Makalah Belajar Bahasa Dan Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa"
Makalah Belajar Bahasa Dan Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa"
Makalah Belajar Bahasa Dan Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa"
BAHASA”
Dosen:
Disuson oleh:
NPM : 2105030440
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Belajar Bahasa
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hakikat Bahasa dan Fungsi Bahasa“ ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Serta informasi dari media massa
yang berhubungan dengan materi.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar. Atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
kita mengenai “Belajar Bahasa dan Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa” khususnya bagi
penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini memang masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
Istilah bahasa tentu bukan merupakan hal yang baru bagi kita. Istilah tersebut setiap
saat selalu kita dengar, baca, atau bahkan digunakan untuk berkomunikasi secara lisan
maupun tulisan. Bukan hanya itu, hampir setiap saat dalam kehidupan sehari-hari, kita
menggunakan bahasa atau berbahasa. Begitu seringnya kita menggunakan istilah bahasa atau
menggunakan bahasa maka terkadang kita lupa untuk memahami apa sesungguhnya hakikat
dan fungsi bahasa itu. Agar mahasiswa dapat mengukur sejauh mana pemahaman terhadap
materi ini sebelum memasuki materi berikutnya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum
2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu
membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk
pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian
pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk
menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan
pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel
pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi
pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk
mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau
prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi
makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat
sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi
mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep,
prosedur atau prinsip-prinsip hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.
Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan
strategi penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan media,
dan (3) bentuk belajar mengajar.
Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat pesan
yang akan disampaikan kepada pelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan. Interaksi
pelajar dengan media adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu
kepada kegiatan belajar. Adapun bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi
penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam kelompok besar,
kelompok kecil, perseorangan atau mandiri (Degeng, 1989).
Essef dan Essef (dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat
digunakan untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam
menyajikan informasi kepada pelajar, menyajikan respon pelajar, dan mengevaluasi respon
pelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal meliputi biaya peralatan, biaya material (tape,
film, dan lain-lain) jumlah jam yang diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran,
jumlah jam yang diperlukan untuk pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukung atau biaya
operasional.
Gagne (1968) mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may
be delivered in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk
menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas
penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar
menuntu penggunaan jenis media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula untuk
pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri.
Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan
keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti keputusan
apapun yang diambil haruslah didasarkan pada informasi yang lengkap mengenai kemajuan
belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip? Bila menggunakan
pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusan yang tepat mengenai unsur-unsur mana
saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya
apabila ada catatan yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa
Menurut Reigeluth dan Merril (dalam Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi
variabel pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3)
hasil pembelajaran.
a) Kondisi Pembelajaran
b) Metode Pembelajaran
Machfudz (2000) mengutip Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972)
menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan
secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih
bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan
dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil
belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang
berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan
secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda
untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda..
c) Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang
nilai dari penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil pembelajaran
dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifav, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik.
Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang
dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan
(desired outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi keputusan
perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan klasifikasi
variabel-variabel pembelajaran tersebut secara keseluruhan
2.3.1 MENDENGARKAN
Kegiatan mendengarkan atau menyimak untuk siswa SMA dan MA sangat beragam.
Berdasarkan bahan atau sumber simakan, kegiatan mendengarkan tersebut meliputi
mendengarkan siaran berita radio dan televisi, sambutan atau khotbah, pembicaraan dalam
diskusi atau seminar, wawancara, laporan lisan, cerita secara langsung atau rekaman,
pementasan drama, pembacaan cerpen, pembacaan penggalan novel, pembacaan teks drama,
dan pembacaan puisi.
2.3.2 BERBICARA
Berdiskusi adalah suatu cara bertukar pendapat antara dua orang atau lebih untuk
memperoleh kesepakatan atau keputusan bersama. Yang termasuk dalam kegiatan berdiskusi
adalah diskusi kelompok, diskusi panel, workshop/ lokakarya, rapat kerja, seminar,
konferensi, kongres, simposium, kolokium, sarasehan, cawan ikan (fish bowl), dan debat.
Berpidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang suatu hal di depan umum,
Langkah-langkah persiapan berpidato adalah sebagai berikut.
1. Menentukan topik.
2. Menentukan maksud/tujuan.
5. Mengumpulkan bahan.
7. Latihan berpidato.
Wawancara
Berbicara sastra
Yang dimaksud dengan berbicara sastra adalah kegiatan berbicara yang berkaitan
dengan karya sastra. Pengembangan kemampuan berbicara sastra meliputi berbalas pantun,
musikalisasi puisi, mendongeng, dramatisasi/bermain peran berdasarkan naskah,
menceritakan kembali isi cerpen, dan menanggapi secara lisan pementasan karya sastra.
Masalah ini secara khusus akan dibicarakan pada aspek sastra.
2.3.3 MEMBACA
Membaca secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses memahami pesan atau
informasi yang terkandung dalam suatu teks. Membaca dilakukan untuk berbagai maksud dan
dengan berbagai cara. Antara maksud dan cara tersebut terdapat hubungan erat.Pemilihancara
membaca mana yang akan digunakan didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Untuk
sekadar mendapatkan kesan umum dan informasi pokok suatu teks, tidak perlu membaca
secara intensif, tetapi cukup secara sekilas (skimming).
Perlu ditekankan bahwa dalam pembelajaran membaca, terdapat perbedaan antara
keterampilan membaca dan membacakan. Hal ini terkait dengan tanggung jawab yang harus
dipikul pembaca. Pada saat membacakan, pembaca harus memerhatikan faktor-faktor penting
yang dapat memengaruhi kutersampaikan pesan/ informasi. Pembaca harus memerhatikan
pelafalan/ artikulasi, lagu kalimat, intonasi, jeda, dan sebagai informasi yang disampaikan
dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain.
Tak kalah penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran membaca adalah pemilihan
teks bacaan. Pemilihan teks bacaan harus memerhatikan tingkat kemampuan dan kondisi
siswa, alokasi waktu, tema, dan kebutuhan siswa sendiri. Guru tidak wajib menggunakan teks
yang ada dalam buku teks. Dengan alasan tertentu, teks bisa diganti dengan teks lain yang
lebih relevan dengan kondisi lokal dan kebutuhan siswa.
1. Membaca Teknik/Nyaring
Membaca teknik adalah cara membaca bersuara dengan memerhatikan
artikulasi kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta kandungan isi bacaan
itu sendiri. Pembaca dituntut untuk bisa membedakan secara jelas intonasi
kalimat berita, kalimat tanya, kalimat seru atau perintah. Pembaca harus
bisa membedakan lagu kalimat bernada marah, takut, gembira, sedih, dan
suasana hati lainnya. Oleh karena itu, tanda baca menjadi hal penting
sekali untuk dicermati.
2. Membaca Intensif
Membaca intensif adalah membaca dalam hati atau tanpa suara untuk
memahami secara mendalam dan mendetail informasi yang terkandung
dalam teks.
Motivasi diri, kondisi eksternal/lingkungan, serta kebiasaan-kebiasaan
tertentu menjadi faktor penentu dalam mencapai hasil yang optimal. Yang
perlu dihindarkan pada saat membaca intensif adalah kebiasaan membaca
dengan bersuara (vokalisasi) dan membaca dengan kepala, tangan, jari,
dan bibir bergerak.
Untuk teks sastra, membaca intensif bertujuan untuk menelaah dan
mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Sementara, untuk
teks nonsastra, bertujuan untuk mengidentifikasi gagasan pokok dan
gagasan penjelas.
3. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif atau membaca secara luas merupakan bagian dari
membaca dalam hati. Membaca ektensif dipraktikkan dengan membaca
teks sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat. Bertolak belakang
dengan membaca intensif, membaca ekstensif sekadar untuk mendapat
informasi secara dangkal atau umum. Membaca ekstensif meliputi
membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), dan
membaca dangkal (superficial reading).
Membaca Survei adalah membaca untuk melihat-lihat secara
sekilasgarisbesarisi buku, surat kabar, majalah, atausuatu artikel tertentu.
Membaca survei dilakukan dengan membaca secara cepat indeks, daftar
isi, bagan, skema, atau judul-judul dalam surat kabar atau majalah.
Membaca Sekilas (skimming) adalah membaca sepintas dengan mata
bergerak cepat untuk mendapatkan informasi atau kesan umum isi suatu
buku, artikel, surat kabar, atau majalah. Skimming dilakukan dengan
membuka-buka halaman secara cepat pada bagian halaman judul, kata
pengantar, daftar isi, indeks, judul bab, judul subbab,
skema,diagram.Khususuntuk membaca berita surat kabar, dapat dilakukan
dengan membaca sekilas bagian paragraf awal (teras/lead) dan paragraf
akhir. Pada kedua bagian paragraf itu, penulis biasanya mengutarakan
pokok-pokok masalah dan sikap pandangan penulis atas suatu
permasalahan. Membaca Dangkal adalah membaca untuk mendapat
pemahaman yang dangkal atau bagian sisi luarnya. Hal ini tidak terlepas
dari bahan bacaan yang bersifat ringan.
2.3.4 MENULIS
Kompetensi menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Hal itu terkait dengan
banyaknya fungsi dan tujuan menulis. Menulis tidak lagi dipahami sekadar proses
pengungkapan gagasan atau cara berkomunikasi melalui tulisan. Menulis telah menjadi gaya
dan pilihan untuk mengaktualisasikan diri, alat untuk membebaskan diri dari berbagai
tekanan emosi, sarana membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi.
Hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian dan tekanan dalam pembelajaran
menulis yaitu sebagai berikut.
Guna merangsang gairah menulis siswa, hasil karya siswa hendaknya jangan
disembunyikan, tetapi diekspos melalui berbagai media komunikasi yang dimiliki sekolah.
Untuk itu, seyogyanya sekolah memiliki klub jurnalistik yang diharapkan bisa menjadi motor
hidupnya kegiatan koran dinding (kording), majalah dinding (mading), atau majalah sekolah.
Siswa juga didorong untuk berpartisipasi dalam berbagai kompetisi tulis menulis. Masih
dalam tujuan sama, sekolah bisa memfasilitasi penerbitan bunga rampai atau antologi berisi
kumpulan karya pilihan siswa, misalnya puisi, cerpen, profil tokoh yang diolah dari hasil
wawancara, narasi pengalaman hidup siswa, ,dan sebagainya.
Penilaian hasil karya siswa yang menyita waktu, membosankan, dan dengan tingkat
subjektivitas tinggi sering dikeluhkan oleh guru dan siswa. Untuk itu guru harus kreatif
menyiasatinya dengan mengembangkan teknik penilaian yang efektif, efisien, dan objektif.
Salah satu caranya yaitu guru membuat rubrik (bank marks) atau blangko penilaian yang
berisi aspek yang dinilai, kriteria, dan standar penyekoran. Selain hasil penilaian akan lebih
objektif, dengan adanya panduan itu siswa pun bisa dilibatkan sebagai penilai hasil karya
teman. Sejalan dengan salah satu prinsip penilaian, yaitu terbuka (transparan), rubrik
penilaian sebaiknya dibeberkan kepada siswa sebelum penilaian menulis dilakukan.
2.3.5 SASTRA
Kata sastra sebenarnya berasal dari kata kesusastraan. Akan tetapi, orang lebih suka
menggunakan istilah sastra. Kata kesusastraan berasal dari bahasa Sanskerta (susastra)
dengan memperoleh imbuhan ke – an. Kata su berarti baik atau indah dan kata sastra berarti
tulisan atau karangan. Jadi, kesusastraan berarti semua tulisan atau karangan yang indah dan
baik; semua tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan ditulis dengan
bahasa yang indah.
Fungsi sastra bagi hidup dan kehidupan manusia adalah sebagai berikut.
1) Fungsi reaktif, yaitu fungsi atau manfaat memberikan rasa senang, gembira,
dan menghibur
2) Fungsi didaktif, yaitu fungsi atau manfaat mengarahkan dan mendidik
pembaca karena mengandung nilai-nilai moral.
3) Fungsi estetika, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat memberikan keindahan
bagi pembaca karena bahasanya yangindah.
4) Fungsi moralitas, yaitu fungsiatau manfaat yang dapat membedakan moral
yang baik dan tidak baik bagi pembacanya karena sastra yang baik selalu
mengandung nilai-nilai moral yang tinggi.
5) Fungsi religiusitas, yaitu fungsi atau manfaat yang mengandung ajaran-ajaran
agama yang harus diteladani oleh pembaca.
Sastra tidak bisa dikelompokkan ke dalam aspek ketrampilan berbahasa karena bukan
merupakan bidang yang sejenis. Walaupun demikian, pembelajaran sastra dilaksanakan
secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan keterampilan mendengarkan,
berbicara, membaca, maupun menulis. Dalam praktiknya, pengajaran sastra dapat berupa
pengembangan kemampuan mendengarkan sastra, berbicara sastra, membaca sastra, dan
menulis sastra.
Salah satu syarat untuk dapat memahami karya sastra dan membaca sastra dengan
baik adalah mempunyai pengetahuan yang baik tentang sastra. Sasaran pembelajaran
membaca sastra adalah pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan hakikat membaca,
hakikat sastra dan membaca sastra, teknik memahami dan mengomentari karya sastra.
Agar siswa menguasai teori penulisan sastra yang berkaitan dengan unsur-unsur dan
kaidah-kaidah dalam penulisan sastra, teknik penulisan sastra, dan estetika, agar siswa
terampil menulis sastra.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan
kurikulum 2004 bahwa kompetensi pelajar bahasa diarahkan ke dalam empat
subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Membaca secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses memahami pesan
atau informasi yang terkandung dalam suatu teks. Membaca dilakukan untuk berbagai
maksud dan dengan berbagai cara. Antara maksud dan cara tersebut terdapat
hubungan erat.Pemilihancara membaca mana yang akan digunakan didasarkan pada
tujuan yang hendak dicapai. Kompetensi menulis sangat dibutuhkan dalam
kehidupan. Hal itu terkait dengan banyaknya fungsi dan tujuan menulis. Menulis tidak
lagi dipahami sekadar proses pengungkapan gagasan atau cara berkomunikasi melalui
tulisan.Sastra tidak bisa dikelompokkan ke dalam aspek ketrampilan berbahasa karena
bukan merupakan bidang yang sejenis. Walaupun demikian, pembelajaran sastra
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis
Kami menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak terutama
dosen. Kami hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya dari kami sendiri.
Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA
Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum
1994?. Yogyakarta: Depdikbud
Saksomo, Dwi. 1983. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang
Sholhah, Anik. 2000. Pertanyaan Tutor dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing di UM. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Subyakto, Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud