Makalah Belajar Bahasa Dan Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa"

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

“MAKALAH BELAJAR BAHASA DAN ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN

BAHASA”

Dosen:

RESTIO SIDEBANG, S.PD.,M. Pd

Disuson oleh:

Nama : Sri Wahyuni

NPM : 2105030440

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS QUALITY MEDAN

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Belajar Bahasa

B. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hakikat Bahasa dan Fungsi Bahasa“ ini dengan lancar.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Serta informasi dari media massa
yang berhubungan dengan materi.

Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar. Atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
kita mengenai “Belajar Bahasa dan Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa” khususnya bagi
penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini memang masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah bahasa tentu bukan merupakan hal yang baru bagi kita. Istilah tersebut setiap
saat selalu kita dengar, baca, atau bahkan digunakan untuk berkomunikasi secara lisan
maupun tulisan. Bukan hanya itu, hampir setiap saat dalam kehidupan sehari-hari, kita
menggunakan bahasa atau berbahasa. Begitu seringnya kita menggunakan istilah bahasa atau
menggunakan bahasa maka terkadang kita lupa untuk memahami apa sesungguhnya hakikat
dan fungsi bahasa itu. Agar mahasiswa dapat mengukur sejauh mana pemahaman terhadap
materi ini sebelum memasuki materi berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Bagaimana belajar bahasa yang baik


2. Apa saja Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa
1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara belajar bahasa dengan baik


2. Untuk memahami aspek-aspek pembelajaran bahasa
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan


pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif
dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi
dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran,
menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan
pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu,
setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk
setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran
yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar
dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat
kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar
dalam menetapkan strategi pembelajaran.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum
2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu
membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan


komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah
daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa.
Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Sementara itu, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara
umum meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi
bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-
macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan
Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,dan
kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan
sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip


belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta
menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-
prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pelajar akan belajar bahasa dengan
baik bila (1) diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi
kesempatan berpartisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai
macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk,
keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan
dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari
bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi
umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk
mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994).

2.2 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembicaraan mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembicaraan


mengenai pendekatan, metode, dan teknik mengajar. Machfudz (2002) mengutip penjelasan
Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan sebagai berikut.

2.2.1 Pendekatan Pembelajaran

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang


hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip
pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-
tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan
pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar
bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan
dalam psikolinguistik. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi
bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya
dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis
linguistik menurut pandangan kaum strukturalisme dan pendekatan teori belajar bahasa
menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode
Tata Bahasa (Grammar Method).

2.2.2 Metode Pembelajaran

Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi


pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu
metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur
dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran,
proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.

Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat


diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b)
strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran (Degeng,
1989). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut.

A. Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran

Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk
pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian
pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk
menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan
pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel
pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi
pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk
mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau
prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi
makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat
sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi
mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep,
prosedur atau prinsip-prinsip hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.

B. Strategi Penyampaian Pembelajaran

Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk


melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan
isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang
diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes).

Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan
strategi penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan media,
dan (3) bentuk belajar mengajar.

(1) Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat pesan
yang akan disampaikan kepada pelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan. Interaksi
pelajar dengan media adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu
kepada kegiatan belajar. Adapun bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi
penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam kelompok besar,
kelompok kecil, perseorangan atau mandiri (Degeng, 1989).

Martin dan Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup


semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran.

Essef dan Essef (dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat
digunakan untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam
menyajikan informasi kepada pelajar, menyajikan respon pelajar, dan mengevaluasi respon
pelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal meliputi biaya peralatan, biaya material (tape,
film, dan lain-lain) jumlah jam yang diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran,
jumlah jam yang diperlukan untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukung atau biaya
operasional.

(2) Interaksi Pebelajar Dengan Media

Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting


yang kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena
strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memberi gambaran tentang pengaruh apa yang
dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen
ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh
siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.

(3) Bentuk Belajar Mengajar

Gagne (1968) mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may
be delivered in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk
menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas
penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar
menuntu penggunaan jenis media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula untuk
pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri.

C. Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang


berurusan dengan bagaimana interaksi antara pelajar dengan variabel-variabel metode
pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang digunakan selama proses
pembelajaran. Paling sedikit ada empat klasifikasi variabel strategi pengelolaan pembelajaran
yang meliputi (1) penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan
kemajuan belajar siswa, dan (3) pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar.

Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi baik


untuk strategi pengorganisasian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran
merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran. Penjadwalan penggunaan
strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan “kapan dan berapa
lama siswa menggunakan setiap komponen strategi pengorganisasian”. Sedangkan
penjadwalan penggunaan strategi penyampaian melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan
untuk berapa lama seorang siswa menggunakan suatu jenis media”.

Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan
keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti keputusan
apapun yang diambil haruslah didasarkan pada informasi yang lengkap mengenai kemajuan
belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip? Bila menggunakan
pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusan yang tepat mengenai unsur-unsur mana
saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya
apabila ada catatan yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa

Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan .


siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagian
besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun
pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya, bidang studi
kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau
prinsip yang tidak bermakna

Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan


dalam bukunya “Approaches and Methods in Language Teaching” bahwa metode
pembelajaran bahasa terdiri dari (1) the oral approach and stiuasional language teaching, (2)
the audio lingual method, (3) communicative language teaching, (4) total phsyical response,
(5) silent way, (6) community language learning, (7) the natural approach, dan (8)
suggestopedia.

Saksomo (1984) menjelaskan bahwa metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia


antara lain (1) metode gramatika-alih bahasa, (2) metode mimikri-memorisasi, (3) metode
langsung, metode oral, dan metode alami, (4) metode TPR dalam pengajaran menyimak dan
berbicara, (5) metode diagnostik dalam pembelajaran membaca, (6) metode SQ3R dalam
pembelajaran membaca pemahaman, (7) metode APS dan metode WP2S dalam pembelajaran
membaca permulaan, (8) metode eklektik dalam pembelajaran membaca, dan (9) metode
SAS dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan.

Menurut Reigeluth dan Merril (dalam Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi
variabel pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3)
hasil pembelajaran.

a) Kondisi Pembelajaran

Kondisi pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam


meningkatkan hasil pembelajaran (Salamun, 2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan
metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan halnya
metode pembelajaran yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai
hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Semua cara
tersebut dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu
kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi
metode pembelajaran. Artinya klasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi
pembelajaran, yaitu variabel-variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia
berinteraksi dengan metode danm sekaligus di luar kontrol perancang pembelajaran.
Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan dan
karakteristik bidang stuydi, (bahasa) kendala dan karakteristik bidang studi, dan (c)
karakteristik pelajar

b) Metode Pembelajaran

Machfudz (2000) mengutip Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972)
menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan
secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih
bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan
dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil
belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang
berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan
secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda
untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda..

c) Hasil Pembelajaran

Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang
nilai dari penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil pembelajaran
dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifav, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik.

Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang
dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan
(desired outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi keputusan
perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan klasifikasi
variabel-variabel pembelajaran tersebut secara keseluruhan

Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan tingkat pencapaian pebelajar. Efisiensi


pembelajaran biasanya diukur rasio antara jefektifan dan jumlah waktu yang dipakai
pebelajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tatik pembelajaran
biasanya juga dapat diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untun tetap terus belajar.
Adapaun daya tarik pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi. Keduanya
dipengaruhi kualitas belajar

2.2.3 Teknik Pembelajaran

Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi


perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam
jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai macam cara, kegiatan, dan
kiat (trik) untuk menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik
pembelajaran bersifat implementasi, individual, dan situasional.

Saksomo (1983) menyebutkan teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara


lain (1) ceramah, (2) tanya—jawab , (3) diskusi, (4) pemebrian tugas dan resitasi, (5)
demonstrasi dan eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming), (7) mengajar di
laboratorium, (8) induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan, dramatisasi, dan ostensif, (10)
simulasi, main peran, dan sosio-drama, (11) karya wisata dan bermain-main, dan (12)
eklektik, campuran, dan serta—merta.

2.3 Aspek- Aspek Pembelajaran Bahasa

2.3.1 MENDENGARKAN

Mendengarkan atau menyimak merupakan bentuk komunikasi lisan yang bersifat


reseptif. Mendengarkan dilakukan dengan atensi dan intensi. Pendengar harus memasang
telinga baik-baik, memusatkan konsentrasi, dan menimbulkan suatu kebutuhan untuk
memperoleh informasi Hal ini berbeda dengan kegiatan mendengar yang berarti dalam
keadaan mampu atau dapat menangkap suatu bunyi/suara dengan telinga. Meskipun
demikian, mendengar dan mendengarkan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Kegiatan mendengarkan terdiri atas tindakan mendengar, memahami, dan


mengapresiasi atau menanggapi. Ada tiga tahapan penting dalam proses mendengarkan,
yaitu:

a. Tahap interpretasi: pendengar menafsirkan makna atau pesan yang


terkandung dalam informasi yang didengar;
b. Tahap evaluasi: pendengar membuat penilaian atas informasi yang
didengar dan mengambil suatu keputusan
c. Tahap reaksi: pendengar melakukan suatu tindak lanjut sebagai bentuk
respons atau tanggapan atas informasi yang didengar.

Mendengarkan merupakan tindakan aktif reseptif, pendengar tidak sekadar menerima


informasi, tetapi juga mengolah atau memprosesnya. Dalam proses pengolahan itu terjadi
interaksi aktif antara informasi yang diperoleh dengan informasi/pengetahuan awal yang
dimiliki pendengar. Kemampuan pendengar memahami dan memproses informasi sangat
dipengaruhi oleh tujuan mendengarkan serta wawasan yang dimiliki.

Pembelajaran mendengarkan tidak disajikan secara terlepas, tetapi terpadu


(integrative) dengan aspek-aspek pembelajaran bahasan yang lain, misalnya dikaitkan dengan
pembelajaran menulis dan berbicara. Hal ini sejalan dengan rambu-rambu yang terdapat
dalam pengantar Standar Isi 2006 KTSP yang mengatakan bahwa pembelajaran bahasa
mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang dilaksanakan secara
terpadu dan dengan porsi yang seimbang.

Kegiatan mendengarkan atau menyimak untuk siswa SMA dan MA sangat beragam.
Berdasarkan bahan atau sumber simakan, kegiatan mendengarkan tersebut meliputi
mendengarkan siaran berita radio dan televisi, sambutan atau khotbah, pembicaraan dalam
diskusi atau seminar, wawancara, laporan lisan, cerita secara langsung atau rekaman,
pementasan drama, pembacaan cerpen, pembacaan penggalan novel, pembacaan teks drama,
dan pembacaan puisi.

Sedangkan berdasarkan tujuannya, pembelajaran mendengarkan dapat diidentifikasi


sebagai berikut.
 Mendengarkan untuk menangkap ide-ide pokok.
 Mendengarkan untuk menangkap detail-detail penting.
 Mendengarkan untuk memahami urutan peristiwa.
 Mendengarkan untuk membuat prediksi dengan mengembangkan daya
imajinasi.
 Mendengarkan melakukan apresiasi karya sastra.

Untuk mencapai hasil yang optimal, pembelajaran mendengarkan atau menyimak


harus dikembangkan dengan berstrategi. Ada 3 tahap strategi pembelajaran menyimak yang
harus dilewati, yaitu:

a) tahap pra menyimak: guru membangkitkan skemata siswa,


yaitu pengetahuan awal dan pengalaman hidup siswa yang
berhubungan dengan topik simakan. Hal ini harus dilakuka
secara visual dengan menunjukkan sebuah gambar yang
menarik
b) tahap menyimak: secara garis besar meliputi proses
interpretasi/memahami dan mengevaluasinya;
c) tahap pasca menyimak: yaitu tahap pengukuhan atas
pengetahuan baru yang diraih siswa, dilanjutkan dengan
memotivasi dan memfasilitasi siswa untuk melakukan
reaksi positif baik secara lisan dan tertulis.

2.3.2 BERBICARA

Keterampilan berbahasa ada 4, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan


menulis. Dari ke-4 keterampilan berbahasa tersebut, yang paling menonjol pemakaiannya di
masyarakat adalah berbicara. Pembelajaran keterampilan berbicara bertujuan melatih dan
mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan bahasa secara lisan untuk
mengemukakan pendapat, perasaan, menjalin komunikasi, dan melakukan interaksi sosial
dengan anggota masyarakat yang lain

Kompetensi berbicara yang ingin dicapai mencakup kemampuan melafalkan secara


tepat (menggunakan artikulasi secara tepat), memilin kata (diksi), menggunakan intonasi dan
irama, berbicara untuk mengemukakan pendapat, berbicara untuk menyampaikan informasi,
berbicara untuk berinteraksi dan berdiskusi, serta berbicara untuk menyampaikan hasil
reproduksi.

Secara umum, keterampilan berbicara dibedakan menjadi berdiskusi, berpidato,


wawancara, memberikan tanggapan, menyampaikan informasi, menceritakan suatu peristiwa,
dan berbicara sastra

Berdiskusi adalah suatu cara bertukar pendapat antara dua orang atau lebih untuk
memperoleh kesepakatan atau keputusan bersama. Yang termasuk dalam kegiatan berdiskusi
adalah diskusi kelompok, diskusi panel, workshop/ lokakarya, rapat kerja, seminar,
konferensi, kongres, simposium, kolokium, sarasehan, cawan ikan (fish bowl), dan debat.

Berpidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang suatu hal di depan umum,
Langkah-langkah persiapan berpidato adalah sebagai berikut.

1. Menentukan topik.

2. Menentukan maksud/tujuan.

3. Menganalisis situasi dan pendengar.

4. Memilih dan merumuskan topik ke dalam ide-ide yang lebih terperinci.

5. Mengumpulkan bahan.

6. Memahami dan menghayati materi.

7. Latihan berpidato.

Wawancara

Adalah suatu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung


kepada seseorang (narasumber). Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus disiapkan
terlebih dahulu, disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan.

Memberikan tanggapan adalah kegiatan menyampaikan pendapat tentang sesuatu


yang merupakan tanggapan, persetujuan, ketidaksetujuan, kritik, atau dukungan terhadap
sesuatu.
Menyampaikan informasi adalah kegiatan memberikan informasi atau berita tentang
sesuatu kepadaorang lain. Ada tiga hal penting dalam penyampaian informasi, yaitu:
keakuratan, kelengkapan, dan kejelasan.

Menceritakan suatu peristiwa adalah kegiatan berbicara yang dilakukan untuk


menceritakan kesan pembicara tentang sesuatu atau suatu peristiwa.

Berbicara sastra

Yang dimaksud dengan berbicara sastra adalah kegiatan berbicara yang berkaitan
dengan karya sastra. Pengembangan kemampuan berbicara sastra meliputi berbalas pantun,
musikalisasi puisi, mendongeng, dramatisasi/bermain peran berdasarkan naskah,
menceritakan kembali isi cerpen, dan menanggapi secara lisan pementasan karya sastra.
Masalah ini secara khusus akan dibicarakan pada aspek sastra.

Sasaran penilaian keterampilan berbicara adalah sebagai berikut.

Topik : kemampuan memilih, menentukan dan memahami topi

Retorika : kemampuan menyusun dan menyampaikan topik

1. Kebahasaan : a. Kemampuan menggunakan bahasa bak


b. keterampilan menggunakan bahasa secara efektif dan
pragmatis Sikap/aspek non-bahasa : mimik, pantomimik, suara.

2.3.3 MEMBACA

Semakin derasnya arus informasi membuat kemampuan membaca menjadi suatu


kemutlakan untuk dimiliki. Tanpa kemampuan membaca yang baik, niscaya siswa akan
kedodoran mengakses informasi yang melimpah tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran
membaca yang efisien dan efektif mendapat perhatian besar dalam Standar Isi 2006 KTSP di
semua jenjang.

Membaca secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses memahami pesan atau
informasi yang terkandung dalam suatu teks. Membaca dilakukan untuk berbagai maksud dan
dengan berbagai cara. Antara maksud dan cara tersebut terdapat hubungan erat.Pemilihancara
membaca mana yang akan digunakan didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Untuk
sekadar mendapatkan kesan umum dan informasi pokok suatu teks, tidak perlu membaca
secara intensif, tetapi cukup secara sekilas (skimming).
Perlu ditekankan bahwa dalam pembelajaran membaca, terdapat perbedaan antara
keterampilan membaca dan membacakan. Hal ini terkait dengan tanggung jawab yang harus
dipikul pembaca. Pada saat membacakan, pembaca harus memerhatikan faktor-faktor penting
yang dapat memengaruhi kutersampaikan pesan/ informasi. Pembaca harus memerhatikan
pelafalan/ artikulasi, lagu kalimat, intonasi, jeda, dan sebagai informasi yang disampaikan
dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain.

Tak kalah penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran membaca adalah pemilihan
teks bacaan. Pemilihan teks bacaan harus memerhatikan tingkat kemampuan dan kondisi
siswa, alokasi waktu, tema, dan kebutuhan siswa sendiri. Guru tidak wajib menggunakan teks
yang ada dalam buku teks. Dengan alasan tertentu, teks bisa diganti dengan teks lain yang
lebih relevan dengan kondisi lokal dan kebutuhan siswa.

Ada berbagai jenis keterampilan membaca yang dikembangkan dalam pembelajaran


bahasa, yaitu membaca teknik/nyaring, membaca intensif, membaca ekstensif, membaca
cepat, dan membaca indah.

1. Membaca Teknik/Nyaring
Membaca teknik adalah cara membaca bersuara dengan memerhatikan
artikulasi kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta kandungan isi bacaan
itu sendiri. Pembaca dituntut untuk bisa membedakan secara jelas intonasi
kalimat berita, kalimat tanya, kalimat seru atau perintah. Pembaca harus
bisa membedakan lagu kalimat bernada marah, takut, gembira, sedih, dan
suasana hati lainnya. Oleh karena itu, tanda baca menjadi hal penting
sekali untuk dicermati.
2. Membaca Intensif
Membaca intensif adalah membaca dalam hati atau tanpa suara untuk
memahami secara mendalam dan mendetail informasi yang terkandung
dalam teks.
Motivasi diri, kondisi eksternal/lingkungan, serta kebiasaan-kebiasaan
tertentu menjadi faktor penentu dalam mencapai hasil yang optimal. Yang
perlu dihindarkan pada saat membaca intensif adalah kebiasaan membaca
dengan bersuara (vokalisasi) dan membaca dengan kepala, tangan, jari,
dan bibir bergerak.
Untuk teks sastra, membaca intensif bertujuan untuk menelaah dan
mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Sementara, untuk
teks nonsastra, bertujuan untuk mengidentifikasi gagasan pokok dan
gagasan penjelas.
3. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif atau membaca secara luas merupakan bagian dari
membaca dalam hati. Membaca ektensif dipraktikkan dengan membaca
teks sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat. Bertolak belakang
dengan membaca intensif, membaca ekstensif sekadar untuk mendapat
informasi secara dangkal atau umum. Membaca ekstensif meliputi
membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), dan
membaca dangkal (superficial reading).
Membaca Survei adalah membaca untuk melihat-lihat secara
sekilasgarisbesarisi buku, surat kabar, majalah, atausuatu artikel tertentu.
Membaca survei dilakukan dengan membaca secara cepat indeks, daftar
isi, bagan, skema, atau judul-judul dalam surat kabar atau majalah.
Membaca Sekilas (skimming) adalah membaca sepintas dengan mata
bergerak cepat untuk mendapatkan informasi atau kesan umum isi suatu
buku, artikel, surat kabar, atau majalah. Skimming dilakukan dengan
membuka-buka halaman secara cepat pada bagian halaman judul, kata
pengantar, daftar isi, indeks, judul bab, judul subbab,
skema,diagram.Khususuntuk membaca berita surat kabar, dapat dilakukan
dengan membaca sekilas bagian paragraf awal (teras/lead) dan paragraf
akhir. Pada kedua bagian paragraf itu, penulis biasanya mengutarakan
pokok-pokok masalah dan sikap pandangan penulis atas suatu
permasalahan. Membaca Dangkal adalah membaca untuk mendapat
pemahaman yang dangkal atau bagian sisi luarnya. Hal ini tidak terlepas
dari bahan bacaan yang bersifat ringan.

2.3.4 MENULIS

Kompetensi menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Hal itu terkait dengan
banyaknya fungsi dan tujuan menulis. Menulis tidak lagi dipahami sekadar proses
pengungkapan gagasan atau cara berkomunikasi melalui tulisan. Menulis telah menjadi gaya
dan pilihan untuk mengaktualisasikan diri, alat untuk membebaskan diri dari berbagai
tekanan emosi, sarana membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi.

Hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian dan tekanan dalam pembelajaran
menulis yaitu sebagai berikut.

a) Kemampuan memilih dan menetapkan topik/ tema tulisan.


b) Penentuan sudut pandang tulisan.
c) Menginventaris dan menyiapkan bahan-bahan isi tulisan dan data
pendukungnya.
d) Penyusunan kerangka tulisan yang sistematis.
e) Penuangan dan pengembangan gagasan berdasar pola-pola tertentu, sesuai
jenis karangannya.
f) Pengorganisasian gagasan secara tegas dan jelas (ada paragraf pembuka, isi,
penutup).
g) Perumusan dan penulisan judul karangan yang menarik.
h) Penyuntingan/pengeditan berita (mencakup validitas dan legalitas isi, ejaan,
diksi, struktur kalimat, acuan makna, grafika, dan sebagainya).
i) Penulisan catatan kaki dan referensi untuk karya tulis ilmiah.

Guna merangsang gairah menulis siswa, hasil karya siswa hendaknya jangan
disembunyikan, tetapi diekspos melalui berbagai media komunikasi yang dimiliki sekolah.
Untuk itu, seyogyanya sekolah memiliki klub jurnalistik yang diharapkan bisa menjadi motor
hidupnya kegiatan koran dinding (kording), majalah dinding (mading), atau majalah sekolah.
Siswa juga didorong untuk berpartisipasi dalam berbagai kompetisi tulis menulis. Masih
dalam tujuan sama, sekolah bisa memfasilitasi penerbitan bunga rampai atau antologi berisi
kumpulan karya pilihan siswa, misalnya puisi, cerpen, profil tokoh yang diolah dari hasil
wawancara, narasi pengalaman hidup siswa, ,dan sebagainya.

Penilaian hasil karya siswa yang menyita waktu, membosankan, dan dengan tingkat
subjektivitas tinggi sering dikeluhkan oleh guru dan siswa. Untuk itu guru harus kreatif
menyiasatinya dengan mengembangkan teknik penilaian yang efektif, efisien, dan objektif.
Salah satu caranya yaitu guru membuat rubrik (bank marks) atau blangko penilaian yang
berisi aspek yang dinilai, kriteria, dan standar penyekoran. Selain hasil penilaian akan lebih
objektif, dengan adanya panduan itu siswa pun bisa dilibatkan sebagai penilai hasil karya
teman. Sejalan dengan salah satu prinsip penilaian, yaitu terbuka (transparan), rubrik
penilaian sebaiknya dibeberkan kepada siswa sebelum penilaian menulis dilakukan.

2.3.5 SASTRA

Kata sastra sebenarnya berasal dari kata kesusastraan. Akan tetapi, orang lebih suka
menggunakan istilah sastra. Kata kesusastraan berasal dari bahasa Sanskerta (susastra)
dengan memperoleh imbuhan ke – an. Kata su berarti baik atau indah dan kata sastra berarti
tulisan atau karangan. Jadi, kesusastraan berarti semua tulisan atau karangan yang indah dan
baik; semua tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan ditulis dengan
bahasa yang indah.

Fungsi sastra bagi hidup dan kehidupan manusia adalah sebagai berikut.

1) Fungsi reaktif, yaitu fungsi atau manfaat memberikan rasa senang, gembira,
dan menghibur
2) Fungsi didaktif, yaitu fungsi atau manfaat mengarahkan dan mendidik
pembaca karena mengandung nilai-nilai moral.
3) Fungsi estetika, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat memberikan keindahan
bagi pembaca karena bahasanya yangindah.
4) Fungsi moralitas, yaitu fungsiatau manfaat yang dapat membedakan moral
yang baik dan tidak baik bagi pembacanya karena sastra yang baik selalu
mengandung nilai-nilai moral yang tinggi.
5) Fungsi religiusitas, yaitu fungsi atau manfaat yang mengandung ajaran-ajaran
agama yang harus diteladani oleh pembaca.

Sastra tidak bisa dikelompokkan ke dalam aspek ketrampilan berbahasa karena bukan
merupakan bidang yang sejenis. Walaupun demikian, pembelajaran sastra dilaksanakan
secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan keterampilan mendengarkan,
berbicara, membaca, maupun menulis. Dalam praktiknya, pengajaran sastra dapat berupa
pengembangan kemampuan mendengarkan sastra, berbicara sastra, membaca sastra, dan
menulis sastra.

Berdasarkan hal di atas, pembelajaran sastra mencakup hal-hal berikut.


a) Menyimak sastra : mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi,
dongeng, cerpen, novel, pementasan drama.
b) Berbicara sastra : berbalas pantun, deklamasi, mendongeng, bermain peran
berdasarkan naskah, menceritakan kembali isi karya sastra, menanggapi secara
lisan pementasan karya sastra.
c) Membaca sastra : membaca karya sastra dan memahami maknanya, baik
terhadap karya sastra yang berbentuk puisi, prosa, maupun naskah drama.
d) Menulis sastra : menulis puisi, menulis cerpen, menulis novel, menulis drama.

Sasaran Pembelajaran Sastra

1. Pembelajaran menyimak sastra

Sasaran pembelajaran menyimak sastra adalah pengembangan kemampuan


mendengarkan, memahami, dan menanggapi berbagai ragam wacana lisan. Sasaran lain
adalah pengembangan kemampuan siswa dalam memahami pikiran, perasaan, dan imajinasi
yang terkandung dalam karya sastra yang dilisankan.

2. Pembelajaran berbicara sastra

Kemampuan berbicara sastra merupakan kemampuan melisankan karya sastra yang


berupa menuturkan, membawakan, dan membacakan karya sastra. Kemampuan tersebut
merupakan salah satu indikator dari sub kompetensi “menguasai ekspresi sastra dalam
berbagai jenis dan bentuk

3. Pembelajaran membaca sastra

Salah satu syarat untuk dapat memahami karya sastra dan membaca sastra dengan
baik adalah mempunyai pengetahuan yang baik tentang sastra. Sasaran pembelajaran
membaca sastra adalah pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan hakikat membaca,
hakikat sastra dan membaca sastra, teknik memahami dan mengomentari karya sastra.

4. Pembelajaran menulis sastra


Penulisan sastra membutuhkan penghayatan terhadap pengalaman yang ingin
diekspresikan, penguasaan teknik penulisan sastra, dan memiliki wawasan yang luas
mengenai estetika. Tujuan pembelajaran menulis sastra adalah:

Agar siswa menguasai teori penulisan sastra yang berkaitan dengan unsur-unsur dan
kaidah-kaidah dalam penulisan sastra, teknik penulisan sastra, dan estetika, agar siswa
terampil menulis sastra.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan
kurikulum 2004 bahwa kompetensi pelajar bahasa diarahkan ke dalam empat
subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah


keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang
dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Ke semuanya itu dikelompokkan menjadi
kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.

Mendengarkan atau menyimak merupakan bentuk komunikasi lisan yang


bersifat reseptif. Mendengarkan dilakukan dengan atensi dan intensi. Pendengar harus
memasang telinga baik-baik anggota masyarakat yang lain

Kompetensi berbicara yang ingin dicapai mencakup kemampuan melafalkan


secara tepat (menggunakan artikulasi secara tepat), memilin kata (diksi),
menggunakan intonasi dan irama, berbicara untuk mengemukakan pendapat,
berbicara untuk menyampaikan informasi, berbicara untuk berinteraksi dan
berdiskusi,, .

Membaca secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses memahami pesan
atau informasi yang terkandung dalam suatu teks. Membaca dilakukan untuk berbagai
maksud dan dengan berbagai cara. Antara maksud dan cara tersebut terdapat
hubungan erat.Pemilihancara membaca mana yang akan digunakan didasarkan pada
tujuan yang hendak dicapai. Kompetensi menulis sangat dibutuhkan dalam
kehidupan. Hal itu terkait dengan banyaknya fungsi dan tujuan menulis. Menulis tidak
lagi dipahami sekadar proses pengungkapan gagasan atau cara berkomunikasi melalui
tulisan.Sastra tidak bisa dikelompokkan ke dalam aspek ketrampilan berbahasa karena
bukan merupakan bidang yang sejenis. Walaupun demikian, pembelajaran sastra
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis

B. Kritik dan Saran

Kami menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak terutama
dosen. Kami hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya dari kami sendiri.
Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt. 
DAFTAR PUSTAKA

Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum
1994?. Yogyakarta: Depdikbud

Darjowidjojo, Soenjono. 1994. Butir-butir Renungan Pengajaran Bahasa Indonesia


sebagai Bahasa Asing. Makalah disajikan dalam Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Asing. Salatiga: Univeristas Kristen Satya Wacan

Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model


Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI

Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek


Pembinaan Sekolah Dasa

Machfudz, Imam. 2000. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal


Bahasa dan Sastra UM

Moeleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosyda Karya.

Saksomo, Dwi. 1983. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang

Salamun, M. 2002. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren. Tesis..


Tidak diterbitkan

Sholhah, Anik. 2000. Pertanyaan Tutor dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing di UM. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Subyakto, Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud

Sugiono, S. 1993. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Makalah


disajikan dalam Konferensi Bahasa Indonesia; VI. Jakarta: 28 Oktober—2 Nopember 1993

Suharyanto. 1999. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Yogyakarta: Depdikbud

Anda mungkin juga menyukai