Kelompok 11 Ad-Dakhil
Kelompok 11 Ad-Dakhil
Kelompok 11 Ad-Dakhil
DISUSUN OLEH
KELOMPOK XI
HIKMATUN NAZILAH (11930220872)
MAIYULITA (11930220896)
MIFTAHUL HASANAH (11930223523)
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat hidayah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “AD-DAKHIL
DALAM PERKARA POLITIK”. Makalah ini disusun berdasarkan silabus
fakultas Ushuluddin UIN SUSKA Riau dalam mata kuliah Ad-Dakhil Fi At-
Tafsir. Sholawat dan salam, penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Beserta keluarga dan para pengikutnya, semoga kita selaku pengikutnya
senantiasa beriman dan memiliki ilmu yang bermanfaat dan diangkat
derajatnya oleh Allah beberapa derajat atas ilmu yang dimiliki. Terimakasih
yang sebesar-besarnya tak lupa kami ucapkan kepada bapak Lukmanul
Hakim, S.Ud., M.IRKH., Ph.D selaku dosen pembimbing yang sudah
membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ad-Dakhil dalam Perkara Politik ....................................................... 3
B. Ad--Dakhil dalam Ayat-ayat tentang Politik .................................................. 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-Qur’an merupaakan kitab suci yang merupakan mukjizat yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad, sebagai Nabi terakhir.
Al-Qur’an juga merupakan kitab suci yang diyakini oleh umat islam dan
dianjurkan untuk mengamalkannya. Al-Qur’an juga merupakan petunjuk
bagi umat islam, seperti halnya firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-
Isra ayat 9:
َجًرا َكبِ ًريا ِ ٱلصلِ َٰح ِ َّ ِإِ َّن َٰه َذا ٱلْ ُقرءا َن ي ه ِدى لِلَِِّت ِهى أَقْ وم وي ب ِشر ٱلْمؤِمن
َّ ت أ
ْ َن ََلُْم أ َ ََّٰ ين يَ ْع َملُو َن
َ ني ٱلذ
َ ْ ُ ُ َُ َ ُ َ َ َْ َْ َ
1
LPMQ, Al-Qur’an dan Terjemahannya: EdisiPenyempurnaan (Jakarta: Pustaka Lajnah,
2019), hlm. 394.
B. Rumusan Masalah
1) Apa defenisi Ad-Dakhil dalam perkara politik?
2) Bagaimana Ad-Dakhil dalam ayat-ayat tentang politik?
C. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui bagaimana Ad-Dakhil dalam perkara politik
2) Untuk mengetahui bagaimana Ad-Dakhil dalam ayat-ayat tentang
politik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Politik sendiri diartikan sebagai negara kota (polis). Pada umumnya politik
adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistim itu dan melaksanakan
tujuan-tujuan itu. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat
(public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Lagi pula
politik menyangkut kegiatan berbagai-bagai kelompok termasuk partai politik dan
kegiatan orang-perorang (individu).3
2
Muhammad Sa’id Muhammad Athiyyah Aram, As-Sabil ila Ma’rifat al-Ashil wa al-
Dakhil fi al-Tafsir. (Zaqaziq: Misr, 1998 M/1419 H), Jilid I, hlm. 43.
3
Ishomuddin, Pemahaman Politik Islam Studi Tentang Wawasan Pengurus Dan
Simpatisan Partai Politik Berasas Islam Di Malang Raya, Jurnal Humanity, Vol. 8 No. 2
(Maret,2013), hlm. 24.
4
Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik Ad-Dakhil fi Tafsir, (Jakarta: QAF, 2019), hal. 63.
3
B. Ad-Dakhil Dalam Ayat-ayat Politik
1. Qs. al-Baqarah ayat 143:
ۤ
الر ُس ْو ُل َعلَْي ُك ْم َش ِهْي ًدا َوَما َج َعلْنَا ِ ك َج َعلْ َٰن ُك ْم اَُّمةً َّو َسطًا لِتَ ُك ْونُ ْوا ُش َه َداءَ َعلَى الن
َّ َّاس َويَ ُك ْو َن ِ
َ َوَك َٰذل
Artinya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat
pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat
yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh,
(pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh,
Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”5
5
Ibid, LPMQ. Hal. 28-29.
4
ال اَْو َسطُ ُه ْم اَََلْ اَقُ ْل لَّ ُك ْم لَْوََّل تُ َسبِ ُح ْو َن
َ َق
Jika dikaitkan dari ayat diatas dengan politik zaman sekarang, dapat dilihat
dari bagaimana ditegaskan bahwa mencari seorang pemimpin yang adil. Manusia
6
Ibid, LPMQ. Hal. 834.
7
Ainita Nurusshoumi, Penyimpangan Dalam Tafsir: Kajian Unsur Al Dakhil Dalam
Tafsir Al-Qummi Karya Ali Bin Ibrahim Al-Qummi, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, hlm. 289
5
dianjurkan untuk adil, namun jika sudah memimpin sering kali keadilan itu
menjadi luntur dan sulit untuk diterapkan. Seperti halnya yang sering terjadi di
zaman sekarang yaitu banyaknya bantuan sosial yang turun ke masyarakat, hal itu
tentunya mempermudah bagi yang membutuhkan. Namun, sering kali yang tidak
seharusnya menerima bantuan sosial itu malah menerima dan merebut hak orang
lain. Kejadian seperti itu tentu tidak luput dari campur tangan pegawai atas,
mereka yang mengurus bagian bantuan sosial dan ingin keluarganya yang sudah
mampu untuk mendapatkan bantuan sosial itu, kemudian memberikan kepada
mereka dan mengabaikan mereka yang paling membutuhkan. Dari hal kecil ini
saja sudah terlihat bagaimana sulitnya seseorang untuk berbuat adil. Karena itu,
perlu sekali memilih seorang pemimpin yang adil, agar terbentuknya sebuah
negara dan pemerintahan yang damai dan tentram.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan
taatlah kalian kepada Rasul-Nya, serta patuh kepada pemimpin dari kalian.
Berkenaan dengan penafsiran kata أولى االمر منكمpada surah an-Nisa’ ayat
59, Ibnu Katsir memahaminya dengan seruan dengan menaatai para ulama’, meski
demikian beliau masih menampakkan keraguan atas pemahamannya dengan
mengucapkan “hanya Allah yang lebih tahu maksudnya”, akan tetapi menurut
beliau, bahwa kata tersebut berlaku untuk umum bagi semua pemangku jabatan
baik ia merupakan seorang ulama’ ahli agama ataupun tidak seorang ulama’.8
8
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-A’zim, (Beirut: Dar Kutub al-Islamiyyah, 2012), Jil. III,
48.
6
perang atau pemimpin sebuah negeri, demikian pula perintah tersebut untuk
menaati para ulama yang berjasa dalam menjelaskan hukum-hukum syari’at.9
9
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Munir al-Aqidah wa al-Shari’ah wa al-Manhaj, Jil V,
126
10
Umar Zakka, Infiltrasi LDII Dalam Penafsiran Al-Qur’an (Studi Analisis Interpretasi
LDII Terhadap Ayat-ayat Imamah, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 7 No. 2, 2021, 167.
7
Terjemahan: “Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang di
turunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.”(QS.Al-
Maidah:47)
8
ayat tersebut di turunkan Allah khusus untuk orang Yahudi. Mufasir yang lain
berpendapat bahwa ayat tersebut untuk ahli kitab, yakni Yahudi dan Nasrani.11
11
Edi Irwanto, Skripsi:”Tafsir Ayat Tematik (Studi Kritik Penafsiran Makna Awliya,
Kewajiban Menegakkan Hukum Allah dan Ulil Amri dalam Buku Tafsir Al-Qur’an di Medsos
Karya Nadirsyah Hosen)” (Semarang:UWS,2018), Hal 42.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam memahami makalah yang sangat jauh dari kata sempurna ini,
Alhamdulillah telah selesai saya susun. Semoga dapat memberi pengetahuan yang
baru mengenai “Ad-Dakhil dalam Perkara Politik”. Untuk perbaikan makalah ini,
sudi kiranya Dosen Pembimbing serta para pembaca memberikan kritik dan saran
yang mendukung terhadap makalah ini agar saya bisa lebih baik dimasa yang akan
datang. Terimakasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
11