
D.T.S. Hayman Phiri, B J, N.P. French, P.J. Biggs, M.A. Stevenson, A.D.
Reynolds, J.C. Garcia-R, ―Microbial Contamination in Drinking Water at Public
Outdoor Recreation Facilities in New Zealand,‖ Journal of Applied Microbiology,
2020, https://doi.org/10.1111/jam.14772.
19

Sistematika penulisa pada skripsi ini terdiri dari:


1. Bab I Pendahuluan
Penegasan judul, penjelas judul dari beberapa definisi. Latar
belakang masalah, informasi terkait masalah penelitian yang
menarik untuk diteliti. Identifikasi dan batasan masalah, hal
yang menjadi pokok permasalahan. Rumusan masalah
pertanyaan yang terkait dengan penelitian. Tujuan penelitian,
kajian penelitian terdahulu yang relevan, dan sistematika
penulisan.
2. Bab II Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis
Bab yang memiliki teori penelitian yang dilaksanakan, yaitu
mengenai pengertian, sumber, persyaratan, dan penyakit akibat
air minum, bakteri Coliform, bakteri Escherichia coli,
pengertian, standar mutu, proses air minum dalam kemasan,
pengertian, standar mutu, proses air minum isi ulang, Angka
Paling Mungkin (APM). Terdapat pula pengajuan hipotesis.
3. Bab III Metode Penelitian
Bab yang berisi, waktu dan tempat penelitian, pendekatan dan
jenis penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengumpulan
data, definisi operasional variabel, instrument penelitian, serta
teknik analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab yang berisi tentang hasil penelitian yang didapat dan
pembahasan yang membahas terkait hasil penelitian.
6. Bab V Penutup
Bab yang memiliki penjelasan tentang kesimpulan dan
rekomendasi.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Air Minum
1. Pengertian Air Minum
Pengertian air minum menurut Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang telah memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung dikonsumsi atau diminum. Air
minum merupakan air yang kualitasnya telah memenuhi
persyaratan kesehatan serta langsung bisa dikonsumsi. Hal ini
yang membedakan kualitas air bersih dan air minum. Kualitas
air minum lebih tinggi satu tingkat daripada kualitas air bersih
setelah ditinjau dari beberapa komponen pendukung.51
Parameter wajib untuk memenuhi persyaratan kualitas air
minum yang harus dipenuhi, yaitu parameter fisika, kimia,
dan biologi.52
2. Sumber Air Minum
Sumber air sebagai bagian terpenting dari tersedianya air
minum. Air saat ini merupakan sumber daya yang sangat
terbatas dan wajib untuk dikelola dengan benar. 53 Air baku
merupakan air yang sudah memenuhi persyaratan air bersih
yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan yang
mengawasi dan mengatur syarat-syarat kualitas air minum.
Lokasi yang dipilih untuk sumber air baku harus memenuhi
kriteria radius jarak dari sumber pencemaran dan pengawasan
dengan melakukan uji laboratorium.54 Sumber air baku

51
Setijo Pitojo dan Eling Purwantoyo, Deteksi Pencemaran Air Minum
(Demak: CV Aneka Ilmu, 2019), 28.
52
Permenkes No. 492/Th.2010, ―Persyaratan Kualitas Air Minum.‖
53
Chrisiansen Dirk Kaunang, Lingkan Kawet, dan F Halim,
―Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih di Desa Maliambao Kecamatan
Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara,‖ Sipil Statik 3, no. 6 (2015): 363,
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/8829/8388.
54
Suprihatin dan Ono Suparno, Teknologi Proses Pengolahan Air untuk
Mahasiswa dan Prakrisi Industri (Bogor: IPB Press, 2013), 51.
20
21

menurut Keputusan Menteri Perindustrian No. 96/M-


IND/PER/12/2011 tentang persyaratan teknis industri air
minum dalam kemasan (AMDK), terdiri dari air tanah, air
permukaan, dan air laut. 55 Menurut Peraturan Pemerintah No.
16, 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, air baku untuk air minum terdiri dari beberapa
sumber, yaitu air tanah, air hujan, dan air permukaan. 56
a. Air tanah merupakan air yang ada di dalam tanah atau
lapisan batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah
termasuk sumber air baku terbatas dan dipengaruhi musim
serta keberadaanya tergantung pada lingkungan sekitar.57
Air tanah memiliki karakter yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya, sumber air tanah bukan sumber air
yang sempurna untuk dikonsumsi, masih mengandung
senyawa pencemar dan belum tahu air tanah tersebut keruh
atau jernih. Air tanah dibagi menjadi 3, air tanah dangkal,
air tanah dalam, dan mata air. 58
b. Air Hujan dari segi kualitas dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan di udara dan atmosfir, karena pada saat hujan,
uap air melarutkan dan tercampur gas oksigen, nitrogen,
karbondioksida, debu, dll. Karena hal tersebut air hujan
banyak mengandung debu, bakteri, gas, dan senyawa lain
yang terdapat di udara. 59 Kualitas air hujan dikategorikan
relatif baik, namun masih kurang mengandung mineral.60
c. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat di
permukaan tanah, seperti air sungai, waduk, danau,
embung, dan saluran irigasi. Kualitasnya termasuk air yang

55
Menteri Perindustrian RI dan Perindustrian, ―Persyaratan Teknis Industri
Air Minum Dalam Kemasan,‖ Berita Negara No. 862, no. 96 (2011).
56
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, ―Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum,‖ 2005.
57
Trimo Pamudji Al Djono dan Ekart Hartmann, Sarana Air Minum
Sanitasi Pedesaan (Jakarta: The World Bank Office, 2011), 6.
58
Yusnidar Yusuf, ―Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber Air
Minum Pada Skala Rumah Tangga,‖ SIGMA Journal IV, no. 2 (2012): 66.
59
Hartmann, Sarana Air Minum Sanitasi Pedesaan, 8.
60
Suparno, Teknologi Proses Pengolahan Air untuk Mahasiswa dan
Prakrisi Industri, 16.
22

kurang baik untuk dikonsumsi, karena tingkat


pencemarannya yang relatif tinggi terutama di daerah
aliran sungai. Karena banyaknya kotoran yang terkandung
di dalam air permukaan berupa benda padat tersuspensi,
bakteri, kimia, dan lain sebagainya, hal ini yang
menyebabkan perubahan warna, rasa, dan bau pada air.61
3. Persyaratan Air Minum
Persyaratan air minum secara umum terdiri dari beberapa
syarat yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air minum,
yaitu persyaratan kualitatif, kuantitatif, dan kontinuitatif.
Persyaratan kualitatif terdiri dari tiga parameter yang digunakan
sebagai standar kualitas air, yaitu parameter fisika, kimia, dan
mikrobiologi.62 Parameter fisika padatan terlarut dalam air
biasanya bahan-bahan anorganik dan gas. Air yang mengandung
padatan melebihi batas dapat menyebabkan rasa yang tidak enak,
menjadi penyebab serangan jantung, mual, dan tixaemia pada
wanita.63 Kualitas air minum yang baik dikonsumsi adalah air
yang jernih atau bening dan tidak keruh. Kekeruhan ini biasanya
disebabkan karena adanya partikel yang tersuspensi di dalam air.
Air yang kualitasnya baik adalah air yang tidak berbau dan
memiliki rasa yang tawar. Kedua hal ini, yaitu bau dan rasa sangat
mempengaruhi kualitas dari air.64 Suhu normal air yang baik
adalah 8 derajat dari suhu kamar 27 derajat celcius. Biasanya suhu
air yang tidak normal menunjukkan indikasi adanya bahan kimia
yang terlarut di dalamnya dengan jumlah yang cukup banyak atau
sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme. Warna pada air disebabkan oleh bahan kimia
dan mikroorganisme. Warna yang disebabkan bahan kimia yang
disebut apparent color bisa berbahaya bagi tubuh dan warna yang
disebabkan mikroorganisme yang disebut true color yang tidak

61
Tjutju Susana, ―Air Sebagai Sumber Kehidupan,‖ Oseana 28, no. 3
(2003): 23, www.oseanografi.lipi.go.id.
62
Joko Tri, Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010).
63
Isna Syauqiah Neohadi Wiyono, Arief Faturrahman, ―Sistem Pengolahan
Air Minum Sederhana (Portable Water Treatment),‖ Jurnal Konversi 6, no. 1 (2017).
64
Ibid.
23

berbahaya bagi kesehatan. 65 Persyaratan kimia sebagai batasan air


layak dikonsumsi, yaitu dari pH atau derajat keasaman, air yang
baik pH bersifat netral dengan pH 7. Air dengan pH di bawah 7 air
tersebut bersifat asam, dan pH di atas 7 bersifat basa. Batas pH
maksimum menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010,
yaitu berkisar 6,5-8,5. Kandungan bahan kimia organik yang
terkandung dalam air tidak boleh melebihi batas yang ditentukan.
Bahan kimia yang melebihi batas ketentuan dapat menyebabkan
gangguan pada tubuh dan dapat terurai menjadi racun yang
berbahaya. Begitu pula pada kandungan bahan kimia anorganik,
dapat menyebabkan gangguan pada tubuh. 66
Parameter biologi terdiri dari mikroorganisme yang dianggap
sebagai patogen, yaitu virus, bakteri, cacing parasit, dan protozoa.
Air minum dalam persyaratan mikrobiologi harus memenuhi
syarat, yaitu tidak boleh mengandung organisme patogen dan
mikroorganisme nonpatogenik. Organisme patogen sangat
berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Beberapa
mikroorganisme patogen terdapat dalam air yang berasal dari
golongan bakteri, virus pembawa penyakit, protozoa, yaitu bakteri
Salmonella typhi, Sighella dysentia, Salmonella paratyphi, dan
Leptospira, virus Infectus hepaptitis, protozoa Entoniseba
histolyca, dan Amebic dysentery. Mikroorganisme nonpatogen
dapat mempengaruhi kualitas air. Beberapa mikroorganisme
nonpatogen yang terdapat di air, yaitu bakteri Actinomycetes
(Moldikose bacteria), bakteri coli (Coliform bakteria), Fecal
streptococci, dan bakteri besi (Iron bacteria). Sejenis Algae yang
dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak serta cacing
yang hidup bebas dalam air.67 Di bawah ini adalah tabel parameter
wajib air minum yang tercantum dalam Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.

65
Ibid.
66
Ibid., 28–29.
67
Ibid., 29.
24

Tabel 2. 1 Parameter Wajib Air Minum68


Kadar Maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Parameter berhubungan
1
langsung dengan kesehatan
a. Parameter mikrobiologi
Jumlah/100
1) Escherichia coli 0
ml sampel
Jumlah/100
2) Total Bakteri Coliform 0
ml sampel
b. Kimia anorganik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Flourida mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit mg/l 3
6) Nitrat mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01
Parameter yang tidak langsung
2
berhubungan dengan kesehatan
a Parameter fisika
1. Bau Tidak Berbau
2. Warna TCU 15
3. Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4. Kekeruhan NTU 5
5. Rasa Tidak Berasa
6. Suhu C Suhu udara ± 3
b Parameter kimiawi
1. Alumunium mg/l 0,2
2. Besi mg/l 0,3
3. Kesadahan mg/l 500
4. Khlorida mg/l 250
5. Mangan mg/l 0,4
6. pH 6,5-8,5
7. seng mg/l 3
8. Sulfat mg/l 250
9. Tembaga mg/l 2
10. Amonia mg/l 1,5

68
Permenkes No. 492/Th.2010, ―Persyaratan Kualitas Air Minum.‖
25

Persyaratan kuantitatif dalam hal ini dapat memenuhi


kebutuhan air minum secara penuh. Dalam persyaratan kualitas
ini dipengaruhi oleh banyaknya air baku yang tersedia dan
banyaknya produksi air minum dari instalasi pengolahannya.
Persyaratan kontinuitas dalam hal ini adalah bahwasanya air baku
yang digunakan untuk diolah menjadi air minum dapat diambil
secara terus menerus dan berkelanjutan dengan fluktuasi debit
yang relatif tetap dalam segala musim.69
4. Penyakit Akibat Kontaminasi Air
Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari pencemaran air
dapat terjadi langsung akibat penggunaan air terkontaminasi
secara terus-menerus. Pencemaran yang disebabkan oleh
virus, bakteri, bahan kimia, dan lainnya, bisa jadi penyebab
utamanya dari sumber air baku yang digunakan ataupun pada
saat pendistribusian air kepada konsumen. Pencemaran air ini
dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan manusia,
menimbulkan penyakit, virus, bakteri patogen, dan lain-lain.
Dalam firman Allah yang menjelaskan larangan manusia
untuk merusak lingkungan mengakibatkan pencemaran, surat
Al-Baqarah ayat 11:
٠٠ ‫ُىن‬ ۡ ‫ض قَانُ ٓى ْا ِإوَّ َما و َۡح ُه ُم‬
َ ‫صهِح‬ ۡ ْ ‫َو ِإ َذا قِي َم نَهُمۡ ََل تُ ۡف ِس ُد‬
ِ ‫وا فِي ٱۡلَ ۡز‬
Artinya:‖Dan bila dikatakan kepada mereka:‖Janganlah kamu
membuat kerusakan di bumi.‖ Mereka menjawab
―Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan.‖
Walaupun bakteri dalam air sulit untuk dideteksi, tetapi
melalui pemeriksaan dan pendeteksian dapat diperkirakan
adanya bakteri coli akibat pencemaran tinja, hal ini dapat
menyebabkan beberapa penyakit yang berhubungan dengan
pencemaran air, yaitu sebagai berikut:70
a. Diare
Diare adalah penyakit yang berhubungan dengan
kebersihan dan menjadi salah satu penyakit yang sering
69
Joko Tri, Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum.
70
Nusa Idaman Said, Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan
Pengalaman Praktis” (Jakarta: Pusat Teknologi Lingkungan, 2008).
26

menyerang kesehatan pada setiap anggota keluarga di


Indonesia. Menurut WHO diare yang biasa disebut mencret
adalah penyakit yang konsistensi cair dan buang air besar
yang sering sebanyak 3 kali atau lebih dari itu selama 24
jam. Faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit diare
adalah keadaan gizi, kependudukan, lingkungan, dan
perilaku, serta yang paling utama adalah sumber air minum
yang terkontaminasi dan kurangnya perhatian terhadap
sumber air baku yang dikonsumsi. 71
Faktor infeksi internal penyebab diare salah satunya
bakteri, yaitu Enterotoxigenic E. coli (ETEC),
Enteropathogenic E. coli (EPEC), Shigella spp., Vibrio
cholera, Salmonella, dsb.72 Gejala yang ditimbulkan
penyakit diare ini pada umumnya perut mulas, lemas,
kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi jika tidak ditangani
akan berbahaya berakibat kesakitan sampai kematian. 73
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya
diare, yaitu gangguan osmotik terjadi karena adanya
makanan atau zat yang sulit diserap menyebabkan
berkurangnya kemampuan usus dalam menyerap makanan
yang menyebabkan diare.74
b. Kolera
Penyakit kolera ini disebabkan oleh bakteri patogen
Vibrio cholera. Kolera merupakan salah satu penyakit
diare akut disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera yang
menghasilkan enterotoksin yang membentuk koloni di

71
Devy Mulia Sari, ―Hubungan Sumber Air Minum terhadap Kejadian
Diare pada Keluarga,‖ Jurnal Tunas-Tunas Riset Kesehatan VI, no. 4 (2016): 194.
72
Lukman Zulkifli Amin, ―TataLaksana Diare Akut,‖ Continuing Medical
Education 42, no. 7 (2015): 504.
73
Phetisya Pamela et al., ―Analisis Air Minum dan Perilaku Higienis
dengan Kejadian Diare pada Lansia di Indonesia,‖ Media Litbangkes 29, no. 1 (2019):
99–106.
74
Magdalena Simanjuntak, ―Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diare
(Gastroentritis) dengan Menggunakan Forward Chaining,‖ Jurnal Ilmiah Maksitek 2,
no. 3 (2017): 39.
27

dalam usus kecil. 75 Gejala yang umumnya ditimbulkan


adalah diare atau buang air besar seperti air beras dalam
jumlah banyak dalam kurun waktu 1 jam, muntah, mual,
dehidrasi, banyak kehilangan elektrolit, dan keasaman
darah yang naik. Sumber utama penyebaran penyakit ini
adalah air minum dan makanan yang terkontaminasi
bakteri dan kotoran sehingga dapat membawa penyakit
kolera.76
c. Demam Tifoid
Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan di
dunia terutama negara berkembang. Demam tifoid
disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang sistem
pencernaan manusia, bakteri Salmonella typhi yang
menyebabkan demam tifoid.77 Penyebab lainnya adalah
kurangnya memperhatikan kebersihan, buruknya sanitasi
lingkungan kualitas air yang buruk, serta air minum yang
terkontaminasi.78 Penyakit demam tifoid bersifat menular
dengan penularan yang melalui fecal-oral.79 Demam tifoid
memiliki gejala yang ditandai dengan demam naik secara
bertahap, sakit kepala, nyeri perut, muntah, mual, dan
konstipasi. Untuk gejala non spesifiknya, yaitu menggigil,
batuk, sakit tenggorokan, lemas, pusing, diaphoresis, dan
anoreksia yang sering terjadi sebelum demam. 80

75
Kambang Sariandi et al., ―Evaluasi Medium Pengayaan Vibrio cholerae
Untuk Diagnosa Kolera Menggunakan Immunochromatographic Strip Test,‖ Buletin
Peneliti Kesehatan 41, no. 1 (2013): 2.
76
Said, Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan Pengalaman
Praktis.”
77
Farissa Ulfa, Oktia Woro, dan Kasmini Handayani, ―Kejadian Demam
Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Pagiyanten,‖ Journal of Public Health 2, no. 2
(2018): 228.
78
Okky Purnia Pramitasari, ―Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam
Tifoid pada Penderita yang dirawat Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran,‖ Jurnal
Kesehatan Masyarakat 2, no. 1 (2013): 2.
79
Rahmat Bakhtiar et al., ―Hubungan Faktor Risiko Mencuci Tangan
Sebelum Makan, Sarana Air Bersih, Riwayat Tifoid Keluarga, Kebiasaan Jajan di
Luar Rumah dengan Kejadian Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
Samarinda‖ 7, no. December 2018 (2020): 3.
80
Andria Novita Sari, ―Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak dengan
Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga Holistic Management of
28

d. Disentri
Disentri atau Shigella adalah penyakit yang menyerang
sistem pencernaan dan Shigella merupakan gastroenteritis
yang akut dan menjadi salah satu penyebab mortalitas dan
morbiditas untuk negara berkembang. Disentri disebabkan
oleh bakteri Shigella dysentriae.81 Shigella penyebab
utama infeksi saluran pencernaan shigellosis atau disentri
basiler yang akan ditandai dengan nyeri perut, diare akut
yang sering dengan volume tinja yang sedikit dan
berlendir, darah, dan nanah. 82
Bakteri Shigella merupakan bakteri yang mencemari
makanan seperti telur mentah, daging mentah, sayuran
segar, dan air yang tercemar. Terjadinya penyakit disentri
yang disebabkan oleh Shigella ini diawali kurangnya
perhatian penduduk terhadap kebersihan, mulai dari
kebersihan lingkungan, makanan, sampai air. Shigella
menginfeksi tubuh manusia dengan cara masuk ke dalam
tubuh melalui mulut bersama makanan dan minuman
ditambah lagi tangan yang tidak bersih dan tidak dicuci. 83

B. Bakteri Coliform
Bakteri Coliform merupakan bakteri dari famili
Enterobacteriaceae yang termasuk ke dalam golongan bakteri
aerobik, gram negatif, berbentuk batang, dapat memfermentasi laktosa
yang menghasilkan asam dan gas pada suhu 35 C dalam 48 jam.
Coliform berasal dari kotoran hewan dan manusia dan bakteri

Pediatric Patient with Typhoid Fever Through Family Medicine Approaches,‖ Jurnal
Mendula 10, no. 3 (2020): 415.
81
Ikel Fitri Yanis, Feskaharny Alamsjah, dan Anthoni Agustien, ―Potensi
Antibakteri dari Ekstrak Segar Daun Kersen (Muntingia calabura L.) dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Shigella dysentriae,‖ Jurnal Biologi 8, no. 1
(2020): 14.
82
Rizqy Dimas Monica, Astrid F Khairani, dan V L Michael, ―Daya
Antibakteri Ekstrak Etanol Bawang Sabrang (Eleutherine americana) terhadap
Shigella dysentriae dan Salmonela enteritidis,‖ Jurnal ilmu Kefarmasian Indonesia
18, no. 1 (2020): 110.
83
Lisa Apriani dan Rikhsan Kurniatuhadi, ―Deteksi Bakteri Salmonella dan
Shigella pada Makanan Burger di Sungai Raya Dalam Pontianak,‖ Jurnal Protobiont
8, no. 3 (2019): 53.
29

Coliform digunakan sebagai indikator kebersihan dalam pengolahan


pangan. Terdapat jenis Coliform yang lebih tahan panas atau biasa
disebut thermotolerant Coliform atau fecal Coliform (Coliform dari
tinja Escherichia coli) dan non Fecal (Enterobacter. Klebsiella, dan
Citrobacter). Fecal Coliform memiliki karakteristik yang sama
dengan Coliform yang disebutkan di atas, perbedaanya dapat
memfermentasi laktosa menghasilkan asam dan gas selama 48 jam
pada suhu 45 C.84
Bakteri Coliform biasanya dijadikan sebagai indikator kualitas
dalam hal sanitasi terhadap makanan dan minuman, yang dapat
menandakan adanya mikroorganisme patogen yang sangat berbahaya
bagi kesehatan. jumlah bakteri Coliform yang diizinkan adalah 0/100
mL sampel.85

C. Bakteri Escherichia coli


Bakteri Escheriachia coli adalah kelompok Coliform yang
termasuk dalam Enterobacteriaceae. Enterobacteriaceae adalah
bakteri usus atau bakteri yang mampu bertahan hidup di saluran
pencernaan. Bakteri Escheriachia coli merupakan jenis bakteri
berbentuk batang, gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, dapat
bertahan hidup dikondisi yang kurang nutrisi dan lingkungan yang
ekstrim, tidak membentuk spora, dan merupakan flora alami di saluran
usus mamalia. Bakteri Escheriachia coli dapat tumbuh dengan baik di
air tawar, air laut, dan air tanah. Karakteristik biokimia yang dimiliki
bakteri Escheriachia coli mampu menghasilkan indol, tidak efektif
dalam memfermentasi sitrat, dan analisis urease bersifat negatif.86
Bakteri Escheriachia coli dapat bertahan hidup pada keasaman
yang tinggi dalam tubuh manusia dan di luar tubuh manusia yang
disebarkan melalui feses. Kedua habitat yang berlawanan, saluran
pencernaan manusia sebagai habitat yang stabil, hangat, anaerobik,

84
Ingrid Suryanti Surono, Agus Sudibyo, Pengantar Keamanan Pangan
untuk Industri Pangan, 60.
85
Nur Azizah Wawang Anwarudin, Didi Suhendi, ―Analisis Kualitatif
Bakteri Coliform pada Air Bak Penampungan Umum Desa Taraju Kabupaten
Kuningan,‖ Jurnal Farmasi Muhammadiyah Kuningan 4, no. 416 (2019): 2.
86
Rahayu, Nurjanah, dan Komalasari, Escherichia coli: Patogenitas,
Analisis, dan Kajian Risiko, 53:1&5.
30

dan kaya nutrisi. Sedangkan habitat di luar tubuh, kondisi suhu yang
lebih rendah, aerobik, dan nutrisi yang sedikit. Bakteri Escheriachia
coli menjadi salah satu indikator kualitas air minum, karena
kebaradaannya dalam air menunjukkan bahwa air tersebut
terkontaminasi dengan mengandung mikroorganisme patogen lainnya.
Bakteri Escheriachia coli dalam air ada yang bersifat non-patogen,
tetapi kadang ditemukan strain patogen yang menghasilkan toksin
shiga (enterhaemorrhagic), seperti penghasil enterotoksin dan
E.coli.87
Escheriachia coli memiliki 3 jenis yang dikelompokkan
berdasarkan interaksi dengan inang, yaitu non-patogen, patogen
saluran pencernaan, dan patogen di luar saluran pencernaan. Ketiga
jenis ini sering dikaitkan dengan patotipe tertentu. Terdapat 6
Escheriachia coli patogenik atau patotipe, yaitu enterotoksigenik E.
coli (ETEC), enteropatogenik E.coli (EPEC), enterohemoragik E.coli
(EHEC), enteroinvasif E. coli (EIEC), enteroagregatif E. coli (EAEC),
dan difusif adheren E. coli (DAEC). Tipe ini dikelompokkan sebagai
mekanisme patogenisitas yang menyebabkan gastrointestinal seperti
penyakit diare.88
Indikator pencemaran air adalah keberadaan Escherichia coli
sebagai salah satu kelompok Coliform. Escherichia coli terdapat
dalam usus manusia, yang bisa menjadi salah satu penyebab penyakit
diare, demam, kram perut dan muntah-muntah. Dalam peraturan
pemerintah mikrobiologi dijadikan sebagai parameter wajib dalam
menentukan kualitas air minum, jumlah bakteri Coliform dan
Escherichia coli yang diizinkan adalah 0/100 mL sampel. 89

D. Air Minum Dalam Kemasan


1. Pengertian Air Minum Dalam Kemasan
Air Minum Dalam Kemasan adalah air yang telah melalui
proses, yang dalam prosesnya tidak ada penambahan bahan

87
Ibid., 53:5–6.
88
Ibid., 53:1; J Jang et al., ―Environmental Escherichia coli: Ecology and
Public Health Implications—a review,‖ Journal of Applied Microbiology 123 (2017):
571, https://doi.org/10.1111/jam.13468.
89
Wawang Anwarudin, Didi Suhendi, ―Analisis Kualitatif Bakteri Coliform
pada Air Bak Penampungan Umum Desa Taraju Kabupaten Kuningan,‖ 2.
31

pangan, dan bahan tambahan lainnya, kemudian dikemas, serta


aman untuk diminum atau dikonsumsi.90 Air minum dalam
kemasan merupakan golongan produk makanan yang dikemas
dengan cara individual menggunakan kemasan saniter yang
bersegel.91 Bahan baku yang biasa digunakan untuk air minum
dalam kemasan adalah air tanah, air permukaan, dan air laut
atau udara lembab.92
Air minum dalam kemasan terdiri dari empat jenis air
minum, yaitu:93
a. Air mineral, sebagai air minum dalam kemasan yang
mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa
ditambahkan mineral.
b. Air demineral ialah air minum dalam kemasan yang
diperoleh melalui proses pemurnian secara distilasi
(penyulingan), deionisasi (metode untuk pemurnian air),
dan reverse osmosis (RO).
c. Air mineral alami merupakan air yang diperoleh langsung
dari sumber alami atau dibor dari sumur dalam, yang
prosesnya terkendali dan untuk menghindari pencemaran
atau pengaruh luar dari sifat kimia, fisika, dan
mikrobiologi air mineral alami.
d. Air minum embun diperoleh dan diproses dengan
melakukan pengembunan uap air yang berasal dari udara
lembab kemudian menjadi tetesan air embun yang diolah
lebih lanjut menjadi air minum embun yang dikemas.
2. Standar Mutu Air Minum Dalam Kemasan
Air minum dalam kemasan menjadi salah satu hasil industri
penyediaan air minum yang sangat memperhatikan kualitas dari
produknya dan mengatur produknya secara luas karena sangat
90
Indonesia dan Nasional, Air Mineral.
91
Agrippina, ―Identifikasi Coliform dan Escherichia coli pada Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) di Bandar Lampung,‖ 54–57.
92
Menteri Perindustrian RI, ―Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam
Kemasan,‖ Nomor 96/M-IND/PER/12/2011, 2011; Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan RI, ―Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Minuman Bidang Industri Air
Minum Dalam Kemasan Sub Bidang Produksi,‖ Nomor 197, 2017.
93
RI, ―Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan.‖
32

berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Banyak peraturan


yang mengatur air minum dalam kemasan ini, yaitu mulai dari
peraturan internasional dari WHO, peraturan daerah, sampai
pada asosiasi air minum dalam kemasan internasional
International Bottled Water Association (IBWA). Dalam
peraturan-peraturan ini umumnya berisi tentang standar yang
berlaku dalam mempertimbangkan kesehatan konsumen.
Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan pemberlakuan
wajib terhadap air minum dalam kemasan sebagai produk
penyedia air minum. dalam proses produksinya air minum
dalam kemasan sebelum didistribusikan kepada masyarakat
perlu dilakukan pengujian kualitas terlebih dahulu. IBWA dan
WHO telah menetapkan dalam menjamin kualitas dan
keamanan produk air minum dalam kemasan perlu adanya
persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan fisika,
persyaratan kimia, dan persyaratan mikrobiologi. 94 Di bawah
ini adalah tabel persyaratan mutu air minum dalam kemasan
yang tercantum dalam SNI 01-3553-2006.

Tabel 2. 2 Syarat Mutu Air Minum Dalam Kemasan 95


Persyaratan
No Kriteria Uji Satuan
Air Mineral Air Demineral
1 Keadaan
1.1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau
1.2 Rasa - Normal Normal
1.3 Warna Unit Pt-Co Maks. 5 Maks. 5
2 Ph - 6,0-8,5 5,0-7,5
3 Kekeruhan NTU Maks. 1,5 Maks. 1,5
4 Zat yang terlarut mg/L Maks. 500 Maks. 10
5 Zat organik (angka KMnO4) mg/L Maks. 1,0 -
6 Total Organik Karbon mg/L - maks.0,5
7 Nitrat (sebagai NO3) mg/L Maks. 45 -
8 Nitrit (sebagai NO2) mg/L Maks. 0,005 -
9 Amonium (NH4) mg/L Maks. 0,15 -

94
Olivia Waworuntu, ―Identifikasi Bakteri pada Depot Air Minum Isi Ulang
di Kota Manado,‖ Jurnal e-Biomedik 2, no. 2 (2014): 2; Sri Agustini, ―Harmonisasi
Standar Nasional (SNI) Air Minum Dalam Kemasan dan Standar Internasional,‖
Majalah Teknologi Agro Industri 9, no. 2 (2017): 31.
95
Standar Nasional Indonesia dan Badan Standardisasi Nasional, Air
Minum Dalam Kemasan, 2006, 2.
33

Persyaratan
No Kriteria Uji Satuan
Air Mineral Air Demineral
10 Sulfat (SO4) mg/L Maks. 200 -
11 Klorida (Cl) mg/L Maks. 250 -
12 Fluorida (F) mg/L Maks. 1 -
13 Sianida (CN) mg/L Maks. 0,05 -
14 Besi (Fe) mg/L Maks. 0,1 -
15 Mangan (Mn) mg/L Maks. 0,05 -
16 Klor bebas (Cl2) mg/L Maks. 0,1 -
17 Kromium (Cr) mg/L Maks. 0,05 -
18 Barium (Ba) mg/L Maks. 0,7 -
19 Boron (B) mg/L Maks. 0,3 -
20 Selenium (Se) mg/L Maks. 0,01 -
21 Cemaran logam
21.1 Timbal (Pb) mg/L Maks. 0,005
21.2 Tembaga (Cu) mg/L Maks. 0,5
21.3 Kadmium (Cd) mg/L Maks. 0,003
21.4 Merkuri (Hg) mg/L Maks. 0,001
21.5 Perak (Ag) mg/L -
21.6 Kobalt (Co) mg/L -
22 Cemaran Arsen (As) mg/L Maks. 0,01
23 Cemaran Mikroba
23.1 Angka lempeng total awal*) Koloni/mL Maks. 1,0x102
23.2 Angka lempeng total akhir**) Koloni/mL Maks. 1,0x105
23.3 Bakteri bentuk koli APM/100mL <2
23.4 Salmonella - Negatif/100mL
23.5 Pseudomonas aeruginosa Koloni/mL Nol
CATATAN: *) Di Pabrik
**) Di Pasaran
3. Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan
Proses produksi air minum dalam kemasan melalui beberapa
tahapan-tahapan, yaitu penyaringan, desinfektan, dan
pengisian.96
a. Penyaringan atau Filtrasi
Penyaringan yang dimaksud adalah melakukan
penyaringan untuk menghilangkan partikel padat dan
gas-gas yang terkandung dalam air. 97 Tahap penyaringan
ini terdiri dari tiga tahap penyaringan, yaitu penyaringan
makrofilter, penyaringan karbon aktif, dan penyaringan

96
O Suparno dan N Januarini, Teknologi Proses Pengolahan Air untuk
Mahasiswa dan Praktisi Industri (PT Penerbit IPB Press, 2013), 220,
https://books.google.co.id/books?id=so3rDwAAQBAJ.
97
Ibid., 226.
34

mikrofilter. Penyaringan makrofilter yaitu penyaringan


dengan menggunakan pasir atau saringan lain, yang
efektif dan berfungsi sama dalam menyaring partikel-
partikel yang kasar. Penyaringan karbon aktif
merupakan penyaringan yang apabila diperlukan dapat
dilakukan dan digunakan sebagai penyerap bau, rasa,
warna, sisa klor, dan bahan organik. Penyaringan
mikrofilter berfungsi sebagai penyaring partikel halus
yang berukuran maksimal 10 (sepuluh) mikron.98
b. Desinfektan
Desinfektan memiliki fungsi yang sangat penting
dalam proses produksi air minum, yaitu untuk
membunuh mikroba patogen. Proses desinfektan pada
air minum dalam kemasan ada dua, yaitu ozonisasi dan
sinar Ultra Violet (UV). Desinfektan dengan
menggunakan ozon prosesnya dapat dilakukan dalam
tangki pencampur ozon atau injeksi ozon dalam pipa.
Konsentrasi ozon dalam tangki pencampur ditetapkan
0,2-0,6 ppm dan kadar residu atau endapan sesaat
setelah pengisian sekitar 0,1-0,4 ppm. Pemeriksaan
kadar residua tau endapan ozon dilakukan secara berkala
dan dibuat rekaman. Proses desinfektan dengan sinar
UV menggunakan panjang gelombang 254 nm dengan
intensitas minimum 10.000 mw detik/cm2.99 Di bawah
ini adalah gambar sistem injeksi ozon.

98
RI, ―Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan.‖
99
Ibid.
35

Gambar 2. 1 Generator Ozon


Pengolahan Air Minum 100

Gambar 2. 2 Sistem Injeksi Ozon


Pengolahan Air Minum Skala Kecil 101

c. Pengisian, Penutupan, dan Pengepakan


Pengisian, penutupan, dan pengepakan merupakan
tahap akhir dari rangkaian proses produksi yang telah
dilakukan. Sebelum masuk proses pengisian, wadah
yang akan diisi dengan air perlu dibersihkan dan dibilas.
Wadah yang akan digunakan pun perlu dilakukan
100
Said, Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan Pengalaman
Praktis.”
101
Ibid.
36

pemeriksaan secara visual untuk mengetahui ada


tidaknya kerusakan. 102 Proses pengisian dan penutupan
dilakukan secara higienis dalam ruang pengisian yang
bersih dan saniter. Ruang pengisian dengan suhu
maksimal 25 C. Dalam pengisiannya dapat disertai
dengan penambahan O2, CO2, dan N2. Proses
pengepakan dapat menggunakan kotak karton, shrink
plastik, krat plastik atau bahan lainnya. 103

C. Air Minum Isi Ulang


1. Pengertian Air Minum Isi Ulang
Air minum isi ulang adalah air minum yang diproduksi di
depot air minum yang merupakan badan usaha pengolahan air
minum untuk kebutuhan masyarakat dalam bentuk curah dan
tidak dikemas.104 Meningkatnya kebutuhan air minum
disebabkan karena jumlah penduduk yang semakin meningkat.
Air minum isi ulang menjadi salah satu industri penyediaan air
minum yang termasuk murah dibandingkan dengan air minum
dalam kemasan. Semakin banyaknya depot air minum isi ulang
proses pengawasan pun semakin berkurang atau kurang dalam
pengawasan.105
2. Standar Mutu Air Minum Isi Ulang
Depot air minum isi ulang adalah industri penyediaan air
minum yang mengolah dan melakukan proses pengolahan air
baku menjadi air minum untuk dijual kepada konsumen.
Sebagai salah satu industri penyediaan air minum depot air
minum isi ulang harus tetap memperhatikan persyaratan
kualitas air minum yang aman bagi kesehatan dalam proses

102
RI dan Perindustrian, ―Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam
Kemasan.‖
103
RI, ―Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan.‖
104
Yushananta dan Ahyanti, ―Risiko Fotoreaktivasi terhadap Kualitas
Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang,‖ 212.
105
Dedi Mahyudin Syam, ―Studi Kondisi Sanitasi dengan Kualitas
Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Panakkukang Kota
Makassar,‖ Higiene 2, no. 2 (2015): 82.
37

produksinya. Persyaratan tersebut tercantum dalam Permenkes


No. 429/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, yakni harus memenuhi persyaratan fisika, kimia,
mikrobiologi, dan radioaktif.106 Dalam proses pengawasannya
yang terdapat dalam Kemenperindag, menyatakan bahwa
pengawasan terhadap mutu produk air minum isi ulang, yaitu
air baku, proses produksi, mesin dan peralatan, dan mutu
produk yang dilakukan secara berkala. 107
3. Proses Produksi Air Minum Isi Ulang
Depot air minum isi ulang harus melakukan proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum dijual dan dikonsumsi oleh
konsumen. Proses pengolahan dilakukan melalui unit
pengolahan, sebagai berikut:
a. Penampungan Air Baku dan Syarat Bak Penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya kemudian
diangkut dengan menggunakan tangki dan ditampung
dalam tangki penampung yang harus dibuat dari bahan
pangan (food grade) dan harus bebas dari bahan-bahan
yang dapat mencemari air. Persyaratan untuk tangki
penampungan, yaitu yang utama adalah hanya digunakan
untuk air minum, dapat dibersihkan dengan mudah,
didesinfektan untuk mencegah pencemaran, diberikan
perlindungan agar tidak terkontaminasi, adanya lubang
pengisian dan pengeluaran air atau dengan melalui kran
diberikan penutup, dan disimpan. Tangki penampung perlu
dibersihkan dan desinfeksi tiga bulan sekali.108
b. Penyaringan
(1) Bahan yang digunakan untuk menyaring biasanya
pasir atau bahan efektif lainnya dengan fungsi yang

106
Imelda Gernauli Purba, ―Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Depot
Air Minum dalam Menjamin Kualitas Air Minum Isi Ulang Supervision of
Implementation of Drinking Water Depot in Ensuring Quality of Refill Drinking
Water Pendahuluan,‖ Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 6, no. 2 (2015): 65.
107
Keputusan Menteri Perindustrian, Perdagangan Republik Indonesia, dan
NOMOR 651/MPP/ Kep/10/2004, ―Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan
Perdagangannya,‖ 2004.
108
Ibid., Bagian 3.
38

sama, yaitu menyaring partikel kasar. Mutu kejernihan


air yang dinyatakan dalam NTU menentukan ukuran
butiran bahan yang digunakan.
(2) Bahan penyaring karbon berasal dari batu bara atau
batok kelapa. Fungsinya sebagai penyerap bau, rasa,
warna, bahan organik, dan sisa klor.
(3) Filter lainnya berfungsi sebagai penyaring partikel
halus dengan ukuran 10 (sepuluh) mikron. 109
c. Desinfektan
Proses desinfektan memiliki 2 (dua) jenis, yaitu
desinfektan dengan proses ozon dan desinfektan dengan
proses sinar UV. Proses desinfektan dengan menggunakan
ozon (O3) dilakukan di dalam tangki atau menggunakan
alat pencampur ozon lainnya dengan kadar ozon yang
ditetapkan minimal 0,1 ppm dan residu atau endapan ozon
sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06-0,1 ppm.
Proses desinfektan dengan ozon, bisa dilakukan dengan
cara penyinaran ultra violet menggunakan panjang
gelombang 254 nm dengan intensitas minimum 10.000 mw
detik/cm2.110 Di bawah ini adalah peralatan desinfektan
dengan sinar UV.

109
Perindustrian, Indonesia, dan Kep/10/2004, ―Persyaratan Teknis Depot
Air Minum dan Perdagangannya.‖
110
Ibid.
39

Gambar 2. 3 Susunan Detail Peralatan Penyaringan


dan Disinfektan dengan Sinar UV111

Gambar 2. 4 Contoh Aplikasi Penggunaan Desinfektan


Ozon Untuk Pengolahan Air Minum Skala Kecil 112

Proses pembilasan, pencucian, dan sterilisasi wadah


dapat dilakukan dengan menggunakan bahan yang terbuat
dari bahan food grade yang terjamin kebersihannya. Wadah
air minum yang dibawa konsumen di depot air minum isi
ulang perlu diperiksa dan jika tidak layak jangan digunakan
sebagai wadah pengisian air minum. Wadah yang akan diisi
perlu disterilkan dengan menggunakan ozon atau air yang
mengandung ozon. Jika perlu dilakukan pencucian maka
harus dilakukan menggunakan detergen yang food grade dan
air bersih dengan suhu 60-85 C serta dibilas dengan air
minum atau air produk secukupnya untuk menghilangkan
sisa-sisa detergen yang digunakan untuk mencuci. 113

111
Tati Baina Gultom, ―Kajian Fisik, Kimia, dan Mikrobiologi Air Minum
Isi Ulang di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung‖ (Universitas
Lampung, 2016).
112
Said, Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan Pengalaman
Praktis.”
113
Perindustrian, Indonesia, dan Kep/10/2004, ―Persyaratan Teknis Depot
Air Minum dan Perdagangannya.‖
40

d. Pengisian
Proses pengisian wadah harus higienis dengan
kebersihan yang terjamin mulai dari alat, mesin, dan
tempat dilakukan pengisian.
e. Penutupan
Dalam proses penutupan wadah dapat dilakukan dengan
tutup yang dibawa konsumen atau yang telah disediakan
oleh depot air minum.

D. Penelitian sebagai Sumber Belajar


Pesatnya perkembangan zaman mencapai canggihnya teknologi
dan sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan. Hal ini
menjadi keharusan manusia sebagai sumber daya mendapat
pendidikan demi menjadinya sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan menjadi peranan dalam kemajuan teknologi yang pesat
dan cepat.114 Pendidikan pada dasarnya merupakan kegiatan mendidik
manusia menjadi manusia, dalam aspek biologinya manusia disebut
sebagai basyar, yang mencerminkan sifat kimia dan biologi. Dalam al-
quran sudah dijelaskan di surat Al-Mukminum ayat 33:115
‫َوقَا َل ٱ ۡن َم َلُ ِمه قَ ۡى ِم ِه ٱنَّ ِريهَ َكفَسُو ْا َو َك َّربُى ْا بِهِقَآ ِء ٱ ۡۡلٓ ِخ َس ِة َوأَ ۡت َس ۡف َٰىَهُمۡ فِي ٱ ۡن َحيَ َٰى ِة ٱن ُّد ۡويَا َما َٰهَ َرآ إِ ََّل‬
٠٠ َ‫َس ِّم ۡثهُ ُكمۡ يَ ۡأ ُك ُم ِم َّما ت َۡأ ُكهُىنَ ِم ۡىهُ َويَ ۡش َسبُ ِم َّما ت َۡش َسبُىن‬ٞ ‫بَش‬
Artinya:‖Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara
kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak)
dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia:
"(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari
apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.‖
(Q.S al-Mukminun:33)
Pendidikan bukan hanya dikaji dalam pengembangan intelektual
saja, namun perlu adanya proses pembinaan karakter peserta didik
secara menyeluruh dan ditingkatkan sehingga membuatnya lebih

114
Chairul Anwar, ―The Efectiveness of Islamic Religious Education in The
Universsities: The Efects on The Students’ Characters in The Era Industry 4.0,‖
Tadris:Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah 3, no. 1 (2018): 77–78.
115
Chairul Anwar, Hakikat Manusia dalam Pendidikan Sebuah Tinjauan
Filosofis (Yogyakarta: SUKA Press, 2014), 10.
41

dewasa.116 Pendidikan sebagai proses pendewasaan, berawal dari yang


tidak tahu menjadi tahu, yang tidak biasa menjadi biasa, dari yang
tidak paham menjadi paham. Pendidikan harus di lihat dari proses
sekaligus tujuan.117 Tujuan dari pembelajaran biologi antara lain,
mengembangkan pengetahuan dari segi praktik dimetode Biologi
untuk memecahkan masalah kehidupan. Melakukan pengembangan
dengan melakukan percobaan dari berbagai jenis penelitian dan
percobaan. Materi untuk pembelajaran yang berkaitan dengan skripsi
ini adalah Bakteri dalam kingdom Monera kelas X semester ganjil.
Meteri bakteri dikaji berdasarkan tepri dan praktikum dalam
pembelajarannya dan dapat menjawab permasalahan topik
pembelajaran. Praktikum dilakukan untuk melatih siswa
menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi masalah.
Kemampuan mengatasi masalah dengan metode ilmiah dapat
mendukung siswa dalam menemukan hal baru, pengetahuan baru, dan
pengalaman baru. Hal ini harus dlakukan secara langsung dalam
proses pembelajaran untuk menguasai metode eksperimen, yang
diperlukan dalam melakukan percobaan praktikum pada materi yang
ada.

E. Angka Paling Mungkin (APM) atau Most Probable Number


(MPN)
Angka Paling Mungkin (APM) atau Most Probable Number
(MPN) merupakan metode perhitungan atau metode tabung ganda
untuk memperkirakan sejumlah kecil mikroorganisme dengan
konsentrasi rendah atau bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik pada
media padat. Sampel yang digunakan dapat berupa, susu, makanan,
air, dan tanah. 118 APM adalah metode perhitungan mikroba, yang
menggunakan data hasil pertumbuhan mikroorganisme dalam seri
tabung media cair tertentu, sampel padat atau cair yang ditumbuhkan

116
Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer
Formula dan Penerapannya dalam Pembelajaran (Yogyakarta: IRSCoD, 2017).
117
Chairul Anwar, Hakikat Manusia dalam Pendidikan Sebuah Tinjauan
Filosofis.
118
Ummi Habibah, ―Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi
Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang (AMIU) Depot di Kelurahan Pondok Cabe
Ilir Kota Tanggerang Selatan Tahun 2016‖ (UIN Syarif Hidayatullah Jalarta, 2016).
42

sesuai jumlah sampel atau diencerkan sesuai tingkatan seri tabung


untuk menghasilkan nilai APM/satuan volume atau massa sampel.
Prinsip utama dalam APM adalah mengencerkan sampel sampai
tingkat pengenceran tertentu, sehingga inokulum yang ditanam pada
tabung menghasilkan data tabung positif atau negatif dalam seri
tabung tertentu dan untuk mengukur konsentrasi mikroba target
dengan perkiraan. Jumlah seri tabung dan banyaknya tabung positif
dapat memperkirakan jumlah mikroorganisme target dalam sampel
asli.119 APM adalah metode perhitungan mikroba berdasarkan data
kualitatif pertumbuhan dalam media cair tertentu dan untuk data
kuantitatif diperoleh dari jumlah mikroba tersebut (APM/ml). Nilai
APM merupakan nilai yang menggambarkan jumlah mikroba dengan
probabilitas tertinggi. 120
Metode APM adalah metode untuk menghitung jumlah
mikroorganisme mengunakan media kultur cair di dalam tabung
reaksi. Metode APM merupakan metode mikrobiologi yang
menggunakan teori probabilitas data positif-negatif untuk menentukan
hasil akhir.121 Umumnya tabung seri 3, tabung seri 5, atau tabung seri
10 untuk setiap pengenceran. Perhitungannya dilakukan secara
statistik. Adanya pertumbuhan bakteri dan gas menunjukkan tabung
positif. Memiliki 3 tahapan, yaitu uji pendugaan yang merupakan uji
spesifik dalam mendeteksi bakteri, uji konfirmasi untuk memperkuat
hasil yang diperoleh dari uji pendugaan, dan uji lengkap yang
merupakan uji terakhir untuk menguji koloni yang tumbuh.122
Pemilihan media memiliki pengaruh yang besar terhadap metode
APM yang dilakukan. Biasanya media yang dipakai berisi nutrisi
khusus untuk pertumbuhan bakteri tertentu. Misalnya, Brilliant Green
Lactose 2% Bile (BGLB 2%) Broth sebagai medium yang dapat

119
Hafsan, Mikrobiologi Analitik (Makassar: Alaudin University Press,
2014), 159&168.
120
Indra Pradika, Teori dan Praktik Perhitungan Mikroorganisme
(Innosains (Graha Ilmu), 2018).
121
Ibid.
122
Standar Nasional Indonesia, ―Cara Uji mikrobiologi - Bagian 1:
Penentuan Coliform dan Escherichia coli pada Produk Perikanan,‖ 2018, 7; Puspita
Mardika Sari Lily Arsanti lestari, Eni Harmayani, Tyas Utami, Dasar-Dasar
Mikrobiologi Makanan di Bidang Gizi dan Kesehatan (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2018).
43

digunakan untuk mendeteksi Coliform. Media ini mengandung laktosa


dan garam empedu (Bile salt), dan hanya bakteri Coliform yang
tumbuh. Bila ada perbedaan antara jenis media dan bakteri yang
dibutuhkan. Untuk menghitung Coliform, digunakan Lauryl Sulfate
Tryptone (LST) atau Lactose broth dan untuk menghitung Escherichia
coli menggunakan EC (E. coli) broth.123 Metode Angka Paling
Mungkin (APM) dapat digunakan untuk menguji keberadaan serta
memperkirakan jumlah E. coli dan Coliform.124

F. Kerangka Berpikir
Air merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi seluruh
makhluk hidup, terutama air minum. Air minum sangat berperan
dalam kehidupan, bagi manusia air minum dibutuhkan untuk
memenuhi pasokan air dalam tubuh, karena kurang lebih 70% tubuh
manusia diisi oleh cairan. Air minum merupakan hal yang sangat
dicari masyarakat, apalagi zaman sekarang bagi masyarakat yang
hidup serba instan dan praktis, serta dengan kemajuan teknologi yang
ada banyak industri penyediaan air minum yang bermunculan.
Terdapat 2 jenis air minum yang umumnya masyarakat konsumsi,
yaitu air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang.
Air minum dalam kemasan menjadi salah satu air minum yang
sudah lama masyarakat percaya untuk dikonsumsi sebelum adanya air
isi ulang. Produksinya yang lebih diperhatikan dari segala aspek demi
menjamin hasil produksi dengan kualitas baik, menjadikan air minum
kemasan dikatakan lebih aman, namun harganya lebih mahal. Air
minum isi ulang sekarang sudah tersebar diseluruh daerah. Hadirnya
air isi ulang, membantu masyarakat dengan mudah mendapatkan air
minum dengan harga yang murah. Adanya alternatif lain dalam
mendapatkan air minum, seperti air isi ulang membuat kebanyakan
masyarakat memilih air isi ulang untuk memenuhi kebutuhan air

123
Hafsan, Mikrobiologi Analitik, 161.
124
Yunan Jiwintarum, Agrijanti, dan Baiq Lilis Septiana, ―Most Probable
Number (MPN) Coliform dengan Variasi Volume Media Lactose Broth Single
Strength (LBSS) dan Lactose Broth Double Strength (LBDS),‖ Jurnal Kesehatan
Prima 11, no. 1 (2017): 14; I Made Sudiana dan I Gede Sudirgayasa, ―Analisis
Cemaran Bakteri Coliform Dan Eschericia coli pada Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU),‖ Jurnal Kesehatan Bakti Husada 20, no. 1 (2020): 53.
44

minum, namun tidak jarang juga masyarakat yang tetap memilih air
kemasan. Masyarakat yang tetap memilih air kemasan biasanya
memiliki ekonomi lebih atau masyarakat yang memang lebih
mementingkan kesehatan.
Banyaknya industri air minum yang bermunculan, tidak sedikit
industri air minum dalam kemasan yang masih kurang maksimal
dalam proses produksinya, karena banyaknya merek air kemasan yang
bermunculan, pengawasan dari pihak terkait juga kurang maksimal.
Banyak studi mengungkapkan bahwa air minum isi ulang lebih
banyak mengandung bakteri dibandingkaan dengan air minum dalam
kemasan. Banyak depot air minum isi ulang berskala kecil, yang
masih kurang pengetahuan perawatan alat, keberadaan dan kebersihan
lokasi kurang diperhatikan, serta tidak rutin dalam pemerikasaan air di
laboratorium. Hal ini dapat menyebabkan tercemarnya bakteri di
dalam kedua jenis air minum, biasanya tercemar oleh bakteri Coliform
dan Escherichia coli.
Bakteri Coliform dan Escherichia coli merupakan bakteri indikator
kualitas air minum. Terkandungnya bakteri dalam air minum dapat
menyebabkan kualitas air menjadi buruk dan menyebabkan beberapa
penyakit akibat konsumsi terus menerus air minum yang tercermar
bakteri. Penyakit paling umum yang disebabkan oleh air minum dan
menjadi kasus terbesar adalah diare, namun banyak penyakit lain yang
disebabkan karena air minum dengan kualitas buruk, seperti kolera,
demam tifoid, disentri, dan lain-lain.

G. Pengajuan Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H0: Terdapat kandungan bakteri Coliform dan Escheriachia coli pada
air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang.
H1: Air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang di Kecamatan
Sukarame tidak mengandung bakteri Coliform dan Escheriachia
coli.
DAFTAR RUJUKAN
A B Birawida, M Selomo, A Mallongi. ―Potential Hazards From
Hygiene, Sanitation and Bacterium of Refill Drinking Water at
Barrang Lompo Island (Water and Food Safety Perspective).‖
Earth and Environmental Science, 2018.
https://doi.org/doi:10.1088/1755-1315/157/1/012034.
Absari, Yulius Dewi. ―Gambaran Kondisi Sarana Air Bersih Wilayah
Kerja Puskesmas Rawat Inap Permata Sukarame Kota Bandar
Lampung Tahun 2020,‖ 2020.
Adam, Dini Hariyanti. ―Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Sekitar
Kampus Universitas Labuhan Batu Rantauprapat.‖ Jurnal
Pendidikan Biologi Nukleus 5, no. 2 (2019): 34–39.
Adriana Ritja Nendissa, Melkhianus Hendrik Pentury. ―Uji
Fisikokimia dan Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang pada Deppo
Air Minum di Kecamatan Sirimau Kota Ambon.‖ Moluccas
Health Journal 2, no. 1 (2020): 28–40.
Agrippina, Fidela Devina. ―Identifikasi Coliform dan Escherichia coli
pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Bandar
Lampung.‖ Majalah Teknologi Agro Industri 11, no. 2 (2019):
54–57.
Agustini, Sri. ―Harmonisasi Standar Nasional (SNI) Air Minum
Dalam Kemasan dan Standar Internasional.‖ Majalah Teknologi
Agro Industri 9, no. 2 (2017): 30–39.
Amelia, Fitrah. ―Identifikasi Bakteri Coliform pada Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) yang diproduksi di Kota Batam.‖ Simbiosa 8,
no. 1 (2019): 85–92. https://doi.org/10.33373/sim-bio.v8i1.1907.
Amin, Lukman Zulkifli. ―TataLaksana Diare Akut.‖ Continuing
Medical Education 42, no. 7 (2015): 504–8.
Apriani, Lisa, dan Rikhsan Kurniatuhadi. ―Deteksi Bakteri Salmonella
dan Shigella pada Makanan Burger di Sungai Raya Dalam
Pontianak.‖ Jurnal Protobiont 8, no. 3 (2019): 53–57.
Ardani, Nadia. ―Perlindungan Konsumen atas Produksi Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) yang Tidak Memenuhi Standar
Kesehatan Menurut Permenkes
Nomor.492/Menkes/PER/IV/2010 (Suatu Penelitian di
Kabupaten Aceh Besar).‖ Jurnal Ilmiah Mahasiswa 2, no. 4
(2018): 762–66.
Ayu, Made, Purnama Sari, Tri Umiana Soleha, Novita Carolia, dan
Khairun Nisa. ―Identifikasi Bakteri Coliform dan Escherichia
coli Pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Bandar
Lampung.‖ Medula 9, no. 1 (2019).
Bakhtiar, Rahmat, Aris Novianto, Muhammad Gazali Hafid, dan Dkk.
―Hubungan Faktor Risiko Mencuci Tangan Sebelum Makan,
Sarana Air Bersih, Riwayat Tifoid Keluarga, Kebiasaan Jajan di
Luar Rumah dengan Kejadian Tifoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Palaran Samarinda‖ 7, no. December 2018 (2020): 1–
10.
Batubara, Frisca Ronauli, Dame Joyce Pohan, Dora Elysia, dan
Octavia Pasaribu. ―Comparison of the Amount of Escherichia
Coli in Refilled Drinking Water at the Depot with Bottled
Drinking Water.‖ International Journal of Health Sciences and
Research 11, no. 5 (2021).
Chairul Anwar. Hakikat Manusia dalam Pendidikan Sebuah Tinjauan
Filosofis. Yogyakarta: SUKA Press, 2014.
Chairul Anwar. Teori-teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer
Formula dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Yogyakarta:
IRSCoD, 2017.
Chairul Anwar. ―The Efectiveness of Islamic Religious Education in
The Universsities: The Efects on The Students’ Characters in
The Era Industry 4.0.‖ Tadris:Jurnal Keguruan dan Ilmu
Tarbiyah 3, no. 1 (2018): 77–78.
Chauhan, Abhishek, Pankaj Goyal, Ajit Varma, dan Tanu Jindal.
―Microbiological Evaluation of Drinking Water Sold by
Roadside Vendors of Delhi, India.‖ Applied Water Science 7, no.
4 (2017): 1635–44. https://doi.org/10.1007/s13201-015-0315-x.
Daud, M. K., Muhammad Nafees, Shafaqat Ali, Muhammad Rizwan,
Raees Ahmad Bajwa, Muhammad Bilal Shakoor, Muhammad
Umair Arshad, et al. ―Drinking Water Quality Status and
Contamination in Pakistan.‖ BioMed Research International
2017 (2017). https://doi.org/10.1155/2017/7908183.
Daud, M K, Muhammad Nafees, Shafaqat Ali, Muhammad Rizwan,
Raees Ahmad Bajwa, Muhammad Bilal Shakoor, Muhammad
Umair Arshad, et al. ―Drinking Water Quality Status and
Contamination in Pakistan.‖ BioMed Research International,
2017. https://doi.org/https://doi.org/10.1155/2017/7908183.
Dwiky Arief Darma. ―Uji Bakteri Coliform Fecal pada Air Minum
Dalam Kemasan Gelas yang dipasarkan di Banda Aceh.‖
Universitas Syiah Kuala, 2016.
Emad Abada , Zarraq Al-Fi fi , Abdul Jabbar Al-Rajab, Mosbah
Mahdhi. ―Molecular Identification of Biological Contaminants in
Different Drinking Water Resources of the Jazan Region, Saudi
Arabia.‖ Journal of Water and Health 17, no. 4 (2019): 622–32.
https://doi.org/10.2166/wh.2019.019.
Forstinus, Nwabor Ozioma, Nnamonu Emmanuel Ikechukwu, Paul
Martins Emenike, dan Ani Oganna Christiana. ―Water and
Waterborne Diseases: A Review.‖ International Journal of
Tropical Disease & Health 12, no. 4 (2016).
https://doi.org/10.9734/IJTDH/2016/21895.
Fortuna, Inti Bintang. ―Pengaruh Kualitas Produk dan Harga terhadap
Keputusan Pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Merek Aqua dalam Prespektif Ekonomi Islam,‖ 2018.
Gafur, Abd, dan Andi Darma Kartini. ―Studi Kualitas Fisik Kimia dan
Biologis pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merek yang
Beredar di Kota Makassar Tahun 2016.‖ Journal Higiene 3, no.
1 (2016).
Gultom, Tati Baina. ―Kajian Fisik, Kimia, dan Mikrobiologi Air
Minum Isi Ulang di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota
Bandar Lampung.‖ Universitas Lampung, 2016.
Hafsan. Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alaudin University Press,
2014.
Hartmann, Trimo Pamudji Al Djono dan Ekart. Sarana Air Minum
Sanitasi Pedesaan. Jakarta: The World Bank Office, 2011.
Hasruddin, Maria Fransisca Zega dan. ―Uji Coliform dan Escherichia
coli pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Medan
Deli.‖ Jurnal Biosains 4, no. 1 (2018): 10–16.
―https://kbbi.web.id/analisis,‖ n.d.
Iis Rosyiah, Lilis Banowati. ―Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kualitas Air Minum Secara Bakteriologis pada Depot
Air Minum,‖ 2017, 907–15.
Indonesia, Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan.
Kebutuhan Air Minum Dalam Kemasan. Web Resmi Aspadin,
issued 2017.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik. ―Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum,‖ 2005.
Indonesia, Standar Nasional. ―Cara Uji mikrobiologi - Bagian 1:
Penentuan Coliform dan Escherichia coli pada Produk
Perikanan,‖ 2018, 7.
Indonesia, Standar Nasional, dan Badan Standardisasi Nasional. Air
Mineral, 2015.
Indonesia, Standar Nasional, dan Badan Standarisasi Nasional. Air
Minum Dalam Kemasan, 2006.
Ingrid Suryanti Surono, Agus Sudibyo, Priyo Waspodo. Pengantar
Keamanan Pangan untuk Industri Pangan. Yogyakarta:
Deepublish, 2016.
https://books.google.co.id/books?id=T6R3DAAAQBAJ.
Irtanto, Okky. ―Perbandingan Uji Bakteriologi Air Antara Air Minum
Isi Ulang dengan Air Minum Dalam Kemasan di Kota
Surakarta.‖ Unversitas Muhammadiyah Surakarta, 2010.
Jang, J, H Hur, M J Sadowsky, M N Byappanahalli, T Yan, dan S
Ishii. ―Environmental Escherichia coli: Ecology and Public
Health Implications—a review.‖ Journal of Applied
Microbiology 123 (2017). https://doi.org/10.1111/jam.13468.
Jiwintarum, Yunan, Agrijanti, dan Baiq Lilis Septiana. ―Most
Probable Number (MPN) Coliform dengan Variasi Volume
Media Lactose Broth Single Strength (LBSS) dan Lactose Broth
Double Strength (LBDS).‖ Jurnal Kesehatan Prima 11, no. 1
(2017): 12.
Joko Tri. Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Joseph, Nitin, Sevitha Bhat, Subhani Mahapatra, Ayush Singh, Sajal
Jain, Ahamed Unissa, dan Namritha Janardhanan.
―Bacteriological Assessment of Bottled Drinking Water
Available at Major Transit Places in Mangalore City of South
India.‖ Journal of Environmental and Public Health 2018 (25
Oktober 2018): 1–7. https://doi.org/10.1155/2018/7472097.
Kassenga, Gabriel R. ―The Health-Related Microbiological Quality of
Bottled Drinking Water Sold in Dar es Salaam, Tanzania.‖
Journal of Water and Health 05, no. 1 (2007): 179–85.
https://doi.org/10.2166/wh.2006.052.
Kaunang, Chrisiansen Dirk, Lingkan Kawet, dan F Halim.
―Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih di Desa
Maliambao Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa
Utara.‖ Sipil Statik 3, no. 6 (2015): 363.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/8829/8388.
Khoeriyah, Ari, dan Anies. ―Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat.‖
Majalah Kedokteran Bandung 47, no. 3 (2015): 137–44.
https://doi.org/10.15395/mkb.v47n3.594.
Lily Arsanti lestari, Eni Harmayani, Tyas Utami, Puspita Mardika
Sari. Dasar-Dasar Mikrobiologi Makanan di Bidang Gizi dan
Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018.
———. Dasar-Dasar Mikrobiologi Makanan di Bidang Gizi dan
Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018.
Mahmoud, Neama Esmat, Hisham N. Altayb, dan Reem Majzoub
Gurashi. ―Detection of Carbapenem-Resistant Genes in
Escherichia coli Isolated from Drinking Water in Khartoum,
Sudan.‖ Journal of Environmental and Public Health 2020
(2020). https://doi.org/10.1155/2020/2571293.
Marhamah, Awliya Nur, Budi Santoso, dan Budi Santoso. ―Kualitas
Air Minum Isi Ulang pada Depot Air Minum di Kabupaten
Manokwari Selatan.‖ Cassowary 3, no. 1 (n.d.): 61–71.
Momtaz, Hassan, Farhad Safarpoor Dehkordi, Ebrahim Rahimi, dan
Amin Asgarifar. ―Detection of Escherichia coli, Salmonella
Species, and Vibrio cholerae in Tap Water and Bottled Drinking
Water in Isfahan, Iran.‖ BMC Public Health 13, no. 556 (2013).
Monica, Rizqy Dimas, Astrid F Khairani, dan V L Michael. ―Daya
Antibakteri Ekstrak Etanol Bawang Sabrang (Eleutherine
americana) terhadap Shigella dysentriae dan Salmonela
enteritidis.‖ Jurnal ilmu Kefarmasian Indonesia 18, no. 1 (2020):
109–17.
Monikayani, Rosmitha, Husnul Khatimah, Noor Muthmainah, Ika
Kustiyah Oktaviyanti, Program Studi, Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran, et al. ―Gambaran Most Probable Number
Air Galon Bermerek dan Isi Ulang di Banjarmasin.‖
Homeostasis 3, no. 1 (2020): 105–10.
Muri Yusuf. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kecana, 2014.
Negera, Edessa, Geritu Nuro, dan Mulugeta Kebede. ―Microbiological
Assessment of Drinking Water With Reference to Diarrheagenic
Bacterial Pathogens in Shashemane Rural District, Ethiopia.‖
African Journal of Microbiology Research 11, no. 6 (2017): 255.
https://doi.org/10.5897/AJMR2016.8362.
Neohadi Wiyono, Arief Faturrahman, Isna Syauqiah. ―Sistem
Pengolahan Air Minum Sederhana (Portable Water Treatment).‖
Jurnal Konversi 6, no. 1 (2017).
Nurasia. ―Analisis Kualitas Kimia dan Fisika Air Minum Dalam
Kemasan yang diproduksi di Kota Palopo.‖ Jurnal Dinamika 09,
no. 2 (2018): 35–41.
Nurlaila, dan Inayah. ―Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid di
Paud Kota Bandar Lampung.‖ Jurnal Keperawatan XIII, no. 1
(2017).
Pamela, Phetisya, Frederika Sumolang, Made Agus Nurjana, dan
Junus Widjaja. ―Analisis Air Minum dan Perilaku Higienis
dengan Kejadian Diare pada Lansia di Indonesia.‖ Media
Litbangkes 29, no. 1 (2019): 99–106.
Pant, Narayan Dutt, Nimesh Poudyal, dan Shyamal Kumar
Bhattacharya. ―Bacteriological Quality of Bottled Drinking
Water Versus Municipal Tap Water in Dharan Municipality,
Nepal.‖ Journal of Health, Population and Nutrition 35, no. 17
(7 Desember 2016). https://doi.org/10.1186/s41043-016-0054-0.
Partiana, Made, Made Sudiana Mahendra, dan Wayan Redi Aryanta.
―Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang pada Tingkat
Produsen di Kabupaten Badung.‖ Ecotrophic 9, no. 2 (2015).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2014. ―Higiene Sanitasi Depot Air Minum.‖ SSRN Electronic
Journal, 2014, 4.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view
/1268/1127.
Perindustrian, Keputusan Menteri, Perdagangan Republik Indonesia,
dan NOMOR 651/MPP/ Kep/10/2004. ―Persyaratan Teknis
Depot Air Minum dan Perdagangannya,‖ 2004.
Permenkes No. 492/Th.2010. ―Persyaratan Kualitas Air Minum.‖
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010.
Phiri, B J, N.P. French, P.J. Biggs, M.A. Stevenson, A.D. Reynolds,
J.C. Garcia-R, D.T.S. Hayman. ―Microbial Contamination in
Drinking Water at Public Outdoor Recreation Facilities in New
Zealand.‖ Journal of Applied Microbiology, 2020.
https://doi.org/10.1111/jam.14772.
Pradika, Indra. Teori dan Praktik Perhitungan Mikroorganisme.
Innosains (Graha Ilmu), 2018.
Pramitasari, Okky Purnia. ―Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam
Tifoid pada Penderita yang dirawat Rumah Sakit Umum Daerah
Ungaran.‖ Jurnal Kesehatan Masyarakat 2, no. 1 (2013): 1–10.
Purba, Imelda Gernauli. ―Pengawasan terhadap Penyelenggaraan
Depot Air Minum dalam Menjamin Kualitas Air Minum Isi
Ulang Supervision of Implementation of Drinking Water Depot
in Ensuring Quality of Refill Drinking Water Pendahuluan.‖
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 6, no. 2 (2015): 65–66.
Purwantoyo, Setijo Pitojo dan Eling. Deteksi Pencemaran Air Minum.
Demak: CV Aneka Ilmu, 2019.
Rahayu, Winiati P., Siti Nurjanah, dan Ema Komalasari. Escherichia
coli: Patogenitas, Analisis, dan Kajian Risiko. Vol. 53. Bogor:
IPB Press, 2018.
Raksanagara, Ardini S., Sukhriyatun Fitriyah, Irvan Afriandi,
Hadyana Sukandar, dan Sri Yusnita Irda Sari. ―Aspek Internal
dan Eksternal Kualitas Produksi Depot Air Minum Isi Ulang:
Studi Kualitatif di Kota Bandung.‖ Jurnal Penelitian 50, no. 1
(2018): 53–60. https://doi.org/10.15395/mkb.v50n1.114.
RI, Departemen Agama. Al-Qur’an Tajwid & Terjemah. Bandung:
CV Penerbit Diponegoro, 2010.
RI, Keputusan Menteri Ketenagakerjaan. ―Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Industri
Pengolahan Golongan Pokok Industri Minuman Bidang Industri
Air Minum Dalam Kemasan Sub Bidang Produksi.‖ Nomor 197,
2017.
RI, Menteri Perindustrian. ―Persyaratan Teknis Industri Air Minum
Dalam Kemasan.‖ Nomor 96/M-IND/PER/12/2011, 2011.
RI, Menteri Perindustrian, dan Perindustrian. ―Persyaratan Teknis
Industri Air Minum Dalam Kemasan.‖ Berita Negara No. 862,
no. 96 (2011).
Ria Ayu Dewanti, Lilis Sulistyorini. ―Analisis Kualitas Bakteriologis
Air Minum Isi Ulang di Kelurahan Sememi, Kecamatan
Benowo.‖ Journal of Public Health 12, no. 1 (2017): 39–50.
https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.39-50.
Robani, Umar. ―Lampung Terendah Akses Sanitasi-Air Minum
Layak, Dinkes: Datanya Belum Lengkap.‖ DUAJURAICO,
2019.
Said, Nusa Idaman. Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan
Pengalaman Praktis.” Jakarta: Pusat Teknologi Lingkungan,
2008.
Sari, Andria Novita. ―Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak
dengan Demam Tifoid Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga
Holistic Management of Pediatric Patient with Typhoid Fever
Through Family Medicine Approaches.‖ Jurnal Mendula 10, no.
3 (2020): 415–22.
Sari, Devy Mulia. ―Hubungan Sumber Air Minum terhadap Kejadian
Diare pada Keluarga.‖ Jurnal Tunas-Tunas Riset Kesehatan VI,
no. 4 (2016).
Sariandi, Kambang, Sunarno, Nelly P, dan Dkk. ―Evaluasi Medium
Pengayaan Vibrio cholerae Untuk Diagnosa Kolera
Menggunakan Immunochromatographic Strip Test.‖ Buletin
Peneliti Kesehatan 41, no. 1 (2013): 11–17.
Shahaby, Ahmad F, Abdulla a Alharthi, dan Adel E El Tarras.
―Bacteriological Evaluation of Tap Water and Bottled Mineral
Water in Taif, Western Saudi Arabia.‖ International Journal of
Current Microbiology and Applied Sciences 4, no. 12 (2015):
600–615.
Simanjuntak, Magdalena. ―Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diare
(Gastroentritis) dengan Menggunakan Forward Chaining.‖
Jurnal Ilmiah Maksitek 2, no. 3 (2017): 38–52.
Statistika, Badan Pusat. ―Kecamatan Sukarame dalam Angka 2020,‖
2020.
Sudiana, I Made, dan I Gede Sudirgayasa. ―Analisis Cemaran Bakteri
Coliform Dan Eschericia coli pada Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU).‖ Jurnal Kesehatan Bakti Husada 20, no. 1 (2020):
52–61.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatid dan R&D.
Bandung: CV Alfabeta, 2013.
Suhariyanto, dan M. Sairi Hasbullah. Mewujudkan Aksesibilitas Air
Minum dan Sanitasi yang Aman dan Berkelanjutan Bagi Semua:
Hasil Survei Kualitas Air di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2015. Yogyakarta, 2015.
Suparno, O, dan N Januarini. Teknologi Proses Pengolahan Air untuk
Mahasiswa dan Praktisi Industri. PT Penerbit IPB Press, 2013.
https://books.google.co.id/books?id=so3rDwAAQBAJ.
Suparno, Suprihatin dan Ono. Teknologi Proses Pengolahan Air untuk
Mahasiswa dan Prakrisi Industri. Bogor: IPB Press, 2013.
Susana, Tjutju. ―Air Sebagai Sumber Kehidupan.‖ Oseana 28, no. 3
(2003): 17–25. www.oseanografi.lipi.go.id.
Syam, Dedi Mahyudin. ―Studi Kondisi Sanitasi dengan Kualitas
Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
Panakkukang Kota Makassar.‖ Higiene 2, no. 2 (2015): 82.
Tominik, Victoria Ire, dan Mustika Sari H Hutabarat. ―Analisis Uji
Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Menggunakan Metode MPN pada Pengolahan Air Sistem
Reverse Osmosis (RO) dan Sistem Ultra Violet (UV).‖ Jurnal
Kesehatan Selmakers Perdana 1, no. 1 (2018): 20–24.
Ulfa, Farissa, Oktia Woro, dan Kasmini Handayani. ―Kejadian
Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Pagiyanten.‖
Journal of Public Health 2, no. 2 (2018): 227–38.
Ummi Habibah. ―Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi
Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang (AMIU) Depot di
Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota Tanggerang Selatan Tahun
2016.‖ UIN Syarif Hidayatullah Jalarta, 2016.
Vesela, Georgieva, dan Dimitrova Yulia. ―Study of the
Microbiological Quality of Bulgarian Bottle Water in Terms of
its Contamination with Pseudomonas aeruginosa.‖ Central
European Journal of Public Health 24, no. 4 (2016): 326–30.
https://doi.org/10.21101/cejph.a4219.
Vita Meylani, Rinaldi Rizal Putra. ―Analisis E.Coli Air Minum Dalam
Kemasan yang Beredar di Kota Tasikmalaya.‖ Journal
Bioeksperimen 5, no. 2 (2019): 121–25.
https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v5i2.2795.
Wahyuni, Rizah Rizwana. ―Uji Bakteriologi Air Minum Isi Ulang di
Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu, Riau.‖ Menara Ilmu
XI, no. 76 (2017).
Wawang Anwarudin, Didi Suhendi, Nur Azizah. ―Analisis Kualitatif
Bakteri Coliform pada Air Bak Penampungan Umum Desa
Taraju Kabupaten Kuningan.‖ Jurnal Farmasi Muhammadiyah
Kuningan 4, no. 416 (2019): 1–7.
Waworuntu, Olivia. ―Identifikasi Bakteri pada Depot Air Minum Isi
Ulang di Kota Manado.‖ Jurnal e-Biomedik 2, no. 2 (2014): 4–7.
Yanis, Ikel Fitri, Feskaharny Alamsjah, dan Anthoni Agustien.
―Potensi Antibakteri dari Ekstrak Segar Daun Kersen (Muntingia
calabura L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Shigella
dysentriae.‖ Jurnal Biologi 8, no. 1 (2020): 14–19.
Yulita, Eli, Florentina Andryanie, dan Hanifatul Islamiyati.
―Penyimpanan Air Minum Dalam Kemasan Menggunakan Es
dari Tepung Aci Tergelatinisasi.‖ Jurnal Dinamika Penelitian
Industri 27, no. 2 (2016).
Yushananta, Prayudhy, dan Mei Ahyanti. ―Risiko Fotoreaktivasi
terhadap Kualitas Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang.‖ Jurnal
Kesehatan 8, no. 2 (2017): 212.
https://doi.org/10.26630/jk.v8i2.482.
Yusuf, Yusnidar. ―Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber
Air Minum Pada Skala Rumah Tangga.‖ SIGMA Journal IV, no.
2 (2012).

Anda mungkin juga menyukai