Seven Jump

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

SEVEN JUMP

3.1 Kasus
Seorang bayi perempuan usia 8 bulan saat ini dirawat di ruang anak sebuah rumah
sakit. Hasil wawancara dengan keluarga, sebelumnya bayi mengalami sesak dan malas
menete. Sesak diawali karena sudah lima hari ini bayi mengalami batuk, pilek serta demam
tinggi. Keluarga sempat membawa bayinya ke puskesmas namun kondisinya malah
memburuk. Keluarga merngatakan lingkungan rumahnya berdekatan dengan kawasan pabrik
dimana setiap harinya tidak menutup kemungkinan terpapar dengan polusi asap pabrik. Ayah
dari bayi juga seorang perokok aktif dan tidak jarang merokok di depan bayi.
Hasil pemeriksaan fisik, bayi nampak dispne ada rektaksi dada, gelisah dan terdengar
suara rales. Saat ini bayi terus batuk disertai dahak serta malas menete. Pemeriksaan tanda-
tanda vital diperoleh respirasi rate 65x/mnt, nadi :150x/mnt serta kualaitasnya lemah, suhu :
39,5º C. mukosa bibir tampak kering, konjungtiva pucat. Capirally refil time 3 detik, bayi
tampak lemah, berat badan turun sampai 10%, turgor kulit jelek. Hasil pemeriksaan radiologi
diperoleh adanya infiltrat bilateral pada daerah paru. Hasil pemeriksaan Lab diperoleh leukosit
: 18000mm3, Hb : 10gr/dl, Ht : 50% serta ada peningkatan laju endap darah. Dokter
mendiagnosis pasien menderita pneumonia.
Saat ini bayi mendapatkan terapi oksigen, cairan NaCL 0,9% dengan tetesan cepat
(dalam pantauan ketat), mendapat terapi penisilin per IV, paracetamol jika demam, observasi
intake dan output setiap 4 jam sekali, observasi TTV setiap 2 jam sekali, terapi suction
diberikan jika produksi sputum meningkat dan nebulizer setiap 8 jam sekali. Keluarga
dianjurkan untuk tidak memberikan bayi banyak minum terutama saat anak sesak untuk
menghindari terjadinya aspirasi. Saat ini keluarga merasa kurang puas dengan pelayanan
rumah sakit. Keluarga mengeluh pelayanan perawat kurang responsif dan kurang empati
dengan kondisi pasien. Perawat baru bertindak jika ada permintaan dari keluarga pasien.f
3.2 Pembahasan Kasus Menggunakan 7 Jump
3.2.1 Mengklarisifikasi Hal-Hal yang Belum diketahui dalam skenario (kata kunci)
1. Dispne 7. Capillary refil time
2. Retraksi dada 8. Turgor kulit
3. Suara rales 9. Pemeriksaan radiologi
4. Dahak 10. Infiltrasi bilateral
5. Mukosa bibir kering 11. Leukosit
6. Konjungtiva pucat 12. Pneumonia
13. Terapi oksigen 19. Produksi sputum
14. Terapi penisilin 20. Nebulizer
15. Paracetamol 21. Aspirasi
16. Intake 22. Responsif
17. Output 23. Empati
18. Terapi suction
3.2.2 Mengidentifikasikan Masalah dengan Membuat Pertanyaan.
1. Apa penyebab pneumonia?
2. Apa tanda dan gejala pneumonia?
3. Apa saja pengobatan penyakit pneumonia?
4. Sebutkan komplikasi penyakit dari pneumonia?
5. Faktor apa saja yang dapat memperburuk penyakit pneumonia?
6. Bagaimana cara pencegahan pneumonia pada anak?
7. Kapan terjadinya penyakit pneumonia pada anak?
8. Bagaimana sikap perawat kepada keluarga klien agar ayah pasien berhentii
menjadi perokok aktif?
9. Berapa jumlah leukosit normal pada bayi usia 8 bulan?
10. Apa penyebab terjadinya infiltrat bilateral?
11. Apa saja yang bisa mengakibatkan aspirasi?
12. Mengapa jika bayi sesak banyak minum dapat memperparah?
13. Apa saja tanda-tanda atau gejala awal pada penyakit pneumonia?
14. Apa yang menyebabkan bayi malas menete?
15. Bagaimana cara mengetahui laju endap darah?
3.2.3 Menganalisa Masalah dengan Menjawab Pertanyaan.
Jawaban kata kunci
1. Dispne adalah sesak napas
2. Retraksi dada adalah kontraksi yang terjadi pada otot perut dan iga yang
tertarik kedalam pada saat kita menarik napas
3. Suara rales/ ronchi adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara
melalui saluran nafas yang berisi sekret/eksudat atau akibat saluran nafas yang
menyempit atau oleh edema saluran nafas
4. Dahak adalah mukus yang keluar saat batuk dari saluran pernapasan atas
5. Mukosa bibir kering adalah jaringan berbentuk lapisan atau membran yang
melapisi beberapa organ tubuh. Membran ini melapisi daerah tubuh yang
terpapar lingkungan luar dan juga melapisi organ dalam. Daerah tubuh yang
terpapar lingkungan luar misalnya lubang hidung, bibir, kelopak mata, telinga,
area genital, dan anus. Organ dalam yang dilapisi membran mukosa adalah
organ – organ pada saluran kencing, saluran pencernaan, dan saluran
pernapasan. Sebagian besar membran ini mengandung kelenjar yang
mensekresikan cairan seperti lendir (mukus) sehingga disebut sebagai
membran mukosa.
6. Konjungtiva pucat adalah kondisi dimana lapisan tertipis ini berwarna pucat
yang ada dimata yang melindungi sklera
7. Capillary refil time adalah test yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku
untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan
8. Turgor kulit adalah kelenturan kulit
9. Pemeriksaan radiologi adalah suatu sarana penunjang medis yang
memberikan layanan, pemeriksaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa
foto/gambar yang dapat membantu dokter dalam mengobati pasien
10. Infiltrasi bilateral adalah penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran
kaviti.
11. Leukosit adalah sel darah putih yang memebentuk komponen darah dan
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh
12. Pneumonia adalah peradangan jaringan disalah satu atau kedua paru-pru yang
biasanya disebabkan oleh infeksi
13. Terapi oksigen adalah terapi medis dimana pasien dalam suatu ruanga
menghisap oksigen tekanan tinggi atau pada tekanan barometer tinggi
14. Terapi penisilin adalah terapi kelompok antibiotik beta laktam yang digunakan
dalam penyembuhan infeksi karena bakteri biasanya berjenis gram positif
15. Paracetamol adalah jenis obat yang termasuk kelompok analgenisk ata pereda
rasa sakit
16. Intake adalah asupan udara untuk pemasukan sebuah oksigen kedalam tubuh
17. Output adalah pengeluaran udara ataupun jenis yang lainnya dari dalam tubuh
18. Terapi suction adalah terapi suuatu cara untuk mengeluarkan sekret dari
saluran napas dengan menggunakan suction kateter yang dimasukan melalui
hidung atau rongga mulut kedalan faring atau trakea
19. Produksi sputum adalah iritasi pada sistem pernapasan yang menyebabakan
peradangan pada saluran udara dan peningkatan sekret lendir
20. Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat dari bentuk cair ke
bentuk vertikal aerososl
21. Aspirasi adalah realisasi sebuah ponem yang disertai sebuah hembusan udara
22. Kurang sikap responsif adalah kurangnya sikap kesadaran akan tugas yang
harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kepekaan yang tajam dalam
menyikapi berbagai hal yang dihadapinya dan kepahaman makna
tanggungjawab yang harus dipikul adalah ciri utama kepribadiannya
23. Kurang sikap empati adalah kurangnya sikap respons afektif dan kognitif yang
kompleks pada distres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan
untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan
mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain
Jawaban pertanyaan
1. Penyebab pneumonia adalah oleh bakteri, virus ataupun parasit.
Bakteri streptococcus pneumoniae sering menyebabkan pneumonia.
Pneumonia sendiri juga bisa diakibatkan oleh virus dan bakteri lain. Penyakit ini
dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan pola hidup sehat. Tidak
merokok juga akan menjauhkan Anda dari pneumonia karena rokok dapat
merusak paru-paru dan mempertinggi risiko infeksi. Vaksin PCV
(Pneumococcal Conjugate Vaccine) dan vaksin influenza sangat dianjurkan
bagi orang yang berisiko tinggi terkena pneumonia.
2. Tanda dan gejala penyakit pneumonia adalah napas cepat atau sulit bernapas,
batuk, demam, menggigil, hilang nafsu makan, dan suara napas wheezing
3. Pengobatan penyakit pnemonia adalah
 Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan
antibiotik
 Pneumonia yang disebabkan oleh Virus sama dengan penderita flu
 Pneumonia yang disebabkan oleh Jamur pemberian anti jamur
 Pneumonia dengan terapi herbal
4. Komplikasi yang dapat terjadi :
 Efusi pleura dan empiema. Terjadi terutama pada infeksi bakterial akut
berupa efusi parapneumonik gram negatif, Staphylococcus aureus,
S.pneumonia, dan kuman anaerob.
 Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemi
berupa meningitis.
 Hipoksemia akibat gangguan difusi. Pneumonia kronik dapat terjadi bila
pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat anaerob S.aureus dan
kuman gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa.
 Bronkiektasis. Sering terjadi pada penderita pneumonia anak-anak.
5. Faktor-faktor resiko penyakit pneumonia adalah :
1. Faktor resiko di ruangan umum:
 Usia > 70 tahun  Pemantauan tekanan intrakranial
 Penyakit paru kronik  Penghambat histamin tipe II
 Penurunan  Gangguan aliran ventilator
kesadaran  Musim dingin
 Posisi pasien  Nebulizer langsung
 Aspirasi dalam jumlah  Nasogastric feeding
banyak  Endotracheal tube
 Trauma dada
2. Faktor Resiko di Ruangan ICU:
 Ventilator mekanik  Pelembab udara
 Perawatan ICU yang  Enteral feeding
lama
 Intubasi yang lama
 Malnutrisi pada
pasien sakit berat
 Penyakit paru kronik
 Antasida dan penghambat
histamin tipe II
 Usia lanjut
 Obesitas
 Gangguan refleks respirasi
Beberapa faktor resiko dapat dikoreksi untuk mengurangi terjadinya PN:
 Mengobati penyakit dasar
 Menghindari antasida dan penghambat histamin tipe II
 Meninggikan posisi kepala/setengah duduk
 Pengangkatan selang nasogastrik dan endotrakeal
 Mengontrol pemakaian antibiotik
 Menghindari stress bleeding
 Mengontrol infeksi: pengawasan, pendidikan, mencuci tangan, desinfektan peralatan dan
perawatan saluran nafas yang benar
 Dekontaminasi selektif saluran cerna
6. Upaya pencegahan merupakan komponen strategis dalam pemberantasan pneumonia pada
anak terdiri atas pencegahan melalui imunisasi dan upaya pencegahan non-imunisasi. Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) yang meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah
dilaksanakan pemerintah selama ini dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat
pneumonia. Hal ini dapat dimengerti karena campak, pertusis daan juga difteri bisa juga
menyebabkan pneumonia pada anak atau merupakan penyakit penyerta pada pneumonia balita.
Di samping itu, sekarang telah tersedia vaksin Hib dan vaksin pneumokokus konjugat untuk
pencegahan terhadap infeksi bakteri penyebab pneumonia dan penyakit berat lainnya seperti
meningitis.
Selain kesulitan dalam bernapas, batuk rejan merupakan salah satu gejala umum pneumonia
pada anak ketika ia terserang pneumonia. Pneumonia dapat diobati secara efektif dengan
antibiotik. Namun dalam kasus pneumonia yang lebih lanjut, pengobatan bisa dilakukan melalui
metode sinar-X. Pneumonia pada anak dapat dicegah dengan beberapa cara, seperti:
 Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Hal tersebut merupakan langkah
penting untuk memastikan bayi Anda mendapatkan gizi yang cukup serta membangun
kekebalan alami terhadap bakteri maupun virus
 Memberikan vaksin yang disarankan oleh dokter dalam satu tahun pertama kelahiran
 Menjaga kebersihan lingkungan
 Membiasakan anak untuk hidup sehat seperti tidak jajan sembarangan dan mencuci tangan
sebelum makan.
7. Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada
bronkus/bronchopneumonia. Dengan gejala seperti sesak napas karena paru meradang dengan
cara yang mendadak.
8. Perawat memberikan pandangan dan pengetahuan kepada ayah pasien yang mana fungsi
perawat sebagai edukator juga memberikan dukungan dan motivasi / semangat pada ayah
pasien untuk bisa merubah gaya hidupnya.
9. Jumlah leukosit normal pada bayio usia 8 bulan adalah 9.000 – 12.000 mm3
10. Infiltrat bilateral merupakan bentuk penyakit bronkopneumia yang disebabkan oleh virus dan
bakteri.
11. Aspirasi disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan toksik akibat
aspirasi cairan innert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru, dan obstruksi
mekanik simpel oleh bahan padat.
12. Pada bayi bila kelebihan air minum dapat mengalami intoksikasi air atau keracunan air yang
dapat berakibat kejang/koma apalagi jika dalam keadaan sesak akan bertambah cepat/parah.
13. Batuk, pilek, sesak nafas dan nafas cepat.
14. Karena reaksi biologis dalam tubuh bayi yang tidak baik pada daerah paru lebih tepatnya sesak
nafas.
15. Cara Westergreen

Alat :
Tabung Westergreen dengan kalibrasi 0 – 200 dan rak westergreen
Prosedur :
Ambil darah sebanyak 1,6 ml dari vena penderita, campurkan dengan anti koagulan Natrium
sitrat 3,8 % dengan perbandingan 4 : 1, lalu kocok supaya tercampur. Isap darah tadi kedalam
tabung westergreen sampai garis 0, kemudian letakkan tabung tadi pada rak westergreen
dengan posisi tegak lurus. Catat waktu mulai didiamkan dan periksa tingginya plasma dan buffy
coat sesudah satu jam pertama dan ke dua.
Sebenarnya ada cara yang lebih cepat untuk melekukan pemeriksaan ini, sehingga tidak
membutuhkan waktu berjam – jam, cukup dengan 10 menit sudah dapat diselesaikan, yaitu
dengan cara mengganti posisi tabung westergreen tadi, dari yang awalnya tegak lurus di ganti
dengan posisi miring ( ±45 drajat ). Untuk pembacaannya yaitu dari 7 menit sebagai pembacaan
yang pertama dan 3 menit selanjutnya sebagai pembacaan yang kedua. Cara ini lebih praktis
dan lebih cepat.
Cara Wintrobe
Alat :
Tabung Wintrobe dan pipet pasteur
Prosedur ;
Isap darah dari vena kubiti penderita dengan spuit dan campur dengan anti koagulan Natrium
sitrat 3,8 % dengan perbandngan 4 : 1 dalam suatu tabung , kemudian kocok supaya tercampur
rata. Dengan pipet pasteur masukkan darah yang telah dicampur anti koagulan tadi ke dalam
tabung Wintrobe sampai tanda garis 0. Letakkan tabung tegak lurus, catat waktu mulai didiamkan
dan periksa sesudah satu jam pertama dan jam kedua.
Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter.
Nilai normal :         laki – laki     < 10 mm/jam
                             Wanita        < 20 mm/jam

3.2.4 Klasifikasi jawaban atas pertanyaan.

Pengertian

penyebab

klasifikasi

Konsep Pneumonia patofisiologi

Tanda dan gejala

Pneumonia Pencegahan

Faktor Penyebab

Pengkajian

Diagnosa

Proses Keperawatan Intervensi

Implementasi

Evaluasi

3.2.5 Tentukan Tujuan Pembelajaran.


1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa mampu melakukan simulasi pengelolaan asuhan
keperawatan pada kasus pneumonia dengan memperhatikan aspek legal etis
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa menguasai konsep dan membuat askep sesuai
kasus dengan memperhatikan aspek legal etis :
1. Anfis sistem respirasi
2. Patofisiologi sesuai kasus
3. Pengkajian keperawatan sesuai kasus :
a. Identifikasi data hasil anamnesa / wawancara
b. Identifikasi data hasil pemeriksaan fisik
c. Identifikasi data hasil pemeriksaan penunjang
d. Buat analisis data baik data objektif maupun subjektif
e. Buat pathway sesuai masalah keperawatan yang ditemukan
2. Merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan
menggunakan panduan NANDA
3. Membuat NCP menggunakan panduan NIC NOC sesuai kasus
4. Membuat implementasi keperawatan sesuai implementasi yang diberikan kasus
5. Membuat evaluasi keperawatan sesuai implementasi yang diberikan pada kasus
6. Menganalisis permasalahan legal etik yang ada pada kasus serta advokasi yang harus
dilakukan jika terjadi pelanggaran legal etik
7. Telaah jurnal keperawatan berdasarkan kasus
8. Upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier sesuai kasus
9. Intervensi keperawatan mandiri dan kolaboratif sesuai kasus
10. Pemanfaatan sistem layanan kesehatan terkini pada pasien sesuai kasus
3.2.6 Mencari Informasi Tambahan

Hubungan antara status gizi dengan klasifikasi pneumonia pada balita di puskesmas Gilingan
kecamatan Banjarsari Surakarta
Gozali , Achmad (2010) Hubungan antara status gizi dengan klasifikasi pneumonia pada balita di
puskesmas Gilingan kecamatan Banjarsari Surakarta. Other thesis, UNS.
ABSTRAK Tujuan : Pada anak-anak khususnya balita sampai sekarang masih merupakan masalah
yang memprihatinkan, bahkan balita dengan gizi buruk akan menyebabkan angka mortalitas
pneumonia pada balita semakin tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
status gizi dengan klasifikasi pneumonia pada anak balita. Metode : Penelitian ini bersifat analitik
observasional dengan pendekatan potong lintang. Teknik sampling menggunakan total sampling
yang dilaksanakan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta dengan sample
berjumlah 30 balita yang terdiri dari 15 balita dengan klasifikasi pneumonia dan 15 balita tidak
terklasifikasi pneumonia terhitung dari tanggal 15 Februari – 7 Mei 2010. Status gizi diukur secara
antropometri melalui penilaian BB/U dengan baku rujukan WHO – NCHS. Data dianalisis
menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows dengan uji statistic
person chi-square. Hasil : Dari total 30 jumlah sample, ada 16 balita gizi baik yang terdiri dari 12
balita tidak pneumonia dan 4 balita pneumonia. Kemudian 11 balita gizi kurang terdiri dari 2 balita
tidak pneumonia dan 9 balita pneumonia. Sedang 3 balita gizi buruk terdiri dari 1 balita tidak
pneumonia dan 2 balita pneumonia. Hasil signifikansi menghasilkan p<0,05 dengan nilai signifikan
0,01 yang berarti signifikan atau bermakna. Simpulan : Ada hubungan antara status gizi dengan
klasifikasi pneumonia pada anak balita di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.
3.2.7 Melaporkan Hasil Diskusi
Reporting Makalah.

Anda mungkin juga menyukai