Modul Pelatihan SIG Tingkat Dasar
Modul Pelatihan SIG Tingkat Dasar
Modul Pelatihan SIG Tingkat Dasar
Software yang dimanfaatkan pada modul ini berbasis user friendly, yaitu
ArcGIS, Global Mapper dan Map Source. Pemilihan Software yang digunakan
merupakan versi yang umum saat ini dengan kemudahan pemahaman bagi pihak
awam untuk mempelajarinya.
Peta yang dapat anda temukan sangat banyak jenisnya, tergantung pada
tujuan pembuatan peta, jenis simbol dan skala yang digunakan, atau
kecenderungan penonjolan bentuk fenomena yang akan digambarkan. Pada
dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu berdasarkan isi peta dan
skala peta. Peta berdasarkan isinya terbagi menjadi dua jenis, yaitu Peta Umum
yang menampakkan seluruh gambaran alamiah ataupun bersifat budaya dari
permukaan bumi dan Peta Khusus yang hanya menampakkan gambaran informasi
tertentu dari permukaan bumi. Peta berdasarkan skalanya terbagi menjadi lima
jenis dimana semakin besar angka perbandingan skalanya maka semakin sedikit
informasi yang tersedia, dengan urutannya yaitu peta kadaster, peta skala besar,
peta skala sedang, peta skala kecil dan peta geografi. Dengan urutan demikian,
maka peta kadaster memiliki penyajian informasi yang paling lengkap dibandingkan
dengan jenis peta lain.
1) Judul Peta
Judul peta memuat isi peta. Dari judul peta Anda dapat segera mengetahui
daerah mana yang tergambar dalam peta tersebut, contohnya Peta Persebaran
Puskesmas Kota Depok. Judul peta merupakan komponen yang sangat penting
karena biasanya pengguna sebelum membaca isi peta terlebih dahulu membaca
judulnya dan hendaknya memuat informasi yang sesuai dengan isinya.
2) Skala Peta
Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan
jarak sebenarnya di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama. Skala ini
sangat erat kaitannya dengan data yang disajikan.
Apabila ingin menyajikan data yang rinci, maka digunakan skala besar,
misalnya 1:5.000. Sebaliknya, apabila ingin ditunjukkan hubungan ketampakan
secara keseluruhan, digunakan skala kecil, misalnya skala 1 : 1.000.000
Legenda pada peta menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat pada
peta. Legenda itu harus dipahami oleh si pembaca peta, agar tujuan pembuatan
peta itu mencapai sasaran.
Tanda arah atau tanda orientasi pada peta untuk menunjukkan arah mata angin
sehingga menghindari kekeliruan pada penggunanya. Tanda arah pada peta
biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara.
Agar peta dapat lebih informatif maka perlu diperhatikan penggunaan simbol
dan warna dalam pembuatannya agar informasi yang disampaikan tidak
membingungkan.
Sumber memberi kepastian kepada pembaca peta, bahwa data dan informasi
yang disajikan dalam peta tersebut benar-benar absah (dipercaya/akurat), dan
bukan data fiktif atau hasil rekaan. Hal ini akan menentukan sejauh mana si
pembaca peta dapat mempercayai data/informasi tersebut. Selain sumber,
perhatikan juga tahun pembuatannya agar dapat diketahui bahwa peta itu masih
cocok atau kadaluarsa untuk digunakan
Inset Peta atau Diagram Lokasi sangat diperlukan agar pembaca dapat
mengetahui lokasi peta terhadap wilayah sekitarnya sehingga dapat dengan mudah
mencari peta lain yang berada di sekitar lokasi peta. Grid Peta berisi batasan
koordinat lokasi sehingga sangat penting dalam menentukan posisi koordinat peta
terhadap posisi di bumi.
Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk
menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu
dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat
didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang
datar.
a. Bidang datar
b. Bidang kerucut
c. Bidang silinder
Proyeksi Silinder
Daerah diantara dua meridian ini disebut zona. Lebar zona adalah 6
sehingga bola bumi dibagi menjadi 60 zone.
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu
peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik
kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala,
arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber
data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah
menjadi format vektor melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan
koordinat sebenarnya di permukaan bumi.
1. Citra Satelit.
Citra merupakan masukan data atau hasil observasi dalam proses penginderaan
jauh. Penginderaan Jauh atau Remote Sensing didefinisikan sebagai ilmu dan
seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena
melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung
dengan objek, daerah atau fenomena tersebut.
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang
sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau/sensor,
baik optik, elektrooptik, optik-mekanik maupun elektromekanik. Citra memerlukan
proses interpretasi atau penafsiran terlebih dahulu dalam pemanfaatannya.
Jenis Citra Satelit berdasarkan tingkat resolusi spasial, yaitu kemampuan sensor
dalam merekam obyek terkecil pada tiap pikselnya ini disebut dengan resolusi
spasial.
a) Citra resolusi rendah, memiliki resolusi spasial antara 15m s/d 30m (Citra
satelit Landsat)
b) Citra resolusi sedang, memiliki resolusi spasial 2.5m s/d 10m (Citra satelit
SPOT)
c) Citra resolusi tinggi, memiliki resolusi spasial 0.6m s/d 1m (Citra satelit Ikonos
dan Quickbird)
2. Foto Udara.
Citra foto udara adalah salah satu jenis citra hasil dari perekaman muka bumi
dengan menggunakan wahan pemotretan udara seperti pesawat terbang ataupun
wahana darat bergerak. Model pengambilan citra dengan wahana darat bergerak
istilah ini dinamakan dengan istilah Ground Based Remote Sensing. Metode ini
digunakan sebagai kontrol dari citra foto yang diambil menggunakan wahana
pesawat terbang. Citra foto hasil metode ini lebih jelas dan lebih mudah dalam
pengenalan obyeknya. Pemotretan udara pada umumnya menggunakan kamera
dan film, dan menghasilkan potret (data analog). Dalam pemotretan
menggunakan pesawat terbang, sensor diletakkan pada dasar yang stabil pada
pesawat terbang tersebut. Dalam perkembangannya saat ini sensor yang sering
dipakai pada saat ini adalah jenis kamera foto udara digital yang memiliki lebih
dari satu saluran optis
Foto Udara
Beberapa definisi dari para ahli tentang SIG yang dapat disimak adalah :
- Aronoff (1989), prosedur yang dilakukan, baik secara manual ataupun dengan
menggunakan perangkat komputer, untuk menyimpan dan melakukan manipulasi
data secara geografis;
- Dueker (1979), sistem informasi yang data dasarnya terdiri dari pengamatan
gejala-gejala, kegiatan atau kejadian yang dilakukan secara keruangan, yang
disimbolkan dalam bentuk titik, garis, dan area, SIG melakukan manipulasi
terhadap data yang berupa titik, garis, dan area untuk keperluan analisis;
- Devine & Field (1986), satu perangkat Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang
dapat menampilkan peta dengan informasi umum.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai definisi SIG yang
baku. Sebagian besar definisi yang diberikan berbagai pustaka masih bersifat
umum dan elastik, hingga agak sulit untuk membedakan dengan sistem-
sistem informasi yang masih serumpun. Secara umum Geographic Information
System (GIS), yang di-Indonesia-kan menjadi Sistem Informasi Geografis (SIG),
merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah
dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989). SIG dapat juga
didefinisikan sebagai suatu sistem terkomputerisasi yang memfasilitasi beberapa
fase dari entri data, analisis data, dan presentasi data.
”Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data
geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk
memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,
memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam
suatu informasi berbasis geografis ”.
DATA VEKTOR
Data Vektor
21 Modul Pelatihan GIS
DATA RASTER .
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang
dihasilkan dari sistem penginderaan jarak jauh seperti citra satelit atau foto
udara. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur
sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).
Data Raster
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-
nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di
permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran
permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi
resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas
yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi,
suhu tanah dan sebagainya.
Sebagai ilustrasi, perbedaan antara data vektor dan data raster adalah sebagai
berikut :
Vektor
Data
Raster
Data
Ada berbagai jenis data yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi
SIG diantaranya peta-peta tematik yang telah tersedia dalam bentuk gambar
analog, citra rekaman dari udara maupun satelit, serta data dari survey, pemetaan
dan eksplorasi yang sudah direkam secara dijital. Semua data yang telah
dimasukan ke dalam SIG tersebut selanjutnya dapat dianalisis secara spatial, di
antaranya untuk keperluan studi kesesuaian lahan dan analisa perubahan batas
dengan metoda overlay, maupun untuk studi distribusi sumber daya alam dengan
analisis jaringan. Kunci utama untuk mendayagunakan pemanfaatan data
geografis dalam SIG untuk pengambilan keputusan bagi perencanaan
pembangunan ada pada kecermatan di dalam menerjemahkan kebutuhan data
dan analisis, serta pada ketersediaan data yang akurat dan mutakhir.
Jika disimak lebih lanjut, akibat sampingan yang lain dari kegiatan
pembangunan fisik adalah meningkatnya volume konflik penggunaan lahan. Di
suaka alam taman nasional Kerinci Seblat di Pulau Sumatra misalnya, dapat
dijumpai beberapa kantung desa pertanian yang dihuni oleh penduduk asli
(Collins et al., 1992). Konflik penggunaan lahan seperti ini dapat terjadi karena
adanya tumpang tindih (overlap) antara batas suatu penggunaan lahan (misal
suaka alam), dengan batas penggunaan lahan yang lain (misal pertanian
penduduk asli). Tumpang tindih tersebut dapat terjadi karena pada dasarnya
setiap kegiatan memerlukan tempat/ruang yang kita kenal dengan nama lahan
tersebut.
h) Dan lain-lain
Program Map Source merupakan software gratis juga cukup user friendly untuk
digunakan. Tampilan awal program Map Source secara default tampak seperti
berikut.
koordinat kursor
1. Baris menu merupakan kumpulan menu pada program Map Source yang di
dalamnya terdapat sub-menu untuk perintah-perintah tugas yang berkaitan
dengan proses penyusunan peta. Baris menu ini secara standar terdiri dari
menu File, Edit, Find, Transfer, View, Tools, Utilities dan Help.
1. File Menubar
3. Find Menubar
4. Transfer Menubar
5. View Menubar
7. Utilities Menubar
8. Help Menubar
Pada kotak dialog Receive From Device pastikan bahwa perangkat GPS
terdeteksi kemudian klik pada tombol Receive
Untuk menyimpan layer kerja pada program MapSource, klik (kiri) pilihan menu
File pada menu toolbar standar, kemudian klik (kiri) pilihan “Save atau Save As”
atau dengan klik (kiri) ikon “Save”.
Membuka program Global Mapper tidak terlalu sulit, apalagi jika pengguna pernah
mengenal software pemetaan lain seperti ArcView, Ilwis, dan lain-lain. Tampilan
icon yang mewakili perintah-perintah pada Global Mapper juga cukup mudah
dipahami.
Program Global Mapper merupakan software berbayar juga cukup user friendly
untuk digunakan. Tampilan awal program Global Mapper 13 secara default
tampak seperti berikut.
koordinat kursor
1. Baris menu merupakan kumpulan menu pada program Global Mapper yang di
dalamnya terdapat sub-menu untuk perintah-perintah tugas yang berkaitan
dengan proses penyusunan peta. Baris menu ini secara standar terdiri dari
menu File, Edit, View, Tools, Search, GPS dan Help.
3. Lembar kerja utama (main page) merupakan halaman dimana tampilan data
spasial/peta akan muncul. Tampilan data spasial ini dikontrol melalui bagian
layer.
1. File Menubar
2. Edit Menubar
3. View Menubar
5. Search Menubar
6. GPS Menubar
7. Help Menubar
6. Digitizer
Toolbar untuk membuat area, membuat persegi atau persegi panjang,
membuat garis, membuat garis area, membuat garis persegi atau persegi
panjang, membuat jarak atau batas, membuat lingkaran, membuat grid,
membuat titik, membuat dip atau strike, menampilkan atau menyembunyikan
garis atau area, menggeser fitur, menggeser vertex, menambah vertex,
menggabungkan fitur garis, membuat garis dari area, membuat area dari
garis, memotong garis, membuat titik dari garis atau area, merotasi atau
menskala fitur, menggabungkan area dan membuat buffer.
Untuk membuka data layer pada program Global Mapper, klik (kiri) pilihan menu
File pada menu toolbar standar, pilih “Open Data Files” atau klik “Open Your
Own Data Files” pada lembar kerja utama atau dapat langsung klik pada ikon
“Open Data Files”.
Untuk menyimpat lembar kerja Global Mapper, pilih menu File kemudian Save
Workspace. Atur nama lembar kerjanya, missal Data Vektor.gmw, pilih Save
baris menu
baris tool
koordinat kursor
1. Baris menu merupakan kumpulan menu pada program ArcMap 10.1 yang
di dalamnya terdapat sub-menu untuk perintah-perintah tugas yang
berkaitan dengan proses penyusunan peta. Baris menu ini secara standar
terdiri dari menu File, Edit, View, Bookmarks, Insert, Selection,
Geoprocessing, Customize, Windows dan Help.
a. File Menubar
b. Edit Menubar
d. Bookmarks Menubar
e. Insert Menubar
g. Geoprocessing Menubar
h. Customize Menubar
j. Help Menubar
Sebelum membuka data, pada kotak dialog Add Data, pilih Connect To Folder
untuk mengkoneksikan lokasi data
Navigasi pada peta merupakan unsur terpenting dalam pengolahan dan penyajian
data spasial karena untuk mengetahui informasi, mengatur pembesaran dan
posisinya dengan cara mengaktifkan toolbars Tools. Untuk mengaktifkannya, klik
menubar Customsize pilih Toolbars kemudian pilih Tools. Berikut fungsi dari
toolbar Tools:
Zoom out : Perkecil pada tampilan layer dalam penyajian data spasial
Fixed Zoom Out: Perkecil 125% ke titik tengah tampilan dari semula
Komponen Geodatabase
Geodatabase memiliki komponen sesuai dengan data yang akan disatukan dalam
satu geodatabase. Untuk tampilan diatas hanya berisi feature dataset dan raster
dataset. Untuk membuat geodatabase seperti tampilan diatas, berikut langkah
sederhananya
Buka program Arc Catalog, pilih menu Start – All Programs – ArcGIS –
ArcCatalog 10.1
Atur nama geodatabase sesuai dengan data yang akan disatukan kedalamnya,
misalnya Latihan_JakPus.gdb
Untuk data raster, Klik kanan geodatabase, pilih Import kemudian Raster
Datasets
MATA
HARI
Pemetaan
Satelit pembawa
sensor
ATMOSFER Kehutanan / Pertanian
awan
PERKOTAAN
OBYEK OBYEK
Pengolahan data
Cuaca
Kelautan
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang
dihasilkan dari sistem penginderaan jarak jauh seperti citra satelit atau foto
udara. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur
sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).
Data Raster
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-
nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di
permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran
permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi
resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas
yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi,
suhu tanah dan sebagainya.
Dasar fisika PJ meliputi empat hal, yaitu sumber tenaga, azas radiasi,
tenaga elektromagnetik dan spektrum elektromagnetik untuk penginderaan jauh.
Data Penginderaan Jauh (PJ) dapat berupa citra dan non-citra. Citra
sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik, analog, dan
dijital. Data PJ dijital dibentuk dari elemen-elemen gambar (pixel = picture
element) yang menyatakan tingkat rona keabu-abuannya. Citra dijital tidak selalu
merupakan data rekaman langsung dari sistem PJ non-foto, tetapi kadang-kadang
dari hasil rekaman data non-dijital seperti gambar dari monitor televisi atau data
fotografik yang telah dikonversi dalam bentuk dijital. Sensor perekam data dapat
dibawa oleh wahana pesawat udara atau satelit.
Sumber data citra PJ saat ini menjadi sangat banyak dan bervariasi, yaitu data
dapat diperoleh dari rekaman satelit PJ komersial, rekaman data satelit
meteorologi, rekaman scanner dari pesawat udara, data dijital dari kamera foto
udara, citra dijital dari rekaman sensor mikrodensitometer, dan citra dijital dari
hasil rekaman beberapa sistem dijitasi dengan resolusi tinggi. Semua data
tersebut dapat diproses dan dianalisis dengan menggunakan teknik pengolahan
66 Modul Pelatihan GIS
citra dijital. Komposit warna asli (true color composite) adalah Citra standar
merupakan paduan tiga saluran warna yang sebenarnya. Sehingga dengan
kombinasi warna tersebut akan terbentuk warna komposit asli yang
menggambarkan Biru untuk tubuh air dan Hijau untuk vegetasi, menggambarkan
warna sebenarnya dari obyek
LEBAR PEREKAMAN
SATELIT/SENSOR FREQUENSI RESOLUSI
CAKUPAN ULANG
ERS- 1
AMI 30 m 100 km 3 hari
SAR mode 5,3 Ghz 5 km x 5km 35 hari
Wave mode 50 km 500 km 176 hari
Wind mode 13,8 Ghz
Radar Altimeter 23,8 Ghz 22 km
Microwave Sounder 36,5 Ghz
JERS-1
SAR 1275 Ghz 18 m x 18m 75 km 44 hari
(L- band / HH)
RADARSAT-SAR
Standard Beam Mode 25 x 28 m 100 km
Wide Swath Beam Mode 25 x 28 m 150 km
Fine Beam Mode 5,3 Ghz 11 x 9 m 50 km
Narrow Scan SAR Beam Mode 50 x 50 m 300 km 24 hari
Wide Scan SAR Beam Mode 100 x 100m 500 km
High Incidence Beam Mode 25 x 28 m 75 km
Low Incidence Beam Mode 25 x 28 m 170 km
Berikut tahapan pengolahan data citra satelit dari hasil perekaman kemudian
dilakukan koreksi, penajaman dan interpretasi sesuai jenis citra dan keperluan
penggunaannya
Untuk membuat data vektor dapat dilakukan dengan langkah sederhana sebagai
berikut:
Buka program Arc Catalog, pilih menu Start – All Programs – ArcGIS –
ArcCatalog 10.1
Klik kanan folder yang akan menjadi tempat menyimpan, pilih New kemudian pilih
Shapefile
Pengolahan data spasial dapat dilakukan setelah ada bahan dasar untuk
dilakukanya dijitasi data. Bahan dasar tersebut bisa berupa peta analog, foto
udara, citra satelit, data tabular ataupun data survey. Bahan dasar dari peta
analog, foto udara dan citra satelit perlu dilakukan georeferencing sedangkan data
tabular dan data survey dapat dilakukan georeferencing apabila terdapat
informasi catatan nilai koordinat dari lokasi. Georeferencing merupakan cara
untuk memberikan informasi spasial ke vektor atau raster yang belum memiliki
informasi spasil (dalam hal ini nilai koordinat)
Buka program Arc Map 10.1, pilih menu Start – All Programs – ArcGIS –
ArcMap 10.1
Buka data peta Depok.jpg yang akan di-georeferencing “D:\Training GIS \SHP\05.
TIPE, PEMBUATAN DAN PENGOLAHAN DATA SPASIAL\5.3. PENGOLAHAN
DATA SPASIAL\GEOREFERENCING” dengan Add Data
Pada toolbar Georeferencing pilih Add Control Points untuk menambah titik
koordinat
Berikut tabel ke empat titik perpotongan grid koordinat yang terletak pojok peta
KiA D M S DD D M S DD KaA
LS -6 -17 -30 -6,291667 -6 -17 -30 -6,291667 LS
BT 106 42 30 106,708333 106 53 0 106,883333 BT
KiB D M S DD D M S DD KaB
LS -6 -28 0 -6,466667 -6 -28 0 -6,466667 LS
BT 106 42 30 106,708333 106 53 0 106,883333 BT
Keterangan: KiA (Kiri Atas), KiB (Kiri Bawah), KaA (Kanan Atas), dan KaB
(Kanan Bawah)
Untuk melihat hasil akurasi georeferencing dapat dengan membuka View Link
Table pada toolbar Georeferencing
Atur lokasi output, nama data dan tipe data yang akan disimpan sebagai hasil
georeferencing
Pemberian nama di “define projection” harus sesuai dengan nilai spatial di image,
jika nilai di image decimal degree WGS 1984 maka di beri nama WGS 1984 atau
jika nilai spatial di image UTM 48S maka di beri nama UTM 48S
Kita bisa mencari define projection di Arc ToolBox : Data Management Tools
Projection and Transformation define Projection atau dengan “search”
tuliskan kata kunci “define Projection”
Buka program Arc Map 10.1, pilih menu Start – All Programs – ArcGIS –
ArcMap 10.1
Cari persimpangan admin atau ujung runcing admin, klik kiri kemudian klik
kanan pada Adm_Depok_Kec_Utm pilih Zoom To Layer, arahkan pada lokasi
yang mirip dan tepat.
Setelah sudah memberikan nilai spatial maka pilih menu georeferencing - Rectify
untuk menyimpan hasil georeferencing ke format data baru
Setelah di “rectify” maka image sudah mempunyai nilai spatial (baik decimal
degree ataupun UTM) tetapi di ArcGIS nilai spatial itu belum mempunyai nama
(istilah; atau belum ada .prj di metadatanya) sehingga harus di “define projection”
(di Arc ToolBox).
Kita bisa mencari define projection di Arc ToolBox : Data Management Tools
Projection and Transformation define Projection atau dengan “search”
tuliskan kata kunci “define Projection”
Coordinat system koordinat yang akan kita pakai (harus sesuai dengan nilai
spatial di image, jika nilai di image decimal degree WGS 1984 maka di beri nama
WGS 1984 atau jika nilai spatial di image UTM 48S maka di beri nama UTM 48S)
Add Data atau Drag and Drop data .shp di folder “D:\Training GIS
Bapeten\SHP\05. TIPE, PEMBUATAN DAN PENGOLAHAN DATA SPASIAL\5.3.
PENGOLAHAN DATA SPASIAL\SPATIAL ADJUSTMENT “ ke dalam lembar
kerja ArcMap
Cek besaran RMS error dengan membuka link table. Pastikan besaran RMS
Error berada di kisaran 0 - 1
Buka program Arc Map 10.1, pilih menu Start – All Programs – ArcGIS –
ArcMap 10.1
Untuk memulai proses dijitasi, perlu dibuat shapefile baru. Berdasarkan peta
yang telah tergeoreferensi terdapat lima shapefile yang perlu dibuat yaitu:
Setelah dibuat kelima shapefile tersebut, maka dilakukan Add Data untuk
memulai proses digitasi pada peta yang telah tergeoreferensi
Klik kanan pada layer Puskesmas, kemudian pilih Edit Feature - Start Editing
Pada toolbar Editor , pilih Create Feature untuk membuka jendela fitur yang
akan dibuat
Untuk membuat fitur titik, klik Puskesmas pada jendela Create Features. Pada
jendela Construction Tools pilih Point
Pada toolbar Editor , pilih Create Feature untuk membuka jendela fitur yang
akan dibuat
Klik kanan pada layer Kecamatan kemudian pilih Edit Feature-Start Editing
Pada toolbar Editor , pilih Create Feature untuk membuka jendela fitur yang
akan dibuat
Untuk membuat fitur garis, klik Kecamatan pada jendela Create Features. Pada
jendela Construction Tools pilih Polygon
Simpan hasil digitasi dengan pilih Editor pada toolbar editor kemudian pilih Save
Edit. Untuk menghentikan digitasi dengan pilih Editor pada toolbar editor
kemudian pilih Stop Editing
6.2. ATRIBUT
Data Atribut adalah data yang menerangkan (informasi) tentang objek (fenomena)
yang ada di muka bumi. Data Atribut memiliki hubungan dengan data spasialnya
(peta), sehingga satu feature diwakili oleh satu record (baris) dan satu feature
bisa memiliki lebih dari satu field (kolom).
2 Numeric (angka) untuk data angka terdapat 2 bentuk format yaitu data
tanpa decimal yang disebut integer dan data dengan decimal (float dan
double)
Buka program Arc Map 10.1, pilih menu Start – All Programs – ArcGIS –
ArcMap 10.1
Untuk memulai proses atribut, perlu dipastikan semua dijitasi telah selesai
dilakukan. Buka attribut shapefile dengan klik kanan shapefile pilih Open
Attribute Table, untuk menambah kolom klik Table Option pilih Add Field
Ketentuan
- Name maksimal 10 karakter
- Type: Short Int angka kecil tanpa koma, Long
Int angka besar tanpa koma, Float angka kecil
pakai koma, Double angka besar pakai koma,
Text text, Date tanggal
Untuk memulai mengisi data atribut, klik Editor pilih Start Editing. Kemudian
menyeleksi feature terlebih dahulu yang akan diisi data attribute (select
features)
Cara I
Cara II
Mengisi informasi data attribute secara keseluruhan atau satu-satu pada feature
yang dipilih dengan cara klik kanan pada field yang ingin diisi dan pilih Field
Calculator - ketik “Limo” - Ok
100 Modul Pelatihan GIS
Keunggulan cara II yaitu tanpa harus mengaktifkan toolbar Editor
Cara III
Mengisi informasi data attribute secara keseluruhan atau satu-satu pada feature
yang dipilih dengan cara klik kanan pada field (Double) yang ingin diisi dan pilih
Calculate Geometry – atur data yang dibutuhkan (koordinat, panjang,
keliling dan Luas) – Atur unit satuan yang dihasilkan - Ok
Suatu tabel atau data tabular sering diberikan informasi tambahan pendukung isi
data tersebut. Pendukung data tersebut biasanya berbentuk judul informasi/data,
keterangan isi data, dan lain sebagainya.
Dalam format database, untuk dapat dikombinasikan dengan data spasial atau
data lain, hal terpenting adalah isi data tersebut. Keberadaan informasi
tambahan/pendukung dari data itu akan membuat kesalahan dalam penyusunan
dan pembacaan database sehingga dibutuhkan penghapusan informasi-informasi
tambahan selain isi data itu sendiri.
Dalam penggabungan database, hal yang juga sangat penting adalah memillih
primary key. Primary key merupakan kunci (kolom berisi karakter data) yang unik
dan identic. Primary key ini harus dimiliki masing-masing database (tabular &
spasial). Jika belum ada primary key, maka perlu dibuat primary key dengan
persyaratan utama identic dan unik. Contoh dalam data ini, kolom yang dapat
ditunjuk sebagai primary key adalah kolom berjudul “ID_JLN” yang mewakili nama
kabupaten/kota.
Pada database spasial juga memiliki kolom serta baris layaknya data tabular
(excel). Fokus pada primary key yang akan dipilih yaitu kolom berjudul “ID_JLN”
apabila masih memiliki perbedaan karakter primary key sehingga perlu disamakan
sampai identik dan persis.
Setelah pengecekan dan penyamaan terhadap primary key yang akan digunakan
sebagai kunci penggabungan data selesai, maka isi data juga harus disesuaikan
dengan type-nya masing-masing. Sederhananya, data terbagi atas numerik dan
text. Data numerik merupakan data yang memiliki nilai dari angka itu sendiri,
misalnya jumlah penduduk di Desa A sebanyak 100 jiwa, di Desa B 150 jiwa,
Tahap join data dilakukan dengan memulai membuka data shapefile. Kemudian
langkah selanjutnya adalah memanggil data spasial yang akan dijoin dengan data
tabular yang telah dipersiapkan (dilakukan normalisasi data tabular).
Setelah data spasial/peta dipanggil dan telah muncul pada lembar kerja utama
ArcGIS, maka tahap selanjutnya adalah memanggil/memasukkan data excel yang
Pada dialog box Join data ini di tab join to the layer terdapat menu “add atttibute
from tabel” pada symbol tanda (▼). Klik tanda tersebut pada kolom dibawahnya,
lalu sesuaikan field/kolom dari kedua database yang akan dijoinkan dengan
menunjuk masing-masing primary key.
Table merupakan file data tabular (sheet excel) yang akan dijoin.
Field table merupakan judul kolom dari file excel yang akan dijadikan
sebagai primary key/penghubung database.
Setelah itu, dapat dilihat bahwa database spasial dan tabular telah terjoin dengan
primary key nama ID_JLN. Hasilnya dapat dilihat pada keterangan join sebagai
mana gambar berikut.
Hasil dari join data ini dapat dicek pada database spasial/petanya dengan klik
kanan pada layer data spasial, pilih open attribute table. Attribute table dari layer
database spasial ini akan menunjukkan mana nama kolom hasil join data tersebut
dengan menambahkan nama kolom keterangangan tambahan berupaka nama file
excel yang dijoin di depan nama masing-masing kolom hasil join.
Buka program Arc Map 10.1, pilih menu Start – All Programs – ArcGIS –
ArcMap 10.1
Untuk memulai proses visualisasi data, perlu dipastikan semua atribut telah
selesai diisikan. Add Data shapefile dari folder “D:\Training GIS\SHP\07.
VISUALISASI DAN SIMBOLOGI DATA SPASIAL\7.1. VISUALISASI DATA“. Buka
attribut masing-masing shapefile dengan klik kanan shapefile pilih Open Attribute
Table, untuk mengecek kelengkapan atributnya.
Klik kanan pada Puskesmas, pilih Properties untuk mengatur simbol puskesmas
Pilih tab menu Symbology kemudian pilih Features lalu Single Symbol
Pilih tab menu Symbology kemudian pilih Categories lalu Unique Value. Pilih
Value Field “Kecamatan”
Untuk Menambahkan label informasi pada Kecamatan, pilih tab menu Labels
pada Layer Properties. Ceklis pada “label features in this layer” dan pada label
field pilih “NAMA_JLN”, kemudian atur ukuran, warna dan style hurufnya
Untuk simbologi jenis lainnya dapat dilakukan dengan memilih tab menu
Symbology kemudian pilih Quantities lalu Graduated colors. Pilih Value Field
sesuai keinginan data yang akan ditampilkan
Untuk simbologi jenis lainnya dapat dilakukan dengan memilih tab menu
Symbology kemudian pilih Charts lalu Pie/Bar/Stacked. Pilih Value Field sesuai
keinginan data yang akan ditampilkan
Klik kanan shapefile yang telah diatur visualisasinya, pilih Save As Layer File
Atur nama output layer file sesuai nama shapefile yang telah dilakukan visualisasi
data
Untuk mengatur label grid dengan cara pilih Properties, kemudian atur orientasi
label grid kiri dan kanan menjadi vertikal dengan mencentangnya
Untuk menambahkan judul peta dapat dilakukan dengan pilih menu Insert ,
kemudian pilih Title. Tuliskan judul peta “SEBARAN PUSKESMAS KOTA
DEPOK, PROV. JAWA BARAT TAHUN 2015”,kemudian klik OK
Pilih model arah utara yang diinginkan, lalu klik OK. Atur penempatan Arah Utara
pada bidang informasi tepi
Pilih model skala yang diingkinkan,kemudian atur jumlah divisi dan subdivisi, atur
satuan dan letak label, lalu klik OK. Atur posisi scale bar pada bidang informasi
tepi
Untuk menambahkan gambar atau logo, pilih menu Insert , lalu pilih Picture.
ris tepi dibutuhkan pada setiap peta untuk menyatukan seluruh elemen peta
secara visual. Blok semua elemen peta, pilih menu Insert , lalu pilih Neatline
ESRI, 2004. Understanding Map Projections. ESRI ESRI, 2012. ArcGIS 10.1
Desktop Help. ESRI
GIS Konsorsium Nias Aceh. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar,
Pelatihan Staff Pemerintah Kota Banda Aceh, Banda Aceh
Semedi, Jarot Mulyo, 2014. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografi Tingkat
Lanjut, Direktorat Landreform, Badan Pertanahan Nasional, Jakarta
Supriatna. 2001. Analisis dan Aplikasi SIG. Dept Geografi FMIPA UI, Depok