Analisis Spasial Kelurahan Petogogan Kota Jakarta Selatan PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS SPASIAL

RDTR KELURAHAN PETOGOGAN


KECAMATAN KEBAYORAN BARU
KOTA JAKARTA SELATAN
Anggota Kelompok:
1. Ardi NPM. 1306361186
2. Dede NPM. 1306361204
3. Fajrin NPM.1306361236
4. Lia Fitriasari Rahayu NPM. 1306361242
5. Rifa Diana Yulianti NPM. 1306361261
6. Rudolf Doni Abrauw NPM. 1306361293
7. Vicca Karolinoerita NPM. 1306361305
8. Aljunaid Bakari NPM. 1306421664
9. Dewi Eliya Sari NPM. 1306421670
MAGISTER GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan kawasan perkotaan, selain memberikan dampak positif bagi
perkembangan ekonomi, ternyata pada sisi lainnya dapat mengakibatkan timbulnya
permasalahan lingkungan, apabila kegiatan pembangunan yang dilakukan tidak
memperhitungkan faktor daya dukung lahan. Bencana banjir (flood) ataupun genangan air
(inundation) merupakan salah satu contohnya.
Permasalahan di Provinsi DKI Jakarta tentang bencana masih belum berubah bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, walaupun pembenahan dan penanganan telah
diupayakan khusus untuk permasalahan tersebut dimasa yang akan datang masih menjadi
prioritas penanganan.
Permasalahan banjir pada umumnya sangat terkait erat dengan berkembangnya kawasan
perkotaan yang selalu diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk, aktifitas dan
kebutuhan lahan, baik untuk permukiman maupun kegiatan ekonomi. Karena keterbatasan
lahan di perkotaan, terjadi intervensi kegiatan perkotaan pada lahan yang seharusnya
berfungsi sebagai daerah konservasi dan ruang terbuka hijau. Akibatnya, daerah resapan
air semakin sempit sehingga terjadi peningkatan aliran permukaan dan erosi. Hal ini
berdampak pada pendangkalan (penyempitan) sungai, sehingga air meluap dan memicu
terjadinya bencana banjir, khususnya pada daerah hilir.
Kondisi geografis yang tidak menguntungkan, dimana luas DKI Jakarta sebesar 662.3 Km
2
dimana sebesar 40 persennya merupakan dataran rendah, yang ketinggiannya berada di
bawah muka air laut pasang 1 sampai dengan 1,5 meter, dan dari 40 persen lahan tersebut
baru 11.500 Hektar yang dilayani dengan Polder, dimana di Provinsi DKI Jakarta juga
mengalir 13 aliran sungai menuju laut diantaranya Kali Mookervart, Kali Ciliwung, Kali
Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Baru Barat, Kali Baru Timur, Kali Buaran, Kali
Grogol, Kali Cipinang, Kali Jatikramat, Kali Cakung dan Kali Sunte) yang kondisinya terus
mengalami pendangkalan dan penyempitan akibat adanya sampah dan bangunan liar
disepanjang sungai, menyebabkan bencana banjir dari tahun ke tahun menjadi suatu
beban yang harus diwaspadai dan ditanggulangi di Provinsi DKI Jakarta. Selain hal tersebut
diatas juga diperparah dengan pembangunan yang sangat pesat di Jabotabek serta
terjadinya perubahan tataguna lahan di hulu sungai, yang menjadi penyebab penambahan
debit air pada musim penghujan yang melebihi batas maksimum, pada saat ini daerah
tangkapan hujan yang mempengaruhi Jakarta meliputi BOPUNJUR hanya seluas 85.000 Ha.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka pemerintah DKI Jakarta, terus mulai
berbenah dalam menanggulangi bahaya kebanjiran, dimana yang dahulu genangan selalu
bertahan lama maka sejak tahun 2008 dengan dimulainya normalisasi sungai-sungai di
Jakarta jumlah genangan dari tahun ke tahun terus mulai terjadi pengurangan, dimana
pada tahun 2010 jumlah titik genangan sebanyak 75 lokasi yang tersebar di lima wilayah
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
2
kota Jakarta, maka pada tahun 2011 dengan banyaknya pengerukan dan pelebaran sungai
maka jumlah titik genangan sudah mulai berkurang menjadi 62 titik rawan banjir dan sifat
genangan adalah sementara yang airnya terus mengalir walaupun disana-sini masih dapat
menyebabkan kemacetan dan diharapkan pada tahun-tahun berikutnya bisa mengurangi
resiko banjir di Provinsi DKI Jakarta. Untuk melihat banyaknya lokasi titik genangan adalah
sebagai berikut Jakarta Timur sebanyak 5 titik lokasi genangan, Jakarta Selatan sebanyak
12 lokasi titik genangan, Jakarta Pusat sebanyak 9 lokasi titik genangan, Jakarta Barat
sebanyak 17 lokasi titik genangan dan Jakarta Utara sebanyak 19 lokasi titik genangan.
Gambar 1. Peta dan Lokasi Genangan Air Hujan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
3
Laju pertambahan penduduk di Kota Jakarta senantiasa menuntut tersedianya lahan untuk
menampung setiap kegiatannya. Karena keterbatasan ruang dan lahan maka, sempadan
sungai yang seharusnya menjadi ruang terbuka hijau sudah dijadikan sebagai tempat
bermukim. Sehingga untuk menormalisasi sempadan sungai maka perlu dilakukan
penataan ruang, salah satunya dengan memindahkan masyarakat sejauh 10 meter dari
sempadan sungai melalui pembangunan kampung deret atau pembangunan kampung
vertikal. Salah satu kelurahan yang merupakan wilayah rawan banjir adalah Kelurahan
Petogogan, sehingga dilakukan normalisasi sempadan sungai yang akan di alih fungsikan
sebagai daerah resapan air dan ruang terbuka hijau. Berikut ini adalah laporan Analisis
Spatial Rencana Detail Tata Ruang Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru
Jakarta Selatan.
1.2 Ruang Lingkup
A. Ruang Lingkup Materi
Untuk menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan
perkotaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten dan menciptakan
keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien serta menjaga konsistensi
perwujudan ruang kawasan perkotaan melalui pengendalian program-program
pembangunan perkotaan, maka diperlukan Analisis Spasial Rencana Detail Tata Ruang
Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan untuk
menyelesaikan permasalahan penataan ruang khususnya di sepanjang sempadan
Sungai Krukut.
B. Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah kajian adalah Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru
Jakarta Selatan dengan luas wilayah 86 hektar atau 0,86 Km
2
.
1.3 Tujuan
Tujuan perencanaan ruang detail yang akan dilakukan yakni, membuka wilayah sempadan
sungai sebesar 10 meter untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai fungsi ruang terbuka
hijau dengan cara merelokasi permukiman yang berada di sekitar sempadan sungai melalui
pembangunan kampung deret dan/atau pembangunan permukiman vertikal.
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
4
Gambar 2. Peta Eksisting Pola Ruang Kelurahan Petogogan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
5
BAB II
METODOLOGI
2.1 Lokasi Perencanaan
Lokasi perencanaan RDTR ini di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Kota
Jakarta Selatan.
2.2 Jenis Data
A. Data primer
Pengumpulan data primer, dilakukan dengan observasi dan wawancara. Serta survey
titik kordinat lokasi
B. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Data BPS Kota Jakarta Selatan, foto udara
dan citra google earth.
2.3 Metode Analisis
Metode analisis dalam proses perencanaan ini menggunakan analisis spatial berbasis GIS.
Melalui Pembangunan basis data spatial (peta digital) dan data atribut yang merupakan
satu kesatuan. Adapun tahapan yang harus dilakukan dalam pembangunan basis data
digital di antaranya adalah:
Inputing data (peta, atribut)
Proses input data dari peta dilakukan dengan melakukan digitasi dari citra google earth dan
foto udara. Proses ini dilakukan dengan scanning peta yang kemudian di lanjutkan dengan
on screen digitize pada ArcGis.
Editing
Proses editing dilakukan untuk menghapus dan membenarkan kesalahan-kesalahan pada
saat proses inputing data.
Transformasi koordinat (proyeksi peta)
Khusus untuk data spatial, perlu dilakukan proses proyeksi peta yang bertujuan agar peta
digital yang terbentuk sesuai dengan keadaan di lapangan.
Topologi
Topologi merupakan hal yang sangat penting aplikasi GIS, karena dengan topologi dapat
dilakukan pengembangan terhadap informasi-informasi yang harus dimiliki dari obyek
geografi.
Tagging
Proses ini diperlukan agar antara data spatial dan data atribut dapat saling berhubungan.
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
6
Link data spatial dan atribut
Pada tahapan ini, terjadi proses link antar data spatial dan data atribut yang merupakan
cikal bakal GIS.
Analisis
Proses analisis dilakukan jika basis data dan desain aplikasi sudah terbentuk.
Gambar 3. Tahapan Analisis
Data Atribut
dalam MS Access
atau MS Excel
Peta Dasar
dan
Peta Tematik
Digitasi
Topologi
Editing/Verifikasi
Mapjoin
Clipping
Tagging
Link Data Base
Layout Desain
Quality Control
Peta siap di
analisis dan siap
cetak
Sumber data
Primer & Sekunder
Uji
Ketelitian
Ya
Persiapan
data spatial
Transformasi
Tidak
Prosessing data
menggunakan
ArcGis 10.1
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
7
2.4 Tahapan Perencanaan
Tahapan perencanaan dalam kegiatan ini sebagaimana di jabarkan dalam Gambar 4
sebagai berikut :
Gambar 4. Tahapan Perencanaan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
8
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH KELURAHAN PETOGOGAN
3.1 Kondisi Geografis
Kelurahan Petogogan merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Kebayoran Baru Kota
Jakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah 0.86 Km
2
, yang terdiri dari 79 RT
dan 6 RW. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam peta administrasi berikut ini :
Gambar 5. Peta Administrasi Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
9
3.2 Basis Ekologi
A. Jenis Penggunaan Tanah
Jenis penggunaan tanah di Kelurahan Petogogan didominasi oleh permukiman formal
dan informal, perdagangan dan jasa, pemerintahan serta ruang terbuka hijau. Untuk
lebih jelas sebarannya dapat dilihat pada peta penggunaan tanah sebagai berikut :
Gambar 6. Peta Penggunaan Tanah Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
10
B. Nilai Tanah
Di Kelurahan Petogogan terdapat kontradiksi status sosial masyarakatnya dimana ada
kawasan perumahan elit yang berdasarkan informasi yang di dapat nilai tanah dan
bangunannya bisa mencapai kurang lebih 40 juta rupiah per meter persegi. Tetapi
terdapat pula kawasan kumuh (perumahan informal) khususnya disepanjang bantaran
Sungai Krukut yang memiliki nilai bangunan yang rendah karena letak, kualitas dan
kondisi eksisting fisik bangunan yang dianalogikan jika bangunan lama dipugar maka
warga tidak mampu untuk membangun kembali bangunan dengan spesifikasi yang
sama.
Berdasarkan hasil analisis WTA (Willingness To Accept) yaitu analisis yang bertujuan
untuk mengetahui nilai ganti rugi yang bersedia diterima masyarakat yang telah
dilakukan oleh Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), nilai ganti rugi (WTA) yang
bersedia diterima masyarakat untuk tanah dan bangunan di wilayah Kelurahan
Petogogan setelah dipengaruhi faktor-faktor seperti luas lahan, jarak tempat tinggal
dengan sungai, pendidikan, status kepemilikan tanah dan jenis bangunan adalah
sebesar Rp. 2.110.000 per meter persegi.
C. Status tanah
Mayoritas tanah masyarakat Kelurahan Petogogan adalah tanah yang sudah
bersertifikat dengan status Hak Milik. Namun masih ada masyarakat yang mendirikan
bangunan secara ilegal karena tidak memiliki status kepemilikan tanah dan bangunan
yang sah dari pemerintah yang umumnya mereka adalah warga pendatang (bukan
warga asli Kelurahan Petogogan). Terdapat pula sebidang tanah negara yang kini oleh
pemerintah setempat dijadikan sebagai lokasi Kampung Deret.
Tentang status kepemilikian tanah secara terperinci belum dapat diketahui karena
belum adanya penerbitan peta rincian status hak tanah secara lengkap dari instansi
terkait yang mencantumkan nama pemilik dan status tanah serta batas bidang tanah
yang ada di Kelurahan Petogogan.
D. Kependudukan
Kelurahan Petogogan terdiri dari 4.535 Kepala Keluarga (KK), dengan jumlah penduduk
pada tahun 2011 berjumlah 15.429 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan berjumlah
4.615 jiwa dari tahun sebelumnya yang berjumlah 10.814 jiwa (Gambar 7).
Gambar 7. Karakteristik Kependudukan Kelurahan Petogogan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
11
3.3 Basis Ekonomi
A. Mata pencaharian
Masyarakat di Kelurahan Petogogan umumnya memiliki mata pencaharian sebagai
pegawai negeri sipil, pegawai swasta, pedagang, buruh, pemulung dan tukang ojek
dengan lokasi pekerjaan tersebar baik di dalam lingkup Kelurahan Petogogan maupun
diluar wilayah Kelurahan Petogogan.
Untuk masyarakat di sepanjang sempadan Sungai Krukut didominasi oleh mata
pencaharian sebagai tukang ojek, buruh dan pemulung sampah yang umumnya
bekerja di dalam lingkup wilayah Kelurahan Petogogan.
B. Pendapatan
Secara umum pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Petogogan
terbagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori pendapatan tinggi (rata-rata di atas 10
juta per bulan) yang dimiliki oleh masyarakat dengan jenis pekerjaan sebagian pegawai
swasta, sebagian pegawai negeri sipil dan sebagian pedagang; kategori pendapatan
menengah (rata-rata 3 s/d 10 juta per bulan) yang juga dimiliki oleh masyarakat
dengan jenis pekerjaan sebagian pegawai swasta, sebagian pegawai negeri sipil dan
sebagian pedagang; kategori pendapatan rendah (rata-rata kurang dari 3 juta per
bulan) yang didominasi oleh masyarakat dengan mata pencaharian sebagai pedagang,
buruh, pemulung dan tukang ojek.
Masyarakat yang tinggal di sempadan Sungai Krukut umumnya termasuk dalam
kategori pendapatan rendah, bahkan banyak yang pendapatan per bulannya tidak
menentu karena jenis pekerjaan musiman, seperti buruh (kuli bangunan) dan
pemulung sampah.
Pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Kelurahan Petogogan yang memperlihatkan
arah pertumbuhan ekonomi dilihat dari mayoritas mata pencaharian dan pendapatan
masyarakat Kelurahan Petogogan yang saling berkaitan seperti sektor swasta (jasa)
dan perdagangan dimana penghasilan masyarakat yang berprofesi sebagai pegawai
swasta, PNS dan pedagang memiliki tingkat pendapatan di kategori rendah, menengah
dan tinggi. Percepatan pertumbuhan didorong oleh pembangunan fisik yang dilakukan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, serta pembangunan pusat-pusat bisnis di sekitar
wilayah Petogogan yang dilaksanakan oleh pihak swasta serta lokasi Kelurahan
Petogogan yang dinilai strategis berada dekat kawasan pusat perdagangan blok M.
C. Sarana Prasarana
Sektor angkutan dan komunikasi juga mengalami pertumbuhan guna menunjang
sektor perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan Petogogan. Maraknya penggunaan
telepon seluler ikut memberikan dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan
sub sektor komunikasi yang dapat dikembangkan di wilayah ini.
Sarana dan prasarana di Kelurahan Petogogan terdiri dari sarana peribadatan, sarana
kesehatan, dan fasilitas umum dan telekomunikasi dapat dilihat dalam tabel 1.
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
12
Tabel 1. Jumlah Sarana Pendidikan, Sarana Olahraga dan Taman Rekreasi, Sarana
Ekonomi, Sarana Peribadatan, Sarana Kesehatan, Sarana Umum dan
Komunikasi di Kelurahan Petogogan
NO. SARANA JUMLAH
1. Sarana Pendidikan
TK 1
SD Negeri 0
SD Swasta 3
SMP Negeri 0
SMP Swasta 2
SMA Negeri 0
SMA Swasta 2
Kursus Komputer 1
2. Sarana Olahraga dan Taman Rekreasi
Bulu Tangkis 4
Tenis 4
Bola Volly 1
Lainnya 1
Taman Terbuka 3
3. Sarana Ekonomi
Pasar (Inpres, Pasar Swalayan, Waser, Mini Market) 8
Usaha (Salon, Penjahit, Bengkel, Show Room) 27
Bank (Pemerintah dan Swasta) 4
Industri (Kecil dan Rumah Tangga) 6
Restoran 73
4. Sarana Ibadah
Masjid 6
Musholla 8
Gereja 1
5. Sarana Kesehatan
Puskesmas 1
Posyandu 9
Dokter Praktek 3
Lainnya 4
6. Sarana Umum dan Komunikasi
Kantor Pos 1
Telepon Umum 10
Wartel 6
Warnet 2
Halte Bus 6
Sumber: BPS DKI Jakarta
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
13
Adapun sebaran sarana prasarana dan basis ekonomi tersebut dapat dilihat dalam
peta sarana dan prasaran sebagai berikut:
Gambar 8. Peta Sebaran Sarana Prasarana di Kelurahan Petogogan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
14
BAB IV
FORMULASI PERENCANAAN
4.1 Penetapan Prasyarat Lokasi yang Digunakan
A. Analisis Pola Ruang Kelurahan Petogogan
Adapun pola ruang Kelurahan Petogogan dapat dilihat dalam peta pola ruang sebagai
berikut:
Gambar 9. Peta Pola Ruang Kelurahan Petogogan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
15
B. Identifikasi pola fisik permukiman di sempandan Sungai Krukut Kelurahan Petogogan
Adapun pola fisik permukiman di sempadan Sungai Krukut Kelurahan Petogogan
sebagai berikut :
Gambar 10. Kondisi Eksisting Permukiman di Sempadan Sungai Krukut
Kelurahan Petogogan
Gambar 11. Kondisi Sungai Krukut yang Berbatasan dengan Permukiman Penduduk
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
16
Gambar 12. Sebagian Kondisi Permukiman Penduduk yang Teratur dan
Berada di Bantaran Sungai Krukut
Gambar 13. Kondisi Sungai Krukut yang Semakin Terdesak oleh
Perbatasan Permukiman Penduduk
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
17
Gambar 14. Kondisi Sungai Krukut yang Berbatasan dengan Permukiman Teratur
C. Peraturan Perundangan-undangan
Penatapan prasyarat lokasi yang akan di tetapkan dalam perencanaan ini sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-undang No. 26
Tahun 2007 tentang Rencana pengembangan kawasan sempadan sungai, kanal dan
kali sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diarahkan sebagai berikut :
a) sempadan sungai, kanal dan kali besar sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter di
kiri dan kanan sungai/kanal;
b) sempadan anak sungai, kanal dan kali yang berada di luar permukiman sekurang-
kurangnya 50 (lima puluh) meter di kiri kanan;
c) sempadan anak sungai yang berada di dalam permukiman sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) meter sampai 15 (lima belas) meter di kiri kanan; dan
d) kawasan sempadan sungai, kanal dan kali tidak boleh ada permukiman.
Adapun dalam Analisis Spasial RDTR Kelurahan Petogogan ini dengan mengacu pada
undang-undang tersebut, maka Sungai Krukut yang ada di Kelurahan Petogogan akan
dibuka sempadannya sepanjang 10 meter dari tepi sungai (revitalisasi sempadan
sungai). Sehingga permukiman sepanjang Sungai Krukut yang terletak 10 meter dari
tepi sungai akan digusur dan direlokasi.
4.2 Perhitungan Kebutuhan dan Ketersediaan Ruang
A. Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan hasil buffering Sungai Krukut, terdapat 97 titik bagunan yang masuk zona
pembukaan sempadan sungai sepanjang 10 meter, dengan 77 titik bangunan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
18
teridentifikasi sebagai tipe permukiman informal (pemukiman kumuh) yang akan
direlokasi. Sedangkan 20 bangunan sisanya merupakan bangunan sarana dan
prasarana milik pemerintah dan perumahan formal yang memiliki IMB dan sertifikat
hak milik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalamGambar 15.
Gambar 15. Peta Buffer Sempadan Sungai Krukut Kelurahan Petogogan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
19
Dari peta diatas, maka analisa kebutuhan lokasi relokasi permukiman informal
(Permukiman kumuh) disepanjang sempadan Sungai Krukut sebagai berikut :
1. Analisis Kebutuhan Relokasi
Untuk merelokasi permukiman informal disepanjang sempadan Sungai Krukut
maka indikator yang digunakan berdasarkan tabel berikut ini :
Tabel 2. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana
Sehat (Karakteristik Rumah Sehat)
Tabel 3. Jumlah dan Kepadatan Bangunan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
20
2. Kebutuhan Lokasi Relokasi
Dengan mengacu pada indikator karakteristik rumah sehat dan indikator jumlah
dan kepadatan bangunan pada tabel diatas, maka analisis kebutuhan perumahan
untuk relokasi adalah sebagai berikut :
Diperlukan 77 unit rumah pada kampung vertikal;
Dengan asumsi, setiap unit luasnya 40 m
2
;
Untuk menampung sekitar 385 jiwa (asumsi 1 keluarga rata-rata terdiri dari 5
orang), diperlukan ruang terbuka minimal 770 m
2
, sehingga total luas tanah
yang diperlukan untuk membangun rusun adalah 810 m
2.
B. Analisis Ketersediaan Ruang
Ketersediaan ruang untuk relokasi dalam RDTR ini dianalisis berdasarkan overlay peta
kondisi eksisting Kelurahan Petogogan dengan indikator persyaratan sebagai berikut :
1) Masih berada pada wilayah Kelurahan Petogogan;
2) Berada pada area permukiman;
3) Berada pada wilayah yang tidak rawan banjir;
4) Mencukupi kebutuhan lahan seluas minimal 810m
2
;
5) Cukup dekat dengan fasilitas umum, fasilitas sosial dan pusat kegiatan.
.
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
21
Gambar 16. Analisis Overlay Pola Ruang Untuk Memilih Lokasi Kampung Vertikal
Yang Diinginkan (memerlukan area dengan lahan 810 m
2
)
Dari hasil analisis GIS, terdapat dua alternatif lokasi yang tersedia untuk merelokasi
pemukiman informal (permukiman kumuh) dari sempadan Sungai Krukut yang terletak
di tengah-tengah pemukiman kelurahan dengan luas wilayah 4432 m
2
dan di wilayah
bagian selatan pemukiman kelurahan dengan luas wilayah 8828 m
2
. Berikut ini peta
rencana relokasi permukiman informal (pemukiman kumuh).
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
22
Gambar 17. Peta Rencana Relokasi Permukiman Informal (Pemukiman Kumuh) di
Kelurahan Petogogan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
23
4.3 Analisa Kesesuaian dan Perhitungan Daya Tampung
Dari hasil analisis GIS dengan menggunakan teknik overlay yang mengacu pada indikator
pesyaratan pemilihan lokasi relokasi pemukiman informal (pemukiman kumuh) diperoleh
lokasi-lokasi relokasi yaitu:
1) Cukup dekat dengan fasilitas umum, fasilitas sosial dan pusat kegiatan
Gambar 18. Keterjangakauan Lokasi Relokasi Dengan Fasilitas Umum
2) Berada pada wilayah yang tidak rawan banjir
Berdasarkan peta rawan banjir dan peta kontur Kelurahan Petogogan dengan acuan
kejadian banjir tertinggi di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru Tahun
2012, diperoleh lokasi terpilih cukup jauh dari lokasi rawan banjir dan terletak di
wilayah yang relatif cukup tinggi dari daerah gengan banjir.
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
24
Gambar 19. Peta Kawasan Rawan Banjir Kelurahan Petogogan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
25
Gambar 20. Peta Kontur Kelurahan Petogogan
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
26
Dari hasil overlay peta rawan banjir dan peta kontur Kelurahan Petogogan, maka dapat
disimpulkan lokasi relokasi permukiman informal sudah sesuai dengan kriteria
kesesuaian dan daya tampung lahan dimana lahan yang dibutuhkan seluas 810m
2
sementara lahan yang tersedia terdiri dari dua alternatif yang pertama seluas 4432 m
2
dan yang kedua seluas 8828 m
2
.
Gambar 21. Peta Kesesuaian Lahan Relokasi Pemukiman Informal
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
27
BAB V
KESIMPULAN
(Terjemahan Desain Rencana Pengelolaan Ruang)
1. Dengan mencermati informasi masyarakat di sempadan Sungai Krukut Kelurahan
Petogogan bahwa mereka memahami dan menyadari tinggal di lokasi yang bukan hak milik
mereka dan tidak diperuntukkan bagi pemukiman, maka situasi ini (cukup) kondusif untuk
dilakukannya penataan bagi warga yang tinggal pada sempadan Sungai Krukut Kelurahan
Petogogan;
2. Situasi kondusif tersebut relevan bagi kebijakan pemerintah yang secara lintas sektoral
berencana melakukan penataan pemukiman sempadan Sungai Krukut Kelurahan
Petogogan secara komprehensif;
3. Dukungan bagi masyarakat di sempadan Sungai Krukut terkait kesediaan untuk ditata
adalah bahwa mereka berharap ada uang pesangon atau ganti rugi karena selama tinggal
di sempadan Sungai Krukut mereka membayar pajak. Terkait hal ini diperlukan suatu
forum;
4. Pertemuan antara pihak pemerintah dan masyarakat untuk secara transparan
mendiskusikan permasalahan dan kebutuhan bersama perlu dilakukan, sehingga
dibutuhkan keterlibatan kelompok masyarakat yang luput dari perencanaan dan sentuhan
pembangunan fasilitas kota;
5. Untuk menghasilkan perencanaan yang komprehensif maka diperlukan dukungan
perencanaan dengan visi misi yang sama, baik perencanaan untuk wilayah sekitar dengan
ruang lingkup yang sama maupun perencanaan untuk ruang lingkup yang lebih luas.
A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n g
K e l u r a h a n P e t o g o g a n
28
REFERENSI
Anonim. 2009. Pendataan Potensi Desa/Kelurahan di Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta
Anonim. 2013. Bahan Mata Kuliah Konsep dan Teknik Perencanaan Spasial. Magister Geografi
Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Depok.
Rahman, Herjuna. 2008. Aplikasi Program Water Balance Model Untuk Manajemen Air Hujan
Perkotaan: Studi Kasus Pada Sub DAS Sugutamu Jawa Barat. Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Depok
Badan Pusat Statistik. 2010. Data Per Kelurahan di Jakarta Selatan. Hasil Sensus Penduduk
2010. BPS Kota Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai